Anda di halaman 1dari 20

3.5.2.

Prasarana wilayah
3.5.2.1. Prasarana Air Bersih
Air bersih menjadi kebutuhan pokok masyarakat dari waktu ke waktu.
Kebutuhan air bersih akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor mempunyai 12 cabang, dengan kategori
pelayanan kota sebanyak 6 cabang dan pelayanan desa sebanyak 6 cabang. Semua
Cabang dalam kondisi SEHAT. Dari segi peraturan, PDAM Tirta Kahuripan telah
memiliki perda terkait air tanah, yaitu perda Kabupaten Bogor No. 5 Tahun 2011,
Tanggal 29 April 2011 Tentang Cara Perhhitungan Harga Dasar Air Sebagai Dasar
Penetapan Nilai Perolehan Air Tanah. Pada Tahun 2019 jumlah pelanggan PDAM Tirta
Kahuripan sebanyak 4.626.937 Penduduk (Jiwa) dan memiliki kebutuhan Sebesar
9.762.837 (L/Hari) mengalami kenaikan pada tahun 2020 seiring dengan pertumbuhan
penduduk serta kebutuhan mencapai 11.022.817 (L/Hari).
Di Kabupaten Bogor sendiri kebutuhan akan bersih ini sudah terpenuhi dengan
baik. Selain itu pelayanan jaringan air bersih di Kabupaten Bogor tersebar menjadi 30
unit pelayanan yang dikelola oleh PDAM Tirta Kahuripan di beberapa Kecamatan
Kabupaten Bogor. Sistem pengambilan sumber air bersih ini berasal dari bermacam-
macam sumber air baku seperti mata air, sumur bor, dan Instalansi Pengolahan
Lengkap. Daftar lokasi wilayah instalasi pengolahan air Berikut dilampirkan pada peta
dan tabel lokasi sumber air baku, Unit produksi dan Daerah Pelayanan PDAM Tirta
Kahuripan (Peta No 1) dan tabel

Tabel
Daftar Lokasi Wilayah Instalasi Pengolahan Air Bersih di Kabupaten Bogor

Kapasitas
N Sumber Air Debit Rata-rata Lokasi
Sistem Pengambilan
o Baku Sumber (Kecamatan)
(Liter/Detik)

1 Ciampea 2.5 Nanggung Mata Air

2 Cikahuripan 120 Dramaga Mata Air

3 Ciburial 485 Ciampea Mata Air

4 Cikiara 25 Cijeruk Mata Air

5 Katulampa 12 Megamendung Mata Air

6 GSP 3 Megamendung Mata Air

7 Brujul 20 Cisarua Mata Air


Kapasitas
N Sumber Air Debit Rata-rata Lokasi
Sistem Pengambilan
o Baku Sumber (Kecamatan)
(Liter/Detik)

