Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Palestin merupakan negara umat Islam yang sejak sekian lama
menyaksikan pertumpahan darah dan kezaliman yang dilakukan oleh
rezim Israel pada rakyat Palestina. Sejak sekian lama dapat disaksikan
penentangan dan perjuangan rakyat Palestin menentang kekerasan rezim
Israel ini dengan berbagai cara. Walaupun keadaannya nampak tidak
sebanding antara pejuang Palestina dengan tentera Israel namun atas
semangat dan keimanan yang kental untuk mempertahankan agama dan
negara dari penindasan yang terus-menerus dan mereka selalu bangkit tak
pernah menyerah untuk melawan rezim ini. Intifadah ataupun kebangkitan
rakyat yang berlaku di Palestin berawal pada bulan Disember 1987
merupakan satu peristiwa besar dalam sejarah umat Islam Palestina bahkan
seluruh dunia merasai kesan daripada kebangkitan besar-besaran ini.
Kebangkitan rakyat Palestina dalam peristiwa Intifadah ini bukanlah suatu
perencanaan atau strategi khusus dari individu atau organisasi manapun
akan tetapi intifadah ini muncul dengan sendirinya dan atas semangat
bersama menentang kezaliman dan akhirnya membawa kepada tercetusnya
peristiwa ini.

Intifadah di Palestina yang tercetus pada tahun 1987 menunjukkan di mana


rakyat Palestina telah sama-sama bangkit dan melawan Israel secara besar-
besaran. Bersatunya rakyat Palestin dalam peristiwa Intifadah ini
menjadikan kebangkitan yang terjadi merupakan kebangkitan seluruh
rakyat Palestina tanpa membedakan kasta dan umur. Seluruh tingkatan
umur telah sama-sama teribat, dari kanak-kanak hingga orang tua bahkan
golongan wanita juga tidak terkecuali memainkan peranan mereka dalam
kebangkitan ini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Intifadah ?
2. Faktor-Faktor Munculnya Intifadah ?
3. Bagaimana Intifadah Masjid Al-Aqsha?

C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami aarti dari Intifadah
2. Mengetahui Faktor-Faktor Munculnya Intifadah Warga Palestna
3. Mengetahui Intifadah Masyarakat Palestina Pada Masjid Al-Aqsha

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Intifadah
Intifadah yang berarti “pemberontakan” dalam bahasa Arab, adalah
nama untuk perjuangan yang dilakukan oleh sekelompok orang
Palestina yang bersenjatakan batu-batu melawan salah satu musuh
terbesar dunia, yaitu orang yang menjawab lemparan batu itu dengan
peluru, roket, dan rudal. Merekalah para kaum Israel, yang jarang
sekali ragu-ragu menjadikan orang yang tidak pernah melempar batu
sebagai sasaran mereka, bahkan mampu membunuh lusinan anak-anak
dengan cara tak berprikemanusiaan.

B. Kedudukan Rakyat Palestina Sebelum Intifadah


Palestina merupakan sebuah negara yang menjadi rebutan sejak
sekian lama oleh kaum kaum Zionisme Israel dan lahir berbagai isu
serta polimik yang menjadi tumpuan yang mendalam dimata dunia.
Sejak negara Israel dinyatakan resmi menempati dan berkependudukan
di Palestina pada tahun 1948 namun yang dilakukan terhadap negara
Palestina memperlihatkan kezaliman dan penindasan yang dilakukan
secara terus menerus terhadap rakyat Palestina setiap hari tanpa
memandang umur, perempuan bahkan laki-laki. . Semua lapisan
masyarakat di Palestin merasakan kepahitan dan kesengsaraan hidup
menghadapi kekejaman rezim Israel.
Kekejaman Israel dapat dilihat dalam satu siri pembunuhan terus-
menerus terhadap rakyat Palestina di Deir Yasin. Pembunuhan ini
terjadi pada 9 April 1948. dan menyebabkan kematian sebanyak 250
orang penduduk Muslim.1 Peristiwa ini terjadi sebulan sebelum negara
Israel resmi menjadi negara dan memperlihatkan keganasan mereka
sebagai bentuk perlawanan bagi Israel untuk melumpuhkan kaum
1
Mohd Roslan Mohd Nor (2008), Islamicjerusalem Under Muslim Rule: A Study of The
Implementation of Inclusive Vision on The Region, dlm. Jurnal Al-Tamaddun, bil. 3, Kuala
Lumpur: Jabatan Sejarah dan Tamadun Islam, Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya, h.
173.

