Oleh:
Dr. Ruhban Masykur, M. Pd
rmasykur@yahoo.co.id
Irwandani, M. Pd
395
390 Skor
385
380
375
2000 2003 2006 2009 2012
Hasil survey yang dilakukan setiap 3 tahun sekali oleh Programme for
International Student Assesment (PISA) sebagaimana yang tertera pada grafik
menunjukkan bahwa skor literasi sains siswa Indonesia terus mengalami
penurunan. Sedangkan hasil terbaru studi PISA mengenai literasi sains yakni pada
tahun 2015, pada tahun tersebut Indonesia berada pada peringkat ke 62 dari 70
negara peserta (OECD, 2018). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan
literasi sains siswa di Indonesia masih tergolong rendah.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk
mengetahui kemampuan literasi sains calon guru fisika di kampus pendidikan
islam dan non pendidikan islam.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Gagasan Kurikulum
1. Pengertian kurikulum
kurikulum dalam Cambrige Advanced Learner’s Dictionary (1008: 343),
dikatakan bahwa “the group group of subjects studied in a school, collage, etc.
artinya, kelompok kelompok mata pelajaran yang dipelajari di sekolah. Menurut
Michaelis, Grossman, dan Scott (1975: 1): “the planned curriculum is defined as
broad goals and specific objectives, content, learning activities, planned, and
carried out by school personnel”. Dari dua pendapat di atas maka kurikulum dapat
diartikan sekumpulan mata pelajaran yang direncanakan di dalamnya terkandung
rumusan tujuan, isi materi bahan ajar, kegiatan pembelajaran (metode) dan
evaluasi, sebagai alat untuk mengukur keberhasilan tujuan.
Kedudukan Kurikulum dalam proses pembelajaran memegang peranan
penting sebagai konstruk yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah
terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan, selain itu
kurikulum sebagai jawaban dalam menyelesaikan berbagai masalah sosial yang
berkenaan dengan pendidikan. Juga kurikulum merupakan alat untuk membangun
kehidupan masa depan, yang menempatkan kehidupan masa lalu, masa sekarang,
dan rencana pengembangan dan pembangunan bangsa sebagai dasar untuk
mengembangkan kehidupan masa depan (Irina, 2016). Oleh karena itu
pengembangan kurikulum adalah proses siklus, yang tidak pernah berakhir.
Proses tersebut terdiri dari empat unsur yakni (Oemar Hamalik, 2008: 96-97): (1)
Tujuan: mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan
pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata
pelajaran (subject course) maupun kurikulum secara menyeluruh, (2) Metode dan
material: menggembangkan dan mencoba menggunakan metode-metode dan
material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut yang serasi menurut
pertimbangan guru, (3) Penilaian (assesment): menilai keberhasilan pekerjaan
yang telah dikembangkan itu dalam hubungannya dengan tujuan, dan bila
mengembangkan tujuan-tujuan baru, (4) Balikan (feedback): umpan balik dari
semua pengalaman yang telah diperoleh yang pada gilirannya menjadi titik tolak
bagi studi selanjutnya.
Berangkat dari pendapat di atas, dapat dijadikan dasar ketika akan menyusun
dan mengembangan kurikulum melalui langkah-langkah merumuskan tujuan,
pengorganisasian materi, mengatur dan merencanakan pengalaman belajar dan
langkah terahir menyusun alat evaluasi.
2. Model konsep kurikulum
Beberapa model konsep yang ditawarkan dalam pengembangan kurikulum,
sangat mewarnai pendekatan yang digunakan ketika akan menentukan sebuah
kurikulum. Semua model konsep yang ditawarkan oleh para ahli sesuai dengan
aliran filsafat pendidikan yang dianut, (Masykur,2019:50). Banyak hal yang dapat
dipertimbangkan ketika akan memilih model konsep kurikulum, salah satu adalah
tujuan yang diinginkan berdasarkan kebutuhan akan lulusan atau out put yang
sesuai dengan perekembangan ilmu dan teknologi. Masykur dalam,
(Sukmadinata,2005:81) mengemukakan ada 4 model konsep dalam
pengembangan kurikulum yang sampai saat ini masih mempunyai relevansinya
dengan kebutuhan peserta didik. Ke empat macam model konsep kurikulum
tersebut adalah (1) kurikulum subjek akademik, (2) kurikulum Humanistik, (3)
kurikulum rekontruksi sosial dan (4) kurikulum teknologi.
