Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SEKS BEBAS

PADA REMAJA

DISUSUSUN OLEH :

Nama: Pratama adi surya

Nim : 2018.01.033

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH

SURABAYA

2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan hidayahnya kami
diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menyelesaikan laporan metode penelitian yang
berjudul : “HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SEKS
BEBASPADA REMAJA “ Didalam penyusunan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Erika Untari Dewi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Metode Penelitian
2. Seluruh Teman-teman S1 Keperawata Tingkat 3 yang sudah memberikan support serta
membantu dalam penyusunan dan penyelesaian pengabdian masyarakat ini

Kami menyadari dalam penyusunan laporan pengabdian masyarakat ini , ada beberapa hal yang
mungkin diluar dari kemampuan kami, untuk itu kami mohon kritik dan saran demi
kesempurnaan laporan pengabdian masyarakat ini .

Surabaya, Mei 2021


Penulis
Daftar Isi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 LATAR BELAKANG 4
1.2 RUMUSAN MASALAH 5
1.3 TUJUAN UMUM 5
1.4 TUJUAN KHUSUS 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 PENGERTIAN SEKS BEBAS 6
2.2 KESEHATAN REPRODUKSI 10
BAB III : KERANGKA KONSEP 11

BAB IV: HASIL PENELITIAN 13


DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menurut data yang telah diperoleh dari WHO, permasalahan pada remaja sangatlah
kompleks, khususnya mengenai kesehatan reproduksi seperti terjadinya komplikasi kehamilan
pada remaja, seperti perdarahan, sepsis, persalinan dan aborsi yang tidak aman. Sedangkan di
Indonesia sendiri, permasalahan pada remaja meliputi pengetahuan kesehatatan reproduksi yang
belum memadai. Menurut data yang telah diperoleh dari WHO, permasalahan pada remaja
sangatlah kompleks, khususnya mengenai kesehatan reproduksi seperti terjadinya komplikasi
kehamilan pada remaja, seperti perdarahan, sepsis, persalinan dan aborsi yang tidak aman.
Sedangkan di Indonesia sendiri, permasalahan pada remaja meliputi pengetahuan kesehatatan
reproduksi yang belum memadai.

Remaja dengan permasalahan pengetahuan kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
ini sangat kompleks, hal ini di tunjukkan pada hasil SDKI 2012 mengenai KRR mengetahui
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat dilihat dengan
hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa
perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual.1 Secara umum menurut SDKI
tahun 2017, persentase sikap remaja pria yang menyetujui hubungan seksual pranikah lebih besar
daripada remaja wanita. Remaja wanita dan pria lebih cenderung menyatakan pria boleh
melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Pada remaja pria, 8% remaja setuju bila pria
yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah, dan 4% setuju bila dilakukan oleh wanita.
Pada remaja wanita menunjukkan pola yang sama, namun dengan persentase yang lebih kecil
(1% untuk remaja wanita, dan 1% untuk remaja pria).

Menurut Willis (2008) Masa remaja juga rawan oleh pengaruhpengaruh negatif, seperti
narkoba, kriminal, dan kejahatan seks. Seks bebas dapat membahayakan remaja karena remaja
bisa terjangkit berbagai penyakit menular seksual terutama Acquired Immune Defisiency
Sindrome(AIDS). Penyakit ini telah menjadi masalah di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja sangat erat kaitannya
dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini dan kurangnnya pengetahuan remaja akan
reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 % diantaranya
dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, 4
menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia
Tenggara (Fadilah, 2001). Hubungan orang tua remaja, mempunyaipengaruh langsung dan tidak
langsung dengan perilaku seksual pranikahremaja. Pada penelitian yang berjudul faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah 5 pada remaja Soetjiningsih (2006)
menghasilkan, makin baik hubungan orang tua dengan anak remajanya, makin rendahperilaku
seksual pranikah remaja. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilakuseksual pranikah pada
remaja paling tinggi adalah hubungan antara orang tuadengan remaja, tekanan teman sebaya,
pemahaman tingkat agama(religiusitas), dan eksposur media pornografi.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1Bagaimana hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan seks bebas pada


remaja ?