3
Palestina dan mendirikan sebuah negara. Kekejaman Israel terhadap
rakyat Palestina di Deir Yasin tidak terhenti sampai situ saja. Tentara
Israel yang dikenal sebagai Irgun Zai Leumi telah mengambil mereka
yang selamat dan yang dibunuh termasuk wanita yang dimasukan ke
dalam trak serta dibawa dan dipamerkan di jalan-jalan sekitar
Jerusalem2. Hal ini memperlihatkan Israel menggunakan serangan
psikologi terhadap penduduk Palestina untuk memperlihatkan
kekuatan mereka dan menakut-nakutkan rakyat Palestina yang lain
supaya tidak bertindak menentang mereka.
Pendudukan dan penindasan terhadap rakyat Palestina ini dapat
dilihat sebagai salah satu usaha untuk menghapuskan rakyat Palestina
secara total dari bumi Palestina. Fakta ini jelas memperlihatkan
bagaimana awal pendudukan Israel di Palestina dalam tempo dua
tahun saja, dimulai pada 1948 hingga 1949, penduduk di 500 buah
bandar yang asalnya mempunyai populasi yang banyak hampir sejuta
orang dan kini hanya tinggal kira-kira 138 000 orang saja akibat
daripada keganasan yang dilakukan oleh tentera Israel dalam bentuk
pembunuhan dan pembakaran rumah-rumah mangsa yang terlibat 3.
Seperti yang terlihat pada peta ini;

2
Mohd Roslan Mohd Nor (2010), Konflik Israel-Palestin dari Aspek Sejarah Moden dan Langkah
Pembebasan dari Cengkaman Zionis, dlm. Jurnal Al-Tamaddun, bil. 5, Kuala Lumpur: Jabatan
Sejarah dan Tamadun Islam, Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya, h. 79. 4
3
Harun Yahya (2004), Palestin: Polisi Ganas Kerajaan Israel, dlm. Zaman Kegelapan Islam dan
Ketibaan Era Kebangkitan Islam, Johor: Perniagaan Jahabersa, h. 52.

4
Dari gambar peta diatas, jelas terlihat semakin hari semakin
sedikit wilayah yang dikuasai oleh Palestina karena Yahudi yang
merebut wilayah tersebut dengan alasan Palestina adalah kota yanag
dijanjikan.

C. Faktor-Faktor Munculnya Intifadah


Hakikat sebenarnya yang tidak dapat dinafikan oleh semua pihak
adalah penindasan dan kezaliman yang telah terjadi pada rakyat
Palestina sejak sekian lama dan ini merupakan faktor tercetusnya
peristiwa Intifadah ini. Tekanan dan halangan serta kesusahan dalam
menghadapi kehidupan sehari-hari menyebabkan timbul perasaan
untuk menentang dan menamatkan penindasan yang telah dilakukan di
atas tanah air mereka sendiri. Begitu juga dengan semangat dan
amarah rakyat Palestina terhadap Israel, yang telah dipendam lama dan
apabila sudah mencapai batasnya maka berlakulah suatu bentuk
kebangkitan yang telah mengejutkan berbagai pihak yang terjadi dalam
peristiwa Intifadah.
Tercetusnya pristiwa intifadah dibagi menjadi dua faktor yakni
faktor secara umum dan faktor secara khusus. Pertama, Faktor umum
terjadinya Intifadah di Palestina adalah kerana selalu terjadinya
kekerasan dan kezhaliman oleh tentera Israel terhadap rakyat Palestina
sejak sekian lama. Kedua, Faktor khusus adalah kerana penindasan
yang dilakukan terutamanya exploitasi terhadap sumber utama seperti
air, ekonomi, bangsa, kedudukan dan sebagainya. Dan faktor khusus
lah yang menjadi sebab utama terjadinya intifadah 1987 kerana adanya
pelanggaran yang menyebabkan kematian penduduk Palestina yang
ingin pulang ke Gaza dari bekerja di Israel.
Berhubungan dengan faktor umum yakni pembunuhan dan
penyiksaan, ini berawal dari sebuah kelompok di Eropa berkeinginan
untuk menguasai tanah ini (Yerussalem).  Dikenal sebagai Zionist, yaitu
mereka yang mewakili kaum minoritas ekstrim bangsa Yahudi. Zionisme
adalah bermakna khusus yaitu kepercayaan akan pentingnya membentuk
masyarakat Yahudi untuk memiliki pemerintahan sendiri di tanah Palestina

5
dan merealisasikan cita-cita kaum yahudi untuk kembali ke tanah sucinya al-
Muqaddash dan Zionisme adalah gerakan Yahudi yang berusaha dengan
segala cara guna mengembalikan masa ke emasan bani Israel dan
membangun kembali Haekal Sulaeman yang berada di Masjid al-Quds, serta
menguasai dunia dengan pemerintahan yang berpusat di al-Quds yang di
perintah oleh raja Yahudi yaitu al-Masih al-Muntazar. Dan kelompok Zionis
ini mempunyai prinsip bahwa:
1. Wilayah Palestina harus direbut dari tangan orang-orang Arab,
yang sudah menghuninya sejak ribuan tahun. Dengan cara
bahwa sebelum negara Israel berdiri harus memperoleh tanah
seluas mungkin di Palestina.
2. Penduduk Arab Palestina harus diusir dari tanah airnya. Sensus
di Inggris mencatat pada tahun 1922 terdapat 660, 651 orang
Arab Palestina dan 83,790 orang Yahudi di Palestina. Untuk
membaliknya, dilancarkan Yahudisasi Palestina dan imigrasi
besarbasaran oleh kaum Zionis.
3. Teror sistemik adalah cara yang paling efektif untuk
menyebarkan kepanikan di kalangan bangsa Palestina. Para
tokoh Zionis, sejak sebelum Israel berdiri sampai sekarang
sangat memahami fungsi teror sebagai cara paling mudah dan
murah untuk menghabisi nyali bangsa Palestina. Dengan
disertai mitos" Yahudi adalah bangsa Pilihan Tuhan”4.

Inilah yang menyebabkan terjadinya kekerasan dan


kezhaliman yang terus-menerus membabi buta. Ditambah lagi dari
faktor khusus yakni keganasan dan penindasan Israel pada
Palestina semakin menjadi-jadi ketika mereka resmi menjadi
negara yang berdaulat pada tahun 1948. Setiap persoalan tanah,
sumber air, ekonomi, bangsa dan kedudukan dan sebagainya
semuanya dieksploitasi oleh Israel dan menindas rakyat Palestina.
Menurut Profesor Israel Shahak penindasan Israel kepada rakyat
Palestin adalah bertujuan untuk kepentingan Yahudi bukannya

4
Amin Rais, “Timur Tengah dan Krisis Teluk; Sebuah Analisa Krisis” (Surabaya; Cv. Amarpress,
1990), h.10-11).

6
Israel itu sendiri kerana itu dapat dilihat apabila orang Palestina
yang tinggal di Israel tidak mendapat sedikit keuntunganpun jika
dibandingkan dengan orang Yahudi.

Pada tanggal 29 Nopember 1947 M. PBB mengeluarkan


resolusinya No. 2/181 yang mengharuskan pembagian wilayah
Palestina menjadi negara dan menjadikan kota al-Quds
(Yerusalem) sebagai kota Internasional). Negara Arab
mendapatkan luas wilayah 42,88%, dan Yahudi mendapatkan
56.47%. Dan daerah Internasional 0,65%. Dengan resolusi PBB ini
maka pada hakekatnya negara Israel telah lahir. Pada tanggal 11
Mei 1949, PBB menerima keanggotaan Israel dengan no. 273.
Dengan diterimanya Israel sebagai anggota PBB, maka resmilah
negara Israel sebagai negara berdaulat. Dangan demikian hubungan
antara Islam dan Yahudi semakin rumit dan tidak harmonis. Pada
tahun 2017 pemerintahan Amerika Serikat di bawah Donald Trump
secara sepihak, mengumumkan pemindahan ibukota Israel ke
Yerusalem.

Dikarenakan faktor-faktor itulah warga Palestina melakukukan


pristiwa Intifadah karena selalu mendapatkan serangan dan
penindasan tanpa hentinya dari kelompok Zionis Israel yang
menginginkan tanah yang dijanjikan (Yerussalem) terrsebut.