3. Model pengembangan kurikulum
Para ahli pendidikan mencoba mengimplementasikan dari model kosep
kurikulum tersebut dalam kegiatan proses pembelajaran dengan
pendekatan sebahgai berikut :
1. The Administrative Model
3. Beauchamp’s Model
Ada lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Taba ini.
B. Literasi Sains
4) Aspek Sikap
Untuk membantu mahasiswa mendapatkan pengetahuan teknik dan
sains, tujuan utama dari pendidikan sains adalah untuk membantu
mahasiswa mengembangkan minat mahasiswa dalam sains dan
mendukung penyelidikan ilmiah. Sikap-sikap akan sains berperan penting
dalam keputusan mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan sains
lebih lanjut, mengejar karir dalam sains, dan menggunakan konsep dan
metode ilmiah dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, pandangan PISA
akan kemampuan sains tidak hanya kecakapan dalam sains, juga
bagaimana sikap mereka akan sains. Kemampuan sains seseorang di
dalamnya memuat sikap-sikap tertentu, seperti kepercayaan, termotivasi,
pemahaman diri, dan nilai-nilai.
Philips dalam Holbrook & Rabbikmae menyatakan bahwa
komponen sikap pada literasi sains diantaranya adalah kemandirian dalam
belajar sains, kemampuan untuk berpikir ilmiah, keingintahuan, serta
kemampuan untuk berpikir kritis (Anjarsari, 2014). Pendapat lain
menyatakan bahwa aspek sikap pada literasi sains diantaranya mendukung
penyelidikan ilmiah, kepercayaan diri, minat terhadap sains, dan tanggung
jawab terhadap sains (Islami et al., 2015).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode
survey untuk melihat rata-rata skor kemampuan litarasi sains calon guru fisika di
Perguruan Tinggi Pendidikan Islam dan non Pendidikan Islam. Studi dokumentasi
digunakan untuk mengetahui lebih lanjut karakteristik dari program studi masing
masing.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Tes Literasi Sains
Total responden calon guru dalam penelitian ini berjumlah 70 orang yang
terdiri dari 10 orang laki-laki dan 60 orang perempuan. Mereka kemudian
diberikan soal literasi sains dalam google form. Soal sebanyak 30 butir dikerjakan
dalam waktu 100 menit.
Berdasarkan hasil tes kemampuan literasi sains diperoleh data sebagai
berikut.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (2017). Sadar Berprofesi Guru Sains , Sadar Literasi : Tantangan Guru
di Abad 21. In Prosiding Seminar Nasional III Tahun 2017 “Biologi,
Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner.”
Anjarsari, P. (2014). Literasi Sains dalam Kurikulum dan Pembelajaran IPA SMP.
In Prosiding Semnas Pensa VI “Peran Literasi Sains” (p. 602-).
Ardiansyah, A. A. I., Irwandi, D., & Murniati, D. (2016). Analisis Literasi Sains
Mahasiswa Kelas XI IPA dada Materi Hukum Dasar Kimia di Jakarta
Selatan. EduChemia (Jurnal Kimia Dan Pendidikan), 1(2).
Bahriah, E. S. (2015). Peningkatan Literasi Sains Calon Guru Kimia Pada Aspek
Konteks Aplikasi dan Proses Sains. Edusains, 7(1).
Choerunnisa, R., Wardani, S., & Sumarti, S. S. (2017). Keefektifan Pendekatan
Contextual Teaching Learning dengan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap
Literasi Sains. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 11(2).
Diana, S. (2016). Pengaruh Penerapan Strategi Peer Assisted Learning (PAL)
Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa dalam Perkuliahan Morfologi
Tumbuhan. Jurnal Pengajaran MIPA, 21(1), 82–91.
Gherardini, M. (2016). Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir
Kritis terhadap Kemampuan Literasi Sains. Jurnal Pendidikan Dasar, 7(2).
