Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan berakhir
saat pasien dipindahkan keruang pemulihan atau ruang perawatan intensif
(Hipkabi, 2014). Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup
pemasangan infus, pemberian medikasi intravena, melakukan pemantauan
kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga
keselamatan pasien. Dalam hal ini sebagai contoh memberikan dukungan
psikologis selama induksi anastesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau
membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunakan
prinsip-prinsip kesimetrisan tubuh (Smeltzer, 2008).
Pengkajian yang dilakukan perawat kamar bedah pada fase intra operatif
lebih kompleks dan harus dilakukan secara cepat dan ringkas agar segera
dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai. Kemampuan dalam mengenali
masalah pasien yang bersifat resiko maupun actual akan didapatkan
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman keperawatan. Implementasi
dilaksanakan berdasarkan pada tujuan yang diprioritaskan, koordinasi seluruh
anggota tim operasi, serta melibatkan tindakan independen dan dependen
(Muttaqin, 2009).
3
b. Menurut tingkat urgensinya menurut Smeltzer and Bare ( 2001) :
1) Bedah Darurat / Cito
Operasi atau tindakan pembedahan ini bertujuan untuk membuat
hidup pasien terselamatkan dalam keadaan darurat. Misalnya ketika
pasien baru saja mengalami kecelakaan parah atau cedera yang
memicu trauma. Klien membutuhkan perhatian dengan segera,
gangguan yang diakibatkannya diperkirakan dapat mengancam jiwa
(kematian atau kecacatan fisik), tidak dapat ditunda.
2) Elektif
Operasi elektif,adalah suatu tindakan bedah yang dilakukan terjadwal
dengan persiapan, dan dilakukan pada pasien dengan kondisi baik,
bukan gawat darurat. Contohnya operasi caesar yang sudah
direncanakan sejak jauh-jauh hari dan operasi pengangkatan tumor
jinak.
c. Menurut Luas atau Tingkat Resiko menurut Smeltzer and Bare ( 2001) :
1) Mayor
4
2.3 Persiapan Intra operatif
1. Persiapan perlengkapan ruangan operasi
a. Penerangan yang cukup, dilengkapi dengan lampu cadangan yang
dapat segera menyala apabila aliran listrik terhenti.
b. Suhu ruangan dan kelembapan ruangan
c. Titik keluar listrik (electric outlet) yang dikebumikan (grounded)
d. Tempat cuci tangan dan kelengkapannya
e. Jam dinding
f. Kereta pasien (brankard) yang dilengkapi dengan pagar disisi kanan
kirinya, atau dengan sabuk pengaman, kedudukan kepala dapat diubah
menjadi datar atau diatas.
5
g. Alat infus terdiri dari set infuss, kateter vena, jarum suntik berbagai
ukuran, kapas, anti septic, plester, pembalut dan gunting.
h. Defibrilator
i. Kereta dorong (trolley/crash cart) yang memuat alat-alat sesuai.
j. Alat komunikasi (interkom)
6
d. Saat luka ditutup perawat harus mengecek semua peralatan dan
material untuk memastikan bahwa semua jarum, kassa dan instrumen
sudah dihitung lengkapsaatinsisiditutup.
e. Memberi label pada specimen dan dikirim ke petugas laboratorium
Pada setiap akhir prosedur pembedahan, perawat instrumentator
dan sirkulator menghitung jumlah instrumen, jarum, dan spon kasa
yang telah digunakan. Prosedur ini mencegah tertinggalnya bahan-
bahan tersebut di dalam luka bedah klien. Memantau bahan-bahan
tersebut secara hati-hati penting bagi keselamatan klien.
d. Perawat sirkulasi
Perawat sirkulasi berperan mengatur ruang operasi dan melindungi
keselamatan dan kebutuhan pasien dengan memantau aktivitas anggota
tim bedah dan memeriksa kondisi di dalam ruang operasi. Tanggung
jawab utamanya meliputi (Muttaqin, 2009) :
a. Memastikan kebersihan, suhu yang sesuai, kelembapan, pencahayaan,
menjaga peralatan tetap berfungsi dan ketersediaan berbagai material
yang dibutuhkan sebelum, selama dan sesudah operasi.
b. Perawat sirkuler juga memantau praktik asepsis untuk menghindari
pelanggaran teknik asepsis sambil mengkoordinasi perpindahan
anggota tim yang berhubungan (tenaga medis, rontgen dan petugas
laboratorium).