1.3.Tujuan Umum :

1.3.1 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reprudksi dengan seks bebas
pada remaja

1.4 Tujuan Khusus :

1.4.1 Untuk mengidentifikasi pengetahuan kesehatan reproduksi dengan seks bebas pada
remaja

1.4.2 Untuk mengidentifikasi kesehatan reproduksi

1.4.3 Untuk menganalisa kesehatan reproduksi dengan seks bebas pada remaja

BAB 2

TINJAUAN TEORI
2.1 Seks Bebas

2.1.1 Pengertian

Dalam kehidupan sehari-hari, kata seks secara harfiah berarti jenis kelamin. Pengertian
seks kerap hanya mengacu pada aktivitas biologis yang berhubungan dengan alat kelamin
(genitalia), meski sebenarnya seks sebagai keadaan anatomi dan biologis, sebenarnya hanyalah
pengertian sempit dari yang dimaksud dengan seksualitas. Seksualitas yakni keseluruhan
kompleksitas emosi, perasaan, kepribadian, dan sikap seseorang yang berkaitan dengan perilaku
serta orientasi seksualnya (Gunawan dalam Soekatno, 2008). Berbicara tentang perilaku seks
bebas tidak pernah terlepas dari berbagai faktor yang melatarbelakangi dan akibat negatif yang
ditimbulkannya. Perilaku seks bebas merupakan sebuah kritik sosial yang sangat mencemaskan
orang tua, pendidik, ulama, tokoh masyarakat serta aparat pemerintah. Menurut Kartono (2008),
pada umumnya perilaku seks bebas yang terjadi berdasarkan kepada dorongan seksual yang
sangat kuat serta tidak sanggup mengontrol dorongan seksual. Selanjutnya perilaku seks bebas
atau free sex dipandang sebagai salah satu perilaku seksual yang tidak bermoral dan sangat
bertentangan dengan nilai- nilai agama dan adat istiadat. Disamping itu, para penganut perilaku
seks bebas kurang memiliki kontrol diri sehingga tidak bisa mengendalikan dorongan seksualnya
secara wajar. Sarwono (2012) menyatakan bahwa perilaku seks bebas adalah segala tingkah
laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis mulai dari
tingkah laku yang dilakukannya dengan sentuhan, beciuman (kissing) berciuman belum
menempelkan alat kelamin yang biasanya14 dilakukan dengan memegang payudara atau melalui
oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama (necking) dan bercumbuan sampai
menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling menggesekkan alat kelamin dengan pasangan
namun belum bersenggama (petting) dan yang sudah bersenggama (intercourse), yang dilakukan
di luar hubungan pernikahan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku
seks bebas ialah suatu aktifitas seksual yang dilakukan oleh pria dan wanita sebelum ada ikatan
resmi (pernikahan) mulai dari aktivitas seks yang paling ringan sampai tahapan senggama.

2.1.2 Bentuk bentuk perilaku seks bebas

Berdasarkan hasil penelitian Irsyad (2012) terhadap pertanyaan yang diajukan tentang
perilaku hubungan seks bebas pranikah yang biasa dilakukan mahasiswa, diperoleh bahwa pada
umumnya responden memahami perilaku seks bebas itu mengarah pada bentuk–bentuk
berhubungan badan, berciuman, bercum- bu. Berciuman itu adalah persentuhan laki-laki dan
perempuan disekitar muka, bercumbu adalah persetuhan tangan melewati daerah sekitar muka,
sedangkan bersetubuh adalah hubungan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan penelitian Mutiara, Komariah dan Karwati, (2013) perilaku seks bebas yang
umumnya dilakukan mahasiswa diantaranya adalah:

a. Berpegangan tangan: menyentuh tangan, menggenggam, menggandeng.

b. Berpelukan: memeluk, merangkul.


c. Necking: mencium kening, mencium pipi, mencium bibir, mencium leher, mencium
payudara.

d. Meraba bagian tubuh yang sensitif: meraba buah dada, meraba alat kelamin.

e. Petting: menempelkan alat kelamin (dengan pakaian atau tanpa pakaian).

f. Oral seks atau seks menggunakan bantuan organ mulut.

g. Sexual intercourse atau hubungan seks (menggunakan kondom atau tanpa kondom).

Bentuk-bentuk perilaku seks bebas menurut Simandjuntak (dalam Wahyuningsih, 2008), yang
biasa dilakukan oleh mahasiswa adalah sebagai berikut:

a. Bergandengan tangan adalah perilaku seksual mereka hanya terbatas pada pergi
berdua/ bersama dan saling berpegangan tangan, belum sampai pada tingkat yang lebih
dari bergandengan tangan seperti berciuman atau lainnya.

b. Berciuman didefinisikan sebagai suatu tindakan saling menempelkan bibir ke pipi atau
bibir ke bibir, sampai saling menempelkan lidah sehingga dapat menimbulkan
rangsangan seksual antara keduanya.

c. Bercumbu adalah tindakan yang sudah dianggap rawan yang cenderung menyebabkan
suatu rangsangan akan melakukan hubungan seksual dimana pasangan ini sudah
memegang atau meremas payudara, baik melalui pakaian atau secara langsung juga
saling menempelkan alat kelamin tapi belum melakukan hubungan seksual atau
bersenggama secara langsung.

d. Bersenggama yaitu melakukan hubungan seksual, atau terjadi kontak seksual.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku seks bebas adalah
perilaku seksual yang dilakukan pasangan lawan jenis yang dilakukan oleh individu yang
dilakukan di luar perkawinan meliputi berpegangan, berpelukan, mencium, necking, meraba
daerah sensitif (petting), oral genital sex, sampai dengan sexual intercourse atau hubungan
seksual.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi seks bebas


Menurut Sarlito W. Sarwono (2005), faktor-faktor yang dianggap berperan dalam
munculnya permasalahan seksual pada individu adalah sebagai berikut:

a. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual. Peningkatan


hasyrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkahlaku seksual tertentu.

b. Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia
perkawinan, maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan
yang makin meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan
lain-lain).

c. Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama yang berlaku di mana seseorang
dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Individu yang tidak dapat
menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melakukan hal tersebut.

d. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi


dan rangsangan melalui media massa yang dengan teknologi yang canggih (contoh:
VCD, buku pornografi, foto, majalah, internet, dan lainlain) menjadi tidak terbendung
lagi. Individu yang sedang dalam priode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa
yang dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum
pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.

e. Orang tua, baik karena ketidaktahuan maupun sikapnya yang masih mentabukan
pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak.
Bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.

Menurut Sugiyanto (2013) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas, di
antaranya adalah:

a. Industri pornografi. Luasnya peredaran materi pornografi memberi pengaruh yang


sangat besar terhadap pembentukan pola perilaku seks mahasiswa.

b. Pengetahuan individu tentang kesehatan reproduksi. Banyak informasi tentang


kesehatan reproduksi yang tidak akurat, sehingga dapat menimbulkan dampak pada pola
perilaku seks yang tidak sehat dan membahayakan.
c. Pengalaman masa anak‐anak. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang
pada masa anak‐anak mengalami pengalaman buruk akan muda terjebak ke dalam
aktivitas seks pada usia yang amat muda dan memiliki kencenderungan untuk memiliki
pasangan seksual yang berganti‐ganti.

