Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis. Hal ini menyebabkan

tercukupinya cahaya matahari dan air yang dibutuhkan baik oleh tumbuhan maupun

hewan untuk hidup dan berkembangbiak, sehingga menjadikan Indonesia salah satu

negara di dunia yang kaya akan keanekaragaman hayati. Iklim yang mendukung bagi

pertumbuhan dan perkembangan organisme inilah yang menyebabkan semua

organisme dapat hidup dengan baik.

Berbagai penyakit endemik yang terjadi di daerah beriklim tropis masih sering

terjadi dalam masyarakat Indonesia. Salah satu penyakit endemik tersebut adalah

malaria. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

masalah kesehatan dalam masyarakat di seluruh dunia, terutama di negara-negara

dengan iklim tropis dan subtropis (Pratama, 2015). Pusat Data dan Informasi

Kemenkes RI tahun 2016 menyebutkan bahwa malaria adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh Plasmodium, yaitu makhluk hidup bersel satu yang masuk dalam

kelompok protozoa. Plasmodium ini ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina yang

mengandung Plasmodium di dalamnya. Plasmodium yang ditularkan oleh Anopheles

betina ini akan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia.

1
2

Salah satu cara untuk menanggulangi populasi nyamuk adalah dengan sistem

pengasapan. Sistem pengasapan ini dinilai masih kurang efektif dikarenakan selain

hanya membunuh nyamuk dewasa, juga dapat menyebabkan resistensi pada serangga
3

sasaran. Pengasapan yang dilakukan dalam menanggulangi populasi vektor pada

umumnya menggunakan insektisida golongan organofosfat seperti malathion dalam

larutan minyak solar kurang efektif dalam membunuh nyamuk dewasa dan kurang

berpengaruh dalam menurunkan populasi nyamuk, selain itu dapat menyebabkan

resistensi pada nyamuk (Fathi, Keman, & Wahyuni, 2015). Insektisida yang

diaplikasikan secara berulang dalam satuan ekosistem akan menyebabkan resistensi

pada serangga sasaran. Pendapat itu juga didukung oleh Kasumbogo dalam

(Archiarafa, Santoso, & Martini, 2016) yang mengatakan bahwa beberapa variabel

yang mempengaruhi tingkat resistensi nyamuk terhadap suatu pestisida di antaranya

adalah konsentrasi pestisida, frekuensi penyemprotan, dan luas penyemprotan

(Archiarafa et al., 2016).

Selain dengan sistem pengasapan, pengendalian nyamuk dilakukan dengan

menaburkan temephos ke tempat penampungan air. Larvasida nyamuk yang banyak

beredar di pasaran merupakan larvasida sintetik yaitu temephos. Penggunaan

temephos sebagai larvasida sangat luas karena sangat efektif dalam mengendalikan

larva nyamuk, akan tetapi penggunaan berulang dapat menimbulkan efek samping

seperti gangguan pernapasan dan pencernaan (Supono, Sugiyarto, Susilowati,

Purwantisari, & Kurniawati, 2015). Bahan yang terkandung di dalam larvasida yang

banyak digunakan masyarakat saat ini adalah berasal dari bahan kimia. Vektor yang

pengendaliannya dengan bahan sintetik secara terus menerus akan menimbulkan

dampak negatif bagi lingkungan. Di antara dampak negatif tersebut adalah timbulnya
4

resistensi pada vektor, akumulasi bahan kimia yang tidak dapat dihancurkan dalam

peredaran biologis melalui rantai makanan yang bersifat racun bagi organisme lain

(Adnyani & Sudarmaja, 2016).

Penggunaan bahan sintetik untuk mengendalikan populasi vektor harus

dibatasi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan. Cara yang bisa

dilakukan adalah dengan penggunaan larvasida berbahan alami, seperti tumbuhan.

Dengan menggunakan larvasida dari bahan alami, diharapkan agar tidak

meninggalkan residu sehingga mengurangi pencemaran lingkungan, aman bagi

manusia dan organisme non target, serta tidak menyebabkan resistensi bagi

organisme target. Oleh karena itu, larvasida dari bahan alami sangat diperlukan untuk

memberantas nyamuk.