c. Perawat sirkuler juga memantau kondisi pasien selama prosedur
operasi untuk menjamin keselamatan pasien.
d. Memantau praktik aseptis untuk menghindari pelanggaran teknik.
e. Selama pembedahan berlangsung, perawat sirkulator menyediakan
bahan-bahan yang dibutuhkan perawat instrumentator, membuang alat
dan spon kasa yag telah kotor serta tetap menghitung instrumen, jarum
dan spons kasa yang telah digunakan.
e. Ahli Anestesi (Anestesiologi)
Ahli Anestesi (Anestesiologi) adalah seorang dokter anestesi yang
meninjau informasi medis dan mendiskusikan pilihan untuk perawatan
anestesi. Selama prosedur memantau tanda-tanda vital sekaligus
7
reaksinya dan juga akan memastikan keamanannya setelah operasi
(Hamlin, 2016).
f. Perawat Anestesi
Peran utama seorang perawat anestesi pada tahap praoperatif adalah
memastikan identitas pasien yang akan dibius dan melakukan medikasi
praanestesi. Kemudian pada tahap intraoperatif bertanggung jawab
terhadap manajemen pasien, instrumen, dan obat bius serta membantu
dokter anestesi dalam proses pembiusan sampai pasien sadar penuh
setelah operasi (Muttaqin, 2009).
8
yang dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan tekanan darah,
saturasi oksigen, perdarahan dll.
c. Pemantauan terhadap perubahan vital sign
Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk memastikan
kondisi klien masih dalam batas normal. Jika terjadi gangguan harus
dilakukan intervensi secepatnya.
4. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Memberikan keselamatan ke pasien
b. Mempertahankan lingkungan aseptic dan terkontrol
9
b. Fowler position
c. Supine position
10
e. Jack - knife position
f. Trendelenburg position
g. Posisi cholelithiasis
11
h. Thyroditis position
j. Prone position
12
2.6 Tipe Pembiusan
Klien yang menjalani pembedahan akan menerima anastesi dengan salah satu
dari tiga cara sebagai berikut : umum, regional, atau lokal (Barbara, 2005).
a. Anestesi Umum
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan
kesadarannya. Klien juga mengalami amnesia tentang seluruh proses yang
terjadi selama pembedahan, prosedur ini biasa disebut dengan bius total.
Pembedahan yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor
(operasi besar), yang membutuhkan manipulasi jaringan yang luas.
Pemberian anestesi ini bisa melalui dua cara, yakni dengan menghirup
gas(inhalasi) ataupun menyuntikkan obat kedalam pembuluh darah (IV).
Bius Intravena akan menghilang dengan cepat dari aliran darah setelah
operasi selesai, sedangkan untuk inhalasi memerlukan waktu lebih lama
untuk menghilang. Meskipun anestesi umum biasanya dianggap cukup
aman untuk sebagian besar pasien, namun ternyata dapat menimbulkan
beberapa risiko untuk pasien usia lanjut, anak-anak, orang-orang dengan
variasi genetik tertentu, dan mereka yang memiliki penyakit kronis seperti
diabetes. Contoh pembedahan yang menggunakan anestesi umum seperti
ICH, Vp shunt. Hisprung pada anak bayi, Craniotomy, Luka Bakar,
transplantasi organ dan sebagainya.
b. Anestesi Regional
Anestesi regional berfungsi untuk memblok rasa nyeri di seabagian area
tubuh. Berbeda dengan anestesi lokal, prosedur ini untuk area yang akan
mengalami mati rasa jauh lebih besar, tidak hanya satu bagian kecil saja,
misalnya area bawah pinggang. Terdapat beberapa jenis anestesi regional,
yakni blok saraf perifer, epidural dan spinal. Anestesi regional yang paling
sering digunakan adalah anestesi jenis epidural yang kerap digunakan saat
melahirkan. Untuk jenis anestesi regional ini, pembiusan biasanya
disuntikkan di bagian dekat sumsum tulang belakang dan saraf yang
terhubung suntikan ini menghilangkan sakit pada beberapa bagian tubuh
13
seperti pinggul, perut. Contoh pembedahan yang menggunakan anestesi
regional seperti Sectio Caesar, Fraktur tibia, fraktur femur, dsb.
c. Anestesi Lokal
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang
diinginkan. Anestesi lokal berfungsi untuk operasi kecil yang bisa membuat
area yang akan dioperasi mengalami mati rasa, namun sang pasien akan
tetap sadar saat menjalani operasi tersebut. Biasanya, anestresi ini bisa
disuntikkan, disemprotkan maupun dioleskan pada kulit ataupun selaput
lendir di area yang akan di operasi Contoh pembedahan yang menggunakan
anestesi lokal seperti Av shunt, Katarak pada mata, sirkumsisi pada anak
laki laki.
14
sfingter uretra (otot yang berada di bawah kandung kemih yang berfungsi
sebagai "keran pembuka"). Berkemih akan terjadi ketika terjadinya kontraksi
otot-otot kandung kemih dan terjadinya relaksasi pada sfingter uretra. Pada
keadaan dibius karena operasi, biasanya terjadi gangguan kerja saraf yang
mempersarafi otot-otot kandung kemih dan sfingter uretra ini, akibatnya dapat
terjadi penumpukan urin di dalam kandung kemih. Oleh sebab itu, biasanya
akan dilakukan pemasangan kateter pada orang yang akan menjalankan
operasi.
Mengenai pemasangan kateter kondom pada tindakan operasi biasanya tidak
dilakukan karena pemasangan kondom ini tidak akan mengeluarkan urin yang
terhambat akibat dari efek pembiusan yang mengganggu sistem saraf pada
bagian kandung kemih dan sfingter uretra. Sedangkan pada pemasangan
kateter indwelling, kateter akan langsung masuk ke dalam kandung kemih
melewati sfingter uretra ini sehingga urin tetap dapat dikeluarkan melalui
tindakan kateter ini. Biasanya pemasangan kateter ini cukup bervariasi
tergantung operasi apa yang akan dijalani. Namun biasanya pada operasi
laparoskopi pemasangan kateter ini dapat dilepas 1 hari setelah operasi hingga
beberapa hari saja, dengan catatan tidak adanya kelainan tambahan lainnya.
15
dokter, serta desinfeksi tangan dokter sebelum melakukan kedua prosedur
tersebut.
16
Menurutdr. Ulfi Umroni Diathermy merupakan suatu tehnik fisio terapi
yang yang menonjolkan suhu panas atau hangat (38-45 drajat Celcius) untuk
mencapai target organ dan mencapai manfaatnya. Ada 3 jenis Diathemy
yang dikenal dan sering digunakan :
a. SWD- short wave diathermy atau Diathermy gelombang pendek yang
diubah menjadi suhu panas untuk mencapai kedalaman 4-5 cm.
Tehnik ini digunakan untuk mencapai jaringan yang dalam seperti otot
dengan kedalaman tertentu atau jaringan yang dilingkupi oleh jaringan
lunak yang padat sepeti pada daerah panggul
b. Uktrasound Diathermy- tehnik diathermy yang menggunakan
gelombang suara dengan frekuensi tinggi untuk mangasilkan panas
dan dapat mencapai target organ yang diharapkan
c. Microwave diathermy- tehnik diathermy yang hampir sama dengan
SWD, microwave diathermy menggunakan panjang gelombang yang
lebih pendek dari SWD, sehingga daya paparan nya kejaringan lebih
rendah.
Dari ketiga jenis Diathermy ini yang paling sering digunakan adalah
SWD, hal ini dikarenakan manfaat dan kemampuan suhu panas masuk
kedalam jaringan tubuh lebih besar dibandingkan diathermy lainnya.
Sehingga lebih bermanfaat untuk mencapai target terapi. Beberapa
manfaat SWD atau Diathermy secara umum adalah Membantu
penyembuhan radang, Meningkatkan sirkulasi darah pada target organ,
Mengurangi nyeri, Meningkatkan daya tahan jaringan, Membantu
mengurangi ketegangan otot Sehingga harapan dan proses pemulihan
dapat dicapai.
17
d. Kelembaban 45 – 60 %
e. Tekanan udara positif
f. Indeks kebisingan 45 dBA
Suhu dikamar operasi di daerah tropis sekitar 19˚ - 22˚ C, sedangkan di
daerah sekitar 20˚ - 24˚ dengan kelembaban 55%. Suhu dan Kelembaban
Kamar Operasi Dua komponen penting dari AC adalah suhu dan
kelembaban. Setelah udara luar melewati filter, udara mengalami
pengkondisian untuk suhu dan kelembaban kontrol. Pengontrolan Suhu
Pengontrolan suhu operasi meliputi pemanasan dan pendinginan system
untuk menjaga setpoint temperatur di daerah yang berbeda dari bangunan.
Suhu udara yang dingin sekitar 68˚ F - 73˚ F. Suhu yang lebih hangat (75˚
F) diperlukan di daerah yang membutuhkan derajat yang lebih besar dari
kenyaman pasien.Kebanyakan zona lainnya menggunakan kisaran suhu 70˚
F - 75˚ F.Banyak dokter lebih menyukai suhu dingin di ruang operasi
dengan alasan karena selama pembedahan mereka harus memakai 3 lapis
baju untuk melindungi diri dari darah.Suhu dingin pada ruang operasi lebih
baik bagi dokter dan pasien.
18
ruangan turun 2˚C Anak lebih mudah kehilangan suhu badan dibandingkan
orang dewasa karena mereka relative memiliki wilayah permukaan yang
lebih besar dan perlindungan tubuh yang tidak baik terhadap panas. Hal ini
sangat penting, karena hipotermi dapat mempengaruhi metabolism obat,
anestesi dan koagulasi darah.
2.13 PemakaianLeser
a. Solid state laser
Solid-state laser adalah laser yang menggunakan zat padat sebagai
mediumnya. Salah satu solid-state laser adalah laser ruby. Laser ruby
19
menghasilkan pulsa cahaya tampak pada panjang gelombang 694,3
nm, yang berwarna merah tua. Laser ruby digunakan terutama dalam
penelitian.
b. Laser gas
Laser gas adalah laser di mana arus listrik dihantarkan melalui gas
untuk menghasilkan cahaya yang koheren..
c. Laser Excimer
excimer (laser exciplex) adalah bentuk ultraviolet laser yang umum
digunakan dalam produksi perangkat mikroelektronik (semikonduktor
sirkuit terpadu atau "chip"), operasi mata, dan micromachining.
Umumnya laser excimer terbuat dari jenis gas mulia halide (dimer
merujuk kepada sebuah molekul dari dua bagian identik atau serupa).
d. Laser dioda
Diode laser adalah laser yang yang menengah aktif mirip dengan semi
konduktor yang ditemukan dalam diode pemancar cahaya. Jenis yang
paling umum dari dioda laser dibentuk dari sambunganpn dan
didukung oleh injeksi arus listrik .
e. Dye laser
Laser zat warna adalah Laser yang menggunakan pewarna organik
kompleks, seperti rhodamine 6g, dalam larutan cair atau suspensi
sebagai media penguat biasanya sebagai cairan.
f. Semikonduktor laser
Laser disebut laser injeksi, karena pemicuannya dilakukan dengan
injeksi arus listrik lewat sambungan PN semi konduktornya.Jadi laser
ini tidak lain adalah sebuah diode dengan bias majubiasa.
20
2.15 Pemakaian Drain
Drain merupakanalat yang dimasukan ke dalam luka untuk membantu
mengeluarkan cairan (discharge/drainage) dari luka melalui bagian yang
terbuka pada luka. Drain terbuat dapat terbuat dari berbagai material,
antara lain ada yang berasal dari selang karet dan kasa. Tanpa drain,
banyak luka akan sembuh hanya pada permukaan atau bagian atas luka
saja, sehingga discharge dapat terjebak dibagian dalam atau dibagian
bawah luka . Jaringan didalam atau dibawah luka tidak dapat sembuh
karena adanya discharge/drainage yang terjebak
tadidankemudiandapatmenyebabkanterbentuknyaabses.
Selang karet yang pleksibel yang disebut juga Penrose Drain seringkali
dimasukan atau dipasang selama pembedahan abdomen untuk
mempermudah drainage eksudat dan penyembuhan jaringan. Suatu drain
dimasukan dan dijahit melalui insisi. Panjang drain bervariasi dari 25-35
cm (10-14 inci), bergitu pula dengan lebarnya dari 2,5-4 cm (0,5-1,5 inci).
