Anda di halaman 1dari 8

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Jurnal Online Universitas Muhammadiyah Purwokerto

PENGUKURAN KUALITAS PERMUKIMAN


HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KESEHATAN
MASYARAKAT DI KECAMATAN SRAGEN:
UPAYA AWAL UNTUK PENINGKATAN KAPASITAS
MASYARAKAT DALAM STRATEGI
PENGURANGAN RESIKO PENYAKIT
Priyono, Jumadi, dan Mahayu Istiningtyas Kurniasari

Fakultas Geografi-Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas kawasan


permukiman dan kesehatan masyarakat di Kecamatan Sragen dan merancang skenario
untuk meningkatkan kapasitas penduduk dalam mengurangi resiko penyakit. Penelitian
ini menggunakan beberapa parameter yang dikumpulkan dengan interpretasi citra resolusi
tinggi. Semua parameter dianalisis dengan GIS menggunakan metode pembobotan untuk
mengukur kualitas pemukiman. Setelah itu, analisis statistik digunakan untuk
menyediakan hubungan antara kualitas pemukiman dan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan analisis korelasi, ada hubungan yang signifikan antara kualitas pemukiman
dan kesehatan masyarakat. Kualitas termiskin pemukiman terletak di Karangtengah. Di
daerah, terdapat 2,10 penyakit dalam setiap 100 orang. Berdasarkan analisis tersebut,
dapat disimpulkan bahwa peningkatan kualitas permukiman dapat secara signifikan
mengurangi risiko penyakit. Meningkatkan kapasitas masyarakat untuk meningkatkan
kualitas permukiman adalah isu penting dalam kasus ini. Ada tingkat kapasitas yang
berbeda dari masyarakat karena perbedaan kondisi sosial ekonomi terutama untuk tempat
tinggal perkotaan dan pedesaan.

Kata-kata kunci: Penginderaan Jauh, Kualitas Settlement, Kapasitas, Pengurangan


Risiko Penyakit dan Kesehatan Masyarakat.

I. PENDAHULUAN secara kualitas maupun peraturan


pemerintah. Tingginya angka kepadatan
Pertumbuhan penduduk di daerah
penduduk yang tidak diimbangi dengan
perkotaan baik alami maupun urbanisasi
ketersediaan lahan untuk permukiman akan
akan menimbulkan masalah permukiman
mengakibatkan munculnya permukiman-
terutama masalah hunian liar atau daerah
permukiman kumuh di wilayah perkotaan.
permukiman kumuh yang berkembang di
Permukiman ini jika ditinjau dari segi
berbagai kota dan mengakibatkan
kesehatan maka tidak layak huni karena
menurunnya kualitas permukiman
akan rentan dengan berbagai masalah
(Bintarto, 1987 dalam Lydia Desmaniar,
kesehatan, mulai dari penyakit menular
2009). Pertambahan jumlah penduduk
maupun tidak menular.
yang sulit dikendalikan menyebabkan
Lingkungan kumuh merupakan
kebutuhan akan lahan untuk permukiman
kondisi tempat tinggal atau tempat hunian
semakin berkurang. Kondisi inilah yang
yang berdesakan, luas rumah tidak
akan mempengaruhi munculnya lokasi-
sebanding dengan jumlah penghuni, rumah
lokasi permukiman yang tidak terarah, baik

Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Priyono, Jumadi dan Kurniasari, M.I.
_____________________________________________________________________________________________ 52
berfungsi sekedar tempat istirahat dan kurang sehat. Masalah inilah harus menjadi
melindungi diri dari panas, dingin, dan perhatian pemerintah untuk mengatur
hujan, lingkungan dan tata permukiman fenomena yang terjadi di daerah perkotaan.
tidak teratur, tanah bukan milik penghuni, Berdasarkan sedikit gambaran
sarana-prasarana fasilitas sosial kurang diatas, diperlukan data-data yang akurat
seperti sekolah dan balai pengobatan dan informasi spasial yang berkaitan
kurang (Bianpoen, 1991 dalam Haning, dengan permasalahan permukiman untuk
2007). Banyak sekali faktor yang mengatasinya. Data spasial diperlukan
mempengaruhi suatu permukiman ketika untuk menunjukkan letak atau posisi aktual
permukiman tersebut dikatakan kumuh (berkoordinat) permukiman kumuh. Jika
antara lain tidak tersedianya fasilitas proses perolehan data dilakukan secara
seperti sanitasi, tempat pembuangan terestial atau manual maka membutuhkan
sampah, kondisi kualitas air minum jelek waktu, biaya dan tenaga yang cukup besar.
yang dicirikan dengan bewarna, berbau, Kemajuan teknologi Sistem Informasi
dan memiliki rasa, kondisi permukiman Geografis dan Penginderaan jarak jauh
yang padat dan tidak teratur, terletak di dapat menjadi alternatif pemecahan
sekitar bantaran sungai, sempadan kereta masalah spasial dengan cepat dan tepat.
api, kawasan industri maupun pusat-pusat Dalam masalah ini, teknologi sistem
perekonomian dan jasa. informasi geografis dan penginderaan jauh
Kondisi diatas membuat rendahnya tersebut dimanfaatkan dengan menyerap
tingkat kesehatan di sebuah masyarakat. informasi dari citra. Kajian mengenai
Lingkungan yang kumuh, sarat akan kualitas permukiman, membutuhkan data
tempat berkembang biaknya beberapa jenis citra yang menyajikan kenampakan
penyakit, yang ditimbulkan dari bakteri permukaan bumi secara detil (beresolusi
(parasit) dan virus. Terdapat banyak sekali spasial tinggi). Salah satu citra dengan
jenis penyakit yang dapat berkembang resolusi spasial tinggi adalah citra
didaerah ini antara lain diare, kolera, Quickbird, bahkan sampai saat ini di
disentri, DBD (Deman Berdarah Dengue), tingkat dunia masih mengakui bahwa citra
TBC, Hepatitis A, Malaria, cacingan dan ini mempunyai tingkatan resolusi spasial
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). tertinggi dibandingkan dengan citra satelit
Menurut Achmadi (1991), ilmu kesehatan lainnya. Resolusi spasial citra Quickbird
lingkungan diberi batasan sebagai ilmu sendiri untuk saluran multispektralnya 2,4
yang mempelajari dinamika hubungan m dengan lebar cakupan area mencapai
interaktif antara kelompok penduduk atau 16,5 km x 16,5 km. Penggunaan citra
masyarakat dengan segala macam Quicbird dipilih dalam penelitian ini
perubahan komponen lingkungan hidup dikarenakan tingkat resolusinya yang
seperti spesies kehidupan, bahan, zat atau tinggi, sehingga kenampakan obyeknya
kekuatan di sekitar manusia yang jauh lebih detail dibandingkan dengan
menimbulkan ancaman atau berpotensi citra-citra satelit lainnya.
menimbulkan gangguan kesehatan Kecamatan Sragen merupakan salah
masyarakat serta mencari upaya-upaya satu daerah perkotaan di kabupaten Sragen,
pencegahan. sehingga penggunaan citra Quickbird
Permasalahan kualitas suatu dalam melakukan penelitian ini sangatlah
permukiman sangat erat kaitannya dengan tepat. Cakupan wilayah spatial yang tidak
kondisi kesehatan masyarakat. Jika jumlah terlalu luas pada daerah kota, memudahkan
permukiman kumuh di daerah perkotaan dalam melakukan penyadapan berbagai
meningkat, maka kondisi masyarakatnya informasi tentang kualitas permukiman.
akan sangat rentan terhadap jenis penyakit. Lokasi penelitian tentang hubungan
Penyakit tersebut dapat disebabkan oleh kualitas permukiman terhadap kesehatan
kondisi lingkungan permukiman yang masyarakat di lakukan di daerah perkotaan.

Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Priyono, Jumadi dan Kurniasari, M.I.
_____________________________________________________________________________________________ 53
Dasar pertimbangannya adalah klasifikasi Tingginya jumlah penduduk sangat
kualitas permukiman sangat kompleks, berpengaruh pada angka kepadatan
mulai dari kualitas permukiman baik penduduk serta kepadatan permukiman.
hingga kumuh ada di wilayah kajian ini. Hal inilah yang memicu munculnya lokasi-
Selain itu laju pertumbuhan penduduknya lokasi kumuh yang rentan terhadap
cukup tinggi, dan dianggap sebagai faktor berbagai jenis penyakit karena kondisi
utama munculnya permukiman kumuh. terbatasnya ruang lahan untuk
Kecamatan Sragen secara permukiman. Sehingga sebagian
administratif merupakan ibukota masyarakat memilih untuk membangun
kabupaten Sragen, sehingga tingkat rumah seadanya dengan kondisi
mobilitas serta kepadatan penduduknya lingkungan yang kotor, tidak terawat,
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan fasilitas yang terbatas seperti tidak
kecamatan lain yang ada di kabupaten tersedianya sanitasi, tempat pembuangan
Sragen. Fasilitas umum seperti sampah dan kualitas air minum yang jelek.
transportasi, pasar, toko, sekolah, rumah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sakit serta pelayanan publik lainnya mudah hubungan antara kualitas pemukiman dan
di peroleh di kecamatan ini. Kondisi inilah keulitas kesehatan masyarakat di
yang merupakan salah satu faktor Kecamatan Sragen serta membuat skenario
pendorong tingginya kepadatan pengurangan resiko penyakit melalui
penduduknya namun tidak diimbangi peningkatan kapasitas masyarakat.
dengan ketersediaan lahan untuk
bermukim. Pengaturan tataruang kota yang II. METODE PENELITIAN
kurang tepat dapat menimbulkan
Unit analisis kualitas permukiman
permasalahan lingkungan. Sebagai contoh
sendiri berupa desa/kelurahan, dimana
daerah bantaran sungai yang seharusnya 50
terlebih dahulu dibuat blok-blok
meter dari bibir sungai tidak boleh
permukiman pada setiap kelurahan/desa.
digunakan untuk permukiman, namun
Hal ini dilakukan untuk mempermudahkan
kondisi ini masih dijumpai di kecamatan
dalam melakukan analisis setiap parameter
Sragen.
yang digunakan, dari blok-blok yang ada
Berdasarkan dari data Badan Pusat
maka dapat ditentukan kondisi persebaran
Statistik, jumlah penduduk kabupaten
tingkat kualitas permukiman di kecamatan
Sragen hingga tahun 2010 mencapai
Sragen. Terdapat beberapa parameter yang
883.464 jiwa, dengan tingkat kepadatan
dapat digunakan untuk mengetahui kualitas
tertinggi di kecamatan Sragen kurang lebih
suatu permukiman. Parameter yang
2.432 jiwa/km² dengan luas wilayah 27,27
digunakan terdiri dari dua jenis yaitu
km² dan terendah di kecamatan Jenar
parameter fisik kualitas permukiman dan
kurang lebih 423 jiwa/km² dengan luas
parameter untuk kesehatan lingkungannya.
wilayah 63,97 km². Tingkat pertambahan
Parameter fisik kualitas permukiman
penduduk di kecamatan Sragen setiap
terdiri dari kepadatan permukiman,
tahun mengalami peningkatan yang cukup
kerapatan vegetasi, pola permukiman,
signifikan. Berdasarkan data dari Badan
ukuran jalan masuk blok permukiman,
Pusat Statistik pada tahun 2008 kecamatan
kondisi jalan masuk atau aksesibilitasnya
ini mempunyai jumlah penduduk sebesar
dan kondisi halaman permukiman. Untuk
65.651 jiwa, pada tahun 2009 mengalami
parameter kesehatan lingkungannya dapat
peningkatan menjadi 65.816 jiwa dan data
dilihat dari potensi daerah genangan
data terbaru untuk tahun 2010 jumlah
banjirnya, sanitasi, tempat pembuangan
penduduknya mencapai 66.321 jiwa.
sampahnya, dan kualitas air minumnya.
Jumlah penduduk ini merupakan jumlah
Metode yang digunakan yaitu
penduduk total dimana meliputi angka
pengharkatan berjenjang tertimbang.
kelahiran, kematian, imigrasi dan emigrasi.
Setiap parameter yang digunakan akan

Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Priyono, Jumadi dan Kurniasari, M.I.
_____________________________________________________________________________________________ 54
memiliki nilai atau bobot yang berbeda. parameter yang digunakan dalam
Besarnya nilai yang diberikan, dipengaruhi menentukan tingkat kualitas permukiman
terhadap besar kecilnya tingkat pengaruh di kecamatan Sragen. Parameter yang
pada kualitas permukiman. Semakin besar digunakan antara lain kepadatan
pengaruhnya terhadap kualitas permukiman, kerapatan vegetasi, pola
permukiman, maka nilai yang diberikan permukiman, lebar jalan masuk lingkungan
akan semakin besar, demikian pula kondisi permukiman, kondisi jalan masuk
sebaliknya. Untuk mengetahui tingkat lingkungan permukiman, kondisi halaman
kualitas permukiman, maka seluruh permukiman, kondisi sanitasi, kondisi
parameter yang digunakan dilakukan TPS, kualitas air minum, dan daerah
overlay. Overlay dilakukan guna genangan banjir. Informasi perolehan data
memperoleh peta tentativ kualitas setiap parameter, dapat diperoleh secara
permukiman. langsung pada citra serta dilakukan survey
Klasifikasi kualitas permukiman lapangan. Interpretasi citra dilakukan
diperoleh berdasarkan skor total dari menggunakan Citra Quickbird, dimana
seluruh parameter yang digunakan. tingkat resolusi spatial citra ini tinggi,
Dimana skor total di peroleh dari hasil sehingga penulis dapat menyadap
overlay. Dalam penelitian ini, penulis informasi secara langsung. Parameter yang
menentukan tiga kelas klasifikasi kualitas menggunakan metode interpretasi citra
permukiman yaitu baik,sedang dan buruk. antara lain: kepadatan permukiman,
Dasar dalam menentukan kelasnya yaitu kerapatan vegetasi, lebar jalan masuk
nilai tertinggi seluruh skor total, dikurangi lingkungan permukiman, kondisi jalan
nilai terendah dari seluruh skor total yang masuk lingkungan permukiman, pola
kemudian di bagi banyaknya kelas yang permukiman dan kondisi halaman
digunakan. Setelah peta kualitas permukiman. untuk empat parameter yang
permukiman di ketahui, maka dilakukan lain seperti kondisi sanitasi, kondisi TPS,
analisis apakah terdapat hubungan anatara kualitas air minum dan daerah banjir harus
kondisi kualitas permukiman dengan dilakukan survey secara langsung
tingkat kesehatan masyarakat. kondisi dilapangan, hal ini dikarenakan informasi
kesehatan masyarakat sendiri diperoleh tidak dapat diperoleh secara langsung dari
dari data jumlah penderita penyakit yang citra. Selain itu survey lapangan diperlukan
disebabkan lingkungan. Data tersebut untuk reinterpretasi citra hasil interpretasi
kemudian dicari besar Indeks Ratio (IR) kenampakan obyek, agar informasi yang
atau angka kejadian penderita penyakit diperoleh dapat valid dan sesuai dengan
terhadap penduduk setempat. Nilai kualitas kondisi sebenarnya dilapangan.
permukiman dan IR akan berbanding Setiap parameter yang digunakan
terbalik. Semakin besar skor kualitas memiliki nilai bobot yang berbeda,
permukimannya maka nilai IR akan jauh semakin tinggi tingkat pengaruhnya
lebih kecil, hal ini menunjukkan bahwa terhadap kualitas permukiman maka bobot
tingkat kualitas permukiman yang baik di yang diberikan akan semakin besar. Pada
tunjukkan dengan kondisi kesehatan yang setiap parameter akan memiliki nilai harkat
baik pula. yang berbeda, bergantung pada kondisi
tingkat kelas yang dihasilkan. Sebagai
III. HASIL DAN PEMBAHASAN contoh kepadatan permukiman, semakin
a. Analisis Kualitas Permukiman padat blok permukimannya, harkatnya
diberi nilai tiga. Sedangkan untuk blok
Peta kualitas permukiman diperoleh
permukiman yang tingkat kepadatan
dari hasil overlay atau tumpang susun dari
permukimannya rendah diberi nilai satu.
keseluruhan parameter yang digunakan.
Konsep ini berlaku untuk seluruh
Analaisis overlay dilakukan menggunakan
parameter yang digunakan, semakin baik
software ArcGIS 9.3. Terdapat sepuluh

Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Priyono, Jumadi dan Kurniasari, M.I.
_____________________________________________________________________________________________ 55
kelasnya, nilai harkatnya satu, dan semakin bantaran sungai, baik yang berada didaerah
buruk kelasnya, nilai harkatnya tiga. perkotaan maupun perdesaan. Terdapat
Penentuan kualitas permukiman beberapa faktor yang menyebabkan
dilakukan dengan metode overlay tiga kali. pernukiman yang ada pada daerah bantaran
Dimana parameter fisik kualitas sungai memiliki kualitas permukiman yang
permukiman dilakukan overlay terlebih buruk. Kondisi kesehatan lingkunganya
dahulu, kemudian overlay parameter yang yang kurang menuhi sarat kesehatan,
mempengaruhi kualitas kesehatan dimana sampah dibuang ke sungai, limbah-
lingkunggannya. Hasil dari overlay limbah rumah tangga dialirkan ke sungai
parameter fisik kualitas permukiman dan bahkan terkadang terdapat beberapa rumah
parameter kondisi kesehatan lingkungan di yang masih buang air besar di sungai,
lakukan overlay kembali sehingga akan sehingga menyebabkan beberapa bakteri
menghasilkan informasi baru yaitu peta penyakit dapat berkembang biak dengan
kualitas permukiman di kecamatan Sragen. baik di wilayah ini. Sebagai contoh
Berdasarkan analisis, kondisi tingkat wilayah yang berada pada bantaran kali
kualitas permukiman di kecamatan Sragen garuda (Teguhan, Kauman, Batu, Pecing),
masih cukup baik. Hampir sebagian besar bantaran kali Mungkung.
wilayahnya memiliki kualitas permukiman
b. Analisis Incident Rate (IR) Kejadian
sedang, dengan luas wilayah 6,538122
Penyakit
km². Kualitas permukiman sedang ini
menyebar di seluruh wilayah mulai dari Incident Rate (IR) merupakan
desa Sine, Sragen kulon, Sragen tengah, perbandingan nilai jumlah penduduk
Sragen wetan, Nglorog, Karangtengah, terhadap jumlah angka kesakitan penderita
Tangkil, dan Kedungpit. penyakit, dimana dalam 100 penduduk
Presentase luas wilayah yang dapat diketahui berapa banyaknya
mempunyai tingkat kualitas permukiman penderita. Perhitungan IR menggunakan
baik sebesar 2,059651 km², dengan tingkat seluruh jenis penyakit baik yang menular
persebaran hampir sebagian besar maupun tidak menular terutama yang
didominasi pada wilayah perkotaan seperti disebabkan kondisi kualitas lingkungan
Sragen wetan, Sragen tengah dan Sragen permukiman yang tidak baik. Terdapat
kulon. Meskipun daerah perkotaan, namun lima jenis penyakit yang di gunakan
tingkat kualitas permukimannya jauh lebih sebagai data analisis penulis yaitu penyakit
baik dibandingkan pada daerah perdesaan. DBD, TB paru, Pneumonia, dan Asma
Dikarenakan kondisi fisik permukiman bronkial. Satu diantara nya merupakan
serta kondisi kesehatan lingkunggannya jenis penyakit yang sifatnya tidak menular
telah memenuhi sarat kualitas permukiman yaitu khusus untuk Asma bronkial.
yang baik. Sebagai contoh pada daerah Sedangkan kempatnya merupakan jenis
perkotaan kondisi jalan yang masuk penyakit yang menular seperti DBD yang
lingkunganya hampir sebagian besar sudah penularannya melalui nyamuk, diare
diperkeras, pola permukiman yang cukup melalui cacing, TB paru melalui
teratur, kondisi halaman rumah yang cukup kontaminasi langsung antara manusia
terawat meskipun luasnya tidak begitu dengan manusia seperti minum atau makan
besar namun cukup untuk menyerap polusi menggunakan tempat yang sama. Penyakit
udara yang ada di daerah kota. Kondisi Asma Bronkial dikarenakan oleh beberapa
sanitasi, TPA, kualitas air sudah baik dan faktor diataranya adalah: polusi udara yang
memenuhi standar kesehatan lingkungan. kotor baik dari asap rokok, kendaraan
Sedangkan untuk kualitas bermotor, cerobong dari pabrik maupun
permukiman buruk memiliki luas 1,027244 industri selain itu faktor genetik atau
km², hampir sebagian besar kualitas keturunan juga dapat menyebabkan
permukiman buruk berada pada daerah seseorang memiliki riwayat penyakit ini.

Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Priyono, Jumadi dan Kurniasari, M.I.
_____________________________________________________________________________________________ 56
Berdasarkan hasil kalsifikasi IR Incident Rate dibagi banyaknya kelas yang
untuk total seluruh jenis penyakit di atas, akan digunakan. Dari perhitungan tersebut
maka dapat diketahui tingkat kondisi maka dapat ditentukan nilai klasifikasi
kesehatan masyarakat Kecamatan Sragen Incident Rate sehingga dapat diketahui
yang cukup berfariasi. Dimana empat desa tingkat kesehatan masyarakat di kecamatan
masuk kedalam kelas rendah yaitu desa Sragen masuk kedalam kelas rendah,
Sragen Kulon, Sragen Wetan, Nglorog dan sedang, dan tinggi.
Tangkil. Untuk desa Sine, Sragen tengah
c. Analisis Uji Korelasi
dan Kedungpit masuk kedalam kelas
sedang, dan yang terakhir desa Karang Hubungan antara kualitas
tengah masuk kedalam kelas tinggi. Nilai permukiman dan tingkat kesehatan
IR di sini menunjukkan banyaknya disajikan dalam Gambar 1. Berdasarkan
penderita dalam 100 penduduk di setiap tabel uji statistik dengan metode korelasi
desa, semakin besar nilai IR nya maka diketahui bahwa terdapat hubungan yang
kondisi tingkat kesehatanya buruk. Sebagai kuat antara kualitas permukiman tehadap
contoh untuk desa Sine dimana nilai IR kesehatan masyarakat. Hal ini dibuktikan
nya 1,54, sehingga disetiap 100 penduduk dengan melihat hasil uji statistik bahwa
terdapat 1,54 orang penderita. korelasi (r) hitung lebih besar dari r tabel
Penentuan klasifikasi mengunakan dengan n = 7. Selain itu kita juga dapat
rumus Sturgess dimana nilai tertinggi melihat dari nilai sig.2 (tailed) = 0,037
dikurangi nilai terrendah dari perhitungan lebih kecil dari nila alpha nya.