Larvasida alami dibuat dengan menggunakan bahan alami yang mudah

ditemukan di sekitar tempat tinggal masyarakat dan terbilang murah, salah satunya

adalah dengan menggunakan tumbuhan legetan (Synedrella nodiflora). Penelitian

yang dilakukan oleh Rajat, Bimal, dan Panchali (2013) legetan diketahui memiliki

kandungan senyawa aktif berupa alkaloid, flavonoid dan tanin yang memiliki sifat

larvasida dan insektisida. Penggunaan bahan alami untuk memberantas larva nyamuk

akan lebih aman bagi lingkungan karena kandungan senyawa yang terdapat di dalam

tumbuhan lebih mudah terurai. Larvasida dari bahan alami juga bersifat selektif,

artinya hanya membunuh serangga yang menjadi targetnya.


5

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lailatul, Kadarohman, dan Eko

(2010) menggunakan ekstrak etanol limbah penyulingan akar wangi (Vetiveria

zizanoides) yang mengandung terpenoid, saponin, dan flavonoid dan diujikan pada

beberapa spesies nyamuk, salah satunya adalah Anopheles sundaicus membuktikan

bahwa ekstrak etanol limbah penyulingan akar wangi (Vetiveria zizanoides)

berpengaruh terhadap mortalitas larva Anopheles sundaicus. Oleh karena itu, peneliti

ingin menguji efektivitas ekstrak daun legetan (Synedrella nodiflora) terhadap

mortalitas larva Anopheles sp. dan mencari nilai LC50 dan LT50. Melalui pemanfaatan

bahan alami dari ekstrak daun legetan (Synedrella nodiflora), diharapkan dapat

mengurangi residu dari bahan kimia yang berbahaya bagi manusia maupun hewan

dan lingkungan. Selain itu, dengan menggunakan bahan alami lokal diharapkan dapat

membantu meningkatkan nilai ekonomi dari bahan alami lokal tersebut.

Informasi tentang legetan (Synedrella nodiflora) sebagai larvasida alternatif

untuk mengurangi penggunaan bahan larvasida sintetik dapat dimanfaatkan sebagai

sumber belajar. Guru merupakan salah satu sumber belajar bagi siswa yang

memberikan informasi berupa konsep-konsep dalam pembelajaran sains. Informasi-

informasi tentang konsep sains tersebut dapat berupa fenomena-fenomena alam,

terminologi konsep, atau pinsip-prinsip dan hukum-hukum dalam sains. Jika sumber

belajar siswa hanya gurunya saja, akibatnya siswa terjebak dalam sistem

pembelajaran yang hanya mengandalkan hafalan saja. Cara pembelajaran seperti ini

cenderung membuat siswa mudah bosan dalam belajar, lebih buruknya siswa akan
6

tidak menyukai pembelajaran sains (Nurwidodo, 2008; dalam Nur, 2012). Oleh

karena itu, dengan memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai sumber belajar, dapat

menjadi sumber belajar yang variatif dalam pembelajaran Biologi. Dengan

memanfaatkan hasil penelitian sebagai sumber belajar, diharapkan dapat membantu

siswa mencapai tujuan pembelajaran dan dapat memudahkan bagi pendidik untuk

menyampaikan pembelajaran. Dari sinilah sehingga hasil penelitian ini dapat

dimanfaatkan menjadi salah satu sumber belajar bagi siswa terutama dalam mata

pelajaran Biologi. Oleh karena itu, peneliti ingin menguji efektivitas ekstrak daun

legetan (Synedrella nodiflora) terhadap mortalitas larva Anopheles sp. sebagai

sumber belajar biologi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh ekstrak daun legetan (Synedrella nodiflora) terhadap

mortalitas larva Anopheles sp.?

2. Berapakah konsentrasi ekstrak daun legetan (Synedrella nodiflora) yang

paling efektif dalam mempengaruhi mortalitas larva Anopheles sp.?

3. Apakah hasil penelitian efektivitas ekstrak daun legetan Synedrella nodiflora)

terhadap mortalitas larva Anopheles sp. dapat dimanfaatkan sebagai sumber

belajar biologi.?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efektivitas ektstrak daun legetan (Synedrella nodiflora)

terhadap mortalitas larva Anopheles sp.


7

2. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun legetan (Synedrella nodiflora)

yang paling efektif dalam membunuh larva Anopheles sp.

