Anda di halaman 1dari 35

PERAN GURU AL-QUR’AN HADIST DALAM

PENGEMBANGAN ILMU TAJWID PADA SISWA KELAS VIII


DI MTS AL MANSYURATI AIK BUKAK BATUKLIANG
UTARA TAHUN AJARAN 2021/2022

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi
Syarat Guna Memperoleh Ijin Penulisan Skripsi
Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Oleh

FEBRIANA AYU SURYANI


NIM : 2017.105.01.0217

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI ILMU TERBIYAH (STIT)
DARUSSALIMIN NW PRAYA
2021
PENGESAHAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada .................................. 2021

Praya, .................................. 2021

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(SUHAILI, S.Pd., M.Pd.) (FAWAZ, M.Pd.I.)


NIY: NIY:

Ketua Prodi PAI

).HUSNU MA’AB, S.Pd.I., M.Pd(


NIY:

ii
Daftar Isi

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan Judul ii

Daftar Isi iii

A. Judul 1

B. Konteks Penelitian 1

C. Fokus Penelitian 3

D. Asumsi Masalah 4

E. Tujuan Penelitian 4

F. Manfaat Penelitian 4

G. Kajian Pustaka 6

1. Definisi Konseptual 6

2. Landasan Teori 7

H. Metode Penelitian 18

1. Jenis Penelitian 18

2. Jenis Data 20

3. Sumber Data 21

4. Tekhnik dan Instrumen Pengumpulan Data 23

5. Tekhnik Analisa Data 27

I. Sistematika Penulisan 30

J. Jadwal Penelitian 31

K. Daftar Pustaka 31

iii
1

A. Judul Proposal

“PERAN GURU AL-QUR’AN HADIST DALAM PENGEMBANGAN

ILMU TAJWID PADA SISWA KELAS VIII DI MTS AL-

MANSYURATI AIK BUKAK BATUKLIANG UTARA TAHUN

AJARAN 2021/2022”

B. Konteks Penelitian

Al-Qur'an merupakan firman Allah yang agung, yang dijadikan

pedoman hidup oleh seluruh kaum muslimin. Membacanya bernilai ibadah

dan mengamalkannya merupakan kewajiban yang diperintahkan dalam

agama. Seorang muslim harus mampu membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan

baik sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.

Mengingat pentingnya Al-Qur'an bagi kehidupan manusia, maka

pengenalan Al-Qur'an mutlak diperlukan. Upaya mengenalkan Al-Qur'an itu

bukan hanya mengetahui dari segi fisik dan aspek sejarah semata, namun

yang lebih penting adalah bagaimana umat islam mampu membaca sekaligus

memahami makna yang terkandung dalam butir-butir ayat demi ayat dari Al-

Qur'an. Al-Qur'an tidak akan memiliki arti yang sempurna jika pemeluknya

tidak mampu membacanya dengan benar, memahami isi kandungannya,

menghayati isinya, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al- Muzammil ayat 4:

‫ورتل القران ترتال‬

"…dan bacalah Al-Qur'an dengan tartil… ".


2

Maksud ayat ini ialah agar kita membaca Al-Qur'an dengan perlahan-

lahan sehingga membantu pemahaman dan perenungan terhadap Al-Qur'an.

Membaca Al-Qur'an harus sesuai dengan tajwid dan makhraj yang benar serta

dibaca dengan perlahan-lahan. Namun dalam realitas kehidupan masyarakat

dijumpai masih banyak yang belum mampu membaca Al-Qur'an dengan baik

dan benar. Jangankan untuk memahami atau menghayati Al-Qur'an dengan

baik, membacanya pun terkadang bagi sebagian besar umat islam masih

mengalami kesulitan.

Dengan demikian menjadi penting penanaman Al-Qur'an sejak dini di

samping sebagai pondasi dasar pembentukan generasi Qur'ani juga menggali

potensi-potensi anak dalam meningkatkan penguasaan terhadap Al-Qur'an,

baik dalam bidang tartil/tilawah, khat maupun keilmuan-keilmuan yang

bersumber dari Al-Qur'an. Maka, upaya yang harus dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur'an adalah dengan menerapkan

pembelajaran ilmu tajwid.

Ilmu tajwid adalah ilmu yang memberikan segala pengertian tentang

huruf-huruf, baik hak-hak huruf (haqqul harf) maupun hukum-hukum baru

yang timbul setelah hak-hak huruf (mustahaqqul harf) dipenuhi, yang terdiri

atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum madd, dan lain sebagainya.

Hukum mempelajari tajwid sebagai disiplin ilmu adalah fardhu

kifayah atau merupakan kewajiban kolektif. Adapun hukum membaca Al-

Qur'an dengan memakai aturan-aturan tajwid adalah fardhu 'ain atau

merupakan kewajiban pribadi.


3

MTS Al-Mansyurati adalah lembaga pendidikan formal yang sudah

memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Sehingga memiliki siswa yang

cukup banyak. Latar belakang pendidikan siswa tersebut berbeda-beda, ada

yang berasal dari Madrasah Ibtida'iyah (MI) dan Sekolah Dasar (SD). Dari

latar belakang yang berbeda tentunya memiliki kemampuan membaca Al-

Qur'an yang berbeda pula. Pada zaman sekarang banyak anak-anak hingga

orang tua yang sudah bisa membaca Al-Qur'an tetapi dalam bacaannya

terdapat bacaan yang kurang sesuai dengan tajwid serta makhraj yang benar.

Di MTS Al-Mansyurati dijumpai masih banyak siswa yang belum mampu

membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid dan

makhraj yang benar, masih banyak siswa tidak memperhatikan panjang

pendek suatu bacaan atau bacaan Maddnya, belum bisa membedakan bacaan

idgham dan izhar, bacaan qalqalah dan dijumpai masih banyak yang belum

bisa mengucapkan tasydid dan ghunnah dan belum bisa membedakan cara

membaca Syin, sin, dan shad.

Berangkat dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul "Strategi Guru Dalam Menerapkan Ilmu

Tajwid Dalam Bacaan Al-Qur’an Pada Siswa di MTS Al-Mansyurati Aik

Bukak Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran

2020/2021".

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah bagaimana Peran guru Al-qur’an Hadist dalam


4

pengembangan ilmu tajwid pada siswa kelas VIII di MTS Al-Mansyurati Aik

Bukak Batukliang Utara Tahun Ajaran 2021/2022?

D. Asumsi Masalah

Asumsi masalah bisa di sebut juga anggapan dasar yaitu sebuah titik

tolak pemikiran yang kebenarannya bisa di terima oleh peneliti. Anggapan

dasar harus dirumuskan secara jelas sebelum peneliti melangkah

mengumpulkan data..asumsi ini mengatakan bahwa peran guru Al Qur’an

Hadist dalam pemgembangan ilmu tajwid .

E. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Peran guru Al-qur’an Hadist dalam mengembangkan ilmu tajwid

pada siswa kelas VIII di MTS Al-Mansyurati Aik Bukak Batukliang Utara

Kabupaten Lombok Tengah Pelajaran 2021/2022.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis.

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai pedoman teoritis yang dapat memberikan sumbangan yang

berarti bagi guru dan siswa dalam menerapkan ilmu tajwid dalam Al-

Qur’an.
5

b. Dapat dijadikan sebagai khazanah ilmu yang bermanfaat bagi para

peneliti khususnya dalam membaca Al-Qur'an melalui penerapan ilmu

tajwid.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan atau referensi bagi semua pihak

khususnya mahasiswa konsentrasi pendidikan agama islam dan fakultas

tarbiyah.

b. Dari hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran

tentang belajar membaca Al-Qur'an melalui penerapan ilmu tajwid

sangat efektif dan merupakan salah satu upaya strategi guru untuk

menerapkan ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur'an.

c. Bahan masukan untuk meningkatkan kualitas dalam proses belajar

mengajar di lembaga formal. Sehingga lulusan yang dihasilkan dapat

berguna bagi masyarakat.

d. Hasil penelitian yang akan memberikan informasi tentang upaya

pentingnya menjaga kemurnian isi Al-Qur'an melalui penerapan ilmu

tajwid. Sehingga dapat mendorong semua pihak untuk berpartisipasi

dalam meningkatkan keberhasilan tujuan pendidikan agama islam di

daerahnya, khususnya dalam mengajar dan mendidik anak-anaknya.


6

G. Kajian Pustaka

1. Definisi Konseptual

a. Peran

Peran adalah suatu konpkeks pengharapan manusia terhadap caranya

individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang

berdasarkan status dan fungsi sosialnya

b. Guru

Guru adalah seseoran. yang telah mengabdikan dirinya untuk

mengajarkan suatu ilmu,mendidik mengarahkan,dan melatih

muridnya, agar memahami ilmu pengetahuan yang di ajarkannya

tersebut.

c. Peran Guru

Peran guru meliputi mendidik,mengajar,dan melatih.seorang guru

juga berperan untuk membantusiswa dalam mengembangkan

keterampilan serta pengetahuan siswa.

d. Qur’an Hadist

Qur’an hadist adalah suatu mata pelajaran yang serumpun atau bagian

dari mata pelajaran PAI. Qur’an Hadist muncul pada sekolah berbasis

agama dengan tujuan agar siswa lebih banyak waktunya dalam belajar

Al Qur’an Hadist.

e. Ilmu Tajwid

Pengertian Ilmu Tajwid menurut istilah qira’ah ilmu tajwid berarti

memberi setiap huruf hak-haknyadan hokum-hukum baru yang timbul


7

setelah hak-haknya dan hukum hukum baru yang timbul setelah hak –

hak huruf berupa makraj atau tempat keluar huruf ,sifat huruf,ghunnah

atau dengung ,tarqiq atau tipis,tafkhim atau tebal dan lain –lainya

yang termasuk dalam hukum hukum ilmu tajwid

2. Landasan Teori

A. Pengertian Peran Guru

Peran guru meliputi mendidik,mengajar,dan melatih.seorang

guru juga berperan untuk membantusiswa dalam mengembangkan

keterampilan serta pengetahuan siswa.. Namun jika di hubungkan

dengan belajar mengajar, peran bisa di artikan sebagai pola umum

kegiatan guru murid dalam perwujudan belajar mengajar untuk

mencapai tujuan yang telah di gariskan. Jadi, dari pernyataan diatas

dapat diambil kesimpulan bahwa peran yang kaitannya disini dalam

konteks pendidikan, adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

sebagai guru dan murid untuk memperoleh atau menghasilkan

sesuatu yang diinginkan (Ahmadi, 1997).

Dari segi bahasa, seperti yang dikutip Abudin Nata dari W.J.S.

Poerwadarminta, pengertian pendidik adalah orang yang mendidik.

Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang

melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. khazanah pemikiran

islam memiliki beberapa istilah, seperti ustadz, muallim, muaddib,

murabbi’. Beberapa istilah untuk sebutan guru itu terkait dengan

beberapa istilah untuk pendidikan, yaitu ta’lim, ta’dib, dan tarbiyah.


8

Istilah muallim lebih menekankan guru sebagai pengajar dan

penyampai pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science). Istilah

muaddib lebih menekankan guru sebagai Pembina moralitas dan

akhlak peserta didik dengan keteladanan. Sedangkan murabbi lebih

menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik aspek jasmaniah

maupun ruhaniah. Sedangkan istilah yang umum dipakai dan

memiliki cakupan makna yang luas dan netral adalah ustadz yang

dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai guru (Muhammad,

2008).

Menurut Akhyak dalam bukunya Profil Pendidik Sukses

menjelaskan bahwa guru adalah orang dewasa yang menjadi tenaga

kependidikan untuk membimbing dan mendidik peserta didik menuju

kedewasaan, agar memiliki kemandirian dan kemampuan dalam

menghadapi kehidupan dunia dan akhirat. Sedangkan dalam Undang-

Undang Guru dan Dosen menegaskan bahwa.

Guru adalah “Pendidik Profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Guru Merupakan Jabatan atau profesi yang memerlukan

keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh

orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau

pekerjaan sebagai guru. Orang yang berbicara dalam bidang-bidang


9

tertentu, belum dapat disebut sebagai seorang guru. Untuk menjadi

guru diperlukan syarat-syarat khusus apalagi sebagai guru yang

professional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan

pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu

dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau

pendidikan pra jabatan (Usman, 2002).

Dari berbagai pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa

guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab untuk memberikan

bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan

jasmaniah dan rohaniah agar mencapai kedewasaan maupun untuk

melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, pembina moralitas

dan akhlak yang baik. Dalam Islampun guru merupakan profesi yang

amat mulia, karena pendidikan adalah salah satu tema sentral Islam.

Nabi Muhammad sendiri sering disebut sebagai “pendidik

kemanusiaan”. Seseorang guru haruslah bukan hanya sekedar tenaga

pengajar, tetapi sekaligus adalah pendidik. Karena itu, dalam Islam,

seseorang dapat menjadi guru bukan hanya karena ia telah memenuhi

kualifikasi keilmuan dan akademis saja, tetapi lebih penting lagi ia

harus terpuji akhlaknya. Dengan demikian, seseorang guru bukan

hanya mengajar ilmu-ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih penting lagi

membentuk watak dan pribadi anak didiknya dengan akhlak dan

ajaranajaran Islam. Guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu


10

pengetahuan kepada anak didiknya, menjadi manusia yang

berkepribadian mulia (Rohmad, 2004).

B. Peran Guru

Dalam pelaksanaan pengajaran, seorang guru memegang

peranan yang sangat penting, berhasil tidaknya suatu pengajaran

tergantung pada peran seorang guru. Peran guru dalam proses belajar

mengajar meliputi: (Roestiyah, 2008)

1. Guru sebagai Demonstrator

Guru merupakan salah satu kunci keberhasilan seseorang

dalam meraih berbagai prestasi, dan dalam menggapai cita-cita.

Melalui peran demonstrator atau pengajar, seorang guru harus

senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan

diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti

meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya,

karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh

siswa (Rohmad, 2004).

2. Guru sebagai pengelola kelas

Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan

menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan

belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan

tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa

dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-

kondisi memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu


11

siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Sebagai manajer,

guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya

agar senantiasa menyenangkan untuk belajar mengarahkanatau

membimbing proses-proses intelektual dan social dalam kelasnya

3. Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator dan fasilitator, guru bertanggung jawab

memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa

menyenangkan untuk belajar mengarahkan guru sebagai mediator

dan fasilitaorTidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena

penilaian merupakan pross penetapan kualitas hasil belajar, atau

proses yangmenentukan tingkat kecapaian tujuan pembelajaran

oleh peserta didik. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki

pengetahuan danpemahaman yang cukup tentang media

pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi

untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan

demikian, media pendidikanmerupakan dasar yang sangat

diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian

integral demi berhasilnya proses pendidikan danpengajaran di

sekolah. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus

sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi, dan kemampuan

siswa (Mulyasa, 2007).

4. Guru sebagai evaluator


12

Dalam satu kali proses belajar mengajar guru hendaknya

menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan

untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu

tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah

cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab

melalui kegiatan evaluasi dan penilaian. Dengan penilaian, guru

dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan

siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau kefektifan metode

mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah untuk

mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya.

Dengan penilaian guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang

siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau

cukup baik dikelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya

(Niswatun, 2010).

C. Kajian Mata Pelajaran Al-Qur’ah Hadist

1. Kajian Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadist

Mata pelajaran Al-Qur’an Hadist di Madrasah adalah salah

satu mata pelajaran pendidikan Agama Islam yang merupakan

peningkatan dari Al-Qur’an Hadist yang telah dipelajari oleh

peserta didik di MI/MTs/MA.

Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari,

memperdalam serta memperkaya kajian Al-Qur’an dan Hadist

terutama menyangkut dasar dasar keilmuannya sebagai persiapan


13

untuk melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi, serta

memahami dan menerapkan tema-tema tentang manusia dan

tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perspektif Al-Qur’an dan

Hadist sebagai persiapan untuk bermasyarakatSecara

substansional, mata pelajaran Al-Qur’an Hadist

diharapkanmemiliki kontribusi dalam memberikan motivasi

kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan

ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an Hadist

sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi

pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari

(Rochmatus, 2008).

Al-Qur’an dan Hadist adalah dua sumber yang dijadikan

landasan dalam pendidikan agama Islam. Untuk dapat

mempelajari dan memahami kandungan Al-Qur’an seorang

muslim harus memiliki kemampuan untuk membaca Al-Qur’an

terlebih dahulu. Madrasah Tsanawiyah adalah sebuah lembaga

formal yang berdasarkan proses pembelajarannya pada nilai-nilai

agama Islam danmemiliki visi-misi yang jelas. Begitupun dalam

pembelajaran Al-Qur’an Hadist, karena Al-Qur’an Hadist

merupakan salah satu mata pelajaran pokok di lembaga sekolah

yang bernuansakan Islam.


14

Mata pelajaran Al-Qur’an Hadist adalah bagian dari mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah yang

dimaksudkan untuk memberi motivasi, bimbingan, pemahaman,

kemampuan, dan penghayatan terhadap isi yang terkandung dalam

Al-Qur’an Hadist.

2. Tujuan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadist

Menurut Lampiran Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2

tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi

Pendidikan Agamas islam dan Bahasa Arab di Madrasah, mata

pelajaran Al-Qur’an Hadist bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an dan

Hadist.

2) Membekali peserta didik dengan dalil dalil yang terdapat dalam

Al-Qur’an dan Hadist sebagai pedoman dalam menyikapi dan

menghaadapi kehidupan.

3) Meningkatkan pemahaman dan pengalaman isi kandungan Al-

Qur’an dan Hadist yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan

tentang Al-Qur’an dan Hadist

3. Karakteristik Al-Qur’an Hadist

Karakteristik bidang studi merupakan aspek yang dapat

memberikan landasan yang berguna dalam mendeskripsikan

strategi pembelajaran. Karakteristik bidang Al-Qur’an Hadist

antara lain:
15

a. Menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar.

b. Memahami makna secara tekstual dan kontekstual.

c. Mengamalkan kandungan dalam kehidupan sehari-hari

(Muchtar, 2007).

D. Kajian Pemahaman Ilmu Tajwid

1. Pengertian Ilmu Tajwid

Menurut etimologi, membaguskan, memperindah. Menurut

Terminologi, berarti membaca Al-Qur’an, Al-Karim dengan

memberikan setiap huruf akan haknya dari segi mahraj, sifat, dan

harakatnya. Jadi ilmu tajwid adalah ilmu yang menjelaskan

bagaimana tata cara menbaca Al Tajwid secara harfiah

mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau

bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata“Jawwada”

dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti

mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat

yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang

mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkanhuruf-

huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an maupun Hadist

dan lainnya.Qur’an dengan benar dan sesuai dengan aturan-aturan

yang ada (Samsul, 2002).

Ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang kaidah-

kaidah serta tata cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.

Ilmu tajwid ada dua, yaitu:


16

1. Syafawi ‘Amali, yaitu bacaan Al-Qur’an yang bagus yang

diambil dari orang yang ahli dalam membaca Al-Qur’an.

2. Nadzori ‘Ilmi, yaitu suatu ilmu yang diajarkan secara turun

temurun menurut kaidah yang ditetapkan oleh para ‘ulama

(Niswatun, 2010)

2. Sejarah Ilmu Tajwid

Sesungguhnya Ilmu Tajwid adalah ilmu yang seluruhnya

taufiqi (yakni bukan merupakan produk budaya manusia, tetapi

sesuatu yang diterapkan berdasarkan wahyu Alloh SWT, yang

Nabi sendiri pun tidak punya otoritas untuk menyangkalnya) dan

yang mana tidak diperbolehkan lagi untuk berijtihad. Ulama’ telah

sepakat bahwasannya membaca Al-Qur’an dengan tajwid

hukumnya fardhu ‘ain, sedangkan mengetahui teori tajwid adalah

fardhu kifayah.

Ketika Islam berkembang di berbagai daerah yang

kebanyakan tidak mengetahui bahasa Arab, dan juga banyak kaum

yang lidah mereka tidak fasih ketika membaca huruf Al-Qur’an

disebabkan mereka tidak berbicara dengan bahasa Al-Qur’an,

maka dari situlah para ulama’ muslim khawatir jika terjadi

perubahan dan pembelokan dalam bacaan Al-Qur’an sebagai

tindak lanjut atas kekhawatiran mereka maka sebagian para

ulama’meletakkan ushul (dasar-dasar) dan kaidah-kaidah tajwid

yang menghimpun tentang pengesahan bacaan Al-Qur’an Al-


17

Karim untuk generasi akan datang Dalam penyusunan kaidah

tajwid ini, para ulama’ tidak menyusun menurut pemikiran mereka

masing-masing atau secara individu, akan tetapi terlebih dahulu

mereka melakukan penelitian pada setiap lidah para qurro’ yang

benar-benar fasih dalam membaca Al-Qur’an Al-karim langsung

secara talaqqi dari Rasul saw. Tindakan ini menyerupai tindakan

para ulama’ ahli nahwu dahulu ketika mendengar Kalam Arab

kemudian mereka menulis dan menetapkan kaidah bahasa arab dan

i’rab.

Tidak diragukan lagi bahwasannya hukum tajwid bukanlah

ciptaan menurut lidah orang arab. Maka, ketika orang arab

mengetahui tentang hukum tajwid tersebut, mereka dapat membaca

idghom, iqlab, ikhfa’, idhar dan sebagainya. Qaidah ilmu tajwid ini

telah memberikan faedah serta manfaat dalam menjaga kemurnian

kitab Alloh SWT, hingga Al-Qur’an sampai kepada kita dalam

keadaan selamat dari pembelokan dan perubahan baik isi maupun

cara bacaannya sebagaimana ia diturunkan (Nasrullah, 2012).

3. Tujuan Ilmu Tajwid

Tujuan pembelajaran harus dirumuskan terlebih dahulu

sebelum kegiatan pembelajaran, hal itu dikarenakan tujuan adalah

sesuatu yang dituju dalam kegiatan pembelajaran. Abdorrakhman

Gintings menjelaskan “Tujuan pembelajaran harus ditetapkan

sebelum proses belajar dan pembelajaran berlangsung agar guru


18

sebagai pengemudi dan siswa sebagai penumpang memahami apa

perubahan tingkah laku yang akan dicapai dan bagaimana

mencapainya”. Jika tujuan tidak ditetapkan terlebih dahulu,maka

ibarat bus atau mobil yang berjalan tanpa tujuan. Tujuan ilmu

tajwid adalah memelihara bacaan Al-Qur’an darikesalahan dan

perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan membaca.Belajar

ilmu tajwid hukumnya adalah fardhu kifayah, sedangkan membaca

Al-Qur’an dengan baik (sesuai dengan ilmu tajwid) hukumnya

adalah fardhu‘ain. Semua ilmu pasti mempunyai dasar, sedangkan

dasar dari ilmu tajwid adalah makharijul huruf

4. Kefasihan Makharijul Huruf

Makhraj ditinjau dari morfologi berasal dari fi’il madhi

yang artinya keluar. Lalu dijadikan wazan yang bershigat isim

makan. Karena itu makharijul huruf yang diindonesiakan menjadi

makhraj huruf, artinya tempat-tempat keluarnya huruf.

Secara bahasa, makhraj artinya tempat keluar, sedangkan

menurut istilah makhraj adalah suatu nama tempat, yang padanya

huruf dibentuk atau diucapkan. Dengan demikian makhraj adalah

tempat keluarnya huruf pada waktu huruf tersebut dibunyikan.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
19

Berdasarkan fokus penelitian yang sudah ditetapkan, maka jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong (2007), penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-

kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Metode atau cara ilmiah berarti

kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yang rasional,

empiris, dan sistematis. (Arikunto, 2006).

Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-

cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.

Empiris berarti cara cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera

manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara

yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam

penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis

(Sugiyono, 2006).

Penelitian Kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan

data kuantitatif, akan tetapi penekanannya tidak pada pengkajian

hipotesis, melainkan pada usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian melalui caracara berfikir formal dan argumentatif. Jenis

penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu menganalisis dan


20

menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami

dan disimpulkan (Mulyono, 2012).

Penelitian deskriptif berusaha memberikan dengan sistematis dan

cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu, maksudnya data

yang dikumpulkan itu berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka

yang berasal dari wawancara, catatan laporan dokumen, dan lain-lain,

atau penelitian yang didalamnya mengutamakan untuk pendeskripsian

secara analisis suatu peristiwa atau proses sebagaimana adanya dalam

lingkungan yang alami untuk memperoleh makna yang mendalam dari

proses tersebut. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode

kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi

kunci terhadap apa yang sudah diteliti. (Syafrudin, 2002).

Terkait dengan jenis penelitian tersebut, maka pendekatan

penelitian ini bertumpu pada pendekatan fenomenologis, yakni usaha

untuk memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-

orang biasa dalam situasi tertentu. Dengan pendekatan ini bahwa Usaha

Guru Al-Qur’an Hadist dalam Meningkatkan Pemahaman Ilmu Tajwid

pada Siswa di MTS Al-Mansyurati dapat dideskripsikan secara lebih

teliti dan mendalam.

2. Jenis Data

Data dalam penelitian ini merupakan data kualitatif. Adapun yang

termasuk dalam kualitatif dalam penelitian ini gambaran umum objek

penelitian, meliputi visi misi sekolah, struktur organisasi, keadaan guru,


21

keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana, standar penilaian prestasi

belajar siswa, serta hasil wawancara terkait peran guru dalam

meningkatkan pemahaman ilmu tajwid siswanya. Data kualitatif dapat

diartikan sebagai data yang berbentuk verbal.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data

tersebut diperoleh, penulis mengumpulkan semua data yang kemudian

disajikan dalam skripsi sebagai usaha gabungan dari apa yang dilihat dan

apa yang didengar, yang kemudian dicatat secara rinci tanpa ada sesuatu

yang ditinggalkan sedikitpun, juga agar data-data yang ada menjadi valid

(dapat dipertanggungjawabkan). Menurut Lofland yang dikutip oleh

Lexy J Moleong (2007) menjelaskan bahwa sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah katakata, dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Adapun data dari penelitian ini diperoleh dari:

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang diambil peneliti melalui

wawancara dan observasi. Data primer adalah data yang diperoleh

atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan

penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer

ini disebut juga data asli atau data baru. Contoh data kuesioner, data

observasi dan sebagainya.


22

Adapun dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh oleh

peneliti adalah hasil wawancara dengan para Guru Pendidikan

Agama Islam utamnya Guru Al-Qur’an Hadist, dan Siswa Madrasah

Tsanawiyah Al-Mansyurati Aik Bukak Batukliang Utara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah Sumber data tamabahan yaitu sumber

data di luar kata-kata dan tindakan yakni sumber data tertulis. Data

sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang

yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data

ini seharusnya atau biasanya diproleh dari perpustakaan atau dari

laporan-laporan penelitian terdahulu.

Adapun yang akan menjadi data sekunder dalam penelitian ini

adalah data tentang latar belakang obyek penelitian, keadaan fasilitas

kelas, tata tertib kelas, keadaan siswa dan guru, foto-foto kegiatan

pembelajaran, struktur organisasi, nama-nama guru dan pegawai,

namanama siswa dan kondisi sarana prasarana di Madrasah

Tsanawiyah Al-Mansyurati Aik Bukak Batukliang Utara.

Sumber data diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. People, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa

jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui

angket. Sumber data dalam penelitian ini adalah unsur manusia

dan non manusia. Unsur manusia meliputi, Guru Pendidikan


23

Agama Islam (Guru Al-Qur’an Hadist), dan pihak sekolah lain

serta siswa di MTs Al-Mansyurati Aik Bukak Batukliang Utara.

b. Place, sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan

diam dan bergerak. Dalam penelitian ini lokasi yang menjadi

sumber data ialah beberapa tempat yang ada di MTs Al-

Mansyurati Aik Bukak Batukliang Utara. Adapun tempat-tempat

tersebut adalah ruang kelas, kantor guru dan sarana prasarana

lainnya.

c. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa

huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Dalam penelitian

ini, peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dari

dokumentasi-dokumentasi yang dimaksud adalah perangkat

pembelajaran, buku penunjang pembelajaran seperti juz amma,

Al-Qur’an, Buku tajwid dan buku penunjang lainnya.

4. Tekhnik dan Instrumen Pengumpulan Data

Data merupakan unit informasi yang direkam media yang dapat

dibedakan dengan data lain, dapat dianalisis dan relevan dengan problem

tertentu. Data haruslah merupakan keterkaitan antara informasi dalam arti

bahwa data harus mengungkapkan kaitan antara sumber informasi dan

bentuk simbolik asli pada satu sisi. Di sisi lain data harus sesuai dengan

teori dan pengetahuan. Data adalah informasi tentang sebuah gejala yang

harus dicatat oleh para pengamat dengan mudah, dapat dibaca dengan
24

mudah oleh mereka yang harus memprosesnya, tetapi tidak begitu mudah

diubah oleh tipu daya berbagai maksud yang tidak jujur.

Teknik pengumpulan data kualitatif pada dasarnya bersifat

tentatif, karena penggunaannya ditentukan oleh konteks permasalahan

dan gambaran data yang diperoleh. Dalam setiap proses pengumpulan

data pasti ada teknik yang digunakan sesuai dengan perolehan yang

dilakukan. Dalam pengumpulan data tentang Usaha Guru Al-Qur’an

Hadist dalam Meningkatkan Pemahaman Ilmu Tajwid Siswa di MTs Al-

Mansyurati Aik Bukak Batukliang Utara, maka peneliti menggunakan

teknik sebagai berikut:

1. Metode Pengamatan (Observasi)

Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan secara sistemik terhadap gejala yang tampak pada obyek

penelitian. Metode Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian

terhadap suatu obyek dengan menggunakan alat indra. Jadi observasi

dapat dilakukan melalui pengeliatan, penciuman, pendengaran,

peraba dan pengecap. Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar,

dalam bukunya Metodologi penelitian sosian edisi ke dua

menjelaskan. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang

sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.observasi menjadi salah

satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan

penelitian, direncanakan dan di catat secara sistematis, serta dapat

dikontrol keandalan (reliabilitas) dan keshahihannya (validitas).


25

Terkait dengan hal tersebut, peneliti menggunakan teknik ini

karena memungkinkan bagi peneliti untuk melihat dan mengamati

sendiri fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan dan

memudahkannya dalam membentuk tulisan. Dengan teknik seperti ini

maka mengharuskan peneliti hadir di lokasi penelitian Madrasah

Tsanawiyah Al-Mansyurati Aik Bukak untuk memperoleh data

penelitian yang diperlukan.

Teknik observasi ini digunakan peneliti dengan hadir di

lapangan (lokasi penelitian) sebelum penelitian dilakukan, hal ini

bertujuan untuk memperoleh informasi awal mengenai lokasi

penelitian terutama berkaitan dengan tentang Usaha Guru Al-Qur’an

Hadist dalam Meningkatkan Pemahaman Ilmu Tajwid siswa. Itu

merupakan data awal yang penulis peroleh dari pengamatan

lapangan. Data selanjutnya peneliti lakukan seperti ketika kegiatan

berlangsung. Dengan metode ini, peneliti akan dapat mengetahui

secara jelas bagaimana usaha guru al-qur’an hadist dalam

meningkatkan pemahaman ilmu tajwid pada siswa di Madrasah

Tsanawiyah Al-Mansyurati Aik Bukak.

2. Metode Interview

Interview merupakan metode pengumpulan data yang

digunakan untuk mendapatkan keterangan atau informasi melalui

percakapan secara langsung atau tatap muka. Metode wawancara

(interview) menurut Moleong adalah “percakapan dengan maksud


26

tertentu”. Percakappan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyan itu.

Di sini penelitilah yang berperan aktif untuk bertanya dan

memancing pembicaraan menuju masalah tertentu kepada sumber

data atau informan, agar memperoleh jawaban dari permasalahan

yang ada, sehingga diperoleh data penelitian. Penggunaan metode

interview ini juga dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan

secara face to face, artinya secara langsung berhadapan dengan

informan. Hal ini juga dimaksudkan untuk mencari kelengkapan data

yang diperoleh selama menggunakan metode observasi.

Peneliti harus memiliki konsep yang jelas mengenai hal yang

dihubungkan, kerangka tertulis, daftar pertanyaan harus tertuang

dalam rencana wawancara untuk mencegah kemungkinan mengalami

kegagalan memperoleh data. Metode ini digunakan peneliti untuk

mewawancarai para guru supaya mengetahui hal-hal yang terjadi di

dalam pelaksanaan pembelajaran terutama mengenai tentang Usaha

Guru Al-Qur’an Hadist dalam Meningkatkan Pemahaman Ilmu

Tajwid pada Siswa, sehingga mudah memperoleh informasi untuk

melengkapi data penelitian.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data

melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga


27

buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan

nilai-nilai yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk mencatat

informasi yang riil berupa dokumen, catatan dan laporan yang tertulis

serta relevan dengan tujuan penelitian. Metode ini dipergunkan

sebagai pelengkap dari metode lainnya dan diharapkan akan lebih

luas dan benar-benar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Sesuai dengan pandangan tersebut, peneliti menggunakan

metode dokumentasi untuk dijadikan alat pengumpul data dari

sumber bahan tertulis yang terdiri dari dokumen resmi. Dalam

penelitian ini peneliti melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang

dianggap penting dan berkaitan dengan fokus penelitian dan

memphotocopy dokumen yang berkaitan dengan data yang

diperlukan, yang kemudian peneliti menyusunnya untuk keperluan

analisis data, diantaranya mengenai denah lokasi penelitian, data

guru, data siswa, sejarah berdirinya visi dan misi Madrasah

Tsanawiyah dan lain sebagainya.

5. Tekhnik Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh melalui wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain. Dilakukan dengan mengorganisasikan


28

data, menjabarkannnya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun

ke dalam pola, memilih dan membuat kesimpulan. Dalam penelitian

kualitatif, analisis data merupakan upaya berlanjut, berulang dan

sistematis. Analisis data dilakukan dalam dua tahap, yaitu pada saat

pengumpulan data dan setelah data terkumpul.

Analisis data ini dilakukan untuk memperoleh jawaban atas

pertanyaan penelitian berupa temuan penelitian. Menurut Milles dan

Huberman sebagaimana dikutip Zainal Arifin, tahap kegiatan dalam

menganalisis data kualitatif terdiri dari tiga tahap, yakni reduksi data,

penyajian data, dan menarik kesimpulan/verifikasi. Adapun tahap

kegiatan analisis data dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan analisis data yang menajamkan,

menggolongkan data dengan cara sedemikian rupa kesimpulan

dapat ditarik kesimpulan atau data diverikasi. Data yang diperoleh

dari lapangan langsung ditulis dengan rinci dan sistematis setiap

selesai mengumpulkan data. Dalam mereduksi data, setiap peneliti

akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai, tujuan utama dari

penelitian kualitatif adalah pada temuan.

Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan

penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing,

tidak dikenal, belum memiliki pola justru itulah yang harus


29

dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data Pada

tahap reduksi data ini peneliti memfokuskan pada hal-hal yang

berkaitan dengan Usaha Guru Al-Qur’an Hadist dalam

Meningkatkan Pemahaman Ilmu Tajwid pada Siswa

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data,

maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

difahami.

3. Menarik kesimpulan dan verifikasi

Yaitu merupakan rangkaian analisis puncak. Meskipun

begitu kesimpulan juga membutuhkan verifikasi selama

penelitian berlangsung. Verifikasi dimaksudkan untuk

menghasilkan kesimpulan yang valid. Pada tahap verifikasi dalam

teknik analisis data ini penliti berusaha menarik kesimpulan dari

lokasi penelitian terhadap data yang dirumuskan pada fokus

penelitian

Dengan demikian teknik analisis yang dilakukan oleh

peneliti adalah pertama dengan mereduksi data, yaitu dengan


30

memilah dan memilih data yang pokok dan memfokuskan pada

hal-hal yang berkaitan dengan usaha guru Al-Qur’an hadist dalam

meningkatkan pemahaman ilmu tajwid siswa, kemudian

menyajikannya dalam bentuk data yang terorganisir agar lebih

mudah untuk dipahami dan tahap terakhir yang peneliti lakukan

adalah dengan menyimpulkan dari data-data yang peneliti

dapatkan di lapangan. Kemudian peneliti kembali ke lapangan

apakah kesimpulan yang diperoleh sudah merupakan kesimpulan

yang kredibel atau ada tambahan.

I. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan proposan ini disusun dengan menggunakan sistematika

sebagai berikut:

Halaman Judul

Lembar Pengesahan Pembimbing

Daftar Isi

A. Konteks Penelitian

B. Fokus Penelitian

C. Asumsi Masalah

D. Tujuan Penulisan

E. Manfaat Penelitian

F. Kajian Pustaka

G. Metode Penelitian

1. Definisi Konseptual
31

2. Landasan Teori

H. Sistematika Penulisan

1. Jenis Penelitian

2. Jenis Data

3. Sumber Data

4. Tekhnik dan Instrumen Pengumpulan Data

5. Tekhnik dan Analisis Data

I. Jadwal Penelitian

J. Daftar Pustaka

J. Jadwal Penelitian

Berdasarkan pemaparan diatas penelitian ini akan dilakukan selama 1

bulan dari mulai prapenelitian sampai penyusunan hasil penelitian berupa

skripsi. Penelitian ini akan dilaksanakan di MTs Al-Mansyurati Aik Bukak

Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran

2021/2022.

K. Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Syaifudin, 2002, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Belajar

Offset

Moleong, Lexy J., 2007, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Remaja

Roesdakarya.
32

Muchtar, Heri Jauhari, 2005, Fikih Pendidikan, Bandung:PT. Remaja

Rosdakarya

Mulyasa, E., 2007, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja

Roesdakarya.

Mulyono, 2012, Strategi Pembelajaran, Malang: UIN Maliki Press.

Mutaqiah, Niswatul, 2010, Pengaruh Belajar Mengajar Tajwid Terhadap

Kualitas Membaca Al-Qur’an di Madrasah Dinniyah Mambaul Ulum

Desa Betak Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung,

Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan

Nasrulloh, 2012, Lentera Al-Qur’ani, UIN MALIKI PRESS.

Nizar, Samsul, 2002, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis,

Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers

Nurdin Muhammad, 2008, Kiat Menjadi Guru Profesional, Yogyakarta:Ar-

Ruzz Media.

Roestiyah, 2008, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Rohmad, Ali, 2004, Kapita Selekta Pendidikan, Jakarta : PT. Bina Ilmu.

Soumi, Rochmatus, 2010, Strategi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar

Siswa pasa Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MAN Tulungagung

1, Tulungagung:skripsi

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.

Usman, Basyiruddin, 2002, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta:

Ciputat Pers.

Anda mungkin juga menyukai