8 Citiis 10 Cigombong Mata Air

9 Cisalada 8 Ciawi Mata Air

10 Sodong 50 Klapanunggal Mata Air

12 Kota Legenda 22 Cileungsi Sumur Bor

13 Kota Wisata 44.5 Cileungsi Sumur Bor

14 Cileungsi 44.5 Jonggol Sumur Bor

15 Limus Nunggal 15 Jonggol Sumur Bor

16 Permata Putri 10 Klapanunggal Sumur Bor

17 Legenda 22 Gunung Putri Sumur Bor

18 Cimanggis 5 Cibinong Sumur Bor

19 Bukit Golf 50 Jonggol Instalasi Pengolahan Lengkap

20 Satwalpres 10 Sukamakmur Instalasi Pengolahan Lengkap

21 Kedunghalang 70 Citeureup Instalasi Pengolahan Lengkap

22 Cibinong 200 Citeureup Instalasi Pengolahan Lengkap

23 Gunung Putri 150 Gunung Putri Instalasi Pengolahan Lengkap

24 Legong 430 Kota Depok Instalasi Pengolahan Lengkap

25 Citayam 160 Kota Depok Instalasi Pengolahan Lengkap

26 Sawangan 10 Gunung Sindur Instalasi Pengolahan Lengkap

27 Cinangka 5 Rumpin Instalasi Pengolahan Lengkap

28 Parung Panjang 100 Rumpin Instalasi Pengolahan Lengkap

29 Cibungbulang 60 Cigudeg Instalasi Pengolahan Lengkap

30 Leuwiliang 20 Leuwiliang Instalasi Pengolahan Lengkap

Sumber : PDAM Tirta Kahuripan kabupaten Bogor

Pelayanan jaringan air bersih di Kabupaten Bogor tersebar menjadi 30 unit pelayanan.
Unit/cabang tersebut terbagi atas tiga sistem pengolahan berupa mata air, sumur bor,
dan instalasi pengolahan lengkap. Dari sistem pengolahan air baku yang bersumber
pada mata air terjaring ke dalam pelayanan yang berada di Kecamatan Nanggung,
Dramaga, Ciampea, Cijeruk, Megamnedung, Cisarua, Cigombong, Ciawi, dan
Klapanunggal. Sedangkan sistem pengolahan air baku yang bersumber dengan
menggunakan sistem sumur bor terjaring ke dalam pelayanan yang berada di
Kecamatan Cileungsi, Jonggol, Klapanunggal, Gunung Putri, dan Cibinong. Dan untuk
sistem pengolahan air baku secara lengkap terjaring ke dalam pelayanan yang berada
di Kecamatan Jonggol, Sukamakmur, Citeureup, Gunung Putri, Gunung Sindur,
Rumpin, Cigudeg, dan Leuwiliang.
Sumber air bersih yang digunakan penduduk juga dapat digunakan sebagai
salah satu indikator kesejahteraan penduduk baik ditinjau dari segi kesehatan maupun
keadaan ekonomi. Semakin banyak penduduk yang mengunakan air bersih bisa
mengindikasikan bahwa kesehatan masyarakat semakin baik dan semakin banyak
penduduk yang menggunakan air ledeng maupun air dalam kemasan sebagai sumber
air minum sehari-hari mengindikasikan adanya peningkatan daya beli atau
kesejahteraan rakyat.
Peta Lokasi Sumber Air Baku, Unit Produksi dan Daerah Pelayanan
3.5.2.2. Prasarana Drainase
Keberadaan prasarana drainase di Kabupaten Bogor sesungguhnya sudah
ada dimana setiap jaringan jalan yang ada khususnya di kawasan perkotaan sudah
terdapat jaringan drainase. Namun kondisinya berupa drainase alami yaitu masih
berupa tanah. Potensi terjadinya bencana banjir dapat dijadikan perhatian khusus
dalam pengembangan sistem drainase yang baik diperlukan di distrik ini sebagai
antsipasi dalam penanganan bencana banjir yang lebih besar. Secara umum
perencanaan jaringan drainase di masa yang akan datang adalah dengan membuat
drainase permanen di setiap jaringan drainase alami yang sudah ada. Selain itu
pembangunan drainase yang baik diperlukan dengan membuat jaringan drainase di
sepanjang jaringan jalan yang ada dengan memperhitungkan aliran air atau kondisi
topografi wilayah.

3.5.2.3. Prasarana Air Limbah


Limbah rumah tangga secara umum dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok, yaitu
limbah air kotor (grey dan black water) dan pembuangan tinja. Untuk limbah air kotor
umumnya dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, komersil maupun industri.
Sedangkan pembuangan tinja dihasilkan dari limbah manusia. Pembuangan air limbah
rumah tangga di Kabupaten Bogor akan menggunakan sistem septic tank komunal dan
pengembangan IPAL. Sedangkan untuk limbah manusia akan diarahkan agar masing-
masing rumah memiliki sistem septic tank pribadi/WC. Untuk pembuangan air limbah
rumah tangga akan dioptimalkan untuk tidak membuang langsung ke saluran drainase
yang ada, namun terlebih dahulu akan diolah, karena dapat mencemari kelestarian air
sungai.
Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Bogor meliputi:
1. pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) sesuai dengan
masterplan air limbah;
2. pengembangan sarana pengangkutan dan modul IPLT di setiap unit-unit
lingkungan kota;
3. pembangunan IPAL Terpadu dengan sistem publik dan sistem setempat
di kawasan peruntukan industri, kawasan industri rumah tangga dan
kawasan perkotaan;
4. pembangunan IPAL domestik skala kawasan sesuai dengan masterplan
air limbah;
5. pengendalian limbah hasil kegiatan industri menengah-besar dan jasa
melalui studi lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
6. mewajibkan kegiatan industri menengah-besar untuk memiliki instalasi
pengolahan limbah; dan
7. menerapkan sanksi dan pola insentif-disinsentif terkait pengendalian
limbah, khususnya kegiatan industri.

3.5.2.4. Prasarana Persampahan


Penanganan terhadap sampah memerlukan perhatian yang cukup besar
mengingat jumlah sampah yang akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk, serta dampak yang ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara
tepat terhadap wilayah itu sendiri. Selain pengangkutan dan pengelolaan sampah,
penyediaan dan lokasi pembuangan sampah merupakan kebutuhan bagi wilayah
kabupaten.
Pengelolaan sampah di Kabupaten Bogor bertujuan untuk melayani penduduk
terhadap sampah yang dihasilkan, yang secara tidak langsung turut memelihara
kesehatan masyarakat serta menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Secara
garis besar pengelolaan sampah dapat dirinci seperti ini :
a. Pengumpulan : sampah dari produsen (rumah tangga) diangkut ke tempat
pengumpulan sementara (TPS) dengan menggunakan gerobak
dorong/tarik, truk, motor gerobak;
b. Pengangkutan : dari TPS diangkat dengan truk menuju TPA;
c. Pembuangan akhir : sampah dari TPS dikumpulkan dan di bawa ke
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), di mana nantinya sampah-sampah
organik akan di olah menjadi kompos, briket dan gas metan (bahan
bakar) serta bahan bangunan.

3.5.2.5. Prasarana Listrik dan Telekomunikasi


A. Prasarana Listrik
Gambaran umum jaringan listrik di Kabupaten Bogor. Sebagai salah satu
prasarana utama penunjang kehidupan manusia, baik untuk kegiatan rumah tangga,
kegiatan industri, kegiatan bisnis, maupun kegiatan skala besar lainnya, keberadaan
jaringan listrik menjadi bagian penting dalam kehidupan di Kabupaten Bogor. Dalam
hal ini, gambaran umum jaringan listrik dapat memberikan pemahaman mengenai
sistem penyediaan energi listrik serta sistem pengelolaan jaringan listrik di Kabupaten
Bogor.
Sama halnya dengan wilayah lain, pemenuhan kebutuhan energi listrik di
Kabupaten Bogor dikelola oleh PT. PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara.
Dalam melaksanakan perannya, PLN terbagi menjadi 3 bagian, yakni pembangkit,
distribusi, serta bagian transmisi, gardu induk, dan SUTET. Selain itu, pemenuhan
kebutuhan listrik oleh PLN dibagi berdasarkan wilayah pelayanan yang disebut dengan
Area Pelayanan dan Jangkauan (APJ). APJ merupakan unit pelayanan level I. APJ
tersebut terbagi lagi ke dalam Unit Jangkauan Pelayanan dan Jangkauan (UPJ) yang
melayani kebutuhan listrik pada level II. UPJ ini terdiri dari satu atau lebih Kantor
Pelayanan yang melayani kebutuhan energi listrik pada level III. Dalam hal ini,
pemenuhan kebutuhan energi listrik di Kabupaten Bogor dilakukan oleh APJ Bogor dan
APJ Gunung Putri. Berikut ini merupakan cakupan pelayanan energi listrik oleh APJ
Bogor dan APJ Gunung Putri.

Tabel
Wilayah Pelayanan APJ Bogor dan APJ Gunung Putri
Unit Pelaksana Tingkat / Unit Pelaksana Po Ting
Unit Pelaksana Level III
Level I Pola Level II la kat

APJ Bogor III/1 UPJ Pakuan Kantor Pelayanan


2 III
Bogor Kamurang

Kantor Pelayanan
UPJ Bogor Kota 1 III Dramaga

Kantor Pelayanan Ciapus

Kantor Pelayanan
UPJ Bogor Timur 1 III
Nanggewer

Kantor Pelayanan
UPJ Bogor Barat 1 II
Jampang

Kantor Pelayanan
Cisarua
UPJ Cipayung 3 III
Kantor Pelyanan Ciawi

Kantor Pelayanan Lido

Kantor Pelayanan
Ciampea
UPJ Leuwiliang 3 II
Kantor Pelayanan
Kampung Sawah

UPJ Jasinga 3 II Kantor Pelayanan


Rumpin
Unit Pelaksana Tingkat / Unit Pelaksana Po Ting
Unit Pelaksana Level III
Level I Pola Level II la kat

Kantor Pelayanan
Parungpanjang

Kantor Pelayanan
UPJ Cileungsi 3 II
Bojongkulur

APJ Gunung UPJ Citeureup 3 II Kantor Pelayanan Sentul


II/3
Putri Kantor Pelayanan Cariu
UPJ Jonggol 3 II Kantor Pelayanan
Sukamakmur

Sumber : Statistik PLN DJBB, Tahun 2011

APJ Bogor terbagi ke dalam 7 UPJ sedangkan APJ Gunung Putri terbagi ke
dalam 3 UPJ. Cakupan pelayanan APJ yang diwakili oleh setiap kantor pelayanan oleh
kedua APJ tidak dibatasi oleh batas administrasi antar Kabupaten atau Kota Bogor.
Dalam hal ini, APJ Bogor melayani kebutuhan listrik untuk kedua wilayah administratif
tersebut dengan produksi listrik sebesar 3735860500 KWh, sedangkan APJ Gunung
Putri hanya melayanai Kabupaten Bogor dengan produksi listrik sebesar 2075365569
KWh.
B. Prasarana Telekomunikasi
Kebutuhan terhadap telekomunikasi di Kabupaten Bogor telah banyak
dipenuhi oleh operator-operator telepon seluler. Pada masa telepon seluler masih
merupakan barang mewah, masyarakat bergantung pada jaringan telekomunikasi yang
disediakan oleh PT. Telkom untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi sehingga
keberadaan jaringan telepon, telepon-telepon umum, dan wartel pun menjadi
komponen penting dalam menganalisis kondisi pelayanan telekomunikasi di suatu
wilayah. Namun, saat ini pemenuhan kebutuhan telekomunikasi telah bergeser dari
telepon kabel kepada telepon seluler. Oleh karena itu, menara-menara operator seluler
menjadi komponen penting dalam menganalisis kondisi pelayanan telekomunikasi.
Berikut ini merupakan data jumlah menara yang ada di setiap kecamatan di Kabupaten
Bogor.
BAB IV ANALISIS WILAYAH PENGEMBANGAN BAGIAN TIMUR KABUPATEN BOGOR