2.1.4 Faktor penyebab seks bebas

Ulfa (2012) dalam penelitiannya, faktor-faktor yang meyebabkan seseorang berperilaku


seks bebas adalah sebagai berikut:

1. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya. Lingkungan pergaulan yang dimasuki
seseorang dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan
seks. Bagi19 individu tersebut tekanan dari teman-temannya itu dirasakan lebih kuat daripada
yang didapat dari pacarnya sendiri.

2. Adanya tekanan dari pacar Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai,
seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan risiko yang
akan dihadapinya. Dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap
memberontak pada orangtuanya.

3. Rasa penasaran Pada usia belia (remaja) keingintahuannya begitu besar terhadap seks,
apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya informasi
yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka lebih
jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan apa yang diharapkan.

4. Pelampiasan diri Faktor ini tidak datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur
berbuat, seorang mahasiswi biasanya berpendapat sudak tidak ada lagi yang dapat dibanggakan
dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa20 putus asa dan mencari
pelampiasan yang akan menjeruumuskannya dalam pergaulan bebas.

2.2 Kesehatan reproduksi

2.2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi


Pengertian Kesehatan Reproduksi Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera
fisik, mental dan social secara utuh, semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Yani
Widyastuti, 2011) Tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu
remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut, sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat
dan tentu saja bertanggungjawab kaitannya dengan masalah kehidupan reproduksi. Upaya yang
dilakukan melalui advokasi, promosi KIE, Konseling, pelayanan kepada remaja yang memiliki
masalah khusus serta memberi dukungan pada kegiatan remaja yang bersifat positif (Yani
Widyastuti, 2011)

2.2.2Remaja

Pengertian Remaja Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin“adolescere”
yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya
kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Yani Widyastuti, 2011).

2.2.3 Kesehatan remaja dan Kesehatan Reproduksi kaitannya dengan lingkungan

2.2.3.1 Masalah Pendidikan Buta huruf dan pendidikan rendah.

Hal ini menyebabkan remaja tidak mempunyai pandangan, wawasan, kepandaian, persepsi
matang dan sebagaimana mengenai informasi yang dibutuhkan kaitannya dengan masalah
Kesehatan Reproduksi.Sebagai akibat, banyak terjadi perilaku seks menyimpang pada mereka
yang berpendidikan sangat rendah, apalagi disertai kemiskinan.

2.2.3.2 Masalah lingkungan dan pekerjaan

Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan remajayang bekerja akan
mengganggu kesehatan remaja. Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat bahkan
merusak kesehatan fisik, mental dan emosional remaja.

2.2.3.3 Masalah seks dan seksualita

a) Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas, misalnya
mitos yang tidak benar.
b) Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal berkaitan dengan seksualitas.

c) Menyalahgunakan dan ketergantungan napza, yang mengarah kepada penularan


HIV/AIDS malalui jarum suntik dan melalui hubungan seks bebas. Masalah ini semakin
mengkhawatirkan dewasa ini.

d) Menyalahgunakan seksual.

e) Kehamilan remaja.

f) Kehamilan Pra nikah/di luar ikatan pernikahan

BAB 3

KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat di komunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti
maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2017).

Pengetahuan

Seks bebas Remaja

Perilaku seks Pelampiasan Internal Eksternal

Bagan 3.1 Kerangka konseptual hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan seks
bebas pada remaja

Keterangan :

Ada beberapa factor yang mempengaruhi seks bebas ada dengan perilaku seks dan
pelampiasan. Seks bebas dilakukan karena kurangnya pengetahuan, dikarenakan membahas seks
bebas masih tabuh di negeri ini.perilaku seks sendiri seperti menyentuh tangan,memeluk,
mencium leher, mencium payudara. meraba buah dada, meraba alat kelamin,Oral seks ,
melakukan hubungan seks (menggunakan kondom atau tanpa kondom).Pelampiasan akan seks
bebas juga banyak, dilakukan oleh kalangan remaja karena pasangan tidak bisa memuaskan satu
sama lain.