3. Untuk mengetahui hasil penelitian dimanfaatkan sebagai sumber belajar

biologi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa

Menjadi salah satu sumber pustaka yang dapat digunakan bagi peneliti yang

akan membuat larvasida dari ekstrak tumbuh-tumbuhan.

1.4.2 Manfaat bagi Pendidik

Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi

oleh pendidik yang diperuntukkan bagi siswa SMA.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

Memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat tentang salah satu

tanaman yang dapat dijadikan larvasida alami.

1.5 Batasan Penelitian

1. Pengujian yang dilakukan hanya pada seberapa efektif ekstrak daun legetan

berpengaruh terhadap mortalitas larva Anopheles sp.

2. Larva dari genus Anopheles sp. yang dijadikan objek penelitian adalah larva

instar III.
8

3. Pengamatan dilakukan hanya sampai larva instar III mati, yang ditandai

dengan larva tidak bergerak saat disentuh dengan lidi dan tenggelam di dasar

wadah.

4. Parameter yang diamati yaitu jumlah mortalitas larva setelah diberi perlakuan.

5. Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian ini adalah

sumber belajar biologi untuk siswa SMA.

1.6 Definisi Istilah

1. Efektivitas adalah kesesuaian dalam pencapaian tujuan secara tepat dan

berhasil guna.

2. Ekstrak adalah zat yang dihasilkan dari menarik sari aktif dari bahan mentah

secara kimiawi lalu memekatkanya melalui tahapan tertentu.

3. Larva adalah fase muda hewan setelah menetas dari telur yang

perkembangannya melalui metamorfosis, seperti pada serangga dan amfibia.

4. Mortalitas adalah angka yang menyatakan kematian individu-individu suatu

populasi dalam lingkungan tertentu.

5. Abate adalah larvasida yang berbentuk butiran berbahan aktif temephos 1%.

6. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang tersedia di lingkungan belajar yang

berfungsi untuk membantu mencapai tujuan belajar.


9

DAFTAR PUSTAKA
Adnyani, I. G. A. P., & Sudarmaja, I. M. (2016). PENGARUH KONSENTRASI
EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA ( CARICA PAPAYA L ) TERHADAP
KEMATIAN LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI Bagian Parasitologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Email : prapti.adnyani@gmail.com
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui. E-Jurnal Medika, 5(8),
2–5.
Archiarafa, Z. S., Santoso, L., & Martini. (2016). Menilai Efektivitas Fogging Fokus
Menggunakan ThermalFog Dan UltraLow Volume (ULV) dengan Insektisida
Malathion dalam Pengendalian Vektor Demam Berdarah (Studi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Tlogosari Wetan Kota Semarang). Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 4, Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346). Retrieved
from http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm%0AMenilai
Fathi, Keman, S., & Wahyuni, C. (2015). 689-2035-1-Pb. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005 : 1 - 10, 2, 1–11.
Lailatul, L., Kadarohman, A., & Eko, R. (2010). EFEKTIVITAS BIOLARVASIDA
EKSTRAK ETANOL LIMBAH PENYULINGAN MINYAK AKAR WANGI
( Vetiveria zizanoides ) TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti ,
Culex sp . , dan Anopheles sundaicus. Jurnal Sains Dan Teknologi Kimia, 1(1),
59–65.
Nur, F. M. (2012). ISSN : 2302-1705 ISSN : 2302-1705 HIDUP DAN PROSES
KEHIDUPAN Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Almuslim-Bireuen Email : faizahmnur@yahoo.com Diterima 17 Januari 2012 /
Disetujui 15 Oktober 2012 ISSN : 2302-1705 JESBIO Vol . I No . 1. Jesibo,
10

I(1), 14–20.
Pratama, G. Y. (2015). Nyamuk Anopheles Sp Dan Faktor Yang Mempengaruhi Di
Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Jurnal Majority, 4(1), 20–27. Retrieved
from http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/496
Supono, Sugiyarto, Susilowati, A., Purwantisari, S., & Kurniawati, F. (2015).
Biokontrol Larva Nyamuk Aedes aegypti Menggunakan Limbaj Biji Karika
(Vasconcellea pubescens), 1(Hoedoyo 1993), 1127–1131.
https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010427

Anda mungkin juga menyukai