4.5.2. Analisis Prasarana Wilayah


4.5.2.1. Prasarana Air Bersih
Kebutuhan akan prasarana terutama prasarana air bersih merupakan
kebutuhan dasar (basic need) bagi setiap masyarakat di suatu wilayah, khususnya
masyarakat Wilayah pengembangan bogor timur secara keseluruhan. Penyediaan
kebutuhan air bersih di wilayah perencanaan pada umumnya dipenuhi dengan sistem
penyediaan air bersih individu berupa perpipaan dan non perpipaan yaitu sumur.
Sedangkan pengembangan sistem air bersih komunal (PDAM) di Kabupaten Bogor
hingga tahun terakhir sudah cukup merata penyebarannya yang bersumber dari PDAM
dan sumber air permukaan lainya. Oleh karena itu dalam rangka pengembangan
sistem air bersih di WP Bogor Timur Kabupaten Bogor, diperlukan adanya upaya
pengelolaan, pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan yang menghasilkan
limbah, sehingga kualitas maupun kuantitas sumber air terutama sungai dapat terjaga
untuk memenuhi kebutuhan Air Bersih masyarakat dengan tanpa mengurangi sistem
pelayanan (PDAM) yang sudah ada.
Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan mempertimabangkan kebutuhan
air Domestik dan Non Domestik serta mempertimbangkan kebutuhan hidran,
kebutuhan Air WP Timur Kabupaten Bogor hingga tahun 2040 mencapai 375.558.678
Liter/hari. Kebutuhan Domestiknya 227.611.564 Liter/ hari, kebutuhan untuk hidran
34.141.698 Liter/hari, kebutuhan Non Domestik termasuk Fasilitas sosial dan umum
34.141.698 liter/hari, perkantoran 34.141.698 liter/hari, kegiatan komersil 45.552.264
liter/hari. Untuk lebih jelasnya terkait kebutuhan Air Bersih dapat dilihat pada tabel 4.32
sampai tabel 4..
Tabel Analisis Kebutuhan Prasarana Air Bersih Tahun 2040
Kebutuhan Kebutuhan
Jumlah Kebutuhan Non Domestik (liter/hari) Hidran Total
Domestik
No Kecamatan Penduduk (liter/hari)
(liter/orang/h
(Jiwa)
ari) Fasos Kantor Komersial Total
(7)=20%x(4 (8)=(5)+(6)+ (9)=10%x((3)+( (10)=(4)+(8)+
(1) (2) (3) (4)=120 x (3) (5)=15%x(4) (6)=15%x(4)
) (7) 8)) (9)
1 Gunung Putri 711,662 85,399,440 12,809,916 12,809,916 17,079,888 42,699,720 12,809,916 140,909,076
2 Cileungsi 544,740 65,368,800 9,805,320 9,805,320 13,073,760 32,684,400 9,805,320 107,858,520
3 Klapanunggal 182,561 21,907,320 3,286,098 3,286,098 4,381,464 10,953,660 3,286,098 36,147,078
4 Jonggol 218,593 26,231,160 3,934,674 3,934,674 5,246,232 13,115,580 3,934,674 43,281,414
5 Sukamakmur 108,830 13,059,600 1,958,940 1,958,940 2,611,920 6,529,800 1,958,940 21,548,340
6 Cariu 60,629 7,275,480 1,091,322 1,091,322 1,455,096 3,637,740 1,091,322 12,004,542
7 Tanjungsari 69,746 8,369,520 1,255,428 1,255,428 1,673,904 4,184,760 1,255,428 13,809,708
WP TIMUR KABUPATEN
1,896,761 227,611,320 34,141,698 34,141,698 45,522,264 113,805,660 34,141,698 375,558,678
BOGOR
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2021
4.5.2.2. Prasarana Drainase dan Air Limbah
A. Jaringan Drainase
Keberadaan jaringan drainase di Kabupaten Bogor sesungguhnya
sudah ada dimana setiap jaringan jalan yang ada khususnya di kawasan
perkotaan sudah terdapat jaringan drainase. Namun kondisinya berupa
drainase alami yaitu masih berupa tanah. Potensi terjadinya bencana banjir
dapat dijadikan perhatian khusus dalam pengembangan sistem drainase yang
baik diperlukan di distrik ini sebagai antsipasi dalam penanganan bencana
banjir yang lebih besar. Secara umum perencanaan jaringan drainase di masa
yang akan datang adalah dengan membuat drainase permanen di setiap
jaringan drainase alami yang sudah ada. Selain itu pembangunan drainase
yang baik diperlukan dengan membuat jaringan drainase di sepanjang
jaringan jalan yang ada dengan memperhitungkan aliran air atau kondisi
topografi wilayah.
Arahan pengembangan sistem jaringan drainase di Kabupaten Bogor
meliputi:
1. jaringan drainase primer ditetapkan di Kecamatan Cibinong,
Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan
Gunung Sindur dan Kecamatan Parung Panjang;
2. jaringan drainase sekunder ditetapkan di daerah padat
penduduknya dengan blok-blok daerah permukiman yang sempit
antara lain di Kecamatan Cibinong, Kecamatan Bojong Gede,
Kecamatan Cileungsi dan Kecamatan Gunung Putri;
3. jaringan drainase tersier ditetapkan di Kecamatan Citeureup,
Kecamatan Parung, Kecamatan Kemang, dan Kecamatan
Sukaraja;
B. Jaringan Air Limbah
Limbah rumah tangga secara umum dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok,
yaitu limbah air kotor (grey dan black water) dan pembuangan tinja. Untuk
limbah air kotor umumnya dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, komersil
maupun industri. Sedangkan pembuangan tinja dihasilkan dari limbah
manusia. Pembuangan air limbah rumah tangga di Kabupaten Bogor akan
menggunakan sistem septic tank komunal dan pengembangan IPAL.
Sedangkan untuk limbah manusia akan diarahkan agar masing-masing rumah
memiliki sistem septic tank pribadi/WC. Untuk pembuangan air limbah rumah
tangga akan dioptimalkan untuk tidak membuang langsung ke saluran
drainase yang ada, namun terlebih dahulu akan diolah, karena dapat
mencemari kelestarian air sungai.
Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Bogor meliputi:
1. pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) sesuai
dengan masterplan air limbah;
2. pengembangan sarana pengangkutan dan modul IPLT di setiap unit-
unit lingkungan kota;
3. pembangunan IPAL Terpadu dengan sistem publik dan sistem
setempat di kawasan peruntukan industri, kawasan industri rumah
tangga dan kawasan perkotaan;
4. pembangunan IPAL domestik skala kawasan sesuai dengan
masterplan air limbah;
5. pengendalian limbah hasil kegiatan industri menengah-besar dan
jasa melalui studi lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
6. mewajibkan kegiatan industri menengah-besar untuk memiliki
instalasi pengolahan limbah; dan
7. menerapkan sanksi dan pola insentif-disinsentif terkait pengendalian
limbah, khususnya kegiatan industri.

4.5.2.3. Prasarana Persampahan


Pembangunan sistem persampahan dilakukan secara terpadu Pengembangan
prasarana dan sarana kebersihan atau persampahan dilakukan dalam rangka peningkatan
kebersihan dan kualitas lingkungan melalui upaya-upaya penanganan sampah secara terpadu
mulai dari proses pembuangan awal sampai akhir dan dengan menerapkan konsep 3 R
(Recycle, Reduce dan Re-use).
Pengembangan teknologi ini berdasarkan paradigma baru pengelolaan sampah yaitu
pengelolaan sampah berdasarkan potensi yang ada pada sampah. Program ini pada intinya
adalah mengkombinasikan antara kemampuan pengolahan atau pemilahan sampah,
kemampuan kompositing, kemampuan daur ulang yang dikembangkan ditiap-tiap Kecamatan.
Dengan metode ini sampah orgranik diolah dan dimanfaatkan untuk kompos dan sampah
anorganik dimanfaatkan untuk bahan baku daur ulang dan hanya sisa sampah yang tidak
dimanfaatkan lagi yang volumenya relatif kecil.
Dengan kata lain pengelolaan sampah ini berprinsip zero waste. Pola ini akan
mendukung pengelolaan sampah di WP Timur kabupaten Bogor yang memiliki keterbatasan
lokasi pembuangan sampah bila harus dikelola secara Sanitary Landfill disamping itu
penerapan program ini di tiap kecamatan sangat efektif dan ramah lingkungan.
Sistem pemusnahan sampah yang diterapkan di kawasan perencanaan
adalah dengan cara penimbunan saniter (sanitary landfill) dan pembakaran
(incineration). Namun untuk masa yang akan datang dilakukan dengan cara
composting dan peningkatan partisipasi masyarakat. Sebagian sampah dikelola sendiri
oleh masyarakat secara tradisional, baik ditimbun maupun dibakar, hal ini banyak
dilakukan oleh penduduk di kawasan perdesaan yang belum terjangkau oleh petugas
kebersihan. Masalah penanganan sampah, yang dihasilkan oleh rumah tangga dan
kegiatan lainnya (perkantoran, pasar dan sebagainya), tampaknya saat ini masalah
sampah harus diperhatikan, apabila tetap dibiarkan dan belum dipersiapkan suatu cara
pengelolaan sampah, maka pada suatu saat akan menimbulkan suatu masalah.
Pada umumnya masyarakat melakukan pengelolaan sampah dengan cara
pembakaran. Selain mencemari lingkungan dan merusak kesehatan seperti telah
dijelaskan sebelumnya, proses pembakaran sampah juga mengemisikan gas CO2,
salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap timbulnya perubahan iklim.
Setelah mendapatkan nilai estimasi total timbulan sampah, perhitungan timbulan
sampah di atas juga digunakan sebagai dasar penentuan penyediaan prasarana
pendukung pengelolaan sampah. Berdasarkan sistem persampahan yang mengacu
pada SNI 19-2454 2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah.
Jika dilihat dari jumlah penduduk saat ini di WP Timur Kabupaten Bogor sudah
seharusnya memiliki Tempat Pembuangan Akhir yang terpadu sesuai persyaratan
teknis penentuan lokasi sebagai berikut:
1. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai dan laut;
2. Disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu : pertama, Tahap regional yang
merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah atau
tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona
kelayakan. kedua, Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk
menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik diantara beberapa lokasi yang
dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap regional. Ketiga, Tahap
penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh Instansi
yang berwenang.
3. Dalam hal suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional, pemilihan
lokasi TPA Sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA
sampah ini dengan kriteria pemilihan lokasi TPA sampah dibagi menjadi
tiga bagian.
Pemilihan lokasi perlu mempertimbangkan aspek-aspek penataan ruang
sebagai berikut :
1. Lokasi TPA sampah diharapkan berlawanan arah dengan arah
perkembangan daerah perkotaan (Urbanized Area).