Gambar 1. Hubungan antara Kualitas Pemukiman dan Kesehatan Masyarakat

Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Priyono, Jumadi dan Kurniasari, M.I.
_____________________________________________________________________________________________ 57
Hasil uji statistik diatas IV. KESIMPULAN
menunjukkan hubungan yang kuat dimana 1. Kondisi kualitas permukiman memiliki
dapat diartikan bahwa jika kualitas hubungan positif terhadap kesehatan
permukiman buruk meningkat maka nilai masyarakat.
Incident Rate (IR) akan meningkat juga. 2. Sosialisasi dan peningkatan kesadaran
Seperti telah dipaparkan di depan bahwa masyarakat terhadap lingkungan perlu
IR digunakan sebagai ukuran tingkat dilakukan sebagai sarana untuk
kesehatan masyarakat, semakin besar nilai meningkatkan kapasitas masyarakat.
IR maka tingkat kesehatan masyarakatnya Disamping itu perlu juga dibuat
akan rendah. peraturan penunjang yang mengikat
Untuk meningkatkan kondisi misalnya penetapan RDTR dan
kesehatan masyarakat yang baik maka persyaratan minimum yang harus
beberapa hal yang perlu dilakukan dipenuhi pada saat mengajukan ijin
diaantaranya yaitu selalu menjaga kondisi pendirian bangunan, sehingga kualitas
kualitas lingkungan permukiman. pemukiman akan senantiasa terjaga.
Lingkungan yang nyaman dan sehat akan
DAFTAR PUSTAKA
memunculkan perilaku hidup yang sehat
pula, dimulai dari hal-hal yang kecil
Badan Pusat Statistik. 2011. Kecamatan
seperti membuang sampah pada
Sragen Dalam Angka 2010/2011. Data
tempatnya, menanam tanaman yang
Statistik. Kabupaten Sragen: Sragen.
mampu menyerap dan mengurangi polusi
Bintarto. 1977. Interpretasi Foto Udara
udara agar terhidar dari polusi udara kotor
dan Study Kekotaan. Fakultas
yang dapat mengganggu saluran
Geografi, UGM : Yogyakarta.
pernapasan.
Bintarto. 1984. Interaksi Desa – Kota dan
d. Upaya Peningkatan Kapasitas
Permasalahanya. Penerbit Ghalia
Masyarakat
Indonesia : Jakarta Timur.
Kapasitas dalam hal ini
Budihardjo, Eko. 1984. Sejumlah Masalah
dimaksudkan adalah kemampuan
Permukiman Kota. Penerbit alumni:
masyarakat dalam menjaga kualitas
Bandung.
permkiman. Upaya ini dapat dilakukan
Budi, Waluyo. 2009. Perubahan Orientasi
dengan cara menjaga kualitas masing-
Penggunaan Rumah Di Kelurahan
masing parameter yang diteliti dalam
Ngringi Kecamatan Jaten Kabupaten
penelitian ini, upaya-upaya tersebut
Karanganyar. Skripsi. Fakultas
adalah:
Geografi. Universitas Muhammadiyah
1. Melakukan pengaturan ruang secara
Surakarta: Surakarta.
terarah dengan cara mematuhi RTRW
Danoedoro, Projo. 1999. Pedoman
dan RDTR.
Praktikum Penginderaan jauh Dasar.
2. Menjaga kualitas halaman dengan
Yogyakarta: Fakultas Geografi.
menjaga keberadaan tanaman-tanaman
Universitas Gadjah Mada.
hijua sehingga meningkatkan
Faisal, Y., Nurdin, N. and Sadly, M.
kenyamanan dan keasrian.
(2008). The Development and
3. Menjaga kualitas sanitasi dan drainase
Implementation of Rule Based Expert
dengan senantiasa melaksanakan
Systems with GIS based on Remote
gotong-royong untuk membersihkan
Sensing Data for Fishing Ground
utilitas tersebut.
Prediction Models: Alternative
4. Menggalakkan pola hidup sehat dapat
approaches and methods. PIT MAPIN
dimulai dari hal-hal yang kecil, seperti
XVII, Bandung 10-12-2008.
penanganan sampah yang tepat.
Hartono (2010). Penginderaan jauh dan
sistem informasi geografi serta
aplikasinya di bidang pendidikan dan

Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Priyono, Jumadi dan Kurniasari, M.I.
_____________________________________________________________________________________________ 58
pembangunan. Prosiding Seminar
Nasional Penginderaan Jauh Dan
Sistem Informasi Geografi Serta
Aplikasinya Di Bidang Pendidikan dan
Pembangunan. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Kerle, N., Jenssen, L. L. F., and
Hurneman, G. C. (eds) (2004)
Principles of Remote Sensing – ITC
Educational Textbook Series. The
Netherland: ITC.
Liew,S.C. (1997) Principles Of Remote
Sensing. Available:
www.crisp.nus.edu.sg. Accessed: 04
October 2010.
Lillesand, T. M., Kiefer, R. W., Chipman,
J. (2008) Remote sensing and Image
Interpretation. 6th. NY: John Wiley
and Sons.
Roswiniartia, O., Solichin dan Suwarsono
(2008) Potensi pemanfaatan data
SPOT untuk estimasi cadangan dan
emisi karbon di hutan rawa gambut
Merang, Sumatera Selatan. PIT
MAPIN XVII, Bandung 10-12-2008
Sitanggang, G., and Harini, S. (2008)
Klasikasi Penutup Lahan/Tanaman
Pertanian Sawah Menggunakan Data
Optik ALOS (AVNIR-2 DAN PRISM).
PIT MAPIN XVII, Bandung 10-12-
2008
UPTD Puskesmas Kecamatan Sragen.
2011. Buku Laporan kesehatan
Tahunan 2010. Kabupaten Sragen
Wang, K. et al (2009) Progress in
Physical Geography, Vol 33, No 6, pp.
747–768
Wicaksono, P. (2008) Perbandingan
Kemampuan Citra ASTER dan
Landsat 7 ETM+ Dalam Pemetaan
ondisi Kesehatan Terumbu Karang di
Pulau Menjangan Besar dan
Menjangan Kecil, Kepulauan Karimun
Jawa. PIT MAPIN XVII, Bandung
10-12-2008
www. Sragen Kab. go.id

Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Priyono, Jumadi dan Kurniasari, M.I.
_____________________________________________________________________________________________ 59

Anda mungkin juga menyukai