Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan berakhir
saat pasien dipindahkan keruang pemulihan atau ruang perawatan intensif
(Hipkabi, 2014). Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup
pemasangan infus, pemberian medikasi intravena, melakukan pemantauan
kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga
keselamatan pasien. Dalam hal ini sebagai contoh memberikan dukungan
psikologis selama induksi anastesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau
membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunakan
prinsip-prinsip kesimetrisan tubuh (Smeltzer, 2008).
Pengkajian yang dilakukanperawatkamarbedahpadafase intra
operatiflebihkompleksdanharusdilakukansecaracepatdanringkas agar
segeradilakukantindakankeperawatan yang sesuai.
Kemampuandalammengenalimasalahpasien yang bersifatresikomaupunactual
akandidapatkanberdasarkanpengetahuandanpengalamankeperawatan.
Implementasidilaksanakanberdasarkanpadatujuan yang diprioritaskan,
koordinasiseluruhanggotatimoperasi,
sertamelibatkantindakanindependendandependen (Muttaqin, 2009).
2.2TipePembedahan
a. Menurutfungsinya(tujuannya), Potter &Perry(2005 )membagimenjadi:
1) Diagnostik: biopsi, laparotomieksplorasi
2) Kuratif(ablatif) : tumor, appendiktom
3) Reparatif: memperbaikiluka multiple
4) Rekonstruktif : mamoplasti, perbaikanwajah.
5) Paliatif: menghilangkannyeri,
6) Transplantasi: penanamanorgan tubuhuntukmenggantikanorgan
ataustrukturtubuhyang malfungsi(cangkokginjal, kornea).
b. MenuruttingkaturgensinyamenurutSmeltzerandBare ( 2001) :
1) BedahDarurat / Cito
3
Operasiatautindakanpembedahaninibertujuanuntukmembuathiduppasi
enterselamatkandalamkeadaandarurat.
Misalnyaketikapasienbarusajamengalamikecelakaanparahataucedera
yang memicu trauma.
Klienmembutuhkanperhatiandengansegera,gangguanyang
diakibatkannyadiperkirakandapatmengancamjiwa(kematianataukecac
atanfisik), tidakdapatditunda.
2) Elektif
Operasi elektif,adalahsuatutindakanbedah yang
dilakukanterjadwaldenganpersiapan,
dandilakukanpadapasiendengankondisibaik, bukangawatdarurat.
Contohnyaoperasicaesar yang sudahdirencanakansejakjauh-
jauhharidanoperasipengangkatan tumor jinak.
1) Mayor
Operasiyangmelibatkanorgantubuhsecaraluasdanmempunyaitingkatre
sikoyangtinggiterhadapkelangsunganhidupklien.
contohnyakolesistektomi, nefrektomi, histerektomi, mastektomi,
amputasidanoperasiakibat trauma.
2) Minor
Operasipadasebagiankecildaritubuhyangmempunyairesikokomplikasil
ebihkecildibandingkandenganoperasimayor.
contohnyapencabutangigi, pengangkatankutil, kuretase,
operasikatarak, danarthoskopi
4
2.3 PersiapanIntraoperatif
1. Persiapan perlengkapan ruangan operasi
a. Penerangan yang cukup, dilengkapi dengan lampu cadangan yang
dapat segera menyala apabila aliran listrik terhenti.
b. Suhu ruangan dan kelembapan ruangan
c. Titik keluar listrik (electric outlet) yang dikebumikan (grounded)
d. Tempat cuci tangan dan kelengkapannya
e. Jam dinding
f. Kereta pasien (brankard) yang dilengkapi dengan pagar disisi kanan
kirinya, atau dengan sabuk pengaman, kedudukan kepala dapat diubah
menjadi datar atau diatas.