2. Lokasi TPA sampah harus berada di luar dari daerah perkotaan yang
didorong pengembangannya (Urban Promotion Area)
3. Diupayakan transportasi menuju TPA sampah tidak melalui jalan utama
menuju perkotaan/daerah padat.
4. Selain hal-hal tersebut di atas, perencanaan TPA sampah perkotaan
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
5. Rencana pengembangan kota dan daerah, tata guna lahan serta
rencana pemanfaatan lahan bekas TPA.
6. Kemampuan ekonomi pemerintah daerah setempat dan masyarakat,
untuk menentukan teknologi sarana dan prasarana TPA yang layak
secara ekonomis, teknis dan lingkungan.
7. Kondisi fisik dan geologi seperti topografi, jenis tanah, kondisi badan air
sekitarnya, pengaruh pasang surut, angin iklim, curah hujan, untuk
menentukan metode pembuangan akhir sampah.
8. Rencana pengembangan jaringan jalan yang ada, untuk menentukan
rencana jalan masuk TPA.
9. Rencana TPA di daerah lereng agar memperhitungkan masalah
kemungkinan terjadinya longsor.
10. Tersedianya biaya operasi dan pemeliharaan TPA.
11. Sampah yang dibuang ke TPA harus telah melalui pengurangan volume
sampah sedekat mungkin dengan sumbernya (oftimalisasi fungsi TPS).
12. Sampah yang dibuang di lokasi TPA adalah hanya sampah perkotaan
yang bukan berasal dari industri, rumah sakit yang mengandung B3.
13. Kota-kota yang sulit mendapatkan lahan TPA di wilayahnya, perlu
melaksanakan model TPA Terpadu Regional (Regionalisasi
Pengelolaan Sampah) serta perlu adanya institusi pengelola kebersihan
yang bertanggungjawab dalam pengelolaan TPA tersebut secara
memadai.
14. Aksesibilitas jalan menuju TPA sampah harus tersedia guna
memudahkan kendaraan pengangkut membuang limbah/sampah
sampai ditempatnya, kebutuhan lahan yang relatif cukup luas
disesuaikan dengan konsep pengelolaan TPA sampah misalnya Buffer
zone untuk menghindari dampak dari bau, kebisingan, lalat dan vektor
penyakit dengan ditanami pohon pelindung dengan ketebalan berkisar
antara 20 m sampai dengan 50 m dari batas luar daerah operasional
TPA yang didukung dengan penanaman jenis pohon yang cepat tumbuh
dalam waktu 1 tahun mencapai 4 m, dan tidak mudah patah akibat
pengaruh angin misalnya sengon, mahoni, tanjung dan lain-lain dengan
kerapatan/jarak antar pohon 2 m. Selain itu ditetapkan pula Free Zone
yang merupakan zona bebas dimana kemungkinan masih dipengaruhi
leachate, sehingga harus merupakan Ruang Terbuka Hijau dan apabila
dimanfaatkan disarankan bukan merupakan tanaman pangan, dengan
ketebalan 50 sampai dengan 80 m dari batas luar buffer zone, sehingga
TPA sampah dapat difungsikan secara terpadu dengan pengelolaannya,
sistem pengolahan limbah organik dan non organik dilakukan secara
terpisah agar setiap dampak/implikasi limbah dapat disortir sesuai
dengan sifat dan jenisnya sehingga dapat diketahui
limbah yang mengandung B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) disertai
penanganannya, pengolahan limbah juga harus memperhatikan dampak terhadap
lingkungan seperti air buangan dari limbah organik, materi limbah padat yang tidak
dapat diolah atau didaur ulang sehingga perlu penanganan pemusnahan, pemisahan
limbah padatpun harus sesuai dengan sifat dan jenis limbah tersebut. Pendekatan
pengelolaan sampah yang berasal dari limbah organik dengan cara diproses menjadi
pupuk atau kompos, merupakan pendekatan yang perlu pula menjadi alternatif pilihan
pengelolaan limbah, karena dapat memberikan nilai tambah baik secara ekologis,
psikologis dan ekonomis.
Berdasarkan hasil analisis hingga tahun 2040 timbulan volume sampah
mencapai 1.138.057 M3/hari. Sehingga dibutuhkan prasarana untuk menanggulangi
persampahan dengan mengadakan Bak sampah 479.190 unit, gerobak 789 unit, truck
sampah 63 unit, dan TPA 11 lokasi. Untuk lebih jelasnya terkait prasarana dan volume
sampah dapat dilihat pada tabel
Tabel Analisis Prasarana Persampahan Tahun 2040

Produs Tempat
Produksi Produksi Gerobak
ksi Volume Pembuanga Bak Tempat
Jumlah Penduduk Sampah Produksi Sampah dan Bak Truck
Sampah Sampah n Sampah Sampah Pembuangan
No Kecamatan Penduduk Terlayani Non Sampah Domesitik Sampah Sampah
Domesti Terlayani Sementara (Unit/Rum Akhir (TPA)
(Jiwa) 60% (jiwa) Domestik Total Terlayani @2.500 (unit)
k (M3/Hari) (TPS) ah) @100.000 jiwa
(M3/Hr) (M3/Hari) Jiwa
(M3/Hr) @30.000 jiwa

1 Gunung Putri 711,662 426,997 266,873 160,124 426,997 362,948 384,297 24 177,916 285 24 4
2 Cileungsi 544,740 326,844 204,278 122,567 326,844 277,817 294,160 18 136,185 218 18 3
3 Klapanunggal 182,561 109,537 68,460 41,076 109,537 93,106 98,583 6 45,640 73 6 1
4 Jonggol 218,593 131,156 81,972 49,183 131,156 111,482 118,040 7 54,648 87 7 1
5 Sukamakmur 108,830 65,298 40,811 24,487 65,298 55,503 58,768 4 27,208 44 4 1
6 Cariu 60,629 36,377 22,736 13,642 36,377 30,921 32,740 2 15,157 24 2 0
7 Tanjungsari 69,746 41,848 26,155 15,693 41,848 35,570 37,663 2 17,437 28 2 0
WP TIMUR
KABUPATEN 1,896,761 1,138,057 711,285 426,771 1,138,057 967,348 1,024,251 63 474,190 759 63 11
BOGOR
Sumber : Hasil Analisis , Tahun 2021
4.5.2.4. Prasarana Listrik dan Telekomunikasi
A. Prasarana Listrik
Kebutuhan listrik setiap tahunnya akan terus bertambah seiring
berkembangnya jumlah penduduk. Begitupun di WP Timur Kabupaten Bogor
kebutuhan listrik semakain meningkat hinga tahun 2040 total kebutuhan
153.683.925 VA yang terdiri dari kebutuhan Perumahan Kecil 49.768.707 VA,
Perumahan Sedang 35.944.066 VA, Perumahan Besar 20.276.140 VA, Sarana
Lingkungan 42.395.565 VA, dan Penerangan Jalan 5.299.466 VA. Jika dilihat dari
kebutuhan setiap kecamatan kebutuhan tertinggi yaitu kecamatan Harau
mencapai 22.621.080 VA dan yang paling sedikit Kecamatan Gunuang Omeh
5.440.682 VA . Dari kebutuhan Listrik tersbut bahwa dibutuhkan sekitar 244 unit
Gardu yang tersebar di seluruh kecamatan dan kebutuhan ruang 13.173 m2. Pada
table