Peristiwa Intifadah di Palestina menurut bekas Perdana


Menteri Jordan Zayd alRifai merupakan suatu kebangkitan yang
terjadi dan tidak dapat dihalang5. Kenyataan ini dikeluarkan oleh
beliau kerana melihat kepada rakyat Palestina yang sudah tidak
dapat bertahan lagi di atas penindasan dan kekejaman yang
dilakukan terhadap mereka oleh tentera Israel. Penindasan dan
penyiksaan ini merupakan puncak dari kebangkitan yang terjadi.
Walaupun banyak pendapat yang menyatakan puncak kebangkitan
ini terjadi karena peristiwa kemalangan yang dirancang terhadap

5
Aryeh Shalev (1991), The Intifada: Causes and Effects, Israel: The Jerusalem Post, h. 15

7
pekerja Palestina yang pulang dari Israel namun secara umum
penindasan yang telah berlaku sejak sekian lama terhadap rakyat
Palestina terhadap negara mereka sendiri menjadi alasan
kebangkitan rakyat Palestin.

D. Pihak Yang Terlibat dalam Intifadah

Peristiwa Intifadah di Palestin menunjukkan bahwa ini terjadi


secara spontan dan secara tiba-tiba. Peristiwa ini bagaikan telah
dirancang sekian lama kerana keterlibatan semua pihak tanpa perlu
diarahkan sebagaimana pemimpin mengarahkan prajuritnya. Tanpa
memandang umur dan jenis kelamin, semua rakyat Palestin bersama-
sama untuk bersatu dan bangkit menentang Israel dengan segala
kekuatan yang ada walaupun meraka tidak sebanding dengan kekuatan
Israel yang jauh lebih besar dan kuat dengan kecanggihan senjata yang
mereka miliki.

Intifadah pertama menyaksikan golongan pelajar memainkan


peranan yang sangat banyak dan menjadikan dirinya sebagai pimpinan
dalam kelompok-kelopok serangan itu. Pemberontakan, serangan
langsung, pelemparan batu dan sebagainya banyak dipelopori oleh
golongan muda. Begitu banyak media berita yang melaporkan
kecederaan dan kematian di kalangan pemuda yang ditembak oleh
tentera regim Zionis. Pemuda Palestin yang terlibat bukan sahaja di
kalangan lelaki malah dikalangan wanita juga turut terlibat dan
dibunuh dalam pertempuran dengan tentera Zionis. Antara wanita yang
tercedera di dalam pertempuran tersebut adalah Hanan Beg berumur 18
tahun yang cedera ditembak dalam himpunan besar-besaran di Bait
Lahia.

Walaupun golongan anak muda menjadi barisan hadapan ataupun


golongan utama dalam usaha menentang Israel dengan senjata batu
mereka, golongan yang lebih tua turut memainkan peranan penting
dalam kebangkitan menentang Israel. Mereka yang kebanyakannya
telah bekerja melakukan boikot ke atas produk. Walaupun Israel

8
menguasai dan melakukan penindasan ekonomi ke atas rakyat Palestin,
namun usaha boikot ini berhasil dan mampu menggoyahkan Israel dan
menjadikan perjalanan ekonomi Israel agak perlahan sebanding, dan
sebelumnya hasil daripada boikot yang dilakukan juga menolak untuk
membayar cukai, mengeluarkan duit mereka daripada bank Israel dan
sebagainya.

E. Intifadah Al-Aqsa

Intifadah terakhir di mulai. Orang yang berada di pusat


kejadian adalah Ariel Sharon yang kemudian menjadi, dan masih
menjadi perdana mentri. Sharon dikenal oleh orang-orang Islam
sebagai seorang politisi yang gemar menggunakan kekerasan. Seluruh
dunia mengenalnya karena pembantaian yang dilakukannya atas orang-
orang Palestina, perilakunya yang sudah menghasut dan kata-katanya
yang kasar. Yang terbesar dari pembantaian-pembantaian itu terjadi 20
tahun yang lalu di kamp pengungsian Sabra dan Shatilla menyusul
serangan Israel pada bulan Juni 1982 ke Libanon. Dalam pembantaian
ini, sekitar 2000 orang tak berdaya dibunuh, mengalami siksaan hebat,
dan dibakar hidup-hidup. Tambah lagi banyak mayat yang dibakar atau
dipotong-potong dan tak terungkap.

Dunia Islam tidak akan pernah melupakan pembantaian ini atau


pembantaian lain yang dilakoni oleh militer Israel selama 50 tahun
terakhir. Karena alasan ini, kunjungan menghebohkan Sharon ke
Masjid Al-Aqsha jauh lebih penting dibandingkan yang dilakukan oleh
politisi Israel lainnya. Sharon dan partai Likudnya meneruskan
kebijakan ketatnya tidak mau menarik diri dari daerah pendudukan,
memperluas pemukimannya, dan menolak melakukan perundingan
tentang kedudukan tetap Yerussalem.

Berlanjut kekerasan ini terakhir dimulai ketika Sharon,


dibawah kawalan 1200 orang polisi, memasuki Masjid Al-Aqsha,
suatu tempat yang suci bagi muslimin. Masuknya Sharon ke tempat
suci ini, suatu perbuatan yang biasanya terlarang bagi non-Muslim,

9
dan ini adalah sebuah provokasi yang dirancang untuk mempertegang
keadaan yang sudah memanas dan memperbesar pertentangan.

Penghancuran Masjid Al-Aqsha Merupakan Tujuan yang


Sebenarnya

Untuk memahami pentingnya Masjid Al-Aqsha, Yerussalem dan


sekitarnya bagi orang-orang Israel, penting artinya meninjau wilayah ini
dari kacamata Zionis. Kepercayaan Yahudi yang telah dipolitisasi secara
radikal menilai bahwa masa yang dimulai dengan Zionisme akan berlanjut
hingga datangnya Al-Masih. Namun untuk mencapai tujuan ini, orang
Yahudi radikal percaya bahwa tiga kejadian penting harus terjadi :

1. Sebuah negara Israel merdeka harus didirikan di Tanah Suci dan


penduduk Yahudinya harus meningkat.
2. Yerussalem dicaplok pada tahun 1967 dalam perang Enam Hari
dan pada 1980, di umumkan sebagai “ibu kota abadi” Israel.
3. Satu-satunya syarat yang masih harus dipenuhi adalah
pembangunan kembali kuil (Haikal) Sulaiman yang dimusnahkan
19 abad yang lalu. Yang masih tersisa darinya adalah dinding yang
menjadi Tembok Ratapan.

Akan tetapi hari ini ada dua tempat iabdah Islam di atas tempat
ini: Masjid Al-Aqsho dan Qubah as-Sakhrah. Agar orang Yahudi dapat
membangun kembali kuil tersebut, kedua tempat ibadah ini harus
dihancurkan. Halangan terbesar melakukannya adalah umat Islam Dunia,
khususnya Palestina. Sepanjang mereka masih ada, orang-orang Israel
tidak dapat menghancurkan kedua tempat ini. oleh karena itu, alasan
sebenarnya berontakan yang akhir-akhir ini menjadi jalanan kembali
berdarah bisa ditemukan dalam impian Zionis ini.

Serangan Atas Masjid Al-Aqsha

Seperti dituturkan di atas, Masjid Al-Aqsha mempunyai derajat


kepentingan khusus bagi semua Yahudi, terlebih bagi Zionis. Karena
alasan ini Zionis bertempur demi Yerussalem yang murni dan berusaha

10
“memurnikannya” dari unsur Muslim dan Kristen. Menurut banyak
Yahudi fanatik, Masjid Al-Aqsha seharusnya dihancurkan sama sekali.
Meski kelihatannya semua Zionis sepakat dengan pandangan ini, beberapa
diantaranya menyandarkan diri pada alasan politis dan lainnya
menggunakan alasan keagamaan. Apapun alasannya, ada satu kenyataan
yang tak terhindarkan: Zionis menganggap bahwa keberadaan bahwa
keberadaan Masjid Al-Aqsha adalah hambatan besar bagi visi masa depan
mereka.

Dengan kenyataan ini, para Zionis radikal telah melakukan banyak


upaya untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsha. Serangan pertama
dilakukan oleh Rabbi Shlomo Goren, pendekatan pada angkatan bersenjata
Israel. Pada bulan Agustus 1967, kelompk-kelopok ini telah menyerang
Masjid Al-Aqsha lebih dari 100 kali, dan dalam serangan itu mereka telah
membunuh banyak orang Islam yang tengah menjlankan ibadah. Dan pada
tahun 1996, sebuah rencana baru Zionis untuk Masjid ini dilaksanakan.
Setelah gagal mencapai tujuannya dengan serangan bersenjata, para zionis
berusaha menghancurkana Masjid dari bawah dan mulai menggali
terowongan besar dibawahnya. Alasan mereka menggali adalah
“penelitian sejarah”.