5
g. Alat infus terdiri dari set infuss, kateter vena, jarum suntikberbagai
ukuran, kapas, anti septic, plester, pembalut dan gunting.
h. Defibrilator
i. Kereta dorong (trolley/crash cart) yang memuat alat-alat sesuai.
j. Alat komunikasi (interkom)
6
c. serta terus mengawasi kondisi pasien ketika pasien dibawah pengaruh
anastesi.
d. Saat luka ditutup perawat harus mengecek semua peralatan dan
material untuk memastikan bahwa semua jarum, kassa dan instrumen
sudah dihitung lengkapsaatinsisiditutup.
e. Memberi label pada specimen dan dikirim ke petugas laboratorium
d. Perawat sirkulasi
Perawat sirkulasi berperan mengatur ruang operasi dan melindungi
keselamatan dan kebutuhan pasien dengan memantau aktivitas anggota
tim bedah dan memeriksa kondisi di dalam ruang operasi. Tanggung
jawab utamanya meliputi (Muttaqin, 2009) :
a. Memastikan kebersihan, suhu yang sesuai, kelembapan, pencahayaan,
menjaga peralatan tetap berfungsi dan ketersediaan berbagai material
yang dibutuhkan sebelum, selama dan sesudah operasi.
b. Perawat sirkuler juga memantau praktik asepsis untuk menghindari
pelanggaran teknik asepsis sambil mengkoordinasi perpindahan
anggota tim yang berhubungan (tenaga medis, rontgen dan petugas
laboratorium).
c. Perawat sirkuler juga memantau kondisi pasien selama prosedur
operasi untuk menjamin keselamatan pasien.
d. Memantau praktik aseptis untuk menghindari pelanggaran teknik.
e. Selama pembedahan berlangsung, perawat sirkulator menyediakan
bahan-bahan yang dibutuhkan perawat instrumentator, membuang alat
dan spon kasa yag telah kotor serta tetap menghitung instrumen, jarum
dan spons kasa yang telah digunakan.
7
e. Ahli Anestesi (Anestesiologi)
Ahli Anestesi (Anestesiologi) adalah seorang dokter anestesi yang
meninjau informasi medis dan mendiskusikan pilihan untuk perawatan
anestesi. Selama prosedur memantau tanda-tanda vital sekaligus
reaksinya dan juga akan memastikan keamanannya setelah operasi
(Hamlin, 2016).
f. Perawat Anestesi
Peran utama seorang perawat anestesi pada tahap praoperatif adalah
memastikan identitas pasien yang akan dibius dan melakukan medikasi
praanestesi. Kemudian pada tahap intraoperatif bertanggung jawab
terhadap manajemen pasien, instrumen, dan obat bius serta membantu
dokter anestesi dalam proses pembiusan sampai pasien sadar penuh
setelah operasi (Muttaqin, 2009).
8
kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap imbalance
cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan infus.
b. Memantau kondisi kardiopulmonal
Pemantauan kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara kontinu
untuk melihat apakah kondisi pasien normal atau tidak. Pemantauan
yang dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan tekanan darah,
saturasi oksigen, perdarahan dll.
c. Pemantauan terhadap perubahan vital sign
Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk memastikan
kondisi klien masih dalam batas normal. Jika terjadi gangguan harus
dilakukan intervensi secepatnya.
4. PenatalaksanaanKeperawatan
a. Memberikankeselamatankepasien
b. Mempertahankanlingkungan aseptic danterkontrol
9
2.5Posisi Klien Selama Pembedahan
Cara pengaturanposisipasien, disesuaikandenganjenistindakanpembedahan
yang sudahstandar/baku (lihatgambarposisipasien) (Suriyanto, 2008).
a. Sitting Position
b. Fowler position
c. Supine position
Operasi otak, jantung, bedah abdomen umum, operasi lengan, tangan, dan kaki
d. Lateral position
10
Operasiparu-paru, oesopagus, operasidaerahbahusebelah dada, pinggang, operasi
femur, hipjoint (ataupanggul).
f. Trendelenburg position
g. Posisi cholelithiasis
11
Operasi liver, brader
h. Thyroditis position
j. Prone position
12
Operasidaerahbelakangkepala, pinggang, belakang lutut, tendon archiles, adrenal
glans.
