Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN PERKEMIHAN : GAGAL


GINJAL KRONIK

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Tessa Olivia ,M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

Deta kartika

Hafizah Rahmi

Maysa opi rahayu

Wahyu kurniawan

FAKULTAS KEPERAWAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA


BUKITTINGGI

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”keperawatan
medical bedah”.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ns. Tessa
Olivia ,M.Kep selaku dosen mata kuliah Pendidikan dan Promosi Kesehatan yang
sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini. Kami
sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan
dan juga wawasan.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Bukittinggi, 2 Juni 2021

                   Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1


B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Tinjauan teoritis..................................................................................3
B. Konsep asuhan keperawatan...............................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................15
B. Saran ................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit gagal ginjal termasuk salah satu penyakit ginjal yang paling
berbahaya. Penyakit ginjal tidak menular, namun menyebabkan kematian.
Penyakit gagal ginjal dibedakan menjadi dua, yaitu gagal ginjal akut (GGA)
dan gagal ginjal kronik (GGK) (Muhammad, 2012). Penyakit GGK pada
stadium akhir disebut dengan End Stage Renal Disease (ESDR). Penyakit
GGK merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi dan
insidensi gagal ginjal yang meningkat, prognosis yang buruk dan biaya yang
tinggi (Word Kidney Day n.d., diakses 7 September 2018). Perawatan
penyakit ginjal di Indonesia merupakan ranking kedua pembiayaan terbesar
dari BPJS kesehatan setelah penyakit jantung (Infodatin, 2017). Menurut data
dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi GGK di
Indonesia sekitar 0,2%. Prevalensi kelompok umur ≥ 75 tahun dengan 0,6%
lebih tinggi daripada kelompok umur yang lain.

B.Rumusan Masalah

1. Apa tinjauan teori gagal jantung kronik?


2. Apa kajian asuhan keperawatan?

C.Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang tinjauan teori gagal jantung kronik


2. Untuk mengetahui tentang kajian asuhan keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan teoritis
1. Definisi

Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk

mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dlam

keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi

menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif & Kusuma,

2013).

Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana

organ ginjal sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa

metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya dieliminasi

melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat

gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi

endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa

(Abdul, 2015)

2 Etiologi

Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah

penurunan laju filtrasi glomerulus atau yang disebut juga

penurunan glomerulus filtration rate (GFR). Penyebab gagal

ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013):

1. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler

dapat menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan


ginjal. Lesi yang paling sering adalah Aterosklerosis pada

arteri renalis yang besar, dengan konstriksi skleratik

progresif pada pembuluh darah. Hyperplasia fibromaskular

pada satu atau lebih artieri besar yang juga menimbulkan

sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu

kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di

obati, dikarakteristikkan oleh penebalan, hilangnya

elastistisitas system, perubahan darah ginjal

mengakibatkan penurunan aliran darah dan akhirnya gagal

ginjal.

2. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis

3. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri

terutama E.Coli yang berasal dari kontaminasi tinja pada

traktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal

melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden

dari traktus urinarius bagiab bawah lewat ureter ke ginjal

sehingga dapat menimbulkan kerusakan irreversible ginjal

yang disebut pielonefritis.

4. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan

mobilisasi lemak meningkat sehingga terjadi penebalan

membrane kapiler dan di ginjal dan berlanjut dengan

disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amiloidosis

5. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat

analgesik atau logam berat.


6. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi

prostat, dan kontstriksi uretra.

7. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik

sama dengan kondisi keturunan yang dikarakteristik oleh

terjadinya kista atau kantong berisi cairan didalam ginjal

dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang

bersifat konginetal (hypoplasia renalis) serta adanya

asidosis.

3 Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi,

seperti gangguan metabolic (DM), infeksi (Pielonefritis),

Obstruksi Traktus Urinarius, Gangguan Imunologis, Hipertensi,

Gangguan tubulus primer (nefrotoksin) dan Gangguan

kongenital yang menyebabkan GFR menurun.

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron

(termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan

yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang


utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang

meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan

penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini

memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-

nefron rusak. Beban bahanyang harus dilarut menjadi lebih

besar daripada yang bisa di reabsorbsi berakibat dieresis

osmotic disertai poliuri dan haus.

Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah

banyak timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana

timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan

muncul gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan

muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi

ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang

demikian lebih rendah itu. (Barbara C Long).

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism protein

(yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam

darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh.

Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan

semakin berat (Smeltzer dan Bare, 2011)


4 Tanda dan Gejala

1) Menurut perjalanan klinisnya (Corwin, E (2009):

(1) Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun

GFR dapat menurun hingga 25% dari normal.