Griffin, K. L., & Ramachandran, H. (2014). Science Education and Information
Literacy : A Grass-Roots Effort to Support Science Literacy in Schools.
Science and Technoogy Libraries, (October 2014), 37–41.
https://doi.org/10.1080/0194262X.2010.522945
Holden, I. I. (2015). Science Literacy and Lifelong Learning in the Classroom : A
Measure of Attitudes among University Students. Journal of Library
Administration, 37–41. https://doi.org/10.1080/01930821003635002
Islami, R. A. Z. El, Nahadi, & Permanasari, A. (2015). Hubungan Literasi Sains
dan Kepercayaan Diri Mahasiswa pada Konsep Asam Basa. Jurnal
Penelitian Dan Pembelajaran IPA, 1(1), 16–25.
Matsun, Ramadhani, D., & Lestari, I. (2018). Perancangan Media Pembelajaran
Listrik Magnet Berbasis Android di Program Studi Pendidikan Fisika IKIP
Pontianak. Jurnal Pendidikan Informatika Dan Sains, 7(1), 107–117.
Nahdiah, L., Mahdian, & Hamid, A. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Peer
Led Guided Belajar Mahasiswa pada Materi Hidrolisis Garam Mahasiswa
Kelas XI PMIA SMAN 3 Banjarmasin. Journal of Chemistry and Education,
1(1).
Nisa’, A., Sudarmin, & Samini. (2015). Efektivitas Penggunaan Modul
Terintegrasi Etnosains dalam Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Literasi Sains. Unnes Science Education Journal, 4(3), 1049–
1056.
Novili, W. I., Utari, S., Saepuzaman, D., & Karim, S. (2017). Penerapan Scientific
Approach dalam Upaya Melatihkan Literasi Saintifik dalam Domain
Kompetensi dan Domain Pengetahuan Mahasiswa SMP pada Topik Kalor.
Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 8(1).
Nurfaidah, S. S. (2017). Analisis Aspek Literasi Sains Pada Buku Teks Pelajaran
IPA Kelas V SD. Mimbar Sekolah Dasar, 4(1), 56–66.
https://doi.org/10.23819/mimbar-sd.v4i1.5585
Odja, A. H., & Payu, C. S. (2014). Analisis Kemampuan Awal Literasi Sains
Mahasiswa Pada Konsep IPA. In Prosiding Seminar Nasional Kimia (pp.
40–47).
OECD. (2018). Pisa 2015 Results in Focus.
Putra, M. I. S., Widodo, W., & Jatmiko, B. (2016). The Development of Guided
Inquiry Science Learning Materials to Improve Science Literacy Skill of
Prospective MI Teachers. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 5(1), 83–93.
https://doi.org/10.15294/jpii.v5i1.5794
Rohman, S., Rusilowati, A., & Sulhadi. (2017). Analisis Pembelajaran Fisika
Kelas X SMA Negeri di Kota Cirebon Berdasarkan Literasi Sains. Physics
Communication, 1(2).
Rosidah, F. E., & Sunarti, T. (2017). Pengembangan Tes Literasi Sains pada
Materi Kalor di SMA Negeri 5 Surabaya”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika.
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 6(3).
Sekarsari Putri, A. (n.d.). Pengembangan LKPD Berbasis Learning Cycle 7E
untuk Meningkatkan Scientific Literacy Peserta Didik. Jurnal Pendidikan
Matematika Dan Sains, 1–7.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharsimi, A. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suma, K. (2010). Efektivitas Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Peningkatan
Pengusaan Konten dan Penalaran Ilmiah Calon Guru Fisika. Jurnal
Pendidikan Dan Pengajaran, 43(6).
Winata, A., Cacik, S., & W., I. S. R. (2016). Analisis Kemampuan Awal Liteasi
Sains Siswa pada Konsep IPA. Education and Human Development Journal,
1(1).
Wulandari, N., & Sholihin, H. (2016). Analisis Kemampuan Literasi Sains pada
Aspek Pengetahuan dan Kompetensi Sains Mahasiswa SMP Pada Materi
Kalor. EDUSAINS, 8(1).