Remaja sendiri masa masa yang masih cenderung bipolar. Masih mencari jati dirinya.
Ada beberapa yang mempengaruhi remaja yaitu factor internal dan eksternal. Factor internal
meliputi seperti keluarga menyuruhnya untuk berpacaran ataupun sebaliknya keluarga melarang
untuk berpacaran. Factor eksternal juga meliputi seperti ada beberapa teman yang menyarankan
untuk memulai hubungan pacaran, ada juga hanya ingin penasaran.

3.2 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah

H1 : ada hubungan antara seks bebas dan kesehatan seksual pada remaja

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dini dilaksanakan pada tanggal x mei 2021 pada mahasiswa . yang berjumlah
10 orang dan yang hadir dan menjadi responden sebanyak 10 responden.

Dari hasil penyebaran angket yang dilakukan terhadap 10 responden mahasiswa


didapatkan hasil sebagai berikut :

1.Karakteristik Responden

A. Jenis kelamin responden

B. Usia

2. Tingkat pengetahuan responden tentang Hubungan pengetahuan Kesehatan reproduksi


dengan seks bebas pada remaja

3. Sikap responden terhadap seksual pada remaja

4. Hubungan tingkat pengetahuan responden tentang Kesehatan reproduksi pada remaja

C. Pembahasan

1. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin

Dari table diatas diketahui b ahwa Sebagian besar responden (80%) berjenis
kelamin laki-laki. Melalui pembelajaran seksual sedini mungkin adalah konsep diri
positif. Dengan itu remaja menjaga dan menghargai diri dan lawawan jenisnya.

2. Karakteristik berdasarkan usia

Dari table diatas bahwa Sebagian besar responden berusia 19 tahun . tingginya
masalah pada remaja saat ini tentang pengetahuan responden hubungan pengetahuan
Kesehatan reproduksi dengan seks bebas memiliki kelompok rentan terjadi masalaah
seperti penyimpangan perilaku seksual pranikah.
D. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, dalam proses perjalannya dari rancangan hingga
hasil penelitian, diakui peneliti masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Berikut
disampaikan beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1. Belum adanya survei terhadap responden jadi angka dan nominal masih belum ada
2. Perilaku responden dalam mengejarkan tidak focus atau tidak serius untuk menjawab
semua soal yang diberikan secara online
3. Media dengan google form

Daftar Pustaka
Andayani, B & Afiatin, T. (1996). Konsep Diri, Harga Diri, dan Kepercayaan Diri Remaja.Jurnal
Psikologi. 23(2).23-30.

Antono, S. (2011). Pengaruh Pengetahuan Remaja Terhadap Perilaku Seks Pranikah di Jawa Tengah.
Jurnal Psikologi. 62:32-36.

Browning, C.R., Brooks-Gunn, J., and Leventhal, T. (2005). Sexual Initiation In Early

Adolescence: The Nexus of Parental and Community Control. American Sociological Review vol. 70. Pp.
758-778.

BKKBN, (2006) Keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Jakart

Rohmawati D. A., Lutfiati, A., Sri M., (2008). Pengaruh Pergaulan Bebas Dan Vcd porno
TerhadapPerilaku Remaja Di Masyarakat. http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?. Diakses Tanggal 29
Mei 2013 Santrock,

J.W., (1998). Adolescence-7 th ed McGraw-Hill, Inc. New York. Supriati, Euis dan Fikawati, Sandra.
(2009).

Efek Paparan Pornografi Pada Remaja SMP Negeri Kota Pontianak Tahun 2008, Jurnal Makara Sosial
Humaniora, vol. 13. No. 1, Juli 2009. Wijayanti, F. A., (2009). Hubungan tingkat pengetahuan wanita
penjaja seks (WPS) tentang HIV/AIDS di resosialisasi Argorejo kelurahan Kali Banteng Kulon.
Semarang.

Yulia, Singgih D & Gunarsa, Singgih D., (2010). Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga,
Jakarta:Gunung Mulia

Anda mungkin juga menyukai