(2) Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami

polyuria dan nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal,

kadar kreatinin serum dan BUN sedikit meningkat diatas

normal.

(3) Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik

(lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia,

kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus,

uremic frost, pericarditis, kejang-kejang sampai koma),

yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit,

kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan

terjadi perubahan biokimia dan gejala yang komplek.

5 KLASIFIKASI
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di
klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut:
a. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
b. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
c. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
d. < 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.

6 KOMPLIKASI
a. Hipertensi.
b. Infeksi traktus urinarius.
c. Obstruksi traktus urinarius.
d. Gangguan elektrolit.
e. Gangguan perfusi ke ginjal.

7 PENATALAKSANAAN
 Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab.
 Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
 Diet tinggi kalori rendah protein.
 Kendalikan hipertensi.
 Jaga keseimbangan eletrolit.
 Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang akibat GGK.
 Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal.
 Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.
 Persiapkan program hemodialisis.
 Transplantasi ginjal.

B.Konsep Asuhan Keperawatan

i. 1 Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan

yang akan membantu dalam penentuan status kesehatan dan

pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan dan

kebutuhan pasien serta merumuskan diagnose keperawatan

(Smeltezer and Bare, 2011 : Kinta, 2012).

1) Identitas pasien

Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir,

asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua.

2) riwayat penyakit dahulu

Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan, vaskuler hipertensif,

gangguan saluran penyambung, gangguan kongenital dan herediter,

penyakit metabolik, nefropati toksik dan neropati obstruktif.


3)Pengkajian Fisik

1) Keluhan umum : lemas, nyeri pinggang.

2) Tingkat kesadaran komposmentis sampai koma.

3) Pengukuran antropometri : beratbadan menurun,

lingkar lengan atas (LILA) menurun.

4) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu

meningkat, nadi lemah, disritmia, pernapasan

kusmaul, tidak teratur.

5) Kepala

a) Mata: konjungtiva anemis, mata merah,

berair,

penglihatan kabur, edema periorbital.

b) Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.

c) Hidung : pernapasan cuping hidung

d) Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau

ammonia, mual,muntah serta cegukan,

peradangan gusi.

6) Leher : pembesaran vena leher.

7) Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan,

pernafasan dangkal dan kusmaul serta krekels, nafas

dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub

pericardial.
8) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.

9) Genital : atropi testikuler, amenore.

10) Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh

dan kusam serta tipis, kelemahan pada tungkai, rasa

panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatan otot.

11) Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-

abu, mengkilat atau hiperpigmentasi, gatal (pruritas),

kuku tipis dan rapuh, memar (purpura), edema.

4) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik menurut

Doenges (2000) adalah :

12) Urine

a) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam

(oliguria) atau urine tidak ada (anuria).

b) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin

disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, pertikel koloid,

fosfat atau urat.

c) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada

1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat)

d) Klirens kreatinin, mungkin menurun

e) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal

tidak mampu mereabsobsi natrium.

f) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara


kuat menunjukkan kerusakan glomerulus.

13) Darah

a) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya

anemia, Hb biasanya kurang dari 7-8 gr

b) Sel darah merah, menurun pada defesien

eritropoetin seperti azotemia.

c) GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari

7,2) terjadi karena kehilangan

kemampuan ginjal untuk

Mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil

akhir katabolisme prtein, bikarbonat

menurun, PaCO2 menurun.

d) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi

sesuai perpindahan seluler (asidosis) atau

pengeluaran jaringan)

e) Magnesium fosfat meningkat

f) Kalsium menurun

g) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun

dapat menunjukkan kehilangan protein melalui

urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan

atau sintesa karena kurang asam amino esensial.

h) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg,

sering sama dengan urin.


14) Pemeriksaan radiologik

a) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney,

ureter dan bladder/KUB): menunjukkan ukuran

ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi

(batu).

b) Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan

mengidentifikasi ekstravaskuler, masa

c) Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran

kandung kemih, refluks kedalam ureter dan retensi.

d) Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan

adanya masa, kista, obstruksi pada saluran

perkemuhan bagian atas.

ii. Diagnosis

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian

klinis mengenai respons pasien terhadap masalah kesehatan

atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung

aktual maupun potensial. diagnosis keperawatan dibagi menjadi

dua jenis, yaitu diagnosis negatif dan diagnosis positif .

diagnosis negatif menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi

sakit atau beresiko mengalami sakit sehingga penegakan

diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi

keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan dan

pencegahan. Diagnosis ini terdiri atas Diagnosis Aktual dan


Diagnosis Resiko. Sedangkan diagnosis positif menunjukkan

bahwa pasien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi

yang lebih sehat dan optimal.

1) Hipervolemia

2) Defisit nutrisi

3) Nausea

4) Gangguan integritas kulit/jaringan

5) Gangguan pertukaran gas

6) Intoleransi aktivitas

7) Resiko penurunan curah jantung

8) Perfusi perifer tidak efektif

9) Nyeri akut

iii. intervensi

Diagnosa Intervensi
No. Tujuan dan Kriteria Hasil
keperawatan
1. Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia
keperawatan selama 3x8 Observasi:
jam maka hipervolemia 1. Periksa tanda dan gejala
hipervolemia (edema, dispnea,
meningkat dengan kriteria
suara napas tambahan)
hasil: 2. Monitor intake dan output cairan
1. Asupan cairan 3. Monitor jumlah dan warna urin
meningkat Terapeutik
2. Haluaran urin meningkat 4. Batasi asupan cairan dan garam
3. Edema menurun 5. Tinggikan kepala tempat tidur
4. Tekanan darah membaik Edukasi
5. Turgor kulit membaik 6. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan cairan
Kolaborasi
7. Kolaborasai pemberian diuretik
8. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat deuretik
9. Kolaborasi pemberian continuous
renal replecement therapy
(CRRT), jika perlu
2. Defisit Nutrisi Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x8 1. Identifikasi status nutrisi
jam diharapkan pemenuhan 2. Identifikasi makanan yang disukai
kebutuhan nutrisi pasien 3. Monitor asupan makanan
4. Monitor berat badan
tercukupi dengan kriteria
Terapeutik
hasil: 5. Lakukan oral hygiene sebelum
1. intake nutrisi tercukupi makan, jika perlu
2. asupan makanan dan 6. Sajikan makanan secara menarik
cairan tercukupi dan suhu yang sesuai
7. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Edukasi
8. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
9. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori

Diagnosa Intervensi
No. Tujuan dan Kriteria Hasil
keperawatan
dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan, jika perlu
11. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
3. Nausea Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual
keperawatan selama 3x8 Observasi
jam maka nausea membaik 1. Identifikasi pengalaman mual
dengan kriteria hasil: 2. Monitor mual (mis. Frekuensi,
1. Nafsu makan membaik durasi, dan tingkat keparahan)
2. Keluhan mual menurun Terapeutik
3. Pucat membaik
3. Kendalikan faktor lingkungan
4. Takikardia membaik penyebab (mis. Bau tak sedap,
(60-100 kali/menit) suara, dan rangsangan visual
yang tidak menyenangkan)
4. Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab mual (mis. Kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
Edukasi
5. Anjurkan istirahat dan tidur
cukup
6. Anjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang
mual
7. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual(mis.
Relaksasi, terapi musik,
akupresur)
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian antiemetik,
jika perlu
4. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
integritas kulit keperawatan selama 3x8 Obsevasi
jam diharapkan integritas 1. Identifikasi penyebab gangguan
kulit dapat terjaga dengan integritas kulit (mis. Perubahan
kriteria hasil: sirkulasi, perubahan status nutrisi)
1. Integritas kulit yang baik Terapeutik
bisa dipertahankan 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
2. Perfusi jaringan baik baring
3. Mampu melindungi kulit 3. Lakukan pemijataan pada area
dan mempertahankan tulang, jika perlu
kelembaban kulit 4. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
5. Bersihkan perineal dengan air
hangat
Edukasi
6. Anjurkan menggunakan pelembab
(mis. Lotion atau serum)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi
beragam , mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progesif dan pada
umum nya berakhir dengan gagal ginjal . gagal ginjal adalah suatu keadaan
klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irevebel pada suatu
derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa dialysis
atau transplantasi ginjal.

B. Saran

Dalam pengembangan ilmu keperawatan diharapkan dapat

menambah keluasan ilmu keperawatan dalam melakukan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Gagal Ginjal Kronik dengan

Hemodialisa dan juga memacu pada peneliti selanjutnya dan

menjadi bahan pembadingan dalam melakukan penelitian pada

pasien dengan diabetes mellitus.

DAFTAR PUSTAKA

Aprianto, Dino. 2015. Efektifitas Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing Dan


Nafas Dalam Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi.
Skripsi. Tidak diterbitkan.
Guyton,AC. Hall, JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran .Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta.

Smeltzer & Bare. 2007. Keperawatan Medikal Bedah vol 1. Jakarta: EGC.

Sobur, Alex. 2008. Psikologi Umum.

Bandung: Pustaka Setia.


Stuart & Sundeen. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Vaughan & Asbury. 2007. Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai