Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan Masyarakat menurut merupakan ilmu dan seni :
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkat kesehatan,
melalui “Usaha- usaha pengorganisasian masyarakat“ untuk memperbaiki
sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan untuk
kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan
perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan, dan pengembangan
rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup
dan layak dalam memelihara kesehatannya (Winslow, 2014)
Dalam undang – undang dasar 1945 pasal 28 H dan Undang –
Undang nomor 23/1992 menetapkan bahwa kesehatan adalah hak
fundamental setiap warga. Oleh karena itu Negara bertanggung jawab
dalam pengaturan hak hidup sehat bagi penduduknya. Pembangunan
kesehatan adalah pembangunan manusia seutuhnhya dimana faktor
kesehatan turut berperan mulai dari pra konsepsi, bayi, balita, remaja,
dewasa hingga usia lanjut. Dalam buku Rencana strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2014 ditetapkan Visi dan Misi Kementerian Kesehatan
sekaligus juga sebagai Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan selama 5
tahun kedepan.
Visi baru yaitu “ Masyarakat sehat yang Mandiri dan Berkeadilan “
yang akan diwujudkan dengan misi – misi, pertama yaitu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat
termasuk swasta dan masyarakat madani. Kemudian misi kedua adalah
melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan. Misi
selanjutnya yaitu menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya
kesehatan, dan misi terakhir adalah menciptakan tata kelola yang baik.
Guna mempertegas rumusan Visi dan Misi Pembangunan
Kesehatan selama 5 tahun kedepan tersebut, telah ditetapkan pula
indicator-indikatornya secara lebih terinci. Disamping itu, telah ditetapkan
pula target yang ingin dicapai pada 5 tahun mendatang untuk setiap
indicator tersebut. Indikator – indikator yang telah ditetapkan itu terdiri atas
indikator untuk status kesehatan dan gizi masyarakat, indikator morbiditas
akibat penyakit menular, indikator untuk penyediaan anggaran publik
untuk kesehatan, indikator untuk PHBS Rumah tangga, indikator untuk
tenaga kesehatan, indikator untuk pengendalian penyakit, dan indikator
untuk standar pelayanan minimal (SPM).
Menurut Winslow (2014), Kesehata masyarakat adalah ilmu dan
seni dalam mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan
kesehatan melalui "Usaha-usaha Pengorganisasian masyarakat" untuk
perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit-penyakit menular,
pendidikan untuk kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan-
pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan,
pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Kesehatan masyarakat merupakan tenaga kesehatan yang
berperan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dengan menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan. Hal ini
didasarkan atas kewajiban utama tenaga kesehatan masyarakat bersama
dengan tenaga kesehatan lainnya adalah untuk mengupayakan
masyarakat agar hidup sehat dan sejahtera baik dari segi fisik, mental,
sosial dan ekonomi (KEMENKES, 2018).
Visi, misi dan tujuan pembangunan kesehatan terdapat dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K)
2005-2025. Adapun sasaran strategis Kemenkes yang berlaku saat ini
merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
bidang Kesehatan (RPJM-K) ke-dua (2010-2014) yang disusun setiap 5
tahun sekali. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
(RPJP-K) adalah rencana pembangunan nasional di bidang kesehatan,
yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, dalam bentuk dasar, visi,
misi, arah dan kebutuhan sumber daya pembangunan nasional di bidang
kesehatan untuk masa 20 tahun ke depan, yang mencakup kurun waktu
sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025. Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) merupakan penjabaran dari
dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu untuk: 1)
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia; 2) memajukan kesejahteraan umum; 3) mencerdaskan
kehidupan bangsa; dan 4) ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Visi Indonesia sehat 2025 Keadaan masyarakat Indonesia di masa
depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan
dirumuskan sebagai: “Indonesia Sehat 2025”. Dalam Indonesia Sehat
2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan
adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat
jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari
kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana
sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang
sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial
dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025
adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari
ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta
berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk
menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community).
Dalam Indonesia Sehat 2025 diharapkan masyarakat memiliki
kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga
memperoleh jaminan kesehatan, yaitu masyarakat mendapatkan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.
Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksud adalah pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat dan
bencana, pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat
serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi.
Misi Indonesia Sehat 2025 Dengan berlandaskan pada dasar
Pembangunan Kesehatan, dan untuk mewujudkan Visi Indonesia Sehat
2025, ditetapkan 4 (empat) misi Pembangunan Kesehatan, yaitu:
Menggerakkan Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan,
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh
hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh
hasil kerja serta kontribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya.
Untuk optimalisasi hasil kerja serta kontribusi positif tersebut, harus dapat
diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program
pembangunan nasional. Kesehatan sebagai salah satu unsur dari
kesejahteraan rakyat juga mengandung arti terlindunginya dan
terlepasnya masyarakat dari segala macam gangguan yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Untuk dapat terlaksananya
pembangunan nasional yang berkontribusi positif terhadap kesehatan
seperti dimaksud di atas, maka seluruh unsur atau subsistem dari Sistem
Kesehatan Nasional berperan sebagai penggerak utama pembangunan
nasional berwawasan kesehatan, Mendorong Kemandirian Masyarakat
untuk Hidup Sehat, Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu,
keluarga dan masyarakat untuk menjaga kesehatan, memilih, dan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sangat menentukan
keberhasilan pembangunan kesehatan.
Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat meliputi: a)
Penggerakan masyarakat; masyarakat paling bawah mempunyai peluang
yang sebesar-besarnya untuk terlibat aktif dalam proses pembangunan
kesehatan,b) Organisasi kemasyarakatan; diupayakan agar peran
organisasi masyarakat lokal makin berfungsi dalam pembangunan
kesehatan, c) Advokasi; masyarakat memperjuangkan kepentingannya di
bidang kesehatan, d) Kemitraan; dalam pemberdayaan masyarakat
penting untuk meningkatkan kemitraan dan partisipasi lintas sektor,
swasta, dunia usaha dan pemangku kepentingan, e) Sumberdaya;
diperlukan sumberdaya memadai seperti SDM, sistem informasi dan
dana. .Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu,
Merata, dan   Terjangkau, Pembangunan kesehatan diselenggarakan
guna menjamin tersedianya upaya kesehatan, baik upaya kesehatan
masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan yang bermutu, merata,
dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan
dengan pengutamaan pada upaya pencegahan (preventif), dan
peningkatan kesehatan (promotif) bagi segenap warga negara Indonesia,
tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Agar dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatan, diperlukan pula upaya peningkatan lingkungan
yang sehat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan kemitraan
antara pemerintah, dan masyarakat termasuk swasta. Untuk masa
mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan sosial telah berkembang,
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan primer akan diserahkan
kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter
keluarga. Di daerah yang sangat terpencil, masih diperlukan upaya
kesehatan perorangan oleh Puskesmas, Meningkatkan dan
Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan. Dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, sumber daya kesehatan perlu ditingkatkan dan
didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia kesehatan,
pembiayaan kesehatan, serta sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Sumber daya kesehatan meliputi pula penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan/kedokteran, serta data dan informasi yang makin
penting peranannya. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari
masyarakat, swasta, dan pemerintah harus tersedia dalam jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil-
guna serta berdaya-guna. Jaminan kesehatan yang diselenggarakan
secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas,
bertujuan untuk menjamin agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan. Sediaan farmasi, alat kesehatan yang aman, bermutu,
dan bermanfaat harus tersedia secara merata serta terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, makanan dan minuman yang aman, bermutu
serta dengan pengawasan yang baik. Upaya dalam meningkatkan
ketersediaan tersebut, dilakukan dengan upaya peningkatan manajemen,
pengembangan serta penggunaan teknologi di bidang sediaan farmasi,
alat kesehatan dan makanan minuman. bebas dari kerawanan sosial
budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan
yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan
kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan
masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai
budaya bangsa.
Tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Sasaran
pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh
indikator dampak yaitu: a) Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari
69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025, b)
Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun 2005 menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2025, c) Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2025, d) Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26%
pada tahun 2005 menjadi 9,5% pada tahun 2025.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah menggelar Rapat Kerja
Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2019 yang dilaksanakan di
Tangerang, 11-13 Februari lalu. Hasilnya, Kemenkes fokus meningkatkan
cakupan kesehatan semesta (UHC). Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Nila
F Moeloek, Sp.M(K) mengatakan, cakupan kesehatan semesta bukan
hanya pencapaian jumlah orang yang dicakup oleh Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN), melainkan suatu rangkaian upaya yang holistik, strategis,
dan integral dari semua upaya pembangunan kesehatan. "UHC bertumpu
pada upaya promotif, preventif termasuk pengendalian penyakit, serta
pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif dengan mengarusutamakan
pelayanan kesehatan primer yang berkualitas," Dalam Sidang Executive
Board 144 tahun 2019, telah disepakati WHO 13th General Program of
Work untuk mencapai target kesehatan pada 2023 oleh semua negara
anggota WHO, termasuk Indonesia. Target-target tersebut mencakup satu
miliar orang mendapatkan manfaat Universal Health Coverage (UHC),
satu miliar orang lebih terlindungi dari kedaruratan kesehatan, dan satu
miliar orang menikmati hidup yang lebih baik dan sehat.
Pemerintah bersama masyarakat berkomitmen mencapai Cakupan
Kesehatan Semesta (Universal Health Coverage) agar semua orang
memiliki akses mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif
dan bermutu tanpa hambatan finansial. “Cakupan kesehatan semesta
juga sangat berkaitan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs), yang menargetkan pada 2030 tidak satu pun orang yang tidak
menikmati hasil pembangunan berkelanjutan,”
Pada Rakerkesnas kali ini membahas isu-isu kesehatan yang
menjadi perhatian Kemenkes, di antaranya Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Neonatal (AKN), Penyakit Tidak Menular (PTM),
Stunting, Imunisasi, Tuberkulosis (TB). Selain itu, ada pula pembahasan
mengenai digital health/e-health, kesiapan menghadapi bencana (pra dan
post), pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan obat, JKN, Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), serta Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjut (FKRTL) dan community engagement.
Dalam evaluasi paruh waktu Rencana Pembagnuan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 telah ditetapkan 4 target utama
kesehatan yang harus dicapai pada 2019. Keempat target tersebut, yakni
meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat, meningkatkan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular, meningkatkan
pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan, dan meningkatkan
perlindungan finansial, ketersediaan, penyebaran, mutu obat serta sumber
daya kesehatan. Selain itu, pada target pengendalian penyakit menular
dan tidak menular telah ditentukan pula beberapa sasaran yang
mencakup prevalensi tuberculosis, HIV, eliminasi malaria, prevalensi
tekanan darah tinggi, obesitas pada penduduk usia di atas 18 tahun, dan
prevalensi merokok penduduk usia di bawah 18 tahun.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa
setiap kementerian perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang
mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN). Dengan telah ditetapkannya RPJMN 2015-2019 maka
Kementerian Kesehatan menyusun Renstra Tahun 2015-2019. Renstra
Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat
indikatif memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dan menjadi acuan dalam
penyusunan perencanaan tahunan. Penyusunan Renstra Kementerian
Kesehatan dilaksanakan melalui pendekatan: teknokratik, politik,
partisipatif, atas- bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up).
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial
dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-
2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak;
(2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan
mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah
terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan
pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan
kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan
tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas
sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu
paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan
kesehatan nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif
preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan
kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan
kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan nasional
dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali
mutu dan kendali biaya.
Mahasiswa D III Keperawatan untuk melakukan praktek keperawatan
komunitas ikut berkontribusi untuk pengembangan sumber daya
kesehatan yang dibutuhkan dalam pembangunan dan memberikan
kesempatan untuk berinteraksi dan mengembangkan jejaring dengan
mengadakan mata kuliah Keperawatan Komunitas yang diaplikasikan
kepada masyarakat dalam bentuk praktek Kuliah Kerja Nyata (KKN),
Kegiatan KKN ini merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang bertujuan
memberikan pengalaman pengetahuan dan teknologi kesehatan
masyarakat yang diperoleh mahasiswa melalui perkuliahan Program Studi
D III Keperawatan untuk dipraktikkan sesuai dengan minat baik di
masyarakat maupun di institusi. Praktek keperawatan Komunitas ini
adalah salah satu upaya komprehensif untuk melakukan pendekatan
terhadap masyarakat dalam rangka mengenali dengan melihat masalah –
masalah keluarga, dimana Mahasiswa diharapkan mampu memberikan
pelayanan kesehatan dengan upaya yang seoptimal mungkin. Upaya
kesehatan tersebut adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh Mahasiswa TK III
Keperawatan bersama masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan
kesehatan ini, baik kesehatan individu, kelompok atau masyarakat harus
diupayakan. Upaya mewujudkan kesehatan ini dapat dilihat dari
kesehatan (Preventif atau promotif). Kesehatan perlu ditingkatkan oleh
karena kesehatan itu relative dan mempunyai bentangan yang luas. Oleh
sebab itu masyarakat itulah yang berusaha meningkatkan kesehatannya.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu kegitan Mahasiswa
yang harus dilaksanakan dimana merupakan suatu bentuk kerja nyata
memberikan pelayanan Asukan Keperawatan Komunitas. Pelayanan
komunitas dituntut untuk mengabdikan diri kepada masyarakat di bina
sepanjang proses pendidikan melalui berbagai bentuk pengalaman belajar
yang dilaksanakan dan dikembangkan dimsyarakat (Komunitas).
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok
risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagi mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (CHN, 1977). Di
Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat
(PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas
diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan profesional terdepan
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan
tujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas
mengatasi stressor melalui pencegahan primer, sekunder, tersier.
Peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui
pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap
seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah
kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan
kelompok. Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
merupakan suatu proses dimana individu, keluarga dan lembaga
masyarakat termasuk swasta mengambil tanggung jawab terhadap
masyarakat atas kesehatan diri keluarga dan masyarakat,
mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan
masyarakat serta menjadi pelaku atau perintis kesehatan dan peminpin
yang menggerakan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan berdasarkan
azas kemandirian dan kebersamaan. Dari hal tersebut masyarakat dapat
berperan serta dengan menyumbangkan tenaga, pikiran atau
pengetahuan, sarana, dana yang dimilikinya untuk upaya kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan
proses keperawatan. Penerapan dari proses keperawatan bervariasi pada
setiap situasi, tetapi prosesnya memiliki kesamaan. Elemennya
menggunakan metode pendekatan proses keperawatan. Proses
keperawatan adalah suatu kerangka operasional dalam pelaksanaan
askep yang berupa rangkaian kegiatan secara sistematis sehingga
masyarakat mampu secara mandiri dalam menghadapi masalah
kesehatannya. Adanya kesungguhan, kesesuaian, bersiklus, berfokus
pada klien, interaktif dan berorientasi pada komunitas, adalah elemen-
eleme penting dalam asuhan keperawatan komunitas.
Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan masyarakat,
seorang perawat kesehatan komunitas harus mampu memberi perhatian
terhadap elemen-elemen tersebut akan tampak pada rangkaian kegiatan
dalam proses keperawatan yang berjalan berkesinambungan secara
dinamis dalam suatu siklus melalui tahap pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Melihat cara kerja keperawatan komunitas yang menggabungkan
prinsip-prinsip kerja kesehatan masyarakat dengan prinsip-prinsip
keperawatan sebagai sesuatu yang tidak sederhana, maka Program Prodi
D III Keperawatan STIKes Kesehatan Baru dirancang sebagai media bagi
mahasiswa untuk mengaplikasikan kemampuan dan keterampilannya
secara langsung di lapangan.
Bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah Praktek Keperawatan
Komunitas atau rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas
dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri
dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang
kesehatan dan dibidang yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan
sehat sejahtera. Kegiatan ini merupakan aplikasi teori yang diperoleh
melalui kegiatan belajar mengajar di kelas selama proses akademik yang
disajikan dalam suatu tatanan nyata yang merupakan kegiatan lapangan
di masyarakat melalui upaya pemenuhan kebutuhan dasar keluarga yang
terpadu dengan program-program yang dilaksanakan oleh Puskesmas.
Melalui kegiatan-kegiatan Praktek Komunitas ini, mahasiswa sebagai
calon perawat profesional diharapkan mempunyai pengalaman belajar di
masyarakat, khususnya dalam menanggulangi masalah kesehatan yang
dihadapi masyarakat dan di lain pihak masyarakat juga di harapkan dapat
mengambil manfaat dari kegiatan ini dengan belajar mengembangkan
pola hidup sehat dan mengoptimalkan fungsi keluarga.
Dengan diadakannya program keluarga binaan yang dilakukan oleh
mahasiswa Tingkat III untuk mengaplikasikan mata kuliah keperawatan
komunitas sebelum melakukan KKN mahasiswa terlebih dahulu
melakukan kunjungan ke Desa Siborboron, Dalam kegitan KKN, kami
selaku Mahasiwa Prodi D III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Kesehatan baru, telah mengidentifikasi permasalahan
kesehatan di Desa Siborboron Kecamatan Sijamapolang. Beberapa
permasalahan kesehatan tersebut yakni :
1. SPAL (Sistem Pengolahan Air Limbah)
2. Masalah sampah (Tidak adanya tempat pembuangan akhir
sampah)
3. KB
Maka Mahasiswa / I Prodi D III Keperawatan Tingkat III Terkhusus
Untuk Desa Siborboron sebagai tempat praktek KKN Untuk
mengaplikasikan Keperawatan Komunitas.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu menciptakan kemampuan masyarakat / keluarga di Desa
Siborboron Kecamatan Sijamapolang, Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun 2019 dalam memenuhi kebutuhan kesehatan serta mampu
melaksanakan asuhan keperawatan komunitas.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa Prodi D
III Keperawatan diharapkan mampu :
1. Melakukan pendataan dan mengkaji kesehatan masyarakat di
Desa Siborboron Kecamatan Sijamapolang, Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2019.
2. Mengidentifikasi masalah diagnosa dan kebutuhan masyarakat di
Desa Siborboron Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang
Hasundutan.
3. Menyusun prioritas masalah di Desa Siborboron Kecamatan
Sijamapolang Kabupaten Humbang Hasundutan.
4. Menentukan diagnosa masalah potensial di Desa Siborboron
Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang Hasundutan .
5. Membuat antisipasi masalah potensial di Desa Siborboron
Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang Hasundutan.
6. Mengidentifikasi tindakan segera di Desa Siborboron Kecamatan
Sijamapolang Kabupaten Humbang Hasundutan
7. Membuat perencanaan dalam penanggulangan masalah di Desa
Siborboron Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang
Hasundutan
8. Melaksanakan implementasi yang telah disusun di Desa
Siborboron Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang
Hasundutan
9. Mengevaluasi program hasil yang telah dilaksnakan apakah
masalah sudah teratasi atau tidak.

1.3 Ruang Lingkup Kesehatan


1.3.1 Orientasi terhadap lingkungan dan Masyarakat di Desa Siborboron
Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang Hasundutan.
1.3.2 Pendatanan dan pengkajian data kesehatan yang tercakup dalam
sasaran khusus yakni Asuhan Keperawatan Komunitas dan
Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang secara
menyeluruh oleh Mahasiswa Prodi D III Keperawatan terhadap
masyarakat di Desa Siborboron Kecamatan Sijamapolang
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2019.
1.3.3 Pengolahan data, identifikasi prioritas masalah kesehatan,
penatalaksanaan masalah berdasarkan intervensi yang telah
direncanakan serta implementasinya sebagai wujud pelaksanaan
praktek belajar lapangan oleh Mahasiswa Prodi D III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Kesehatan Baru di Desa
Siborboron Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2019.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Komunitas
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme
yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang
sama. Dalam komunitas manusia, individu – individu didalamnya dapat
memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan,
risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas
berasal dari bahasa latin “Communitas” yang berarti “Kesamaan”,
kemudian dapat diturunkan dari Communis yang berarti “Sama, Publik,
dibagi oleh semua atau Banyak”. (Riyadi,2015)
 Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma
dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun et. al, 2016). Misalnya di
dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui,
kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam
suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,
masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak,
2016).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya
kesehatan (Mubarak, 2016).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2012).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu,
keluarga/ kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan
primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat
tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat
dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan
menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang
optimal (Elisabeth, 2007).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan.
Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu
mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya.
Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan
masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status
kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).

2.2 Kesehatan Keluarga


Kesehatan keluarga ialah pengetahuan tentang suasana sehat fisik,
fisik dan sosial dari induvidu-induvidu yang ada dalam satu keluarga.
Antara induvidu yang satu dengan lainnya saling memprovokasi dalam
lingkaran siklus family untuk menjangkau derajat kesehatan family yang
optimal. Keluarga yang sehat ialah salah satu kekayaan yang tak
terhingga. Tapi tak tidak banyak dari anda yang masih menggali formulasi
yang tepat untuk menyuruh seluruh anggota family memiliki kelaziman
hidup sehat (Setiawati, 2016).
2.2.1 Defenisi Keperawatan Kesehatan Keluarga
Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) mengatakan
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga pada unit atau
kesatuan yag dirawat, denngan sehat sebagai tujuan melalui pegobatan
sebagai saran atau penyalur.
Keperawatan kesehatan keluarga: tingkat keperawatan kesehatan
masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai unit satu kesatuan
yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan
perawatan.Perawatan keluarga terintegrasi dalam bidang keperawatan
yang dilakukan dalam memberikan pelayanan individu dan keluarga di
sepanjang rentang sehat sakit.
Keperawatan kesehatan keluarga: tingkat keperawatan kesehatan
masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai unit satu kesatuan
yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan
perawatan.Perawatan keluarga terintegrasi dalam bidang keperawatan
yang dilakukan dalam memberikan pelayanan individu dan keluarga di
sepanjang rentang sehat sakit.

2.2.2 Tujuan Keluarga Dalam Peningkatan Dan Pemeliharaan


Kesehatan Masyarakat.
Ada beberapa fungsi yang dapat dijadikan keluarga dalam upaya
peningkatan dan pemeliharaan masyarakat yaitu :
1. Fungsi afektif
Merupakan fungsi utama untuk mengajarkan segala sesuatu guna
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
Fungsi ini berguna untuk perkembangan individu dan psikososial
anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Proses perkembangan dan perubahan yang menghasilkan interaksi
sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Fungsi ini
dimulai sejak lahir dan berguna untuk membina sosialisasi pada
anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat dalam mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan agar memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan Mempertahankan 
keadaan kesehatan anggota keluarga agar produktivitasnya tetap
tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang
kesehatan, meliputi:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarga
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
fasilitas kesehatan. 

2.2.3 Alasan Keluarga Dijadikan Unit Perawatan


Seperti yang telah disebutkan diatas, keluarga adalah suatu
komuniti. Kesehatan komunitas banyak tergantung kepada kondisi
kesehatan keluarga. Oleh karena itu kesehatan keluarga cukup penting
dalam upaya peningkatan kesehatan di komuniti .
Peningkatan kesehatan keluarga dapat mewujudkan lingkungan
keluarga yang sehat, selanjutnya akan meningkatkan kualitas SDM.
Disamping itu, keluarga juga dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan
keluarga yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesame
anggota keluarga dan mempengaruhi pula keluarga – keluarga yang ada
di sekitarnya atau masyarakat sekitarnya.
Alasan utama meninjau keluarga sebagai unit pelayanan perawatan
menurut Ruth B Freemen, (1981), adalah sebagai berikut:
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan
dalam kelompok
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lain
4. Dalam memelihara kesehatan, anggota keluarga sebagai
pengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatan para
anggotanya.
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat
Sedangkan menurut (Spradley & Allender, 1997), Alasan mengapa
keluarga menjadi penting bagi perawat keluarga adalah:
1. Keluarga sebagai seluruh sistem juga membutuhkan pelayanan
kesehatan seperti halnya individu agar ia dapat memenuhi
tugasnya dalam setiap fase perkembangan
2. Tingkat kesehatan individu berkaitan erat dengan tingkat kesehatan
keluarga begitu pun sebaliknya; dan
3. Tingkat fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas
dapat mempengaruhi derajat kesehatan sistem atasnya.
2.2.4 Struktur dan Sifat Keluarga
1. Berdasarkan garis keturunan
a. Patrilinear : Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak,
saudara sedarah, dalam berbagai generasi dimana hubungan
itu menurut garis keturunan ayah.
b. Matriliniar : Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak,
saudara dalam berbagai generasi dimana hubungan itu
menurut garis keturunan ibu.
2. Berdasarkan jenis perkawinan
a. Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami
dan istri.
b. Poligami adalah keluarga diman terdapat seorang suami dan
lebih dari orang istri
3. Berdasarkan pemukiman
a. Patrilokal adalah pasangan suami istri,tinggal bersama atau
dekat keluarga sedarah suami.
b. Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau
dekat dengan sedarah istri.
c. Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari
keluarga suami maupun istri.
4. Berdasarkan kekuasaan
a. Keluarga kabapaan. Dalam keluarga suami memegang
peranan paling penting
b. Keluarga keibuan. Dalam hubungan keluarga istri memegang
peranan paling penting.
c. Kaluarga setara. Peranan suami istri kurang lebih seimbang.
2.2.5 Faktor dan Sosial Budaya
Ayah, Ibu , Anak dan Keluarga berada didalam komuniti. Masyarakat
yang berada di dalam komuniti memiliki ikatan sosial budaya, kebiasaan,
adat istiadat, kepercayaan, agama berpengaruh didalam kehidupan Ayah,
Ibu, Anak, serta keluarga.
1. Faktor Sosial Budaya
Dalam memberikan pelayanan keperawatan, faktor sosial budaya
turut mendapat perhatian. Berbagai upacara dilakukan oleh masyarakat
dalam menyambut atau merayakan hal-hal tertentu. Kesadaran, kemauan
merupakan dorongan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan
pada tingkat keluarga. Beberapa hal yang berhubungan dengan faktor
sosial budaya antara lai :
a. Pendidikan dari setiap anggota keluarga
b. Suku, agama, adat istiadat dan kebiasaan
c. Peranan anggota keluarga dalam keluarga
d. Hubungan keluarga dalam masyarakat
e. Faktor ekonomi
2. Faktor Ekonomi
Kondisi ekonomi menentukan tingkat partisipasi keluarga untuk turuit
serta berperan meningkatkan kesehatan masyarakat. Ekonomi yang
rendah biasanya menimbulkan keadaan gizi jelek yang kemudian dappat
menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa hal yang mempengaruhi
keadaan ekonomi yaitu :
a. Pekerjaan, tempat kerja dan penghasilan
b. Sumber penghasilan
c. Beberapa yang dihasilkan dari setiap anggota keluarga yang
bekerja
d. Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer
e. Apakah ada simpanan bila ada keperluan mendadak
f. Jam kerja dari Ayah dan Ibu
g. Siapa yang memegang keuangan
2.2.6 Faktor Lingkungan
Faktor Lingkungan perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada komuniti. Keadaan fisik lingkungan yang tidak sehat
dapat menimbulkan penyakit pada masyarakat di suatu Wilayah. Penyakit
anak – anak yang sering timbul akibat lingkungan yang tidak sehat adalah
infeksi saluran pernapasan akut, diare dan demam berdarah.
1. Perumahan
a. Kecukupan luas rumah
b. Pengaturan kamar tidur
c. Kecukupan perabotan rumah
d. Penerangan didalam rumah
e. Penyimpanan makanan dan alat – alat masak
f. Tersedianya jamban keluarga dan tempat pembuangan sampah
g. Tersedianya air minum yang bersih
h. Penggunaan halaman untuk tanaman yang bermanfaat
2. Kondisi Geografi
a. Daerah pegunungan : Banyak ditemukan anak kekurangan
yodium
b. Daerah pesisir pantai : Banyak ditemukan anak dengan penyakit
diare.

2.2.7 Riwayat Kesehatan / Medis


Beberapa hal yang berkaitan dengan riwayat kesehatan / medis yaitu
:
1. Riwayat kesehatan dari setiap anggota keluarga
a. Penyakit yang pernah diderita
b. Keadaan sakit yang sekarang dan tindakan kesehatan yang telah
dilakukan.
2. Nilai yang telah diberikan terhadap pencegahan penyakit
a. Status imunisasi anak
b. Pemanfaatan fasilitas yang lain untuk mencegah penyakit
c. Sumber pelayanan kesehatan kepada siapa keluarga datang
pada waktu sakit atau mengalami kritis
d. Bagaimana keluarga melihat peranan dari petugas kesehatan
dan pelayanan yang mereka berikan, harapan – harapan mereka
akan pelayanan dari petugas – petugas kesehatan.
e. Pengalaman – pengalaman yang lampau dari petugas kesehatan
yang professional, apakah memuaskan atau tidak.

2.2.8 Tipologi Masalah Kesehatan Keluarga


Tipologi masalah kesehatan keluarga ada 3 kelompok masalah
besar, yaitu :
1. Ancaman kesehatan
adalah keadaan yang memungkinkan terjadinya penyakit,
kecelakaan keluarga dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
Yang termasuk didalamnya adalah penyakit keturunan keluarga / anggota
keluarga yang menderita penyakit menular, jumlah anggota keluarga yang
terlalu besar, resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga, kekurangan dan
kelebihan gizi dan sanitasi lingkungan yang buruk. Yang termasuk dalam
ancaman kesehatan yaitu :
a. Penyakit keturunan, seperti Asma Bronchiale, Diabetes Melitus, dan
sebagainya
b. Keluarga / anggota keluarga yang menderita penyakit menular,
seperti TBC, Gonore, Hepatitis, dan sebagainya
c. Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan
kemampuan dan sumber daya keluarga, seperti anak terlalu banyak
sedangkan penghasilan kecil.
d. Resiko terjadinya kecelakaan dalam keluarga, misalnya benda tajam
diletakkan sembarangan, tangga rumah terlalu curam
e. Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota
keluarga.
f. Keadaan – keadaan yang dapat menimbulkan stress antara lain :
1) Hubungan keluarga yang harmonis
2) Hubungan orangtua dan anak tegang
3) Orang tua yang tidak dewasa.
g. Sanitasi lingkungan buruk, diantaranya :
1) Ventilasi dan penerangan rumah kurang baik
2) Tempat pembuangan sampah yang tidak memenuihi syarat
3) Tempat pembuangan tinja mencemari sumber air minum
4) Selokan / tempat pembuangan air limbah yang tidak memenuhi
syarat
5) Sumber air minum tidak memenuhi syarat
6) Kebisingan
7) Polusi udara
h. Kebiasaan – kebiasaan yang merugikan kesehatan
1) Merokok
2) Minuman keras
3) Makan obat tanpa resep
4) Kebiasaan makan daging mentah
5) Personal hygiene kurang
i. Sifat kepribadian yang melekat, misalnya pemarah.
j. Riwayar persalinan sulit
k. Memainkan peranan yang tidak sesuai, misalnyya anak wanita
memainkan peranan Ibu karena meninggal, anak laki – laki
memainkan peranan ayah
l. Imunisasi anak tidak lengkap.

2. Kurang/tidak sehat
adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan yang termasuk
didalamnya adalah keadaan sakit, kegagalan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak, ketidak tahuan keluarga tentang imunisasi yang
komplit. Kegagalan dalam menetapkan kesehatan yang termasuk
didalamnya :
a. Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum di diagnose
b. Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak
sesuai dengan pertumbuhan normal.

3. Situasi krisis
adalah saat yang banyak menuntut individu / keluarga dalam
menyesuaikan diri termasuk juga dalam didalamnya adalah perkawinan,
pregnansi, persalinan, masa nifas, menjadi orang tua, penambahan
anggota keluarga, aborsi, anak masuk sekolah, anak remaja, kehilangan
pekerjaan, kematian anggota keluarga, tujuan pindah rumah. Keluarga
yang termasuk dalam situasi krisis adalah :
a. Perkawinan
b. Kehamilan
c. Persalinan
d. Masa nifas / menjadi orang tua
e. Penambahan anggota keluarga
f. Anak masuk sekolah
g. Anak remaja
h. Kehilangan pekerjaan
i. Kematian anggota keluarga
j. Pindah rumah

2.3 Manajemen Keperawatan Komunitas


Pelayanan keperawatan dimasyarakat mempunyai sasaran dari
tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pelayanan
keperawatan dimasyarakat bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang
mandiri dalam pemeliharaan kesehatan. Keluarga merupakan unit terkecik
dimasyarakat. Peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan
keluarga dan komunitas merupakan unsur penting dalam mewujudkan
masyarakat yang sehat dan mandiri.
2.3.1 Peran dan Fungsi Keperawatan Komunitas
1. Peran Keperawatan Komunitas
a. Pelaksana Pelayanan Keperawatan (Provider Of Nursing Care)
Peranan yang utama perawat komunitas sebagai pelaksana
askep kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas sehat
atau sakit atau mempunyai masalah kesehatan di rumah,
disekolah, dipanti, tempat kerja, dll
b. Sebagai pendidik (Health monitor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan komunitas dirumah, dipuskesmas, dikomunitas
secara terorganisir dan menanamkan perilaku hidup sehat dan
terjadi perunahan perilaku untuk mencapai tingkat kesehatan
optimal.
c. Sebagai Pengamat Kesehatan (Healt Monitor)
Terhadap perunahan yang terjadi pada individu, keluarga,
kelompok, komunitas, dan masalah kesehatan yang timbul serta
dampak terhadap status kesehatan melalui :
1) Kunjungan rumah
2) Pertemuan – pertemuan
3) Observasi
4) Pengumpulan data
d. Koordinator Yankes (Coordinator of service)
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya Yankes masyarakat dalam
mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan team
kesehatan lainnya, terciptanya keterpaduan dalam sistem
yankes, dimana yankes merupakan kegiatan yang menyeluruh
dan tidak terpisah.
e. Sebagai pembaharu (Inovator)
Pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, komunitas
merubah perilaku dan pola hidup sehingga peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan dapat tercapai.
f. Pengorganisir Yankes (Organisator)
Berperan serta dalam memberikan motivasi dalam rangka
meningkatkan peran serta individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat dalam setiap upaya yankes yang dihasilkan oleh
masyarakat, misalnya : kegiatan posyandu, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap penilaian,
sehingga ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan dan
pengorganisasian masyarakat dalam bidang kesehatan.
g. Sebagai Panutan (Role Model)
Dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang
bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh
oleh masyarakat.
h. Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator)
1) Tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan
dalam bidang kesehatan/keperawatan yang dihadapi sehari-
hari
2) Dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi
masalah kesehatan dalam keperawatan yang mereka hadapi
3) Penghubung antara masyarakat dengan unit yankes dan
instansi terkait.
i. Sebagai Pengelola (Manager)
1) Dapat mengelola berbagai kegiatan yankes dan masyarakat
sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang
diembankan kepadanya.
2) Mengkoordinasikan uapaya – upaya kesehatan yang
dijalankan, melalui puskesmas sebagai institusi pelayanan
dasar utama, baik didalam atau diluar gedung atau di
keluarga, terhadap kelompok – kelompok khusus seperti
kelompok ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas/menyusui, anak
balita, usia lanjut, sesuai dengan peran, fungsi dan tanggung
jawab.

2.3.2 Strategi Intervensi Keperawatan komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
1. Proses Kelompok (Group Process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media massa, televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga
dengan masalah kesehatan dilingkungan sekitar masyarakat,
tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan
sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penanganan atau
pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar
bahwa penanganan yang bersifat individual tidak akan mampu
mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka
telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan
melalui proses kelompok.
2. Pendidikan Kesehatan (Healt Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses
transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi
adanya kesadaran dari dalam diri individu , kelompok ataui
masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan
menurut undang – undang kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun
WHO yaitu “ meningkakan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental,
dan sosial; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara
sosial.
3. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerjasama sangat
dibutuhkan dalam upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

2.3.3 Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas


Pembangunan era sejarah perkembangan keperawatan komunitas :
1. Empirical Health Era (< 1850)
Pendekatan kearah symptom / gejala yang dikeluhkan si sakit,
pendidikan, yankes, penelitian berorientasi pada gejala penyakit.
2. Basic Science Era (1850-1950)
Ditemukannya laboratorium, ilmu kesehtan berkembang kea rah
penyebab terjadinya penyakit yang dapat dibuktikan secara
laboratorium.
3. Clinical Science Era (1900-1950)
Ilmu kesehatan, bagaimana mendiagnosis, mengobati dan
memulihkan individu yang menderita sakit tertentu / patient Oriented.
4. Public Health Science Era (1950-2000)
Mulai dikembangkan kesehatan masyarakat (public health), yankes
tidak lagi mengutamakan upaya kuiratif tetapi juga memikirkan upaya
promotif dan rehabilitative.
5. Political Health Sience Era (Sekarang)
Konsep pendekatan terhadap semua penduduk. Masalah yang
dihadapi meliputi : environment, health services, behavior, dan
herediter.
6. Pengertian CHN
CHN (Community Health Nursing) adalah sebuah sintesis dari
praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang
diterapkan untuk mempromosikan dan melestarikan kesehatan
penduduk tidak terbatas pada kelompok umur tertentu diagnosis, dan
terus, tidak episodic. Promosi kesehatan, pemeliharaan, pendidikan
kesehatan, manajemen, koordinasi, dan kontinuitas perawatan
kesehatan individu, keluarga, kelompok, dalam masyarakat (ANA di
Stanhope dan Lancaster, 2016).
BAB III
METODOLOGI SURVEY DATA KEPENDUDUKAN

3.1 Lokasi dan Waktu Survey Penduduk


3.1.1 Lokasi Survey
Lokasi survey ini dilakukan di Desa Siborboron Dusun IV Kecamatan
Sijamapolang Kabupaten Humbang Hasundutan. Lokasi ini dipilih
karena belum pernah dilakukan survey mengenai status kesehatan
dan sanitasi lingkunagn oleh Mahasiswa Prodi D III Keperawatan
STIKes Kesehatan Baru Doloksanggul.
3.1.2 Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata / Praktek Keperawatan Komunitas dan
Keluarga ini dilaksanakan mulai tanggal 20 Oktober sampai dengan
17 November 2019.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek survey atau objek yang diteliti.
Populasi dalam survey ini adalah seluruh masyarakat di Desa
Siborboron Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang
Hasundutan.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diamati. Sampel juga
dapat diartikan sebagai atau keseluruhan popilasi yang diteliti. Pada
survey ini menggunakan metode total sampling yaitu masyarakat
ataupun penduduk di Desa Siborboron Kecamatan Sijamapolang
Kabupaten Humbang Hasundutan Yaitu sebanyak : Kepala
Keluarga.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Jenis data dalam survey ini ada 2 yaitu, data primer dan data
sekunder
3.3.1 Data Primer
Data primer dapat diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Data
terkumpul dengan cara memberikan penjelasan kepada responden
tentang tujuan survey serta meminta persetujuan untuk menjadi
responden. Responden yang bersedia kemudian diminta menjawab
pertanyaan yang ada di dalam kuesioner sesuai dengan kemampuan
responden. Survey ini menggunkan alat ukur berupa kuesioner yaitu
dengan menyebarkan kuesioner kepada kepala keluarga (KK)
sebagai responden yang terdaftar sebagai penduduk di Desa
Siborboron Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang
Hasundutan.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh pihak lain,
pendidikan yang secara rutin mengumpulkan data seperti data dari
kepala desa, sekretaris desa, kepala dusun, dan data dari
Puskesmas/Poskesdes.

3.4 Analisa Data


Jenis pengolahan data survey yang digunakan adalah secara analitik
dengan variable bebas yang secara bersamaan dilakukan dalam
bentuk survey dengan cara menyebarkan kuesioner pada responden
yaitu untuk mengetahui keadaan penduduk secara khusus dalam
lingkup kesehatan dan sanitasi lingkungan di Desa Siborboron
Kecamatan Sijamapolang Kanupaten Humbang Hasundutan.
Setelah data terkumpul kemudian diolah dengan memberikan tanda
pada data yang telah lengkap sesuai dengan langkah – langkah
sebagai berikut.
1. Editing
Dilakukan pengecekan data yang terkumpul. Bila terdapat
kesalahan dan kekurangan pada pengumpulan data maka akan
di perbaiki dengan pengisian ulang format kuesioner.
2. Coding
Data yang telah diedit, dirubah kedalam bentuk angka (Code).
Nama responden dirubah menjadi nomor kode responden yaitu
01, 02, 03, 04, 05 dan seterusnya.
3. Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan data – data dimasukkan
kedalam bentuk table distribusi frekuensi.
Data dianalisa secara deskriptif dengan melihat persentasi
terkumpul dalam sebuah format Master Plan kemudian dilakukan
pembahasan dengan menggunakan teori – teori dan kepustakaan yang
dimasukkan kedalam format pengkajian. Setelah itu, hasil dari pada
pembahasan maka ditemukan diagnose masalah dan intervensi kegiatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah. Adapun hasil
pengkajian dituliskan dalam bentuk format disebut sebagai POA (Planning
Of Action) yakni sebagai berikut :
1. Masalah kesehatan. Setelah dilakukan pengkajian data, maka dapat
dilihat apa saja yang menjadi masalah kesehatan dalam lingkup
pengkajian tersebut.
2. Resiko. Hal-hal kemungkinan terjadi apabila terjadi masalah semakin
meningkat
3. Kegiatan. Dalam hal ini mencakup beberapa tindakan sebagai wujud
intervensi untuk mengatasi mengurangi masalah
4. Sasaran dan Waktu. Yakni pihak yang ditentukan untuk menjadi
tujuan pelaksanaan kegiatan dan dengan menyepakati kapan
dilakukan kegiatan tersebut.
5. Tempat. Sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan
serta pelaksanaan dan tanggung jawab kegiatan.
BAB IV
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA
MASYRAKAT DI DESASIBORBORON DUSUN IV
KECAMATAN SIJAMAPOLANG KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2019

3.1 DATA UMUM


Nama Desa : Siborboron
Tipe Desa : Berkembang
Kecamatan : Sijamapolang
Kabupaten : Humbang Hasundutan
Provinsi : Sumatera Utara
Nama Kepala Desa : Mual P Simanullang

3.1.1 DATA GEOGRAFI


1. Luas Wilayah : 17.000 KM²
2. Jumlah KK : 113 KK
3. Jumlah Penduduk : 579 Jiwa
Laki – Laki : 304 Jiwa
Perempuan : 275 Jiwa
4. Jumlah Lingkungan : 4 Dusun
5. Jumlah KK/Lingkungan
Dusun I : 30 KK
Dusun II : 40 KK
Dusun III : 44 KK
Dusun IV : 136 KK
6. Kondisi Tanah : Kering
7. Produktivitas Tanah :
Daratan Tinggi : Kemenyaan
Daratan Rendah : Kopi, Kol, Cabe, Ubi, dll
Batasan Wilayah : Utara : Bona Tua
Selatan : Sosor Nauli
Barat : Purba Tua
Timur : Lumban Ginjang
8. Luas Wilayah Menurut Perincian Pemanfaatan Wilayah
Hutan : 34 KM²
9. Sarana dan Prasarana Desa :
a. Jumlah Gereja : 5 Unit
b. SD : 1 Unit
c. POSKESDES : 1 Unit

3.1.2 DATA DEMOGRAFI


1. Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

PR : LK : 304
275 JIWA JIWA
47,5 % (52,5 %)

Dari grafik Diatas Jumlah Laki-laki lebih tinggi dibandingkan


perempuan, Sebanyak 304 Jiwa (52,5 %) dan Perempuan 275 Jiwa (47,5
%).
2. Data Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia

112
87 91
61 69
54
38 35 27
5
5 11
u lan 1- 6 - - 16 5 5 5 5
-2 6-3 6-4 6-5 6-6 ahu
5 n
B 12 1 7 2 3 4 5 T
12 5
0 -
as6
iat
D

Grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Mayoritas


adalah 17-25 Tahun sebanyak 112 Jiwa (19,3 %) dan minoritas Usia 0-12
Bulan sebanyak 5 Orang (0,9 %).

3. Data Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua

108

46 53
13 21

Tidak SD SLTP SLTA PT


Sekolah

Dari grafik diatas Pendidikan Orangtua Penduduk Dusun IV Desa


Siborboron adalah : Tidak Pernah Sekolah : 13 Jiwa, SD Sederajat : 46
Orang, SLTP : 53 Orang, SLTA : 108 Orang, PT (Perguruan Tinggi ) : 21
Orang, dari Total Orang Tua Sebanyak : 241 Jiwa.

4. Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan Anak Saat Survey


82 79
61
50
33
20
11
2
Tidak Belum PAUD TK SD SLTP SLTA PT
Pernah Sekolah
Sekolah

Dari Grafik diatas Pendidikan Anak Saat Survey penduduk Dusun IV


Desa Siborboron adalah sebagai berikut, Untuk Anak yang Tidak Pernah
Sekolah 2 Jiwa (0,6 %), Belum Sekolah 50 Orang (14,8 %), PAUD 11
Orang (3,3 %), TK 20 Orang (5,9 %), SD Sederajat 82 Orang (24,3 %),
SLTP 61 Orang (18 %), SLTA 79 Orang (23,4 %), PT (Perguruan Tinggi )
33 Orang (9,8 %), dari total anak 388 Jiwa.

5. Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian atau Pekerjaan

198

16 22
5

Petani PNS/ABRI Karyawan Wiraswasta


Swasta
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
penduduk Dusun IV Desa Siborboron bekerja sebagai Petani yaitu
sebanyak : 198 Jiwa (82,2 %), dan yang paling sedikit bekerja sebagai
Karyawan Swasta yaitu 5 Jiwa (2,1 %), dari total 241 Jiwa.
6. Data Penduduk Berdasarkan Pendapatan Per Bulan
204

26 11
< 2.000.000 2.000.000-3.000.000 > 3.000.000

Dalam Grafik tersebut dapat dilihat bahwa penghasilan per KK


masyarakat Desa Siborboron per Bulan adalah < Rp. 2.000.000 sebanyak
204 Jiwa (84,6 %) dan hanya sedikit masyarakat berpenghasilan > Rp.
3.000.000 sebanyak 11 Jiwa (4,6 %).

7. Data Penduduk Berdasarkan Agama Yang Di Anut

Islam
1%

Kristen Protestan
99%

Grafik diatas menunjukkan bahwa penduduk Dusun IV Desa


Siborboron Mayoritas beragama Kristen Protestan yaitu sebanyak 132 KK
(99 %), dan Minoritas Penduduk beragama Islam Sebanyak 1 KK (1 %),
dari jumlah 133 KK.

3.1.3 Data Kesehatan Lingkungan Dusun IV Desa Siborboron


1. Keadaan Rumah
a. Ventilasi

88.0

9.0 3.0

Baik Cukup Kurang


Diagram diatas menunjukkan bahwa keadaan Ventilasi rumah
masyarakat dengan Mayoritas dengan Ventilasi Baik terdapat 117 Rumah
(88 %), dan Minoritas keadaan Ventilasi Rumah Kurang sebanyak 4
Rumah (3 %).

b. Data Penduduk berdasarkan keadaan Lantai Rumah

130.0
97.7

1 2

Dari diagram diatas menunjukkan bahwa keadaan Lantai Rumah


masyarakat dimana sebagian besar memiliki lantai Rumah Semen yaitu
sebanyak 130 Rumah (97,7 %) dari 133 Rumah penduduk, dan hanya
sedikit yang memiliki lantai rumah Kayu/Papan yaitu 3 Rumah (2,3 %).

c. Data Penduduk Berdasarkan Keadaan Sistem Pembuangan


Air Limbah (SPAL).
122

8 3
Selokan/Got Empang Sembarangan

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa keadaan sistem


pembuangan air limban (SPAL) rumah masyarakat dimana sebagian
besar membuang Limbah ke Selokan/Got yaitu terdapat 122 Rumah (91,7
%) dan hanya sedikit yang membuang limbah ke empang ? sungai yaitu 8
KK (6 %).

d. Data Penduduk Berdasarkan Jenis Pembuangan Tinja

97.0

2.3 .8
Septik Tank Cemplung Sembarangan

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa jenis Pembuangan


Tinja masyarakat dimana sebagian besar telah memiliki Septic Tank yaitu
terdapat 129 KK (97 %), dan paling sedikit adalah masyarakat yang
membuang tinja sembarangan yaitu sebanyak 1 KK (0,8 %).
e. Data Penduduk Berdasarkan Jenis Sumber Air
Diagram diatas menunjukkan bahwa Sumber Mata Air masyarakat
dimana sebagian besar beradsal dari Mata Air Pegunungan yaitu
sebanyak 100 KK (75,2 5 %), dan Minoritas masyarakat sumber air
berasal dari Sumur / Pompa Sebanyak 33 KK (24,8 %).

f. Data Penduduk Berdasarkan Jenis Pengolahan Sampah

Diagram diatas menunjukkan bahwa Pengolahan Sampah oleh


masyarakat adalah dengan cara Membakar Sampah yaitu terdapat 124
Rumah (93,2 %) dan Minoritas Pengolahan Sampah dengan cara
Ditimbun yaitu sebanyak 9 KK (6,8 %).

3.1.4 Data Kesehatan Penduduk Dusun IV Desa Siborboron


1. Data kesehatan penduduk berdasarkan Proporsi penyakit
anggota keluarga 6 bulan terakhir.

65.9

22.7
4.5 2.3 4.5

Hipertensi Asam Urat Reumatik Penyakit DLL


Jantung (Demam,
Influenza,
)

Diagram diatas menunjukkan bahwa proporsi penyakit keluarga


paling banyak yaitu sebanyak 29 Jiwa (65,9 %), dimana penyakit dominan
adalah penyakit lain-lain sepertti Demam, Influenza, batuk, dll), dan yang
paling sedikit terkena Rematik yaitu sebanyak 1 jiwa (2,3 %).

Data Pelayanan Kesehatan


1. Data Penduduk Berdasarkan Usia Kehamilan

Dari Diagram diatas menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil di Dusun


IV desa Siborboron, yaitu sebanyak 3 Jiwa dengan usia kehamilan TM II,
kunjungan ANC kurang dari 4 X dan belum lengkap dikarenakan usia
kehamilan yang masih TM II.

2. Data Penduduk Berdasarklan Jumlah PUS dan Akseptor KB


Diagram diatas menunjukkan bahwa keluarga lebih banyak yang
tidak ber KB sejumlah 63 KK, dan alat kontrasepsi yang lebih dominan
digunakan oleh PUS adalah alat kontrasepsi MOW/MOP yaitu sebanyak
17 jiwa (58,6 %), KB Suntik sebanyak 9 Jiwa (31 KK), Implant sebanyak 1
Jiwa (3,4 %), IUD sebanyak 2 Jiwa (6,9 %).

3. Data Kesehatan Bayi-Balita Dengan Cakupan Imunisasi Dasar

Diagram diatas menunjukkan data kelengkapan Imunisasi Balita


Lengkap sebanyak 12 Jiwa.

4. Data Penduduk Berdasarkan Keaktifan USILA


Dari data yang diperoleh bahwa jumlah lansia sebanyak 31 Orang,
yang mengikuti Program Lansia Sebanyak 24 Orang (77,4 %), dan Tidak
mengikuti Program Lansia Sebanyak 7 Orang (22,6 %), dari data diatas
dapat disimpulkan bahwa lansia di dusun IV Aktif dalam program Lansia.

5. Data Penduduk Berdasarkan Keikut sertaan JKN

Dari diagram diatas menunjukkan bahwa 102 KK (76,7 %) sudah


memiliki kartu JKN, dan 31 KK (2,7 %) belum memiliki kartu JKN.

3.2 Pengkajian Permasalahan dan Rencana Intervensi Kegiatan


Berdasarkan data – data yang didapat dari hasil pengumpulan data
dan wawancara, maka dilakukan analisa data untuk merumuskan
masalah.
3.2.1 Pengkajian Masalah
Setelah melakukan pengkajian data maka terdapat beberapa maslah
yang dalam masyarakat yaitu sebagai berikut :
1. Masalah Sampah
Dari hasil pengumpulan data diperoleh bahwa dari 133 KK yang
ada di Dusun IV mayoritas Sistem pengolahan sampah yang
dilakukan adalah dengan cara dibakar yaitu sebanyak 124 KK
(93,2 %).
2. Masalah Sistem Pembuangan Air Limbah
Dari hasil pengumpulan data diperoleh bahwa dari 133 KK yang
ada di Dusun IV mayoritas Sistem Pengolahan SPAL yang
dilakukan adalah dengan kondisi SPAL terbuka (Tidak Baik) yaitu
: 112 KK (84,2 %).
3. Masalah KB
Dari hasil Pengumpulan data diperoleh bahwa dari 66 pasang
PUS (Pasangan Usia Subur) yang ada di Dusun IV, hanya 29
Pasang yang memakai Alat KB, dan yang tidak memakai KB 37
Pasang.

3.2.2 Analisa Data


No Data Subyektif Data Obyektif Masalah Keperawatan
1 Lingkungan Fisik 1. Sistem pembuangan Resiko timbulnya
Lingkungan yang kurang sampah dengan cara penyakit: diare, DHF,
sehat di Desa Siborboron dibakar yaitu sebanyak typhoid, ISPA, dan
Kecamatan Sijamapolang 124 KK (93,2 %). lain-lain di Dusun IV
Kabupaten Humbang 2. Tempat pembuangan Desa
Hasundutan, dimana sampah dengan Siborboron Kecamatan
terdapat sampah yang kondisi terbuka, Sijamapolang
berserakan dan tidak dimana masyarakat Kabupaten Humbang
adanya tempat akhir lebih memilih sampah Hasundutan yang
pembuangan sampah dikumpulkan terlebih berhubungan dengan
beserta SPAL yang kondisi dahulu sampai penuh kurangnya kesehatan
Terbuka (Kurang Baik). lalu dibakar, yang ditandai dengan:
menyebabkan sampah tempat pembuangan
berterbangan / sampah yang masih
berserakan ke terbuka, pembuangan
lingkungan Desa. sampah dengan cara
3. Sistem pembuangan dibakar sebanyak 124
Air Limbah (SPAl) KK (93,2 %).
yang kondisinya
terbuka yaitu
sebanyak 122 KK
(91,7 %), dimana saat
dikaji masyarakat tidak
mengetahui dampak
yang akan ditimbulkan.

2. Masalah KB 1. Terdapat Jumlah PUS Resiko tinggi


Masih terdapat Pasangan di Desa Siborboron meningkatnya angka
Usia Subur yang belum sebanyak 66 Jiwa kelahiran berhubungan
menggunakan KB, serta 2. PUS yang dengan kurangnya
kurang pengetahuan tentang menggunakan alat KB informasi tentang
KB. sebanyak 29 Pasang penggunaan alat KB.
3. Pus yang tidak
menggunakan KB
sebanyak 37 Pasang

3.2.3 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko timbulnya penyakit: diare, DHF, typhoid, ISPA, dan lain-
lain di Desa Siborboron Kecamatan Sijamapolang Kabupaten
Humbang Hasundutan yang berhubungan dengan kurangnya
kesehatan ditandai dengan: tempat pembuangan sampah yang
masih terbuka, pembuangan sampah dengan cara dibakar
sebanyak 124 KK (93,2 %).
2. Resiko tinggi meningkatnya angka kelahiran berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penggunaan alat KB.
3.2.4 Rencana Intervensi Keperawatan

Diagnosa Evaluasi
Rencana Hari,
No Keperawatan Tujuan Sasaran Strategi Tempat Kriteria Standar
Kegiatan Tanggal
Komunitas
1 Resiko timbulnya Setelah dilakukan Masyarakat KIE a. Berikan Dusn 4 : Desa Verbal a. Penge
penyakit: diare, tindakan Desa penyuluhan d Senin 11 Siborboron rtian
DHF, typhoid, keperawatan Siborboron oor to November Kecamata sampa
ISPA, dan lain- selama 3 kali Kecamatan door secara 2019 Jam n h
lain di Desa pertemuan Sijamapolang langsung ke 08.00 Sijamapola b. Jenis-
Siborboron Keca diharapkan Kabupaten setiap ng jenis
matan masyarakat Desa Humbang keluarga Kabupaten sampa
Sijamapolang Siborboron Hasundutan. mengenai Humbang h
Kabupaten mampu: cara Hasunduta c. Cara
Humbang a. Mengidentifikasi pengolahan n. pengol
Hasundutan yang jenis sampah sampah yang ahan
berhubungan b. Memisahkan benar sampa
dengan sampah organik b. Berikan h
kurangnya dan anorganik penyuluhan d
kesehatan c. Membuang oor to Verbal a. Penge
ditandai dengan: sampah sesuai door secara rtian
tempat dengan jenis langsung ke SPAL
pembuangan sampah setiap yang
sampah yang d. Memelihara keluarga baik
masih terbuka, lingkungan mengenai b. Kriteri
pembuangan yang sehat SPAL yang a
sampah dengan e. Meningkatkan baik SPAL
cara dibakar kesadaran c. Melakukan yang
sebanyak 124 KK dalam Gotong baik.
(93,2 %). pemeliharaan royong di
kesehatan Desa
dengan Siborboron
membuang dan
sampah pada perbaikan Psiko a. Tercip
tempatnya serta SPAL motor tanya
mengetahui masing- Lingku
kriteria masing. ngan
pengelohan Desa
sampah yang Siborb
baik yaitu oron
dengan cara yang
ditimbun. bersih
f. Memelihara dan
Lingkungan sehat.
dengan cara
SPAL yang baik
dengan cara
SPAL baik yaitu
dengan cara
ditutup.
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan PUS dan Ibu KIE 1. Melakukan Senin, 4 POSKESD Vebal 1. Melak
meningkatnya tindakan hamil di Desa observasi November ES desa ukan
angka kelahiran keperawatan Siborboron dan 2019 Siborboron kunjun
berhubungan selama 1 kali Kecamatan kunjungan 08.00 gan
dengan pertemuan kepada Sijamapolang langsung ke kepad
kurangnya masyarakat Kabupaten Bidan Desa a
informasi tentang khususnya para Humbang Untuk Bidan
penggunaan alat PUS dan Ibu Hamil Hasundutan mengetahui Desa
KB. diharapkan jumlah PUS
mengetahui dan Jumlah
manfaat dari KB, Ibu Hamil
dan dapat 2. Melakukan Verbal 2. Melak
membetasi jumlah penyuluhan ukan
kelahiran, dan tentang Penyul
mengetahui penggunaan uhan
informasi tentang alat KB Menge
KB 3. Melakukan nai
Senam Ibu alat
hamil, serta Kontra
pemeriksaan sepsi
Ibu hamil. (KB)

Verbal 3. Melak
ukan
Sena
m Ibu
hamil
3.2.5 Implementasi dan Evaluasi
No Diagnosis Tgl Implementasi Evaluasi
1 Resiko timbulnya penyakit: Dusn 4 : 1. Penyuluhan tentang Evaluasi struktur
diare, DHF, typhoid, ISPA, dan Senin 11 pengolahan sampah yang 1. Rencana penyuluhan telah dipersiapkan
lain-lain di Desa Novembe benar serta kriteria rumah seminggu sebelum acara dilaksanakan.
r 2019
Siborboron Kecamatan sehat 2. MMD di Gereja HKBP Sitolubahal bersama
Jam
Sijamapolang Kabupaten 08.00 2. Melakukan Gotong royong masyarakat untuk melakukan Gotong royong
Humbang Hasundutan yang bersama masyarakat di Desa dan penyelesaian masalah.
berhubungan dengan Siborboron.
kurangnya kesehatan ditandai Evaluasi proses
dengan: tempat pembuangan 1. Peserta seluruh masyarakat desa Siborboron
sampah yang masih terbuka, 2. Penyuluhan dilakukan secara door to door
pembuangan sampah dengan
cara dibakar sebanyak 123 KK Evaluasi Hasil
(93,2 %). 1. Masyarakat dapat memahami tentang
pegolahan sampah yang benar serta kriteria
rumah sehat
2. Serta mau ikut dalam melakukan Gotong
royong dan pembersihan lingkungan masing –
masing dan SPAL.

Evaluasi Struktur
1. Rencana sudah dipersiapkan seminggu
sebelum pelaksanaan, dan sudah dilaksanakan
MMD bersama masyarakat.

Evaluasi Proses
1. Perbaikan SPAL masing-masing masyarakat
serta Gotong royong dalam pembersihan
sampah dan lingkungan.

Evaluasi Hasil
1. Masyarakat mengetahui tentang cara
pengolahan sampah dan cara perbaikan SPAL
yang baik.
2. Sebagian Masyarakat mau ikut serta dalam
kegiatan Gotong royong
3. Keadaan lingkungan menjadi lebih baik dan
bersih.
2. Resiko tinggi meningkatnya Senin, 4 1. Melakukan observasi ke Evaluasi Struktur
angka kelahiran berhubungan Novembe POSKESDES Desa Rencana kegiatan telah dipersiapkan seminggu
dengan kurangnya informasi r 2019 Siborboron sebelum pelaksanaan observasi ke
08.00
tentang penggunaan alat KB. 2. Melakukan penyuluhan dan (POSKESDES) Desa Siborboron
memberikan informasi
kepada PUS dan Ibu Hamil
Tentang penggunaan Alat Evaluasi Proses
Kontrasepsi Kader dan tenaga kesehatan menerima serta mau
3. Melakukan kegiatan senam ikut kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
Ibu Hamil. tentang KB dan memberikan data yang sesuai
dengan kondisi di lapangan

Evaluasi Hasil
1. Mahasiswa mengetahui kondisi PUS dan
Jumlah Ibu Hamil di lapangan
2. Bidan Desa dan Kader mengetahui sistem
Kegiatan yang sudah dipersiapkan
3. PUS dan Ibu Hamil Aktif dan mau ikut serta
dalam kegiatan yang sudah dilaksanakan

Evaluasi Struktur
Rencana penyuluhan telah dilakukan seminggu
sebelum kegiatan dilaksanakan

Evaluasi Proses
Kegiatan berjalan dengan lancar PUS dan Ibu
Hamil tampak tertarik dengan kegiatan yang sudah
dilaksanakan.

Evaluasi Hasil
PUS dan Ibu Hamil memahami tentang
penyuluhan yang sudah dilaksanakan mengenai
Alat Kontrasepsi, dan mau menggunakan alat KB
untuk membatasi jumlah angka taraf hidup yang
tinggi.
                                                                                          
3.2.6 Pembahasan
Dilihat dari data Demografinya bahwa Jumlah Laki-laki lebih tinggi
dibandingkan jumlah wanita dimana jumlah Laki-laki Sebanyak 304 Jiwa
(52,5 %) dan Jumlah Wanita Sebanyak 275 Jiwa (47,5 %). Masyarakat
Dusun IV Mayoritas beragama Kristen Protestan yaitu dengan jumlah
keseluruhan sebanyak 133 KK (99,9 %) dan Minoritas Penduduk Dusun
IV Beragama Islam yaitu sebanyak 1 KK (0,1 %). Pendidikan Anak saat
Survey penduduk Dusun IV adalah Dominan Menempuh Pendidikan SD
yaitu Sebanyak 82 Jiwa (24,3 %) dan sangat sedikit anak yang tidak
pernah sekolah sebanyak 2 Jiwa (0,6 %) dari total 338 Jiwa anak yang
ada di Dusun IV. Secara umum, bahwa penduduk Dusun IV memiliki mata
pencaharian dengan Bertani. Namun, terdapat lebih banyak lagi penduduk
yang masih dalam jenjang pendidikan dan tergolong pengangguran yaitu
sebanyak 198 Jiwa (82,2 %).
Dibandingkan dengan tinjauan teoritis yang telah dikaji pada Bab
sebelumnya maka, ketercapaian kesehatan masyarakat berdasarkan data
geografi bahwa daerah Dusun IV Desa Siborboron berada pada daerah
tanah perbukitan yang rentan terkena penyakit diare karena Sistem
Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang kurang baik serta Sumber Air yang
bersumber dari Mata Air / PAM dimana Keadaan Air yang sering berubah
warna kalau keadaan musim hujan. Namun, pada hasil pengkajian
didapatkan bahwa anak yang berada di daerah Dusun IV tersebut tidak
ada yang terkena penyakit Diare. Selain itu, berdasarkan kondisi keadaan
rumah ditemukan bahwa Dusun IV memiliki sanitasi lingkungan yang baik
dimana sesuai hasil pengkajian adalah berdasarkan Ventilasi, mayoritas
rumah dengan Ventilasi Baik terdapat 117 Rumah (88 %) dari 133 Rumah
penduduk dan minoritas dengan Ventilasi Kurang yaitu Sebanyak 4
Rumah (3 %), berdasarkan keadaan Lantai Rumah masyarakat dimana
sebagian besar memiliki lantai rumah Semen / Keramik yaitu terdapat 130
Rumah (97,7 %) dari 133 Rumah Penduduk dan hanya sedikit yang
memiliki lantai rumah Kayu / Papan yaitu sebanyak 3 Rumah (2,3 %).
Berdasarkan keadaan sistem Pembuangan air limbah rumah
masyarakat dimana sebagian besar membuang limbah ke Selokan / Got
yaitu Terdapat 122 KK (91,7 %) dari total 133 Rumah Penduduk dan
hanya sedikit yang membuang limbah ke Sembarangan Tempat yaitu
Sebanyak 3 KK (2,3 %). Berdasarkan pembuangan tinja masyarakat
dimana sebagian besar telah memiliki septic tank yaitu terdapat 129 KK
(97 %) dari 133 Rumah Penduduk dan paling sedikit adalah masyarakat
yang membuang tinja menggunakan sembarang tempat yaitu sebanyak 1
KK (0,8 %). Berdasarkan Sumber Air masyarakat dimana sebagian besar
berasal dari Mata Air yaitu terdapat 100 Rumah (75,2 %) dari 133 Rumah
Penduduk dan yang paling sedikit adalah sumber air Sumur / pompa yaitu
sebanyak 33 Rumah (24,8 %).

3.2.7 Faktor Predisposisi Hambatan Dalam Pelaksanaan Intervensi


(POA)
1. Tingkat sosial ekonomi masih rendah dapat dilihat dari pekerjaan
penduduk Dusun IV Desa Siborboron yang mayoritas adalah
bertani yang dimana penghasilannya tidak lebih dari 2 Juta rupiah
perbulan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan pengkajian data yang dilakukan mahasiswa di
Dusun IV, data penduduk berdasarkan jenis kelamin mayoritas
berjenis kelamin Laki-laki yaitu sebanyak 304 Jiwa (52,5 %) dan
Minoritas Wanita sebanyak 275 Jiwa (47,5 %).
2. Data penduduk berdasarkan tingkat usia bahwa mayoritas
penduduk Dusun IV berusia 17 - 25 Tahun yaitu sebanyak 112
Jiwa (19,3 %) dari seluruh jumlah masyarakat dan minoritas
berusia 0 – 12 Bulan sebanyak 5 Jiwa (0,9 %).
3. Data penduduk berdasarkan agama yang dianut bahwa
mayoritas penduduk Dusun IV beragama Kristen Protestan
Sebanyak 132 KK (99,9 %) dan Minoritas minoritas menganut
agama Islam sebanyak 1 Jiwa (0,1 %).
4. Data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan anak saat survey
bahwa mayoritas penduduk dalam jenjang pendidikan SD
sebanyak 82 Jiwa (24,3 %) dan minoritas Tidak pernah Sekolah
sebanyak 2 Jiwa (0,6 %).
5. Data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan orang tua bahwa
Mayoritas penduduk Dusun IV adalah SLTA sebanyak 108 Jiwa
(44,8 %) dan Minoritas tidak pernah sekolah sebanyak 13 Jiwa
(5,4 %).
6. Data penduduk berdasarkan mata pencaharian atau pekerjaan
bahwa Mayoritas penduduk Dusun IV adalah Petani Sebanyak
198 Jiwa (82,2 %) dan Minoritas Karyawan Swasta Sebanyak 5
Jiwa (2,1 %).
7. Data penduduk berdasarkan Pengahasilan Perbulan bahwa
Mayoritas penduduk Dusun IV berpenghasilan < Rp. 2.000.000
Sebanyak 204 Jiwa (84,6 %) dan Minoritas Penghasilan > Rp.
3.000.000 sebanyak 11 Jiwa (4,6 5).
8. Data kesehatan ibu hamil berdasarkan usia kehamilan bahwa
mayoritas dalam usia kehamilan Trimester ke II Sebanyak 3 Jiwa.
9. Data kesehatan berdasarkan cakupan imunisasi bayi – balita
bahwa jumlah bayi – balita sudah mendapat Imunisasi Lengkap
sebanyak 12 Orang.
10. Data kesehatan penduduk berdasarkan proporsi penyakit pada
anggota keluarga bahwa mayoritas penduduk terkena penyakit
lainnya (Demam, Influenza, Batuk, dll) sebanyak 29 Jiwa (65,9
%) dan minoritas Penyakit Reumatik sebanyak 1 Jiwa (2,3 %).
11. Data kesehatan penduduk dalam program KB Bahwa Mayoritas
penduduk tergolong Sebagai PUS Ber KB yaitu sebanyak 66
PUS yang menggunakan KB MOW/MOP Sebanyak 17 Jiwa (58,6
%), Suntik sebanyak 9 Jiwa (31 %), Implant 1Jiwa (3,2 %), IUD
sebanyak 2 Jiwa (6,9 %), dan yang tidak ber KB sebanyak 37
Jiwa.
12. Data kesehatan penduduk berdasarkan jumlah USILA dan Keikut
Sertaan dalam program bahwa terdapat 31 Jiwa, Lansia yang
aktif dalam posyandu lansia sebanyak 24 Jiwa (77,4 %) dan
lansia yang tidak aktif sebanyak 7 Jiwa (22,6 %).
13. Data kesehatan sanitasi lingkungan penduduk Dusun IV dengan
Ventilasi baik yaitu sebanyak 117 Rumah (88 %), serta minoritas
dengan Ventilasi Kurang sebanyak 4 Rumah (3 %).
14. Data kesehatan berdasarkan Jamban (Pembuangan Tinja)
mayoritas Rumah penduduk sudah menggunakan Septic Tank
sebanyak 129 Rumah (97 %) dan Minoritas dengan pembuangan
tinja secara sembarangan yaitu sebanyak 1 Rumah (0,8 %).
5.2 Saran
1. Kepada Masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat agar lebih meningkatkan
kebersihan lingkungan serta mau meluangkan waktunya untuk
ikut serta dalam musyawarah dan penyuluhan yang dilakukan
oleh petugas kesehatan agar pelaksanaannya dapat dilakukan
dengan baik, serta kemauan keikut sertaan dalam program
gotong royong agar ikut serta membersihkan lingkungan masing
– masing , agar pelaksanaannya dapat dilakukan dengan baik
serta memperhatikan dan sadar akan pentingnya kebersihan
lingkungan dan kesehatan keluarga serta mau berpartisipasi
dalam kegiatan – kegiatan pelayanan kesehtan seperti Gotong
royong, dan lainnya.
2. Kepada Perangkat Desa
Diharapkan kepada perangkat desa agar lebih berperan aktif
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya ditengah – tengah
masyarakat.
3. Kepada Petugas Kesehatan
Diharapkan kepada petugas kesehatan agar lebih berperan aktif
dalam pelayanan kesehatan di tengah – tengah masyarakat.
4. Kepada Mahasiswa
Diharapkan kepada mahasiswa agar lebih meningkatkan rasa
kerjasama yang kuat, dan mau berperan aktif dalam setiap
kegiatan selama kegiatan KKN
5. Kepada Instansi Pendidikan
Diharapkan kepada Instansi pendidikan agar lebih memotivasi
mahasiswa serta membuat penilaian terhadap setiap kegiatan
selama pelaksanaan KKN.

Anda mungkin juga menyukai