Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 5 (2) 86 - 92; Desember 2019

p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

Infeksi dan Tingkat Penyebaran Parasit Zoonosis Cacing Hati (Fasciola sp.) Pada Sapi
Di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur
(Infection and Distribution of Liver Fluke (Fasciola Sp) Zoonotic Parasite on Cattle
in Central Lombok and East Lombok Districts)
Wayan Wariata, Made Sriasih, Anwar Rosyidi, Muhamad Ali dan Sulaiman N. Depamede
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Peternakan Universitas Mataram
Jl. Majapahit No.62 Mataram 83125, NTB, Indonesia
Email: wayanwariata@gmail.com
Diterima : 22 Oktober 2019/Disetujui : 25 Nopember 2019
ABSTRAK
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi populasi dan produksi ternak adalah masalah penyakit
dan parasit. Gejala serangan parasit seringkali tidak tampak dan kadang-kadang petani kurang
menyadarinya. Cacing hati (Fasciola sp.) merupakan parasit zoonosis yang dapat menginfeksi
berbagai macam hewan ternak ruminansia terutama sapi. Fasciola memiliki dua spesies utama yaitu
hepatica dan gigantica. Penyebaran Fasciola sp. adalah daerah beriklim tropis basah yaitu di Asia
dan Afrika. Fasciola sp. yang sering dijumpai di Indonesia adalah spesies gigantica, sedangkan
spesies hepatica sering terdeteksi pada sapi-sapi impor. Untuk mengetahui infeksi dan tingkat
penyebaran Fasciola gigantica dan Fasciola hepatica pada ternak sapi di kabupaten Lombok
Tengah dan Lombok Timur maka dilakukan survei, pengamatan dan pengambilan sampel organ
hati sapi di pasar-pasar daging yang ada pada dua daerah tersebut. Pada masing-masing daerah
diambil 3 lokasi pasar daging, yaitu di kabupaten Lombok Tengah: pasar Praya, pasar Mantang dan
pasar Kopang; di kabupaten Lombok Timur: pasar Selong, pasar Masbagik dan pasar Terara. Pada
masing-masing pasar, pengamatan dan pengambilan sampel diulang sebanyak 3 kali pada 3 orang
pedagang. Selanjutnya sampel diamati di laboratorium untuk mengetahui adanya cacing hati dan
kerusakan hati sapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sapi-sapi dan daging sapi yang diperjual
belikan di pasar-pasar Lombok Tengah dan Lombok Timur terinfeksi parasit cacing hati (Fasciola
sp.), dengan tingkat infeksi yang masih rendah, yaitu antara 1,3 sampai 2,3. Di samping itu, warna
dan tekstur hati sapi yang diperjual belikan di pasar-pasar Lombok Tengah dan Lombok Timur
relatif masih baik dan layak dikonsumsi.
Kata kunci : Sapi, Makroskopis hati, Zoonosis, Cacing Hati (Fasciola sp.)
ABSTRACT
The factor that greatly influences livestock population and production is the problem of diseases
and parasites. Symptoms of parasitic attacks are often not visible and sometimes farmers are not
aware of it. Liver fluke (Fasciola sp.) are zoonotic parasites that can infect a variety of ruminant
livestock, especially cattle. Fasciola has two main species namely hepatica and gigantica. Fasciola
sp. is distributed well in a wet tropical climate, namely in Asia and Africa. Fasciola sp. which is
often found in Indonesia is the gigantica species, while the hepatica species is often detected in
imported cows. To find out the infection and the distribution level of Fasciola sp in cattle in Central
Lombok and East Lombok districts, a survey, observation and sampling of beef liver in meat
markets in these two regions were carried out. In each region 3 locations of the meat market were
taken; Praya, Mantang and Kopang market for the district of Central Lombok; Selong, Masbagik
and Terara market for the district of East Lombok. In each market, observation and sampling were
repeated 3 times with 3 traders. All samples collected were then observed and tested in a laboratory
to determine the liver worms and the damage to cow liver. The results show that cows and beef
traded in Central and East Lombok markets were infected with Fasciola sp., with infection level
that was still low, between 1.3 and 2.3. In addition, the color and texture of beef liver traded in
Central Lombok and East Lombok markets were relatively good and safe for consumption with
proper cooking.
Keywords : Cattle, Liver Macroscopy, Zoonotic, Liver Fluke (Fasciola Sp)

86
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 5 (2) 86 - 92; Desember 2019
p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

PENDAHULUAN morfologi kedua spesies Fasciola tersebut


Sapi yang biasa dipelihara oleh karena adanya perbedaan pada hubungan
peternak di wilayah Nusa Tenggara Barat antara inang dan parasit, inang perantara
serta susunan DNA (Spithill et al.,1999).
khususnya Lombok Tengah dan Lombok
Timur adalah didominasi oleh sapi Bali. F. gigantica dewasa lebih panjang,
memiliki pengisap ventral lebih besar, dan
Sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia
yang memiliki berbagai keunggulan testis anterior lebih banyak jika disbanding
diantaranya memiliki tingkat kesuburan dengan F. hepatica, tetapi bentuk telur
yang tinggi, kemampuan adaptasi yang kedua cacing ini serupa, meskipun telur
baik terhadap lingkungan dan persentase dari F. gigantica sedikit berukuran lebih
beranak yang mencapai 80 % (Soares dan besad dari F. hepatica (Muller, 2002;
Dryden, 2011). Disamping itu, sapi Bali Periago et al., 2006).
mampu menghasilkan karkas dan daging Penyakit cacing hati (fasciolosis)
berkualitas baik. dapat mengganggu pertumbuhan ternak
Salah satu faktor yang sehingga dapat menyebabkan kerugian
menyebabkan penurunan populasi dan peternak yang disebabkan biaya
produktivitas sapi adalah masalah penyakit pemeliharaan dan perawatan kesehatan
dan infeksi parasit zoonosis yang gejala- ternak tidak seimbang dengan harga jual
gejalanya seringkali kurang terdeteksi oleh ternak. Selain itu manusia juga dapat
petani peternak. Penyakit dapat terjadi terjangkit penyakit cacing hati karena
biasanya berada di daerah tropis yang masih banyak peternak atau masyarakat
memiliki tingkat kelembaban yang cukup yang sering mengkonsumsi daging
tinggi seperti daerah Nusa Tenggara Barat setengah matang.
dengan kelembaban 65 – 68 %. Fasciolosis sangat sulit dideteksi
Penyakit yang sering menyerang gejalanya oleh peternak, tetapi sangat
sapi di daerah Nusa Tenggara Barat merugikan peternak karena prevalensinya
terutama pulau Lombok adalah daerah yang tinggi dengan gejala penurunan bobot
endemis penyakit cacing hati (Fasciola badan, produksi susu pada sapi perah dan
sp.). Fasciola sp. juga dapat menyebabkan fertilitas ternak (Periago et al., 2006).
penyakit pada manusia (zoonosis) yang Fasciolosis juga dapat menginfeksi
disebut fasicioliosis. Hewan-hewan lain manusia karena sifatnya zoonosis di
juga dapat tertular dan pernah dilaporkan berbagai penjuru dunia, sehingga penyakit
yaitu kuda, babi, anjing, rusa, zebra, ini telah dimasukkan ke dalam daftar
kelinci dan marmot, yang pada alkhirnya penyakit-penyakit parasit paling penting di
juga dapat menyerang manusia (Nasser et dunia oleh badan kesehatan dunia WHO
al.,2008; Eslami et al.,2009). Fascioliosis (WHO, 2005). Fasciolosis dapat
pada ternak terutama sapi yang disebabkan menginfeksi secara akut, subakut dan
kista Fasciola sp melalui induk semang kronis. Infeksi bentuk akut disebabkan
sementara yaitu siput Lymnea sp., adanya migrasi cacing muda dalam
berikutnya cercaria atau meta cercaria jaringan hati yang menyebabkan
menempel pada rumput lalu termakan oleh kerusakan jaringan hati, dengan gejala
sapi. Cacing muda merusak jaringan hati, ternak menjadi lemah, nafas cepat dan
cacing dewasa diam dan bertelur di saluran pendek, perut membesar disertai rasa sakit.
empedu (Mas-Coma et al.,2005; Bentuk subakut tidak memperlihatkan
gejala sama sekali, tetapi bisa
Wiedosari, 2006)).
menyebabkan kematian mendadak. Bentuk
Fasciola sp. terdiri dari F. gigantica kronis terjadi saat cacing memcapai
dan F. hepatica yaitu penyebab Fasciolosis dewasa 4-5 bulan setelah infeksi dengan
pada ternak dan manusia. Perbedaan gejala anemia sehingga ternak menajdi

87
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 5 (2) 86 - 92; Desember 2019
p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

lesu, lemah, nafsu makan menurun, cepat MATERIAL DAN METODA


mengalami kelelahan, membran mukosa 1. Pengumpulan Sampel
pucat, diare, oedema di antara sudut dagu Sampel berupa organ hati sapi
dan bawah perut, ikterus dan kematian
dikumpulkan di dua daerah yaitu kabupaten
dapat terjadi dalam 1-3 bulan (Muller, Lombok Tengah dan Lombok Timur,
2002). masing-masing 3 pasar daging sehingga
Usaha untuk menekan kerugian dan berjumlah 6 pasar. Di kabupaten Lombok
angka kesakitan ternak akibat infeksi Tengah yaitu pasar Praya, pasar Mantang
cacing Fasciola sp. akan berhasil melalui dan pasar Kopang, sedangkan di kabupaten
program pengendalian yang didasarkan Lombok Timur yaitu pasar Selong, pasar
pada diagnosa dini. Diagnosa dini Masbagik dan pasar Terara. Di setiap
dimaksudkan untuk mengetahui lebih awal pasar pengambilan sampel diulang
keberadaan cacing dalam tubuh sebelum sebanyak 3 kali sehingga jumlah seluruh
meninmbulan perubahan patologis yang sampel adalah 18. Deskripsi yang perlu
lebih berat. Diagnosa Fasciolosis dapat dicatat pada saat pengambilan atau
dilakukan secara sederhana yaitu pembelian sampel adalah asal daging,
pemeriksaan telur cacing pada feces waktu pemotongan sapi, warna dan tekstur
(Estuningsih et al., 2004). Selain itu, organ hati. Setelah sampai di laboratorium,
diagnosa dilakukan dengan pengamatan setiap sampel organ hati diiris-iris dan
dan pemeriksaan postmortem, atau diperiksa untuk mengetahui keberadaan
pemeriksaan dilakukan pada bangkai Fasciola sp.
ternak atau karkas di rumah potong hewan 2. Analisa Data
(RPH) dan di pasar-pasar daging untuk Interpretasi data hasil pengamatan
memeriksa cacing fasciola sp. pada organ dan pengukuran secara kuantitatif dan
hati secara langsung. Usaha ini dilakukan kualitatif. Data hasil uji di lapangan dan di
untuk mengetahui tingkat prevalensi dan
laboratorium dianalisis secara deskriptif.
penyebaran infeksi cacing fasciola.
Penyebaran Fasciolosis di kota Mataram HASIL DAN PEMBAHASAN
dan kabupaten Lombok Barat merata pada
hampir setiap kecamatan (Wariata et al., 1. Infeksi dan Penyebaran Cacing Hati
2015). (Fasciola sp.)
Pengcegahan dan pengobatan Penyebaran cacing hati
terhadap penyakit Fasciolosis sangat dimanifestasikan dengan ditemukannya
penting dilakukan terhadap ternak-ternak, sejumlah cacing hati (Fasciola sp.) di
disamping juga memberikan penyuluhan dalam sampel di beberapa pasar, baik di
kepada para peternak bagaimana kabupaten Lombok Tengah maupun di
mengenali gejala-gejala klinis fascioliosis. Lombok Timur. Jumlah Fasciola sp. yang
Semakin cepat gejala-gejala terdeteksi ditemukan pada sampel di pasar-pasar
maka semakin cepat pengobatan dapat dapat dilihat pada Tabel 1. berikut.
dilaksanakan, sehingga dapat menghindari
kerugian peternak.

88
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 5 (2) 86 - 92; Desember 2019
p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

Tabel 1. Jumlah Cacing Hati (Fasciola sp.) Yang Ditemukan Dalam Sampel Hati Sapi Di
pasar-pasar Lombok Tengah dan Lombok Timur (ekor).
Pengambilan Sample Ke-
Daerah Lokasi
1 2 3 Rata-Rata
Pasar Praya 4 1 2 2,3
Lombok
Pasar Mantang 1 0 4 1,7
Tengah
Pasar Kopang 3 3 0 2,0
Pasar Selong 0 2 3 1,7
Lombok
Pasar Masbagik 1 3 0 1,3
Timur
Pasar Terara 2 2 1 0,3
Pada Tabel 1 terlihat bahwa cacing melalui induk semang sementara yaitu siput
hati (Fasciola sp.) ditemukan pada semua Lymnea sp., berikutnya cercaria atau
pasar baik di Lombok Tengah maupun di metacercaria menempel pada rumput yang
Lombok Timur. Keberadaan Fasciola sp. akhirnya termakan oleh sapi, hal ini terjadi
pada hati sapi biasanya diabaikan, baik oleh karena pemeliharaan sapi yang kurang
pedagang maupun konsumen. Mereka intensif. Untuk menghindari hal-hal
beranggapan bahwa Fasciola sp. hanya tersebut di atas, maka penyembelihan perlu
parasit, setelah dimasak dengan baik maka melalui Rumah Potong Hewan (RPH) dan
Fasciola sp. akan mati dan tidak karkas beserta jeroannya diperiksa oleh
petugas dari Dinas Peternakan setempat.
memberikan dampak negatif pada
kesehatan. Tentu saja anggapan ini keliru, Bagian hati yang ada cacingnya harus
karena yang berbahaya adalah larva diambil dan dimusnahkan karena tidak
Fasciola sp. yang berukuran sangat kecil. layak untuk dokonsumsi.
Jumlah rata-rata Fasciola sp. yang 1. Warna dan Tekstur Sampel Hati Sapi
ditemukan dalam sampel hati berkisar Untuk mengetahui dan memastikan
antara 1,3 sampai 2,3 ekor. Nasser et al., kesehatan suatu hewan ternak, salah satu
2008 dan Eslami et al., 2009, menyatakan indikatornya dapat dilihat atau diamati dari
bahwa penyakit yang menyerang sapi di warna dan tekstur hatinya setelah
daerah Nusa Tenggara Barat terutama pulau
pemotongan atau pemeriksaan post
Lombok adalah daerah endemis cacing hati mortem. Sampel hatinya diamati sebelum
(Fasciola sp.). Walaupun jumlah ini diiris-iris (insfectio), setelah itu
termasuk kecil, tetap saja dinyatakan bahwa pemeriksaan juga dilakukan setelah
hati sapi yang diperjual belikan di pasar- dipotong dan diiris-iris (sectio) untuk
pasar Lombok Tengah dan Lombok Timur mengetahui warna dan tekstur di bagian
berasal dari sapi-sapi yang telah terinfeksi dalam. Pemeriksaan warna dan tekstur
cacing hati (Fasciola sp.). Para pedagang sampel hati tidak lebih dari sehari setelah
mengatakan bahwa daging dan hati sapi pemotongan, lebih cepat lebih baik, agar
yang dijualnya selain berasal dari Lombok hasil pemeriksaan yang diperoleh lebih
Tengah dan Lombok Timur, juga berasal terukur, akurat dan dapat dipertanggung
dari daerah lain di Nusa Tenggara Barat. jawabkan. Jarak antara rumah potong
Kenyataan ini mengindikasikan bahwa hewan (RPH) dengan pedagang yang ada di
sistem pemeliharaan sapi-sapi di Lombok pasar-pasar sangat menentukan ketahanan
Tengah, Lombok Timur dan daerah
kualitas daging dan hati sapi.
sekitarnya masih kurang baik.
Pemeliharaan masih bersifat semi intensif Warna hati sapi sejatinya adalah
bahkan masih tradisional. Kenyataan “merah hati” atau merah darah. Pada kasus-
tersebut sejalan dengan pendapat Mas- kasus tertentu misalnya karena suatu
Coma et al. (2005), yang menyatakan penyakit warna hati sapi dapat berubah
bahwa fasciolosis pada ternak terutama sapi menjadi merah agak pucat sampai pucat
yang disebabkan oleh kista Fasciola sp. kekuningan. Warna sampel hati sapi yang

89
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 5 (2) 86 - 92; Desember 2019
p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

diamati di pasar-pasar Lombok Tengah dan


Lombok Timur dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini.
Tabel 2. Warna Sampel Hati Sapi Yang Diamati Di pasar-pasar Lombok Tengah dan
Lombok Timur
Pengambilan Sample Ke-
Daerah Lokasi
1 2 3
Pasar Praya Merah pucat Merah Merah
Lombok Tengah Pasar Mantang Merah Merah Merah pucat
Pasar Kopang Merah Merah Merah
Pasar Selong Merah pucat Merah Merah
Lombok Timur Pasar Masbagik Merah Merah Merah
Pasar Terara Merah Merah Merah
Pada Tabel 2 di atas tertera bahwa mengganggu pertumbuhan serta
warna sampel hati sapi yang diamati di menurunkan bobot hidup ternak.
pasar-pasar Lombok Tengah dan Lombok Tekstur sampel hati sapi dapat
Timur terlihat rata-rata berwarna merah, diketahui dengan cara melihat, memegang
walaupun di beberapa lokasi ditemukan dan meraba. Indikator dari pemeriksaan
sampel hati yang warnanya merah agak tekstur hati adalah jika sampel hati
pucat. dipegang dan ditekan-tekan akan terasa
Tetapi secara umum jika dilakukan kenyal. Tekstur hati sangat ditentukan oleh
pemeriksaan oleh petugas maka sampel hati waktu, akan berubah secara cepat menjadi
masih layak untuk dikonsumsi. Perubahan lembek, kadang-kadang kaku seiring
warna sampel hati sapi dapat terjadi karena berjalannya waktu dan berbagai perlakuan
perubahan fisiologi fungsi hati. Pernyataan terhadap sapi semasih hidup, seperti
ini didukung oleh pendapat Tuasikal dan misalnya sebelum dipotong sapi diberi
Suhardono (2006), bahwa Fasciolosis dapat munum banyak yang dikenal dengan sapi
berkembang menjadi kronis yang ditandai gelonggongan. Tekstur sampel hati sapi
dengan gangguan fisiologi fungsi hati yang yang diamati di pasar-pasar di Lombok
Tengh dan Lombok Timur rata-rata
pada akhirnya dapat mengganggu
metabolisme karbohidrat, lemak dan bertekstur baik dan kenyal, walaupun di
protein, dan dalam jangka panjang beberapa lokasi teksturnya sudak mulai
lembek, seperti tertera pada Tabel 3 berikut
ini.
Tabel 3. Tekstur Hati Sapi Yang Diamati Di pasar-pasar Lombok Tengah dan Lombok
Timur
Pengambilan Sample Ke-
Daerah Lokasi
1 2 3
Pasar Praya Baik, kenyal Baik, kenyal Baik, kenyal
Lombok Tengah Pasar Mantang Baik, kaku Baik, kenyal Baik, kaku
Pasar Kopang Baik, lembek Baik, kenyal Baik, kenyal
Pasar Selong Baik, kenyal Baik, kenyal Baik, lembek
Lombok Timur Pasar Masbagik Baik, kenyal Baik, kenyal Baik, kenyal
Pasar Terara Baik, lembek Baik, kenyal Baik, kenyal

Pada Tabel 3 di atas, tertera bahwa rata-rata masih layak dikonsumsi. Spithill
tekstur sampel hati sapi terlihat baik dan et al. (1999), menyatakan bahwa
kenyal, walaupun di beberapa lokasi sudah Fasciolosis tidak memperlihatkan gejala
ada yang lembek, ada juga yang kaku tetapi klinis yang khas sehingga pencegahan dan

90
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 5 (2) 86 - 92; Desember 2019
p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

pengendalian penyakit ini masih sangat untuk menghindari infeksi parasit


kurang diperhatikan dan penyakit cacing hati (Fasciola sp.)
berkembang menjadi kronis yang ditandai 3. Dinas Peternakan perlu
dengan gangguan fisiologi fungsi hati
mensyaratkan penyembelihan di
akibat perubahan struktur jaringan hati. RPH sehingga kualitas hati yang
Hasil penelitian ini, secara makroskopis
dikonsumsi bebas dari cacing,
menunjukkan bahwa sapi-sapi yang ada di bagian yang tidak layak konsumsi
Lombok Tengah dan Lombok Timur dimusnahkan dan bebas dari infeksi
terinfeksi Fasciola sp., walaupun demikian
bakteri.
tidak sampai mempengaruhi warna dan
tekstur hati sapi secara signifikan, sehingga DAFTAR PUSTAKA
jika dilakukan pemeriksaan oleh petugas
dapat dikatakan masih layak dikonsumsi. Eslami, A., Hosseini S.H., and Meshgi, B.
2009. Animal Fasciolosis in North
KESIMPULAN DAN SARAN of Iran. Iran J Public Health.
Kesimpulan 38(4):132-135.
Berdasar hasil penelitian tersebut di atas Estuningsih, S.E., Widjajanti, S.,
dapat disimpulkan bahwa: Adiwinata, G., and Piedrahita, D.
2004. Detection of Coproantigen by
1. Sapi-sapi yang dipotong dan sandwich ELISA in Sheep
diperjual belikan di kabupaten Experimentally infected w with
Lombok Tengah dan Lombok Fasciola gigantica. Trop Biomed
Timur terinfeksi parasit cacing hati
21(2):51-56.
(Fasciola sp.), walaupun dengan
tingkat infeksi yang masih rendah. Mas-Coma, S., Valero, M.A., and Bargues,
M.D. 2005. Fasciolosis and Other
2. Warna dan tekstur hati dari sapi- Plant-borne Trematoda Zoonoses.
sapi yang diperjual belikan di pasar- Int. Journal Parasitol 35 : 1255-
pasar kabupaten Lombok Tengah
1278.
dan Lombok Timur relatif masih
baik sehingga masih layak untuk Muller, R. 2002. Worms and Human
dikonsumsi. Diseases. CABI International,
Wallingford, Oxon, UK.
3. Untuk menentukan layak tidaknya
kualitas karkas dan jeroan maka Nasser, A., Hussein, A., and Khalifa, RMA.
perlu dilakukan pemeriksaan oleh 2008. Experimental Infections with
petugas, kalau layak segera diberi Fasciola in Snails, Mice and
cap stempel baru kemudian Rabbits. Parasitol Res 102: 1165-
didistribusikan ke pasar-pasar. 1170.
Saran Periago, M.V., Valero, M.A., Panova, M.,
and Mas-Coma, S. 2006.
Berdasar hasil penelitian yang telah Phenotypic Comparison of
dilaksanakan maka dapat disarankan Allopatric Population of Fasciola
bahwa: hepatica and Fasciola gigantica
1. Perlu dilakukan penelitian lebih from European and African Bovines
lanjut dengan area penelitian di Using a Computer Image Analysis
pasar-pasar tradisional yang lain. System (CIAS). Parasitol Res 99:
2. Sistem dan tatalaksana 368-378
pemeliharaan sapi perlu
ditingkatkan menjadi lebih intensif

91
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 5 (2) 86 - 92; Desember 2019
p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

Soares, F.S., and Dryden, G.M. 2011. A Wariata, W., M. Sriasih., dan A. Rosyidi.
body condition Scoring System for 2015. Prevalensi dan Tingkat
Bali Cattle. Asian-Aust J Anim Sci, Penyebaran Parasit Zoonosis
24(11): 1587-1594. Cacing Hati (Fasciola sp.) pada Sapi
Spithill, T.W., P.M. Smooker, D.B. di Kota Mataram dan Kabupaten
Lombok Barat. Laporan Penelitian
Copeman. 1999. Fasciola gigantica:
epidemiology, control, immunology Lembaga Penelitian Universitas
and molecular biology. In: Dalton, Mataram.
J.P. (Ed), Fasciolosis. CAB WHO. 2005. Deworming for Health and
International, Wallingford, pp. 465- Development. Report of the Third
525. global meeting of the partners for
Tuasikal, B.J. dan Suhardono. 2006. parasite control. Geneva: World
Pengaruh infeksi Fasciola gigantica Health Organization;
(cacing hati) iradiasi terhadap WHO/CDS/PVC/2005.14.
gambaran darah kambing (Capra Wiedosari, E. 2006. Mekanisme imunologi
hircus Linn). JITV 11 (4): 317-323. dari resistensi domba ekor tipis
terhadap infeksi Fasciola. Berita
Biologi 8 (2): 99-105.

92

Anda mungkin juga menyukai