2.6TipePembiusan
Klien yang menjalani pembedahan akan menerima anastesi dengan salah satu
dari tiga cara sebagai berikut : umum, regional, atau lokal(Barbara, 2005).
a. Anestesi Umum
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan
kesadarannya. Klien juga mengalami amnesia tentang seluruh proses yang
terjadi selama pembedahan, prosedur ini biasa disebut dengan bius total.
Pembedahan yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor
(operasi besar), yang membutuhkan manipulasi jaringan yang luas.
Pemberian anestesi ini bisa melalui dua cara, yakni dengan menghirup
gas(inhalasi) ataupun menyuntikkan obat kedalam pembuluh darah (IV).
Bius Intravena akan menghilang dengan cepat dari aliran darah setelah
operasi selesai, sedangkan untuk inhalasi memerlukan waktu lebih lama
untuk menghilang. Meskipun anestesi umum biasanya dianggap cukup
aman untuk sebagian besar pasien, namun ternyata dapat menimbulkan
beberapa risiko untuk pasien usia lanjut, anak-anak, orang-orang dengan
variasi genetik tertentu, dan mereka yang memiliki penyakit kronis seperti
diabetes. Contoh pembedahan yang menggunakan anestesi umum seperti
ICH, Vp shunt. Hisprung pada anak bayi, Craniotomy, Luka Bakar,
transplantasi organ dan sebagainya.
b. Anestesi Regional
13
Anestesi regional berfungsi untuk memblok rasa nyeri di seabagian area
tubuh. Berbeda dengan anestesi lokal, prosedur ini untuk area yang akan
mengalami mati rasa jauh lebih besar, tidak hanya satu bagian kecil saja,
misalnya area bawah pinggang. Terdapat beberapa jenis anestesi regional,
yakni blok saraf perifer, epidural dan spinal. Anestesi regional yang paling
sering digunakan adalah anestesi jenis epidural yang kerap digunakan saat
melahirkan. Untuk jenis anestesi regional ini, pembiusan biasanya
disuntikkan di bagian dekat sumsum tulang belakang dan saraf yang
terhubung suntikan ini menghilangkan sakit pada beberapa bagian tubuh
seperti pinggul, perut. Contoh pembedahan yang menggunakan anestesi
regional seperti Sectio Caesar, Fraktur tibia, fraktur femur, dsb.
c. Anestesi Lokal
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang
diinginkan. Anestesi lokal berfungsi untuk operasi kecil yang bisa membuat
area yang akan dioperasi mengalami mati rasa, namun sang pasien akan
tetap sadar saat menjalani operasi tersebut. Biasanya, anestresi ini bisa
disuntikkan, disemprotkan maupun dioleskan pada kulit ataupun selaput
lendir di area yang akan di operasi Contoh pembedahan yang menggunakan
anestesi lokal seperti Av shunt, Katarak pada mata, sirkumsisi pada anak
laki laki.
14
g. Shoulder bridge (penyanggah bahu).
h. Kidney rest (alat-alat posisi ginjal).
i. Body restrain straip digunakan dalam laminectomi.
j. Hemorroid straip untuk posisi lithotomi/ginekologi.
k. Body rest/brances untuk posisi lateran.
2.9 PersiapanKulit
DisenfeksimenurutMenurut dr. Christian Chandra:Povidone iodine atau
yang juga dikenal sebagai betadin adalah salah satu senyawa kimia yang
digunakan dalam pembuatan antiseptik. Sebagai antiseptik, povidone iodine
dapat digunakan untuk membersihkan serta mencegah infeksi pada luka di kulit
15
hingga vagina. Obat ini juga berguna sebagai disinfeksi pada luka bakar, serta
efektif mengatasi serangan jamur, bakteripenyebabradangtenggorokan, dan
virus tertentu, termasuk HIV dan herpes simplex.
Chlorhexidinemerupakanobatantiseptik golongan antimikroba yang
diciptakan dalam dua cara pemakaian, yaitu cairan untuk kumur dan cairan
yang dioleskan di kulit (topikal) Pada produk yang dioleskan di kulit,
chlorhexidine bisa digunakan untuk membersihkan kulit yang terluka dari
kuman. Selain itu, chlorexidine juga bisa digunakan untuk desinfeksi
(membunuh kuman) area kulit tertentu yang akan disuntik atau dibedah oleh
dokter, serta desinfeksi tangan dokter sebelum melakukan kedua prosedur
tersebut.
2.10Pemakaian Diathermy
Diathermy adalahelektrik yang diinduksi panas atau penggunaan arus
elektromagnetik frekuensi tinggi sebagai bentuk terapi fisik atau pekerjaan
dan prosedur pembedahan. Lapangan ini dipelopori pada tahun 1907 oleh
dokter Jerman Karl Franz Nagelschmidt, yang menciptakan istilah diathermy
dari kata Yunanidiadantherma, yang secaraharfiahberarti
"pemanasanmelalui".
Diathermy biasanyadigunakanuntukrelaksasi otot, dan untuk menginduksi
pemanasan dalam jaringan untuk tujuan terapeutik dalam pengobatan. Ini
digunakan dalam terapi fisik dan terapi okupasi untuk menghasilkan panas
sedang secara langsung pada lesi patologis di jaringan tubuh yang lebih
dalam. Diathermy diproduksi dengan tiga teknik: ultrasound (ultrasonik
diathermy), frekuensi radio gelombang pendek di kisaran 1-100 MHz
(gelombang pendek diathermy) atau gelombang mikro biasanya pada pita 915
MHz atau 2,45 GHz (microwave diathermy), metode yang berbeda terutama
pada kemampuan penetrasi mereka.
Inimemberiefekfisikdanmemunculkanspektrumresponsfisiologis.
Teknik yang samajuga digunakan untuk menciptakan suhu jaringan yang
lebih tinggi untuk menghancurkan neoplasma (kanker dan tumor), kutil, dan
jaringan yang terinfeksi; Ini disebut pengobatan hipertermia. Dalam operasi
16
diathermy ini digunakan untuk menghangatkan pembuluh darah agar tidak
terjadi pendarahan yang berlebihan. Teknik ini sangat berharga dalam bedah
sarafdanoperasi mat2a.Mata Cauter diathermy memiliki satu mata
(Monopolar) dan dua mata (Bipolar).
17
Mengurangi nyeri, Meningkatkan daya tahan jaringan, Membantu
mengurangi ketegangan otot Sehingga harapan dan proses pemulihan
dapat dicapai.
2.11Unit Pemanas/PendinginOperasi
SesuaidengankeputusanMenteri Kesehatan RI Nomor
1204/MENKES/SK/X2004, persyaratan ruang operasi adalah sebagai
berikut :
a. Indeks angka kuman 10 CFU/m3
b. Indeks pencahayaan 300 – 500 lux
c. Standar suhu 19 – 24˚ C
d. Kelembaban 45 – 60 %
e. Tekanan udara positif
f. Indeks kebisingan 45 dBA
Suhu dikamar operasi di daerah tropis sekitar 19˚ - 22˚ C, sedangkan di
daerah sekitar 20˚ - 24˚ dengan kelembaban 55%. Suhu dan Kelembaban
Kamar Operasi Dua komponen penting dari AC adalah suhu dan
kelembaban. Setelah udara luar melewati filter, udara mengalami
pengkondisian untuk suhu dan kelembaban kontrol. Pengontrolan Suhu
Pengontrolan suhu operasi meliputi pemanasan dan pendinginan system
untuk menjaga setpoint temperatur di daerah yang berbeda dari bangunan.
Suhu udara yang dingin sekitar 68˚ F - 73˚ F. Suhu yang lebih hangat (75˚
F) diperlukan di daerah yang membutuhkan derajat yang lebih besar dari
kenyaman pasien.Kebanyakan zona lainnya menggunakan kisaran suhu 70˚
F - 75˚ F.Banyak dokter lebih menyukai suhu dingin di ruang operasi
dengan alasan karena selama pembedahan mereka harus memakai 3 lapis
baju untuk melindungi diri dari darah.Suhu dingin pada ruang operasi lebih
baik bagi dokter dan pasien.
18
sekitar 68˚ F sampai 71˚ F (20˚ C - 21˚ C). Namun, suhu kamar operasi
dibawah 68˚ F (20˚ C) tidak menimbulkan kerugian maupun ketidak
nyamanan pada sebagian pasien. Jadi jika para ahli bedah lebih menyukai
suhu dingin di ruang operasi untuk kenyaman dalam operasi yang lama atau
untuk beberapa manfaat bagi pasien atau dalam aktualisasi yang lebih baik
menurut prosedur. Pertahanan suhu bayi dan anak saat pembedahan Ketika
terjadi perbedaan antara suhu rektal dengan suhu ruangan pada neonatus
sekitar lebih dari 2˚C sampai 3˚C, bayi harus lebih banyak menghasilkan
panas untuk mempertahankan suhu tubuh.
2.12Pemakaian Torniquet
Menurut Dr. Indra K. Muhtadi tourniquet adalah alat untuk mengerutkan
(constricting) dan menekan (compressing). Saat digunakan tourniquet
berfungsi untuk mengontrol aliran darah pada vena atau arteri dengan cara
menekan dan melepas dalam rentang waktu tertentu. Aplikasi pertama
tourniquet ada sejak tahun 199 SM pada Bangsa Romawi saat melakukan
tindakan amputasi lengan atau tungkai. Di zaman modern aplikasi
penggunaan tourniquet adalah sebagai berikut:
a. Menghentikan perdarahan pada luka terbuka di lengan atau tungkai
(biasanya pada kasus traumatik di medan perang atau kecelakaan lalu
lintas), bila dikhawatirkan akan membuat penderita/korban dapat
kehabisan darah.
b. Menghentikan aliran darah saat dilakukan operasi pada lengan atau
tungkai. Penghentian ini dilakukan secara sementara dengan sistem
buka tutup untuk rentang waktu tertentu.
19
c. Pada tindakan IVRA (Intravenous Regional Anesthesia) yang
dikenal dengan nama Bier block anesthesia atau Bier’s method.
Fungsinya agar obat anestesi hanya berpengaruh pada regio tertentu di
lengan atau tungkai.
d. Pada aplikasi yang membutuhkan akses sementara ke vena seperti
pengambilan sampel darah, pemasangan iv catheter, atau menyuntikkan
obat intra vena.
2.13PemakaianLeser
a. Solid state laser
Solid-state laser adalah laser yang menggunakan zat padat sebagai
mediumnya. Salah satu solid-state laser adalah laser ruby. Laser ruby
menghasilkan pulsa cahaya tampak pada panjang gelombang 694,3
nm, yang berwarna merah tua. Laser ruby digunakan terutama dalam
penelitian.
b. Laser gas
Laser gas adalah laser di mana arus listrik dihantarkan melalui gas
untuk menghasilkan cahaya yang koheren..
c. Laser Excimer
excimer (laser exciplex) adalah bentuk ultraviolet laser yang umum
digunakan dalam produksi perangkat mikroelektronik (semikonduktor
sirkuit terpadu atau "chip"), operasi mata, dan micromachining.
Umumnya laser excimer terbuat dari jenis gas mulia halide (dimer
merujuk kepada sebuah molekul dari dua bagian identik atau serupa).
d. Laser dioda
Diode laser adalah laser yang yang menengah aktif mirip dengan semi
konduktor yang ditemukan dalam diode pemancar cahaya. Jenis yang
paling umum dari dioda laser dibentuk dari sambunganpn dan
didukung oleh injeksi arus listrik .
20
e. Dye laser
Laser zat warna adalah Laser yang menggunakan pewarna organik
kompleks, seperti rhodamine 6g, dalam larutan cair atau suspensi
sebagai media penguat biasanya sebagai cairan.
f. Semikonduktor laser
Laser disebut laser injeksi, karena pemicuannya dilakukan dengan
injeksi arus listrik lewat sambungan PN semi konduktornya.Jadi laser
ini tidak lain adalah sebuah diode dengan bias majubiasa.
2.15Pemakaian Drain
Drain merupakanalat yang dimasukan ke dalam luka untuk membantu
mengeluarkan cairan (discharge/drainage) dari luka melalui bagian yang
terbuka pada luka. Drain terbuat dapat terbuat dari berbagai material,
antara lain ada yang berasal dari selang karet dan kasa. Tanpa drain,
banyak luka akan sembuh hanya pada permukaan atau bagian atas luka
saja, sehingga discharge dapat terjebak dibagian dalam atau dibagian
bawah luka . Jaringan didalam atau dibawah luka tidak dapat sembuh
karena adanya discharge/drainage yang terjebak
tadidankemudiandapatmenyebabkanterbentuknyaabses.
Selangkaret yang pleksibel yang disebut juga Penrose Drain seringkali
dimasukan atau dipasang selama pembedahan abdomen untuk
mempermudah drainage eksudat dan penyembuhan jaringan. Suatu drain
dimasukan dan dijahit melalui insisi. Panjang drain bervariasi dari 25-35
cm (10-14 inci), bergitu pula dengan lebarnya dari 2,5-4 cm (0,5-1,5 inci).
Umumnya dokter menginstruksikan agar drain ditarik keluar/dikeluarkan
atau dipendekan 2-5 cm (1-2 inci) setiap hari sampai lepas semuanya. Bila
drain sudah semua keluar, maka luka yang masih tersisa umumnya
sembuh dalam 1-2 hari. Di beberapa lembaga (rumah sakit, dll)
21
memendekan drain dilakukan hanya oleh dokter, akan tetapi padalembaga
lain dapatdilakukanolehperawat.Jenis-jenis drain meliputi: tube drain,
drain curavac, penrouse drain
2.16Irigasi Luka
Irigasi Luka dapat dilakukan dengan cairan Sodium Chloride 0,9%,
H²O², Antiwalk Spray, Antibiotik dan lainnya.
2.17PemakaianCairan
Diusahakan pada saat pasien masuk keruang operasi pasien dalam
keadaan mendekati normovolemik dan sudah tidak mempunyai hutang
cairan dari tatalaksana pre operasi dengan kata lain program untuk terapi
cairan pra bedah sudah selesai. Terapi cairan selama operasi meliputi
kebutuhan dasar cairan (maintenance) yaitu untuk operasi laparotomi
dibutuhkan cairan 10 cc/kgbb/jam operasi dan untuk non laparotomi
dibutuhkan cairan 5 cc/kgbb/jam operasi dengan menggunakan cairan
kristaloid, ditambah cairan yang hilang selama operasi/ perdarahan. Untuk
mengganti perdarahan selama operasi kita hitung jumlah perdarahan yang
keluar melalui darah yang keluar melalui suction, kasa yang terpakai dan
juga induk yang digunakan. Untuk satu kain kasa yang digunakan
menghisap, jika darah nya tidak menetes maka dihitung 5 cc darah tetapi
jika menetes maka dihitung 7 cc, jika kain yang digunakan maka dihitung
200 cc jika tidak menetes dan jika menetes dihitung 300 cc.
