Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Typhoid berasal dari bahasa Yunani “typhos” yaitu penderita demam dengan gangguan kesadaran.
Typhoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypi (Widoyono, 2011).

Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih di sertai gangguan saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran yang di sebabkan infeksi Salmonella typhi (Sodikin, 2012).
Salmonella sp. adalah patogen zoonotik dan tegolong Enterobacteriaceae yaitu bakteri basil gram
negatif.Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit menular yang disebut salmonellosis.Bakteri ini
umumnya menyerang usus manusia. Bakteri Salmonella sp. merupakan bakteri yang bersifat anaerob
fakultatif.Demam disertai sakit kepala, konstipasi, malaise, mengigil, dan sakit otot. Pada kasus ini
biasanya disertai muntah tetapi tidak parah. Kejadian yang paling parah pada kasus adalah terjadinya
kematian.Penyakit ini bisa menular malalui air minum dan makanan yang terinfeksi Salmonella thypi
(Shield & Stoppler, 2010). Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat
sering dijumpai di Asia termasuk di Indonesia (Widodo, 2009).Penyakit ini endemik diseluruh daerah
di provinsi ini dan merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24
kabupaten. (Depkes RI, 2008).

Typhoid di jumpai secara luas di berbagai negara berkembang terutama terletak di daerah tropis dan
subtropis.Data World HealthOrganization (WHO) memperkirakan jumlah kasus thypoid di seluruh
dunia mencapai 17 juta kasus. Data survey saat ini memperkirakan di Indonesia ada 600 ribu - 1,3 juta
kasus dan tiap tahunnya dengan lebih dari 20.000 kematian. Rata-rata di Indonesia orang yang berusia
3-19 tahun memberikan angka sebesar 91% terhadap kasus typhoid (Aden, 2010). Angka kejadian
demam typhoid pada tahun 2013 adalah 500/100.000 penduduk, dengan kematian 0,65%. Kejadian
demam typhoid yang terjadi di Indonesia disebabkan antara lain karena faktor kebersihan makanan,
kebersihan pribadi maupun lingkungan. (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Berdasarkan data yang di peroleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan system
surveilans terpadu beberapa penyaki terpilih pada tahun 2010 penderita Demam Tifoid ada 44.422
penderita, termasuk urutan ketiga dibawah diare, TBC dan selaput otak, sedangkan pada tahun 2011
jumlah penderita demam tifoid meningkat menjadi 46.142 penderita. Hal ini menunjukan bahwa
kejadian demam tifoid di Jawa Tengah termasuk tinggi. (Depkes RI, 2013).

Berdasarkan data dari Rumah Sakit didapatkanbahwa masih tingginya angka kejadian demam
typhoid, pada tahun 2017 berjumlah 903 orang, pada tahun 2018 berjumlah 896 orang dan pada
priode bulan januari-maret 2019 berjumlah 120 orang. Terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan
kejadian demam tifoid dalam satu tahun terakhir. (Medical Record RS, 2019).

Gejala typhoid yang timbul bervariasi, mulai ringan hingga berat, bahkan demam pada sore hari.
Terkadang karena ringannya gejala demam typhoid, penderita sering menganggap remeh dan enggan
pergi ke dokter. Penyakit typoid yang sudah akut, gejalanya semakin serius seperti nyeri ulu hati,
nyeri lambung, diare bahkan konstipasi, sakit kepala, mual, sampai muntah-muntah. Jika demam
typhoid tidak segera ditangani akan mengakibatkan gangguan kesadaran mulai dari ringan hingga
berat. Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien demam typhoid adalah perforasi usus, perdarahan
usus, dan neuropsikiatri (koma) (Widoyono, 2011).
Perawat memiliki beberapa peran yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat
typhoid, diantaranya adalah sebagai care provider yaitu menganjurkan klien untuk beristirahat,
menjaga kebersihan pribadi dan memberikan perawatan sesuai tanda dan gejala yang muncu. Peran
perawat juga dapat sebagai penyuluh dan konsultan yaitu perawat dapat berperan dalam memberikan
petunjuk asuhan keperawatan dasar terhadap klien dan keluarga disamping menjadi penasehat dalam
mengatasi masalah-masalah kesehatan klien, dan sebagai kolabolator yaitu berkolaborasi dengan tim
kesehatan (dokter) memberikan obat antibiotik (Perry & Potter, 2005).
BAB III

PENUTUP

SIMPULAN :

Setelah dilakukan pendekatan analisis isi dapat disimpulkan bahwa demam typhoid yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi masa tunas typhoid adalah sekitar 10-14 hari dengan rincian sebagai
berikut :

a) Minggu 1

demam berangsur naik, terutama pada sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam,
nyeri otot, nyeri kepala, anoreksia, dan mual, batuk, epistaksis, obstipasi atau diare, perasaan tidak
enak di perut.

b) Minggu ke 2

gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya
hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

Untuk menangani pasien demam typhoid tahap lanjut, diperlukan rawat inap agar kondisi pasien
terpantau dan bakteri Salmonella typhi tidak berkembang semakin banyak.

SARAN

Masyarakat mulai sekarang sangat diperlukan menjaga kebersihan lingkungan dengan baik dan
teratur. Ada banyak penyakit akibat kondisi lingkungan yang kotor dapat berkembang di masyarakat,
seperti demam berdarah, difteri, dan typhoid itu sendiri. Peran pemerintah sangat diperlukan,
sosialisasi pentingnya menjaga kebersihan lingkungan harus semakin digerakkan pelaksanaanya untuk
menciptakan masyarakat yang sehat.Upaya yang sinergis antara pemerintah, tenaga medis terkhusus
dokter, dan masyarakat dalam mewujudkan Indonesia lebih sehat diperlukan untuk menunjang
kebutuhan setiap individu terkait. Optimalisasi layanan rawat inap di klinik-klinik maupun rumah
sakit juga diharapkan menjadi perhatian pihak terkait baik pemerintah, masyarakat, maupun tenaga
medis untuk perkembangan pasien terutama pasien dengan demam typhoid. Pelayanan yang edukatif
dari dokter, apoteker, perawat menjadi kebutuhan pasien dan keluarga pasien untuk kesehatan pasien
kembali prima.
DAFTAR PUSTAKA

S. Fatikhia, Qonita. 2019. Upaya Eduktif Dokter Keluarga Terhadap Perkembangan Pasien Demam
Typhoid. Dikutip Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Diakses pada tanggal 28 Februari 2021

Suraya, Citra & Atikasari.( 2019, 3 Agustus). HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SUMBER
AIR BERSIH DENGAN KEJADIAN DEMAM TYPHOID PADA ANAK.. 4(3). Dikutip STIK Bina
Husada Palembang. Diakses pada tanggal 28 Februari 2021

Anda mungkin juga menyukai