Jurnal Kedokteran Indonesia (2017), 2(3): 146-153

https://doi.org/10.26911/theijmed.2017.02.03.01

Selisih Laju Epitel pada Luka Donor dari Split

Thickness Skin Graft di Daerah Paha dengan
Pemberian Leukocrepe® dan Medicrepe®

Ivan Rinaldi1), Amru Sungkar2), Untung Alifianto3)

1) Residen Bedah Umum FK UNS

2)Sub Bagian Bedah Plastik RSUD Dr. Moewardi Surakarta

3)SMF Bagian Bedah Saraf RSUD Dr. Moewardi, Surakarta

ABSTRAK

Latar Belakang: penerapan split thickness graft (STSG) merupakan salah satu teknik rekonstruksi dan
sering dilakukan. Menerapkan teknik menciptakan luka superfisial pada luka donor atau dikenal dengan
situs donor. Penggunaan perban elastis merupakan salah satu alat yang digunakan dalam memberikan
perawatan ke tempat donor sebagai standar operasional prosedur perawatan di Rumah Sakit Dr. Moewardi
(RSDM) Surakarta. RSDM Surakarta belum melakukan uji klinik untuk membandingkan antara pembalutan
elastik Leukocrepe® dan Medicrepe® pada perawatan luka STSG pada area paha.
Subjek dan Metode: Penelitian ini menggunakan desain post-test only control group design
dengan jumlah sampel 18 pasien. Penelitian dilakukan pada luka donor STSG intermediate
dengan ketebalan 0,018 inci pada paha lateral. Dengan membagi dua luka donor, separuh sisi
atas dibalut dengan Leukocrepe® dan separuh lainnya dibalut Medicrepe®. Setelah itu dilakukan
skor epitelisasi pada hari ketujuh. Semua data kemudian dikumpulkan dan setelah itu data diuji
dengan menerapkan uji peringkat Wilcoxon.
Hasil: Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 18 pasien bagian bedah plastik di RSUD Dr.
Moewardi selama bulan November 2016-Juni 2017, didapatkan hasil bahwa grafik epitelisasi sekitar
61,39 ± 30,05% untuk luka donor STSG pada bagian paha lateral dan dilakukan pada hari ketujuh
dengan pemberian Leukocrepe, sedangkan pada pemberian Medicrepe diperoleh hasil sekitar 43,67 ±
30,69 %. Rerata skor epitelisasi dengan pemberian Medicrepe® lebih bermakna dibandingkan dengan
pemberian Leukocrepe® dan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik
dengan skor (p<0,001).
Kesimpulan: Berdasarkan hasil diatas terlihat bahwa perawatan luka donor STSG pada paha
menggunakan Medicrepe® lebih efektif dalam mempercepat proses epitelisasi dibandingkan dengan
yang dilakukan dengan Leukocrepe®.

Kata Kunci: Epitelisasi, Perban Elastis, Medicrepe®, Leukocrepe®

Korespondensi:
Ivan Rinaldi. Residen Bedah Umum FK UNS. Email: ivanmudfin@gmail.com.

LATAR BELAKANG Proses perban harus ditangani tepat

Menerapkan split ketebalan graft (STG) adalah sebagai
salah satu teknik rekonstruksi dan sering
dilakukan. Teknik ini mengambil seluruh
epidermis dan setengah dermis sebagai
sumber cangkok, sehingga menimbulkan luka
superfisial pada luka donor atau disebut
sebagai tempat donor (Wiechula, 2011).
setelah akhir proses operasi. Perban ideal pada
daerah donor harus mendukung re-epitelisasi
yang cepat, tidak menimbulkan rasa sakit,
perlu sedikit perawatan, tidak terlalu mahal.
Penggunaan balutan elastik pada daerah
donor bertujuan untuk mendapatkan efek
kompresi pada luka, sehingga dapat
mengontrol edema, produksi eksudat,

146 e-ISSN: 2549-0265 (online)

 Rinaldi et al./ Selisih Laju Epitel pada Luka Donor
dan tekanan hemostasis. Oleh karena itu, hal-
hal tersebut dapat membantu percepatan
proses reepitelisasi luka (Beldon,
2007).
Leukocrepe® adalah perban elastis non-
perekat yang biasanya perban peregangan
pendek atau penyangga ringan yang
diproduksi oleh medis BSN. Perban elastis
terbuat dari katun 100%. Perban ini dapat
digunakan untuk kasus perawatan cangkok
kulit, perawatan luka tempat donor,
penanganan varises, perban sekunder setelah
pembalut luka lembab, dan untuk kasus sprain
dan strain (BSN medical, 2016)
Medicrepe® adalah perban elastis non-
perekat yang biasanya perban peregangan
panjang. Terbuat dari bahan campuran yaitu
50% katun, 41% poliamida, dan 9%
poliuretra. Perban umumnya digunakan
dalam beberapa kasus seperti keseleo,
tegang, dan dalam beberapa kasus
perawatan kompresi (OneMed, 2016).
Penggunaan perban elastis sebagai salah
satu alat yang digunakan dalam memberikan
perawatan ke tempat donor sebagai standar
operasional prosedur perawatan di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Rumah Sakit Dr. Moewardi
belum memiliki uji klinik yang dapat digunakan
untuk membandingkan antara perawatan donor
luka STSG di daerah paha dan menggunakan
perban elastis secara berbeda.
STSGWound Donor (Situs Donor)
Donor luka STSG (situs donor) adalah luka sekunder
untuk mendapatkan kulit yang telah dicangkok.
Seorang ahli bedah memiliki lokasi donor yang
diklasifikasikan berdasarkan warna, turgor, tekstur
kulit, berapa banyak cangkok yang dibutuhkan, dan
pemilihan lokasi tersembunyi. Seorang ahli bedah
menargetkan lokasi donor sesuai dengan kesamaan
warna, turgor, tekstur kulit, cangkok yang
dibutuhkan, dan penargetan lokasi tersembunyi.
Pasien harus memahami bahwa luka primer adalah
efek dari tempat donor yang berarti pengobatan
akan meninggalkan beberapa bekas luka di tempat
donor. Luka situs donor akan menyebabkan
e-ISSN: 2549-0265 (online)
kondisi yang lebih tidak nyaman daripada
luka primer itu sendiri karena terkena ujung
saraf (Beldon, 2007).
Proses perban harus ditangani dengan
cepat tepat setelah akhir operasi.
Penggunaan perban setelah hemostasis
dicapai dengan mengambil kasa basah yang
mengandung zat epinefrin. Itu
Perban proporsional pada daerah donor harus
mendukung re-epitelisasi yang cepat, tidak
menimbulkan rasa sakit, perawatan ringan,
dan memiliki tingkat infeksi yang rendah.
Penggunaan perban elastis menyebabkan
kompresi pada luka donor. Salah satu
tujuannya adalah untuk mempertahankan
perban primer, dan mengompresi eksudat
yang dihasilkan dari luka donor. Perban elastis
biasanya bertahan dalam waktu 24-48 jam
(Bhagwat et al., 2001; Yefta et al., 2008;
Istiqomah, 2010, Wiechula, 2001).
Epitelisasi aku s Sebuah migrasi
proses sel epitel dari daerah sekitar folikel
rambut ke daerah luka. Epitelisasi
menunjukkan proses penyembuhan luka itu
sendiri. Epitelisasi menunjukkan proses
penyembuhan luka. Epitelisasi luka
menunjukkan proses pemulihan. Untuk luka
full-thickness, sembuh dari bagian tepi dan
epitel dapat bermigrasi sekitar 1 cm sebelum
berhenti dan mencapai tepi luka. Sebaliknya,
luka dengan ketebalan parsial yaitu folikel
rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar
sebasea pada luka dasar. (Hellman,
2014).
Epitelisasi mengembalikan fungsi dari
epidermis, seperti pemeliharaan zat,
pengontrol suhu dan pencegahan mikroba
atau invasitoksin. Epitelisasi juga bisa
mewakili transisi penting pada peradangan
luka. Banyak bukti menunjukkan interaksi
epidermaldermal untuk mengatur proses
morfogenik kulit, seperti (perkembangan
kulit dan pemulihan luka. Sebagai epi-
147