Kejadian yang disebutkan diaras hanyalah beberapa contoh tentang


bagaimana Zionis radikal menjadikan Masjid Al-Aqsha sebagai sasaran
penghancuran. Rakyat Palestina mengemban tanggung jawab melindungi
tempat suci ini dan Yerussalem itu snediri atas nama umat Islam diseluruh
dunia dan adalah mereka yang langsung menanggung serangan ini. oleh
karena itu tanggapan mereka ats kunjungan Sharon yang menghebohkan
itu, yang ditampilkan seolah permainan politik, sangatlah penting.
Kekerasan yang di mulai oleh Sharon melecehkan Tanah Suci umat Islam
dengan kawalan 1200 tentara tidak menunjukan tanda-tanda mereda.
Angka-angka menunjukan dengan lugas tingginya derajat kekerasan, yang
dipelopori oleh Sharon ini, dan berlanjut dibawah kepemimpinannya.

Intifadah Al-Aqsha dalam Angka

11
Sejak hari pertama intifadah tahap kedua, tentara Israel
menanggapi lemparan batu orang-orang Palestina dengan serangan
helikopter, tank, dan senjata modern. Sejauh ini lebih dari 1000 warga sipil
kehilangan jiwanya dan hampir 20.000 terluka (karena intifadah masih
terus berlangsung, jumlah ini dipastikan akan terus meningkat). Rumah-
rumah dan taman Palestina masih dihancurkan oleh bulldozer-bulldozer
Israel, perekonomian Palestina menderita kerugian besar, dan sejumlah
50% lebih rakyatnya miskin. Sementara itu mereka, lebih dihambat lagi
dengan pembangunan balok semen, pemukiman baru dan jalan raya yang
dibangun untuk pemukiman6.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Intifadah di Palestin memperlihatkan satu kerjasama antara semua


peringkat usia yang bersatu mempertahankan agama dan negara
6
Harun Yahya, Palestina Intifadah dan Muslihat Israel, (Bandung: Islamic Book Service, 2003),
hal. 20-23

12
mereka Palestin. Seluruh tingkatan umur mempunyai sumbangsih
masing-masing dalam usaha perjuangan ini. anak-anak juga turut
terlibat dalam peristiwa Intifadah di Palestin. Walaupun masih dalam
usia yang kecil dan secara normalnya anak-anak lain mungkin tidak
berapa mengerti apa yang terjadi di sekeliling mereka, namun anak-
anak Palestin ini mempunyai jiwa yang besar dan kental sebanding
dengan usia mereka yang mungkin bagi kanak-kanak lain adalah masa
bermain dengan teman-teman yang lain.

Kejadian yang disebutkan diaras hanyalah beberapa contoh tentang


bagaimana Zionis radikal menjadikan Masjid Al-Aqsha sebagai
sasaran penghancuran. Rakyat Palestina mengemban tanggung jawab
melindungi tempat suci ini dan Yerussalem itu snediri atas nama umat
Islam diseluruh dunia dan adalah mereka yang langsung menanggung
serangan ini.

B. Pertanyaan
1. Apa Faktor yang menyebabkan Pristiwa Intifadah itu terjadi?
2. Apa saja Strategi yang dilakukan oleh kelompok Yahudi
radikal untuk dapat menghancurkan Masjid Al-Aqsha?

DAFTAR PUSTAKA

Yahya, Harun. (2003). Palestina Intifadah dan Muslihat Israel. Bandung:


Islamic Book Service.

Shalev, Aryeh . (1991). The Intifada: Causes and Effects. Israel: The Jerusalem
Post.

13
Rais, Amin. 1990. “Timur Tengah dan Krisis Teluk; Sebuah Analisa Krisis” .
Surabaya; Cv. Amarpress.

Mohd Nor , Mohd Roslan . (2010). Konflik Israel-Palestin dari Aspek Sejarah
Moden dan Langkah Pembebasan dari Cengkaman Zionis, dlm. Jurnal Al-
Tamaddun. Kuala Lumpur: Jabatan Sejarah dan Tamadun Islam, Akademi
Pengajian Islam, Universiti Malaya

Mohd Roslan Mohd Nor. (2008), Islamicjerusalem Under Muslim Rule: A Study
of The Implementation of Inclusive Vision on The Region, dlm. Jurnal Al-
Tamaddun, bil. 3, Kuala Lumpur: Jabatan Sejarah dan Tamadun Islam,
Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya.

Harun Yahya (2004), Palestin: Polisi Ganas Kerajaan Israel, dlm. Zaman
Kegelapan Islam dan Ketibaan Era Kebangkitan Islam, Johor: Perniagaan
Jahabersa

14

Anda mungkin juga menyukai