B. Prasarana Telekomunikasi
Jaringan telepon merupakan penunjang kelancaran sistem telekomunikasi
sebagai salah satu alat pemberi informasi dalam suatu kawasan, sehingga
dengan adanya sistem informasi ini maka perkembangan kawasan pun akan
selalu mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena itu pengembangan
jaringan telepon haruslah memadai dalam arti penerimaan jaringan telepon
dapat terlayani secara menyeluruh, optimal dan terencana.
Kebutuhan infrastruktur jaringan telekomunikasi di harapkan memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Mendukung Analisis induk teknologi informasi (IT Masterplan) WP Timur
Kabupaten Bogor;
2. Menjangkau seluruh unit satuan kerja di lingkungan WP Timur Kabupaten
Bogor, kecamatan hingga ke kelurahan dan wilayah perdesaan;
3. Konektifitas harus dibangun seluas-luasnya (hingga masyarakat) yang
mampu mengantisipasi pertumbuhan (scalability) dan interkoneksi di masa
depan;
4. Handal (reliability) dan ketersediaan (availibility) untuk menjaga kualitas
layanan yang prima;
5. Memperhatikan aspek pemanfaatan pengguna dan juga keamanan akan
data dan aplikasi (usability & security).
Tabel Analisis Kebutuhan Prasarana Listrik Tahun 2040
Luas Kebutuhan
Jumlah Kapasitas Kebutuhan Perumahan Sarana Peneran
Tanah Kebutuh Garduh
N Pendud Jumlah Gardu Lingkung gan
KECAMATAN per Sedang Besar an Total
o uk KK Maksimu Kecil an 40% Jalan 5%
Garduh 1.300 2.200 VA Unit m²
(Jiwa) m (VA) 900 VA dari RT dari RT
(m²) VA VA
76,8 55,5 31,3 65, 8, 237, 2
1 Gunung Putri 711,662 142,332 630,000 54 59,496 09,636 13,128 472,904 184,113 339,277 377 0,343
58,8 42,4 23,9 50, 6, 181, 1
2 Cileungsi 544,740 108,948 630,000 54 31,920 89,720 68,560 116,080 264,510 670,790 288 5,572
19,7 14,2 8,0 16, 2, 60,
3 Klapanunggal 182,561 36,512 630,000 54 16,588 39,758 32,684 795,612 099,452 884,094 97 5,219
23,6 17,0 9,6 20, 2, 72,
4 Jonggol 218,593 43,719 630,000 54 08,044 50,254 18,092 110,556 513,820 900,766 116 6,249
11,7 8,4 4,7 10, 1, 36,
5 Sukamakmur 108,830 21,766 630,000 54 53,640 88,740 88,520 012,360 251,545 294,805 58 3,111
6,5 4,7 2,6 5, 20,
6 Cariu 60,629 12,126 630,000 54 47,932 29,062 67,676 577,868 697,234 219,772 32 1,733
7,5 5,4 3,0 6, 23,
7 Tanjungsari 69,746 13,949 630,000 54 32,568 40,188 68,824 416,632 802,079 260,291 37 1,994
WP TIMUR
204,8 147,9 83,4 174, 21, 632, 5
KABUPATEN 1,896,7 379,352
50,188 47,358 57,484 502,012 812,752 569,794 1,004 4,220
BOGOR 61 .20 630,000 54
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2021

Tabel Analisis Kebutuhan Prasarana Telekomunikasi Tahun 2040


Sarana
Telepon Rumah
Jumlah Rumah Tangga Sosial dan Wartel Warnet STO
Umum Total Kabel
No KECAMATAN Penduduk Umum
Kebutuhan
(Jiwa) 3% Rumah 1500 1:20.0
(4:100) 1:3.000 1:3.000 1:3.000
Tangga SST/Unit 00
1 Gunung Putri 711,662 28,466 854 237 237 237 30,032 474 36

2 Cileungsi 544,740 21,790 654 182 182 182 22,988 363 27

3 Klapanunggal 182,561 7,302 219 61 61 61 7,704 122 9

4 Jonggol 218,593 8,744 262 73 73 73 9,225 146 11

5 Sukamakmur 108,830 4,353 131 36 36 36 4,593 73 5

6 Cariu 60,629 2,425 73 20 20 20 2,559 40 3

7 Tanjungsari 69,746 2,790 84 23 23 23 2,943 46 3


WP TIMUR
KABUPATEN BOGOR 1,896,761 75,870 2,276 632 632 632 80,043 1,265 95
Hasil Analisis, Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai