Anda di halaman 1dari 2

STUDIUM GENERALE

Nama : Sondang Bulan Simarmata


NIM : 10217043
Program studi : Fisika
Fakultas/Sekolah : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Tema : Kaum Cendekia dan Moderasi Beragama di Era
Media Sosial
Pembicara : Nadirsyah Hosen
Hari/tanggal : Rabu/ 18 November 2020
Kelas : 01
Resume :
Kaum Cendekia dan Moderasi Beragama di Era Media Sosial
Smartphone maupun tablet membuat berbagai hal yang tadinya tidak terpikirkan menjadi
sebuah keniscayaan, mungkin tidak terlalu bermasalah bila semua orang sekedar merasa tahu
dan lantas menggunakan informasi itu untuk diri sendiri, yang jadi masalah adalah ketika
para pakar meniadakan informasi yang benar dan disangkal, lantas kedunguan dibangga-
banggakan. Yang mengagetkan kaum cendekiawan dari kalimat tersebut adalah pihak yang
tidak sanggup memverifikasi kebenaran bahkan tidak jarang disadari juga turut menyebarkan
berita hoax rumor. Teori yang berbau konspirasi ini membuat kita bertanya-tanya bisakah
kita kembali ke jati diri kita sebagai insan cendekia yang diharapkan membawa obor
penerang bagi bangsa atau kita malah turut memadamkan logika dan cara berpikir ilmiah kita
untuk membahas masalah ini. Pertemuan bersejarah dua tokoh agama besar di dunia Paus
Fransiskus dengan imam besar Al Azhar pada tahun 4 Februari 2019, pertemuan dua tokoh
besar ini menghasilkan dokumen persaudaraan kemanusiaan yang pesan utamanya
menegaskan bahwa musuh bersama kita saat ini umunya adalah ekstrimisme akut atau
disebut dengan distraction, rasa saling memusnahkan perang intoleransi, serta rasa benci
diantara sesama umat manusia. Dua tokoh besar ini mengidentifikasi hal-hal yang menjadi
musuh bersama dari kita semua. Saya ingin menambahkan ada tiga masalah mendasar yang
merupakan masalah bersama semua umat manusia. Saat ini apapun latar belakangnya yaitu
yang pertama adalah kebodohan atau tingkat literasi yang rendah, kedua adanya ketimpangan
sosial atau social gap dan, yang ketiga adalah eksploitasi alam yang merusak keseimbangan
semesta.
Hal mendasar tersebut menjadi keprihatinan bahkan dalam bahasan kedua tokoh tadi menjadi
musuh bersama kita saat ini membenturkan 2 tema penting yaitu agama dan kebangsaan di
satu pihak. Ada yang mengklaim paling beragama di sisi lain ada yang paling pancasila.
Sayangnya kita dipertontonkan oleh panggung teater bahwa hal yang sebenarnya tengah
terjadi adalah perebutan cara kedua topik itu dalam bungkus pertarungan kekuasaan bentuk
yang paling murah.
Cara efektif untuk meninabobokan kita adalah meninabobokan kita dengan modusnya adalah
agama saya saat ini di Serang atau tokoh agama saya dihina dan juga kami ini kalah secara
politik budaya sosial dan ekonomi kawan-kawan yang emosi akan mudah diarahkan bergerak
sesuai maunya sutradara dan pembuat skenario dan kita selalu dibekali oleh berbagai hal
yang bisa membangkitkan emosi kita. Segala macam cara dipakai untuk membakar emosi
masa itu yang ditebar nggak peduli apakah itu dalam bahasa agama atau mau palsu atau hoax.
Semua hal yang dianggap simbol agama tidak boleh dikritik, tidak boleh dijadikan candaan
ataupun kemudian tidak boleh diperdebatkan kepada hal yang bisa membawa kepada jalur-
jalur hukum. Ancamannya adalah emosi kuat akan tumpah ruah kalau anda tidak bertindak
kami yang bertindak ancaman-ancaman seperti ini seringkali disampaikan oleh para tokoh
agama. Lama-lama kita tidak lagi dibiasakan bertabayun, berdialog, berintropeksi dan
berpikir kritis.
Bagaimana peranan kaum Cendekia ? Akankah kita menjadi obor penerang bagi umat atau
justru kita yang membakar habis emosi umat dan menaruh genderang politisasi agama ?.
Saya memandang bahwa kaum Cendekia kalangan kaum pintar. Cendekia yang berlepas
tangan terhadap kondisi karena khawatir dibully di medsos atau bahkan akunnya nanti
dibajak sehingga data pribadi menjadi viral ?
Sebuah gagasan tidak akan lahir begitu saja dan tidak bisa langsung dikonsumsi begitu saja
dalam bahasa lain, jangan buru-buru meminum kopi kita saat masih panas nikmati dulu
aromanya baru kita teguk pelan-pelan, begitu juga belajar ilmu agama gak bisa terburu-buru
apalagi dengan hati yang panas dan penuh kebencian Mari kita bersama menikmati proses
belajar.

Anda mungkin juga menyukai