Jumlah dan jenis cairan yang dipakai untuk mengganti perdarahan
selama operasi disesuaikan dengan volume darah yang hilang.Yaitu
diklasifikasikan perdarahan ringan, sedang, dan berat. Jika ringan yaitu
10% dari EBV maka cukup diganti dengan kristaloid. Sedangkan sedang
yaitu kehilangan darah 15% dari EBV maka diganti dengan expander.
Apabila perdarahan berat yaitu 20% EBV maka diganti dengan darah.
Perbandingan volume pengganti kehilangan darah dengan jenis cairan =
darah: expander: kristaloid = 1:1:3. (Gruendmann, Barbara J. 2008)
22
2.18 UjiSpesimen
a. Prosedur pemeriksaan PA (HIPKABI, 2008)
1) Prosedur pemeriksaan PA biasa (memakai blok paraffin)
Pemeriksaan PA yang biasa menggunakan blok paraffin, ialah
pemeriksaan jaringan tubuh melalui pengolahan jaringan yang
memakai paraffin, dan jaringan dipulas dengan memakai pulasan
HE (Hematoksilin eosin).
2) Prosedur pemeriksaan histopatologi khusus/VC (Vriescoupe =
potong beku)Pemeriksaan VC adalah pemeriksaan jaringan tubuh
yang dilakukan pada saat operasi masih berjalan dengan
menggunakan system potong beku, sehingga diagnosis dapat
ditegakkan dengan segera, dan hasil pemeriksaan itu dipakai untuk
menentukan tindakan operasi selanjutnya.
b. Prosedur pemeriksaan sitopatologi
Pemeriksaan sitopatologi ialah pemeriksaan terhadap bahan yang di
ambil secara apusan, bilasan, sikatan, aspirasi atau dari bahan cairan
tubuh seperti urine, asites, cairan pleura dan lain sebagainya. Dengan
pemeriksaan ini keadaan sel yang terlepas dari jaringan tubuh dapat
dinilai, terutama penilaian terhadap proses keganasan, radang dan
pengaruh berbagai faktor pada sel.
1) Prosedur pemeriksaan sitologi eksfoliatif.
2) prosedur pemeriksaan eksfoliatif cairan tubuh
(Cairan tubuh ; cairan asites, cairan pleura, urine, cairan kista,
dll). Pemeriksaan cairan tubuh ini ditunjukkan untuk
menemukannya adanya sel ganas atau sel abnormal yang terlepas
kedalam cairan tersebut, atau hanya mikro-organisme.
3) Prosedur pemeriksaan sitologi aspirasi
Sitologi aspirasi ialah pemeriksaan terhadap sel yang didapati
dengan cara aspirasi jaringan tubuh. Aspirasi dilakukan dengan
menggunakan jarum halus, bisa dilakukan oleh dokter klinik atau
dokter spesialis PA.Sitologi aspirasi ini sama dengan biopsy
dalam ukuran kecil khususnya dalam hal diagnosis. Disamping itu
23
ada keuntungan yang diperoleh dengan pemeriksaan ini misalnya
apabila pasien bersedia untuk di biopsi. Untuk menilai
kekambuhan atau alat tubuh yang letaknya didalam sehingga
diperlukan tindakan operasi besar untuk mendapatkan jaringan.
c. Prosedur pemeriksaan histokimia
Pemeriksaan histokimia ialah pemeriksaan untuk mengetahui jenis zat
kimia yang terdapat dalam sel atau sel jaringan tubuh. Hal ini terutama
diperlukan oleh spesialis PA untuk memastikan diagnosis dari
jaringan yang diperiksanya.Apabila zat kimia yang ingin ditemukan
dapat larut dalam zat yang dipakai pada pengolahan jaringan, maka
bahan harus di olah dengan cara potong beku. Untuk zat kimia yang
menjadi rusak leh zat fiksatif, maka bahan harus dikirim dalam
keadaan segar.
d. Prosedur pemeriksaan immunopatologi
Pemeriksaan immunopatologi pada lab. PA, ditujukan untuk adanya
antigen atau antibodi dalam sel maupun jaringan diperlukan untuk
memastikan diagnosis PA, terutama dalam hal dimana secara
morfologi saja masih sulit untuk memastikan jenis, apakah suatu sel
sudah menjadi ganas atau belum.
