Anda di halaman 1dari 8

RAGAM KEPERCAYAAN DALAM

BUDAYA KEHIDUPAN KALIMANTAN

A. pendahuluan
Dalam kehidupan manusia, setiap orang memiliki kepercayaan sesuatu.
Banyak hal yang mengakibatkan timbulnya kepercayaan dalam kehidupan
manusia. Salah satu penyebab timbulnya kepercayaan pada manusia adalah
disebabkan oleh pengalaman hidup yang dimulai dengan menyesuaikan dirinya
dengan yang sudah ada sebelumnya1. Di Indonesia, banyak manusia percaya
bahwa kepercayaan nenek moyang adalah sesuatu yang harus dipertahankan
karena merupakan peninggalan dan tradisi yang tidak boleh dilupakan.
Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa di dunia yang paling
majemuk. Realitas kemajemukan bangsa Indonesia tercermin secara nyata dari
banyaknya etnis seperti etnis jawa, sunda, banjar,makasar, madura, dll. Yang
semuanya berjumlah lebih dari 300 etnis, masing-masing etnis mempunyai bahasa
daerah, adat istiadat, tradisi, seni dan budaya sendiri dengan identitas khas yang
berbeda satu sama lain2. Dari segi keagamaan dan kepercayaan, bangsa Indonesia
juga memperlihatkan kemajemukan yang sangat kaya dan variaf. Karena
kepercayaan-kepercayaan itu muncul dan berkembang dilokalitas dengan latar
belakang kehidupan, adat istiadat, tradisi dan kultur yang berbeda-beda, dapat
dipastikan bahwa masing-masing kepercayaan lokal itu memperlihatkan ciri-ciri
khas yang berlainan. Dengan kata lain, suatu kepercayaan lokal yang terdapat di
suatu daerah akan berbeda dengan lokal yang ada di daerah lainya. Salah satunya
dalah pulau kalimantan yang merupakan pulau terbesar yang ada di Indonesia dan
didalamnya terdapat masyarakat dengan berbagai etnis, adat istiadat dan tradisi.
Masyarakat Kalimantan termasuk tipikal masyarakat multikultural,
keberagaman etnis, agama dan ragam budaya lokal menjadi aset bagi daerah yang
dijuluki Borneo. Keanekaragaman budaya yang perlu dilestarikan dan
dipertahankan, yakni kekayaan nilai nilai khazanah budaya masyarakat
Kalimantan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satunya dilihat
secara objektif dengan nilai-nilai agama kepercayaan yang dianut, seperti
Animisme, Monoteisme (Kristen dan Islam), Politeisme, bahkan Atheis. Dan juga
terdapat tiga suku yang mendiami pulau Kalimantan yaitu suku Dayak, Suku
Banjar dan suku pendatang. Dalam hal inilah perpaduan nilai-nilai agama dan
budaya di mana masyarakat Kalimantan yang religius mampu memelihara
budayanya.
Dalam dasar inilah bahasan ini akan mengkaji tiga pokok bahasan: pertama,
ragam kepercayaan manusia. Kedua, budaya mempengaruhi kepercayaan. Ketiga,
ragam budaya pulau Kalimantan.

1
Allan Menzies, History Of Relegion, (Yogyakarta: INDOLITERASI, 2015) hal. 19
2
Ismail, Dinamika Perkembangan Sistem Kepercayaan Agama Lokal di Indonesia,
(Jakarta: Badan LITBANG dan Kemenag RI, 2012)

1
B. Pembahasan

1. ATHEIS PADA SUKU DAYAK PRIMITIF


Atheisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak mempercayai
keberadaan tuhan atau dewa-dewi. Dalam bukunya yang barjudul Philosophy of
Relegion, John H. Hick mengatakan “Atheism (no-God-ism) is the belief that
there is no God of any kind”3. Pengalaman juga mempengaruhi kepercayaan,
inilah sebabnya mereka menjadi ateis, karna gagal dalam memahami keberadaan
tuhan dan berpaling dengan adanya dimensi religious. Bagi Nietzsche dan Sartre
dimensi relegius bukan hanya tidak perlu, tapi juga tanda sikap yang tidak jujur.
Bagi Santre manusia bertanggung jawab atas diri sendiri, memiliki kebebasan
yang tidak dimiliki4. Pada akhirnya ateisme menjadi suatu pilihan dimana manusia
memiliki sesuatu hal untuk dapat merasa bebas menentukan sikap dan nilai-
nilainya sendiri dari suatu bentuk kekuatan yang mengekang kebebasan tersebut.
Dan ini terjadi pada sebagian suku Dayak primitive Kalimantan, khususnya
perbatasan antara Kalimantan Selatan dam Kalimantan Timur. Mereka takut
dengan peradaban manusia modern. Karna bagi mereka kehidupan modern telah
merusak alamnya, yang sudah susah payah mereka merawatnya. Hidup dalam
perspektif mereka hanya untuk bertahan diri dan hidup dalam kedamaian, tiadak
percaya adanya tuhan atau yang maha tinggi.

2. ANIMISME AWAL KEPERCAYAAN


Animisme berasal dari bahasa latin anima, artinya nyawa (roh). Tylor, orang
yang pertama-tama mempelajari alam ruh pada bangsa-bangsa yang masih
primitive (sederhana). Berpendapat bahwa animism adalah kepercayaan adanya
ruh pada benda-benda, batu-batu, pohon-pohon, tumbuh-tumbuhan, binatang,
manusia, dan semua makhluk yang ada didunia. Dengan kata lain Animisme
mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik benda yang bernyawa maupun tidak
bernyawa mempunyai roh. Pengertian roh menurut masyarakat primitif sangat
berbeda dengan pengertian masyarakat modern. Mereka belum mampu
membayangkan kalau roh itu merupakan sesuatu yang immateri, mereka
menganggap roh sebagai sesuatu yang tersusun dari materi yang sangat halus
sehingga roh itu memiliki bentuk umur, emosi dan memiliki kekuatan serta
kehendak. Sehingga masyarakat primitive harus selalu menjaga hubungan mereka
dengan makhluk kepercayaannya (roh) dengan memberikan sesajian. Budaya
Kalimantan: Suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai senjata khas yang
disebut mandau. Dalam kehidupan sehari- hari senjata ini tidak lepas dari dirinya.
Artinya, kemanapun mereka pergi mandau selalu dibawa, karena mandau juga
perfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan) orang Dayak. Mandau di
percaya memiliki tingkat tingkat keampuhan atau kesaktian. Kekuatan saktinya itu
tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual
tertentu, tetapi juga dalam tradisi pengayauan (Pemenggalan kepala lawan).
Semakin banyak orang yang berhasil dikayau, maka mandau yang digunakannya
semakin sakti, dan sebagian rambutnya digunakan untuk menghias gagangnya.
3
John H. Hick, Philosophy of Relegion, (Delhi: Dolhi Kindersley, 2009), p. 15
4
Franz Magnis-Suseno, Manalar Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), p.93

2
Mereka percaya bahwa orang yang mati karena dikayau, maka rohnya akan
mendiami mandau sehingga mandau tersebut menjadi sakti.

3. POLITEISME
Politeisme berasal dari bahasa Yunani poly dan theo, yang artinya mengakui
dan mempercayai banyak Tuhan. Politeisme adalah keyakinan, umum di antara
orang-orang kuno dan mencapai ekspresi klasik di Barat di Yunani kuno dan
Roma.5. Ini adalah suatu paham yang menekankan bahwa alam semesta ini di atur
dan dikuasai oleh beberapa dewa-dewi. Seperti Dewa Api, Dewa Laut, Dewa
Bumi dan masuh banyak lagi yang lainnya. Masyarakat Yunani purba menganut
paham politeisme. Mereka menyembah banyak dewa. Pandangan Politeisme di
Indonesia adalah hal yang sudah tidak asing lagi. Karena di Indonesia memiliki
banyak kepercayaan atau agama tertentu, di mana salah satu agama yang bersifat
politeisme adalah Hindu. Disebut politeisme karena dalam kepercayaanya terdapat
banyak dewa yang harus di sembah oleh umatnya. Yang dipercaya mampu
memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan untuk para pengikutnya. Politeisme
ini terdapat pada suku Kalimantan yang dulunya sebagai penganut pahan
animism. Budaya Kalimantan: Bapalas Bidan, yakni suatu upacara pemberkatan
yang dilakukan oleh bidan terhadap si bayi dan ibunya. Upacara ini dilakukan
oleh masyarakat Dayak Meratus Kalimantan Selatan. Pada umat beragama Hindu
melaksanakannya dengan membaca mantra-mantra. Setelah bayi lahir mereka
akan melaksanakan upacara Bapalas Bidan yakni memberi hadiah (piduduk)
berupa lamang ketan, sumur-sumuran (aing terak), beras, gula, dan sedikit uang
kepada bidan atau balian yang menolong. Upacara bapalas bidan biasanya
dilakukan ketika bayi berumur 40 hari. Bapalas bidan selain balas jasa terhadap
bidan, juga merupakan penebus atas darah yang telah tumpah ketika melahirkan,
diharapkan agar tidak terjadi pertumpahan darah yang diakibatkan oleh
kecelakaan atau perkelahian di lingkungan tetangga maupun keluarga.
4. MONOTEISME PADA KRISTEN DAN ISLAM
Secara etimologi monoteisme berasal dari bahasa Yunani monos (satu,
tunggal) dan theos (Tuhan). Artinya bila disimpulkan dalam pemahaman agama,
monoteisme adalah suatu faham yang mengajarkan bahwa Tuhan itu satu,
sempurna, tak berubah, pencipta seluruh alam semesta, mewajibkan kebaktian
terhadap satu entitas tertinggi. John H. Hick dalam bukunya juga mengemukakan
bahwa “Monotheism is the belief that there is but one supreme being who is
personal and moral and who seeks a total and unqualified response from human
creatures”6. Dan monoteisme merupakan lawan dari politeime. Politeisme
merupakan kebaktian yang tertuju pada banyak dewa-dewi, sedangkan
monoteisme merupakan kebaktian kepada satu entitas tertinggi (satu Allah) 7.
Dalam bukunya Philip Wilkonson yang berjudul Relegion dikatakan “Christianity,
and Islam are monotheistic religion”8. Dalam kepercayaan umat kristiani keesaan

5
John H. Hick, Philosophy of Relegion, (Delhi: Dolhi Kindersley, 2009), p. 16
6
Ibid, p.16
7
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 2005), p.39
8
Philips Wilkinson, Relegion, (London, Dorling Kindersley, 2009), p.59

3
Allah yang ditunggal dinyatakan melalui wakilnya yang berupa Tuhan Bapak,
Ibu, dan Roh Kudus, ketiganya merupakan penjelmaan dari yang maha Esa 9.
Ketiga unsur ini pada hakikatnya adalah satu, atau secara umun menyebutnya
sebagai Three in one or one in three10. Salah satu pendapat yang mengindikasikan
adanya kepercayaan monoteisme Kristen yaitu ungkapan; “The Lord our God, the
Lord is one”11. Ayat lain yang dijadikan pijakan kemonoteisan Kristen, yaitu “Aku
dan Bapa adalah satu” (Yohanes: 10:30). Sebenarnya pandangan yesus kristus
diantara umat Kristen sendiri masih rancu dan berbeda-beda antara satu dan yang
lainnya. Hal ini disebabkan tidak ada pernyataan eksplisit yang menyatakan
bahwa “yesus kristus adalah Allah” atau “Allah adalah Yesus kristus”. Sehingga
para Uskup sebagai wakil Tuhan berkumpul di Nikea pada th 325 M yang didanai
oleh kaisar Roma untuk membuat ketetapan tentang Yesus dan relasinya dengan
Allah. Akhirnya mereka membuat syahadat Nikea bahwa Yesus juga Tuhan yang
harus dipercaya12. Dan ini seperti yang sudah disebutkan dalam alkitabiah dengan
ayat yang berbunyi “kata yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam
kitab Taurak kamu: Aku telah berfirman: kamu adalah Allah? Jikalau mereka
keapada siapa firman itu disampaikan disebut Allah sedang kitab suci tidak dapat
dibatakan, masihkah kamu berkata kepada dia yang dikuduskan oleh Bapa dan
yang telah diutusnya kedunia: engkau menghujat Allah! Karna aku berkata: Aku
anak Allah? (Yohanes 10: 34-36). Agama-agama monoteis memiliki kandungan
kekerasan yang mencelakakan manusia. ciri-ciri agama ini ialah percaya kepada
tuhan sebagai “yang satu-satunya” yang menuntut kepercayaan absolut. Karna itu
kebebasan manusia tidak mungkin dapat berkembang. Manusia terlalu dikekang
dengan hukum-hukum yang selalu ditundukkan13. Dan ini terjadi pada agama
Kristen yaitu Kristen Tauhid, istilah ini hanya digunakan di Indonesia. Kristen
Tauhid memiliki Identitas kepercayaanya akan satu Tuhan. Para pendiri ini
beranggapan bahwa doktrin-doktrin tertentu dalam agama Kristen tak mempunyai
dasar yang cukup dalam alkitab. Sebagian justru tidak berdasar sama sekali. Yang
paling mencolok adalah doktrin Trinitas. Francis David bahkan berpendapat
bahwa hal ini hanyalah pelajaran tambahan dari konsili-konsili gereja yang sangat
dipengaruhi oleh filsafat Yunani popular masa itu14. Namun, kepercayaan
monoteisme ini sangatlah berbeda sekali dengan istilah tauhid yang di kenal
dengan Islam, yang mempunyai makna menjadikan Allah sebagai satu-satunya
Tuhan dan tidak ada Tuhan lain kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.

