Anda di halaman 1dari 8

Dari data berikut jelaskan kondisi pasien dan bagaimana terapinya.

Tuliskan sumber
disetiap kutipan yang anda gunakan
JAWABAN
Nama : Nurdiana Tandi Pare
NIM : 202020305R
Minat : Sains

PENDAHULUAN
<<Berisi penjabaran umum terkait penyakit yang diderita oleh pasien>>
Hasil Pemeriksaan Pasien
1. Hemoglobin 12,8 g/dl
2. Neutrofil Tinggi 72 %
3. Limfosit Rendah
4. Monosit Tinggi
5. Trombosit tinggi
6. Gula Darah Tinggi 2 jam Setelah Makan
7. Tekanan Darah 130/70 mmHg
8. Suhu 37,6 C
Masalah
<< Berisi penajabaran hasil klinis pasien>>
1. Hemoglobin 12,8 g/dl Rendah
2. Neutrofil Tinggi 72 %
3. Limfosit Rendah
4. Monosit Tinggi
5. Trombosit Tinggi
6. Gula Darah Tinggi 2 jam Setelah Makan
7. Tekanan Darah Tinggi 130/70 mmHg
8. Suhu 37,6 C Tinggi
Lini terapi Utama dan Pembahasan
1. Hemoglobin 12,8 sedikit rendah namun tidak perlu terapi farmakologi, cukup non
farmakologi seperti
Zat besi, vitamin B12, dan folat adalah nutrisi yang berperan penting dalam produksi sel
darah merah yang kaya hemoglobin. Oleh sebab itu, jika tubuh kekurangan hemoglobin,
Anda perlu meningkatkan asupan makanan yang kaya zat besi, vitamin B12, dan folat,
seperti:

 Hati sapi atau hati ayam


 Daging
 Makanan laut, seperti ikan, udang, dan kerang
 Sayuran hijau, seperti bayam, brokoli dan kale
 Kacang-kacangan, seperti kacang hijau, kacang merah, dan kedelai
 Sereal yang diperkaya dengan zat besi maupun folat

Selain dengan makanan, konsumsi suplemen yang mengandung zat besi, folat, dan vitamin
B12. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan suplemen zat besi dengan
dosis 30–60 mg untuk orang dewasa guna mencegah kurang darah dan menambah jumlah
hemoglobin.
Turner, J., Parsi, M., & Badireddy, M. NCBI Bookshelf (2020). Anemia.
Girault, et al. (2018). Undiagnosed Abnormal Postpartum Blood Loss: Incidence And Risk
Factors. PLoS One, 13(1), e0190845.
Kotepui, et al. (2015). Effects Of Malaria Parasite Density On Blood Cell Parameters. PLoS
One, 10(3), e0121057.
American Pregnancy Association. Anemia During Pregnancy.
National Health Service UK (2019). Health A to Z. Vitamin B12 or Folate Deficiency
Anaemia.
World Health Organization. Guidelines for the Use of Iron Supplements to Prevent and Treat
Iron Deficiency Anemia.
Cleveland Clinic (2018). Low Hemoglobin: Possible Causes.
Mayo Clinic (2020). Symptoms. Low hemoglobin count.
Mayo Clinic (2019). Tests & Procedures. Hemoglobin Test.
Holm, G. & Cherney, K. Healthline (2019). Everything You Need to Know About
Thalassemia.

2. Neutrofil Tinggi 72 %
Sebelum menentukan metode pengobatan, dokter akan melakukan pemeriksaan
medis secara lengkap untuk menentukan penyebabnya. Pemeriksaan yang
dilakukan biasanya meliputi pemeriksaan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang, seperti tes darah lengkap, foto Rontgen, dan aspirasi sumsum tulang
belakang.
Setelah dokter memastikan diagnosis neutropenia dan telah menentukan
penyebabnya, dokter akan menentukan tindakan penanganan sesuai penyebab
neutropenia yang dialami penderita.
Ada beberapa langkah penanganan yang dapat dilakukan dokter untuk menangani
neutropenia antara lain:

Pemberian obat-obatan
Pada dasarnya, pemberian obat-obatan untuk mengobati neutropenia disesuaikan
dengan penyebabnya. Misalnya, jika neutropenia disebabkan oleh infeksi berat atau
sepsis, dokter akan memberikan antibiotik untuk mengatasinya.
Sementara itu, bila neutropenia disebabkan oleh kelainan autoimun, dokter akan
memberikan obat-obatan golongan kortikosteroid.
Pada kasus neutropenia yang tergolong berat, dokter dapat memberikan obat-
obatan untuk meningkatkan jumlah sel neutrofil. Obat-obatan tersebut
meliputi granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF) dan granulocyte-macrophage
colony-stimulating factor (GM-CSF).
Angel, A., Vaillant, J., & Zito, P.M. NCBI Bookshelf (2019). Neutropenia.
Bakhtiar, S., Shadur, B., & Stepensky, P. (2019). The Evidence for Allogeneic Hematopoietic
Stem Cell Transplantation for Congenital Neutrophil Disorders: A Comprehensive Review by
the Inborn Errors Working Party Group of the EBMT. Frontiers in Pediatrics, 7, pp. 436.
Singh, et al. (2018). Granulocyte Colony-Stimulating Factor Use After Autologous Peripheral
Blood Stem Cell Transplantation: Comparison of Two Practices. Biology Of Blood And
Marrow Transplantation : Journal Of The American Society For Blood And Marrow
Transplantation, 24(2), pp. 288–293.
Birmingham, A., Mancuso, C., & Williams, C. (2017). Use Of Granulocyte Colony‐Stimulating
Factor In The Treatment Of Methimazole‐Induced Agranulocytosis: A Case Report. Clinical
Case Reports, 5(10), pp. 1701–1705.

3. Limfosit Rendah
Limfosit adalah salah satu jenis sel darah putih. Seperti halnya sel darah putih
lainnya, merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang bertugas untuk
melawan dan mencegah penyakit infeksi, serta membantu melawan kanker.
Limfosit dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sel B, sel T, dan sel natural killer. Bila jumlah
limfosit kurang dari batas normal dikhawatirkan dapat mengakibatkan tubuh rentan
terhadap infeksi, meningkatkan risiko terkena penyakit kanker, serta menyebabkan
kerusakan berbagai organ
Bila pasien mengalami limfositopenia atau limfosit rendah, kondisi ini harus ditangani
sesuai dengan penyebab yang melatarbelakanginya, seperti:

 Penggantian atau penghentian obat-obatan yang menyebabkan limfosit


rendah
 Pemberian obat antivirus, antibiotik, antijamur, atau antiparasit untuk
mengobati infeksi tertentu
 Penyuntikan gamma globulin untuk mengatasi limfositopenia sel B
 Terapi kombinasi antiretroviral untuk penderita HIV
 Transplantasi sel punca (stem cell) dari darah maupun sumsum tulang
belakang untuk menangani limfosit rendah akibat kelainan genetik

Selain itu, pasien limfositopenia juga perlu menerapkan pola hidup sehat dan


menjaga kebersihan, termasuk rajin mencuci tangan, guna meningkatkan kerja
sistem kekebalan tubuh dan melindungi diri dari penyakit infeksi.
Bellelli, V., et al. (2019). Clinical Significance of Lymphocytopenia in Patients Hospitalized
with Pneumonia Caused by Influenza Virus. Critical Care, 23(1), pp 1-3.
National Heart, Lung, and Blood Institute. Lymphocytopenia.
Iftikhar, N. Healthline (2019). What Is Lymphocytopenia?
Morris, S. Healthline (2018). Everything You Should Know about Lymphocytes.
Territo, M. MSD Manuals (2020). Lymphocytpenia.
MedicineNet (2021). Medical Definition of Lymphocyte.

4. Monosit Rendah
Monosit tinggi atau monositosis juga dapat disebabkan oleh sejumlah penyakit.
Contohnya penyakit autoimun, seperti lupus, rheumatoid arthritis, dan kolitis
ulseratif; penyakit peradangan kronis, seperti sarkoidosis, radang usus, dan penyakit
Crohn; bahkan penyakit pada sistem kardiovaskular, seperti penyakit jantung.
Selain itu, pengangkatan limpa, gangguan pada produksi sel darah, serta stres juga
dapat menyebabkan monosit tinggi.

Gejala Monosit Tinggi yang Perlu Diwaspadai


Tingginya kadar monosit atau jumlah sel darah putih secara keseluruhan dapat
menyebabkan darah menjadi kental. Kondisi ini bisa menimbulkan beragam gejala
berikut:

 Demam
 Nyeri pada area infeksi, bila monositosis disebabkan oleh infeksi
 Mudah memar, bila monositosis terjadi akibat leukemia
 Berat badan turun tanpa sebab
 Berkeringat di malam hari
 Penglihatan terganggu
 Gangguan pernapasan
 Perdarahan pada area yang dilapisi mukosa atau selaput lendir (mulut, usus)
 Stroke

Penanganan monositosis dapat beragam karena perlu disesuaikan dengan


penyebabnya. Bila monosit tinggi terjadi akibat infeksi bakteri, pemberian antibiotik
bisa menjadi pilihan pengobatan. Namun, bila kondisi terjadi akibat kanker,
kemungkinan dokter akan merekomendasikan kemoterapi dan radiasi.
Yang, J., Et al. NCBI 2014. Monocyte and macrophage differentiation: circulation
inflammatory monocyte as biomarker for inflammatory diseases. Biormarker Research, 2(1),
1.
Moyer, N. Healthline (2018). What Is Leukocytosis?
Ross, H. and Jewell, T. Healthline (2016). Blood Differential Test.
Territo, M. MSD Manual (2018). Monocyte Disorders.
Raymaakers, K. Very Well Health (2018). How Monocytes Function in the Body.

5. Trombosit Tinggi
Pasien trombositosis yang tidak mengalami gejala dan kondisinya stabil hanya
memerlukan pemeriksaan secara rutin. Sementara bagi pasien yang mengalami
gejala, pengobatannya dapat dilakukan berdasarkan jenis trombositosis, yaitu:

Trombositosis primer
Umumnya, pengobatan trombositosis primer dilakukan pada pasien yang memiliki
kondisi sebagai berikut:

 Berusia di atas 60 tahun


 Memiliki riwayat perdarahan atau penggumpalan darah
 Memiliki faktor risiko penyakit jantung, seperti diabetes, kolesterol tinggi, atau
tekanan darah tinggi (hipertensi)

Beberapa metode pengobatan yang dapat dokter lakukan meliputi:

 Pemberian obat aspirin, untuk mengurangi pembekuan darah


 Pemberian obat seperti hydroxyurea atau interferon, untuk menekan produksi
trombosit oleh sumsum tulang
 Prosedur platelet pheresis, untuk memisahkan trombosit dari aliran darah, yang
dilakukan jika produksi trombosit tidak dapat secara cepat dikurangi dengan obat-
obatan

Trombositosis sekunder
Penanganan trombositosis sekunder ditujukan untuk mengatasi kondisi yang
menyebabkan trombositosis. Dengan mengatasi penyebabnya, maka jumlah
trombosit dapat kembali normal.
Jika penyebabnya adalah cedera atau operasi, maka kenaikan jumlah trombosit
biasanya tidak akan bertahan lama dan dapat kembali normal dengan sendirinya.
Namun, jika penyebabnya adalah infeksi kronis atau penyakit peradangan, jumlah
trombosit akan tetap tinggi sampai penyebabnya dapat dikendalikan.
Di sisi lain, operasi pengangkatan limpa (splenektomi) dapat menyebabkan
trombositosis seumur hidup. Meski begitu, biasanya tidak diperlukan pengobatan
khusus untuk menurunkan jumlah trombosit pada kondisi ini.
 Pemberian aspirin, yang berfungsi supaya trombosit tidak terlalu lengket dan
mengganggu pembekuan darah.
6. Gula Darah Tinggi 2 jam Setelah Makan
Prediabetes adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah sudah melebihi batas normal,
tetapi tidak setinggi pada penderita diabetes tipe 2. Kondisi ini dapat berkembang
menjadi diabetes tipe 2 jika penderita tidak segera mengubah gaya hidupnya menjadi
lebih sehat.

Gejala Prediabetes
Pada kondisi normal, kadar gula dalam tubuh adalah 70 ꟷ99 mg/dL sebelum makan
dan di bawah 140 mg/dL setelah makan. Sedangkan pada penderita prediabetes,
kadar gula darah akan naik mencapai 140 - 199 mg/dL setelah makan.
Prediabetes umumnya tidak menunjukkan gejala tertentu. Namun, agar dapat
lebih waspada, seseorang yang kadar gula dalam darahnya melebihi batas normal
harus mengetahui gejala diabetes tipe 2, yaitu:

 Mudah lelah
 Penglihatan menjadi kabur
 Sering merasa haus dan lapar
 Lebih sering buang air kecil
 Luka yang tidak kunjung sembuh

Tes toleransi glukosa oral (2 jam PP)


Setelah pasien menjalani tes gula darah puasa, pasien akan diminta untuk
mengonsumsi minuman gula khusus dan kembali melakukan pemeriksaan gula
darah setelah 2 jam meminum larutan gula tersebut.
Kadar gula darah dapat dikatakan normal jika hasil tes menunjukkan kurang dari 140
mg/dL, dan baru dianggap memasuki kondisi prediabetes jika hasil tes berkisar
antara 140–199 mg/dL. Sedangkan hasil tes yang menunjukkan kadar gula 200
mg/dL atau lebih menandakan pasien sudah menderita diabetes tipe 2.

Pengobatan Prediabetes
Jika penderita prediabetes berisiko tinggi mengalami diabetes tipe 2, dapat diberikan
obat metformin untuk menurunkan kadar gula dalam darah.
Brannick, et al. (2018). Prediabetes and Cardiovascular Disease: Pathophysiology and
Interventions for Prevention and Risk Reduction. HHS Public Access, 47(1), pp. 33–50.
Wasserman, et al. (2018). The Vasculature in Prediabetes. HHS Public Access, 122(8), pp.
1135–1150.
National Institute of Health (2020). U.S. National Library of Medicine. Medline Plus.
Prediabetes.
Mayo Clinic (2020). Diseases & Conditions. Prediabetes.
Basina, M. Healthline (2018). What Is Prediabetes?
Pointer, K. Healthline (2017). Everything You Need to Know About Glucose.
Oberg, E. MedicineNet (2020). Digestion A-Z List. Prediabetes.
MedicineNet (2019). Diabetes A-Z. Normal Blood Sugar Levels (Ranges) In Adults with
Diabetes.
The Diabetes Council (2019). When To See Doctor.
Web MD (2019). Prediabetes (Borderline Diabetes).

7. Tekanan Darah Tinggi 130/70 mmHg


Angka tekanan darah masih tahap normal adalah 130/85 mmHg. Tekanan darah
normal tinggi. Seseorang termasuk dalam kategori ini apabila tekanan sistolik dalam
rentang 130 sampai 139 mmHg, dan/atau tekanan diastolik dibawah 85-89 mmHg
Untuk awal dilakukan Terapi non-farmakologi dulu dalam
pengobatan hipertensi yang dilakukan dengan cara menjalani pola hidup sehat yaitu
diet rendah garam dan kolesterol, menghentikan pemakaian zat yang
membahayakan tubuh, istirahat yang cukup, mengelola stres, aktivitas fisik

National Health Service UK (2019). Health A to Z. High Blood Pressure


(Hypertension).
Mayo Clinic (2018). Diseases & Conditions. High Blood Pressure (Hypertension ).

Anda mungkin juga menyukai