2.19 Komplikasi
Komplikasiselamaoperasibisamunculsewaktu-
waktuselamatindakanpembedahan. Komplikasi yang seringmunculadalah :
1. Hipotensi
Hipotensi yang sering terjadi selama pembedahan, biasanya dilakukan
dengan pemberian obat-obatan tertentu (hipotensi di induksi). Hipotensi
ini memang diinginkan untuk menurunkan tekanan darah pasien dengan
tujuan menurunkan jumlah perdarahan pada bagian yang dioperasi,
sehingga memungkinkan operasi lebih cepat dilakukan dengan jumlah
pendarahan yang sedikit. Hipotensi yang disengaja ini biasanya
dilakukan melalui inhalasi atau suntikan medikasi yang mempengaruhi
sistem saraf simpatis dan otot polos perifer. Agen anestetic inhalasi yang
biasa digunakan adalah halotan.
24
Oleh karena adanya hipotensi di induksi ini, maka peru kewaspadaan
perawat untuk selalu memantau kondisi fisiologi pasien, terutama fungsi
kardiovaskulernya agar hipotensi yang tidak diinginkan tidak uncul, dan
bila muncul hipotensi yang sifatnya malhipotensi bisa segera ditangani
dengan penanganan yang adekuat.
2. Hipotermi
Hipotermi adalah keadaan suhu tubuh dibawah 36,6 ºC (N : 36,6
-37,5ºC). Hipotermi yag tidak diinginkan mungkin saja dialami pasien
sebagai akibat suhu rendah dikamar operasi (25-26,6ºC), infus dengan
cairan yang dingin, inhalasi gas-gas dingin, kavitas atau luka terbuka
pada tubuh, aktivitas otot yang menurun, usia lanjut atau obat-obatan
yang digunkan (vasodilator, anestetic umum, dll).
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari hipotermi yang
tidak diinginkan adalah atur suhu ruangan operasi pada suhu ideal (25-
26,6ºC). Jangan lebih rendah dari suhu tersebut, cairan intravena dan
irigasi dibuat pada suhu 37ºC, gaun operasi pasien dan selimut yang
basah harus segera diganti dengan yang kering. Penggunaan topi operasi
juga dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hiotermi.
Penatalaksanaan pencegahan hipotermi ini dilakukan tidak hanya pada
saat periode intra operasi saja, namun juga sampai saat pasca operasi.
3. Hipertermi malignan
Terjadi akibat gangguan otot yang disebabkan oleh agen anestestic.
Selama anestesi, agen anestesi inhalasi (halotan, enfluran) dan relaksan
otot (suksinilkolin) dapat memicu terjadinya hipertemi malignan.Ketika
di induksi agen anestestik, kalsium didalam kantong sarkoplasma akan
dilepaskan ke membran luar yang akan menyebabkan terjadinya
kontraksi. Secara normal, tubuh akan melakukan mekanisme pemompaan
untuk mengembaikan kalsium ke dalam kantong sarkoplasma. Sehingga
otot-otot akan kembali relaksasi. Namun pada orang dengan hipertermi
malignan, mekanisme ini tidak terjadi sehingga otot akan terus
berkontraksi dan tubuh akan mengalami hipermetabolisme. Akibatnya
akan terjadi hipertermi malignan dan kerusakan sistem saraf pusat.
25
Untuk menghindari mortalitas , maka segera diberikan oksigen 100%,
natrium dan trolem, natrium bikarbonat dan agen relaksan otot. Lakukan
monitoring terhadap kondisi pasien meliputi tanda-tanda vital, EKG,
elektrolit dan analisa gas darah.
26