9
Henry C. Theiessen rev. Vernon D. Doerksen, Teologi Sistematika, (Malang: Yayasan
Penerbit Gandum Mas, 1997), cet. 4, p. 138
10
Philips Wilkinson, Relegion…, 90.
11
Geoffrey Parrinder, A Concise Encyclopedia of Christianity, (Oxford: oneworld, 2007),
p. 167
12
Eric H.H Chang, The Only True God sebuah Kajian Monoteisme Alkitabiah, pent:
Joanna Cakra et. All, (Semarang: Borobudur, 2012), p. 37-38
13
Charless Kimball, Kala Agama Jadi Bencana, pent: Nurhadi, (Bandung: Mizan, 2002),
p. 23-24
14
Pengantar dalam Ellen Kristi, Bukan Allah Tapi Tuhan, (Semarang: Sadar Publication,
2005), p. vii-viii

4
Islam adalah kepercayaan pada satu Tuhan dan bahwa Muhammad adalah
nabi-Nya15. Islam tidak mengenal dualisme ataupun trinitanisme, sebagaimana
yang ada pada agama Kristen. Tuhan dalam Islam tetap dipelihara
transendensinya dalam bentuk tauhid uluhiyyah, dan dipelihara imanensinya
dalam bentuk tauhid rububiyyah16. Dalam artian tauhid dalam Islam
membersihkan segala istilah-istilah dan penyebutan yang dapat menyekutukan
Allah, baik sebagai sang pencipta maupun sang pengatur segala makhluk-Nya.
Karena apabila ia memakai istilah atau penyebutan Tuhan Bapa, Ibu, dan anak, ini
akan mengakibatkan kerancuan. Sebab setiap bapa atau ibu akan melahirkan
maupun dilahirkan. Beranak dan diperanakan menjadikan adanya sesuatu yang
keluar darinya, dan ini mengantarkan kepada terbaginya zat Tuhan, bertentangan
dengan arti Esa dan juga bertentangan dengan sifat-sifat Allah yang lainya, anak
dibutuhkan oleh makhluk berakal untuk melanjutkan eksistensinya atau
membantunya, sedangkan Allah kekal selama-lamanya dan tidak memerlukan
bantuan17. Seperti yang sudah tertulis dalam kitab suci al-Qur’an:
“Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah yang maha Esa, Allah tempat
meminta Segala sesuatu, Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakan,
dan
tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia”18.
Ini karena esensi dari islam itu sendiri adalah Tauhid. Tauhid secara sederhana
artinya pengesaan Tuhan. Suatu Tindakan yang mengesakan Allah sebagai yang
Esa, pencipta yang mutlak dan transenden, dan segala yang ada 19. Dalam Kitab
suci al-Quran Allah telah berfirman:
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yanag maha Esa, tidak ada tuhan melainkan
Dia
yang maha pemurah lagi maha penyayang”20.
Tauhid merupakan inti dari semua risalah nabi dan rasul, mereka mendapatkan
amanah dari Allah untuk menyampaikan ke-Esaan Allah (Tauhidullah). Substansi
itu dapat dilihat dari kalimat “Laa Ilaaha Illa Allah”. Dan ini terdapat dalam
Syahadat umat Islam yang merupakan rukun keislamannya. Ibarat rumah tauhid
(beislam) adalah pintu dan syahadat adalah kuncinya, maka tidak bisa seseorang
masuk secara baik dan benar tanpa pertama kali harus membukanya dengan kunci
yang semestinya. Ini membuktikan bahwa al-Qura’an dan hadits menyajikan
kepercayaan pada Tuhan dengan cara yang logis, dan terbukti dengan sendirinya
bagi siapapun yang benar benar menggunakan akalnya21. Budaya Kalimantan:

15
Philip Wilkinson, Relegion, (London: Dorling Kindersley, 2008), p. 157
16
Ibid, 52
17
M. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah, (Jakarta: Lentera, 2009), p. 722-723
18
Surah al-Ikhlas (114: 1-4)
19
Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1988), p. 16
20
Surah al-Baqarah (2: 163)
21
Saiyad Fareed Ahmad et. All, 5 Tantangan Abadi Terhadap Agama, (Bandung: Mizan,
2008), p. 58

5
Mayoritas terbanyak pemeluk agama Islam di pulau Borneo adalah pulau
Kalimantan Selatan. Salah satunya adalah budaya “Baayun Mulud” (mengayun
anak). Tradisi ini percampuran antara budaya Banjar dengan memasukan nilai-
nilai religi “Pelaksanaannya pada bulan maulud” sebagai tanda bahwa masyarakat
bersyukur dan berharap bahwa anaknya bisa menerima berkah dan meneladani
akhlak sang baginda Nabi Muhammad SAW. Baayun Maulud merupakan salah
satu diantara beberapa tradisi yang dapat dimaknai sebagai suatu upaya untuk
menyampaikan ajaran islam dengan mengakomodir budaya lokal. Saat ini, tradisi
sering di selenggarakan secara massal dan dijadikan agenda budaya tahunan khas
Kalimantan Selatan.

6
C. Kesimpulan
Kepercayaan sangat berpengaruh pada budaya masyarakat. Budaya
merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di
alam ini. Dengan kemampuan akal pikiran yang dimiliki, manusia mampu
menciptakan sebuah kebudayaan dari Kepercayaan. Berbagai macam
kepercayaan yang beredar dikehidupan manusia diantaranya animisme, yang
mana ini awal kepercayaan mereka terhadap adanya yang maha tinggi, mereka
percaya bahwa semua benda mempunyai roh yang dapat menyejahterakan
mereka. Berikutnya politeisme, yang mana masyarakat percaya bahwa
keberadaan alam ini terjadi karena adanya daya sacral dari dewa-dewi.
Terakhir yaitu monoteisme, masyarakat percaya bahwa tuhan mereka
hanyalah satu, namun pada agama Kristen mereka mewakilkan trinitas (Tuhan
Bapa, anak, dan Roh Kudus) dalam satu eksistensi Yang Maha Esa. Berbeda
dalam agama Islam, Tuhan dalam agama Islam sangat di pelihara transendensi
dalam bentuk tauhid uluhiyyah dan imanensinya dalam bentuk tauhid
rububiyyah.
Keberagaman kepercayaan ini ada wujudnya dalam pulau Kalimantan
(Borneo), yang menyatukan antara kepercayaan dan budaya. Sehingga
terdapat beberapa suku yaitu suku Dayak, Banjar dan pendatang yang
mencampurkan antara kepercayaan dan kebudayaan setempat. Seiring
perkembangan zaman, kini masyarakat yang pada awalnya tidak percaya
adanya Tuhan, kini sedikit demi sedikit telah merubah pola kepercayaannya.
Namun inilah yang menjadikan mereka bersatu walau berbeda suku, inilah
wujud nyata “Bhineka Tunggal Ika”. Pada akhirnya pulau Kalimantan
menjadi salah satu pulau yang mempunyai keberagaman budaya etnis.

7
Daftar Pustaka
Menzies, Alan. 2015. History Of Relegion. (Yogyakarta: INDOLITERASI).
Ismail. 2012. Dinamika Perkembangan Sistem Kepercayaan Agama Lokal di
Indonesia. (Jakarta: Badan LITBANG dan Kemenag RI).
Hick, John H. 2009. Philosophy of Relegion. (Delhi: Dolhi Kindersley).
Suseno, Franz Magnis. 2006. Manalar Tuhan. (Yogyakarta: Kanisius).
Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. (Jakarta: Gramedia).
Wilkinson, Philips. 2009. Relegion. (London, Dorling Kindersley).

Theiessen, Henry C. rev. Vernon D. Doerksen. 1997. Teologi Sistematika.


(Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas).

Parrinder, Geoffrey. 2007. A Concise Encyclopedia of Christianity. (Oxford:


oneworld).

Chang, Eric H.H. 2012. The Only True God sebuah Kajian Monoteisme
Alkitabiah. pent: Joanna Cakra et. All. (Semarang: Borobudur).

Kimbal, Charless. 2002. Kala Agama Jadi Bencana. pent: Nurhadi. (Bandung:
Mizan).

Kristi, Ellen. 2005. Bukan Allah Tapi Tuhan. (Semarang: Sadar Publication).

Shihab, M. Quraish. 2009. Tafsir al Misbah. (Jakarta: Lentera).

Raji Al-Faruqi, Ismail. 1988. Tauhid. (Bandung: Penerbit Pustaka).

Ahmad, Saiyad Fareed et. All. 2008. 5 Tantangan Abadi Terhadap Agama.
(Bandung: Mizan).

Anda mungkin juga menyukai