Umumnya dokter menginstruksikan agar drain ditarik keluar/dikeluarkan
atau dipendekan 2-5 cm (1-2 inci) setiap hari sampai lepas semuanya. Bila
drain sudah semua keluar, maka luka yang masih tersisa umumnya
sembuh dalam 1-2 hari. Di beberapa lembaga (rumah sakit, dll)
memendekan drain dilakukan hanya oleh dokter, akan tetapi padalembaga
lain dapatdilakukanolehperawat.Jenis-jenis drain meliputi: tube drain,
drain curavac, penrouse drain
21
kebutuhan dasar cairan (maintenance) yaitu untuk operasi laparotomi
dibutuhkan cairan 10 cc/kgbb/jam operasi dan untuk non laparotomi
dibutuhkan cairan 5 cc/kgbb/jam operasi dengan menggunakan cairan
kristaloid, ditambah cairan yang hilang selama operasi/ perdarahan. Untuk
mengganti perdarahan selama operasi kita hitung jumlah perdarahan yang
keluar melalui darah yang keluar melalui suction, kasa yang terpakai dan
juga induk yang digunakan. Untuk satu kain kasa yang digunakan
menghisap, jika darah nya tidak menetes maka dihitung 5 cc darah tetapi
jika menetes maka dihitung 7 cc, jika kain yang digunakan maka dihitung
200 cc jika tidak menetes dan jika menetes dihitung 300 cc.
Jumlah dan jenis cairan yang dipakai untuk mengganti perdarahan
selama operasi disesuaikan dengan volume darah yang hilang.Yaitu
diklasifikasikan perdarahan ringan, sedang, dan berat. Jika ringan yaitu
10% dari EBV maka cukup diganti dengan kristaloid. Sedangkan sedang
yaitu kehilangan darah 15% dari EBV maka diganti dengan expander.
Apabila perdarahan berat yaitu 20% EBV maka diganti dengan darah.
Perbandingan volume pengganti kehilangan darah dengan jenis cairan =
darah: expander: kristaloid = 1:1:3. (Gruendmann, Barbara J. 2008)
2.18 UjiSpesimen
a. Prosedur pemeriksaan PA (HIPKABI, 2008)
1) Prosedur pemeriksaan PA biasa (memakai blok paraffin)
Pemeriksaan PA yang biasa menggunakan blok paraffin, ialah
pemeriksaan jaringan tubuh melalui pengolahan jaringan yang
memakai paraffin, dan jaringan dipulas dengan memakai pulasan
HE (Hematoksilin eosin).
2) Prosedur pemeriksaan histopatologi khusus/VC (Vriescoupe =
potong beku)Pemeriksaan VC adalah pemeriksaan jaringan tubuh
yang dilakukan pada saat operasi masih berjalan dengan
menggunakan system potong beku, sehingga diagnosis dapat
ditegakkan dengan segera, dan hasil pemeriksaan itu dipakai untuk
menentukan tindakan operasi selanjutnya.
22
b. Prosedur pemeriksaan sitopatologi
Pemeriksaan sitopatologi ialah pemeriksaan terhadap bahan yang di
ambil secara apusan, bilasan, sikatan, aspirasi atau dari bahan cairan
tubuh seperti urine, asites, cairan pleura dan lain sebagainya. Dengan
pemeriksaan ini keadaan sel yang terlepas dari jaringan tubuh dapat
dinilai, terutama penilaian terhadap proses keganasan, radang dan
pengaruh berbagai faktor pada sel.
1) Prosedur pemeriksaan sitologi eksfoliatif.
2) prosedur pemeriksaan eksfoliatif cairan tubuh
(Cairan tubuh ; cairan asites, cairan pleura, urine, cairan kista,
dll). Pemeriksaan cairan tubuh ini ditunjukkan untuk
menemukannya adanya sel ganas atau sel abnormal yang terlepas
kedalam cairan tersebut, atau hanya mikro-organisme.
3) Prosedur pemeriksaan sitologi aspirasi
Sitologi aspirasi ialah pemeriksaan terhadap sel yang didapati
dengan cara aspirasi jaringan tubuh. Aspirasi dilakukan dengan
menggunakan jarum halus, bisa dilakukan oleh dokter klinik atau
dokter spesialis PA.Sitologi aspirasi ini sama dengan biopsy
dalam ukuran kecil khususnya dalam hal diagnosis. Disamping itu
ada keuntungan yang diperoleh dengan pemeriksaan ini misalnya
apabila pasien bersedia untuk di biopsi. Untuk menilai
kekambuhan atau alat tubuh yang letaknya didalam sehingga
diperlukan tindakan operasi besar untuk mendapatkan jaringan.
c. Prosedur pemeriksaan histokimia
Pemeriksaan histokimia ialah pemeriksaan untuk mengetahui jenis zat
kimia yang terdapat dalam sel atau sel jaringan tubuh. Hal ini terutama
diperlukan oleh spesialis PA untuk memastikan diagnosis dari
jaringan yang diperiksanya.Apabila zat kimia yang ingin ditemukan
dapat larut dalam zat yang dipakai pada pengolahan jaringan, maka
bahan harus di olah dengan cara potong beku. Untuk zat kimia yang
menjadi rusak leh zat fiksatif, maka bahan harus dikirim dalam
keadaan segar.
23
d. Prosedur pemeriksaan immunopatologi
Pemeriksaan immunopatologi pada lab. PA, ditujukan untuk adanya
antigen atau antibodi dalam sel maupun jaringan diperlukan untuk
memastikan diagnosis PA, terutama dalam hal dimana secara
morfologi saja masih sulit untuk memastikan jenis, apakah suatu sel
sudah menjadi ganas atau belum.
2.19 Komplikasi
Komplikasiselamaoperasibisamunculsewaktu-
waktuselamatindakanpembedahan. Komplikasi yang seringmunculadalah :
1. Hipotensi
Hipotensi yang sering terjadi selama pembedahan, biasanya dilakukan
dengan pemberian obat-obatan tertentu (hipotensi di induksi). Hipotensi
ini memang diinginkan untuk menurunkan tekanan darah pasien dengan
tujuan menurunkan jumlah perdarahan pada bagian yang dioperasi,
sehingga memungkinkan operasi lebih cepat dilakukan dengan jumlah
pendarahan yang sedikit. Hipotensi yang disengaja ini biasanya
dilakukan melalui inhalasi atau suntikan medikasi yang mempengaruhi
sistem saraf simpatis dan otot polos perifer. Agen anestetic inhalasi yang
biasa digunakan adalah halotan.
Oleh karena adanya hipotensi di induksi ini, maka peru kewaspadaan
perawat untuk selalu memantau kondisi fisiologi pasien, terutama fungsi
kardiovaskulernya agar hipotensi yang tidak diinginkan tidak uncul, dan
bila muncul hipotensi yang sifatnya malhipotensi bisa segera ditangani
dengan penanganan yang adekuat.
2. Hipotermi
Hipotermi adalah keadaan suhu tubuh dibawah 36,6 ºC (N : 36,6
-37,5ºC). Hipotermi yag tidak diinginkan mungkin saja dialami pasien
sebagai akibat suhu rendah dikamar operasi (25-26,6ºC), infus dengan
cairan yang dingin, inhalasi gas-gas dingin, kavitas atau luka terbuka
pada tubuh, aktivitas otot yang menurun, usia lanjut atau obat-obatan
yang digunkan (vasodilator, anestetic umum, dll).
24
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari hipotermi yang
tidak diinginkan adalah atur suhu ruangan operasi pada suhu ideal (25-
26,6ºC). Jangan lebih rendah dari suhu tersebut, cairan intravena dan
irigasi dibuat pada suhu 37ºC, gaun operasi pasien dan selimut yang
basah harus segera diganti dengan yang kering. Penggunaan topi operasi
juga dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hiotermi.
Penatalaksanaan pencegahan hipotermi ini dilakukan tidak hanya pada
saat periode intra operasi saja, namun juga sampai saat pasca operasi.
3. Hipertermi malignan
Terjadi akibat gangguan otot yang disebabkan oleh agen anestestic.
Selama anestesi, agen anestesi inhalasi (halotan, enfluran) dan relaksan
otot (suksinilkolin) dapat memicu terjadinya hipertemi malignan.Ketika
di induksi agen anestestik, kalsium didalam kantong sarkoplasma akan
dilepaskan ke membran luar yang akan menyebabkan terjadinya
kontraksi. Secara normal, tubuh akan melakukan mekanisme pemompaan
untuk mengembaikan kalsium ke dalam kantong sarkoplasma. Sehingga
otot-otot akan kembali relaksasi. Namun pada orang dengan hipertermi
malignan, mekanisme ini tidak terjadi sehingga otot akan terus
berkontraksi dan tubuh akan mengalami hipermetabolisme. Akibatnya
akan terjadi hipertermi malignan dan kerusakan sistem saraf pusat.
Untuk menghindari mortalitas , maka segera diberikan oksigen 100%,
natrium dan trolem, natrium bikarbonat dan agen relaksan otot. Lakukan
monitoring terhadap kondisi pasien meliputi tanda-tanda vital, EKG,
elektrolit dan analisa gas darah.
25