Anda di halaman 1dari 5

Dampak Covid19 Terhadap

Perekonomian Dunia &Kebijakan


yang Tepat oleh Pemerintah

 Dampak Covid19 Terhadap Perekonomian


Dunia
Penyebaran Corona (COVID-19) menjadi perhatian serius seluruh dunia. Sampai saat ini,
belum ada vaksin yang mampu menghentikan penyebarannya, sehingga berdampak buruk bagi
pertumbuhan ekonomi dunia.Sebelum Corona menyebar, beberapa lembaga internasional
memprediksi laju ekonomi dunia melemah karena beberapa faktor global, seperti perang
dagang, geopolitik, dan lainnya. Kehadiran Corona sekarang ini dianggap sebagai dampak
tambahan yang akan melemahkan pertumbuhan ekonomi dunia.
Pertanyaannya, apakah Corona bisa melumpuhkan ekonomi dunia? Direktur Riset Core
Indonesia Piter Abdullah mengatakan potensinya sangat sedikit. Sebab, beberapa negara sudah
merespons gejala tersebut dengan kebijakan-kebijakannya.“Kalau bicara potensi, iya bisa jadi
ada, tapi kecil kemungkinannya,” kata Piter Menurut Piter, virus Corona bisa melumpuhkan
ekonomi dunia jika dikategorikan pandemik. Pandemik di sini maksudnya penyakit menular yang
mengancam banyak orang di dunia secara bersamaan.
Berdasarkan analisis EUI, kebijakan karantina, penyakit, dan sentimen negatif konsumen
dan bisnis saat ini akan menekan jumlah permintaan pasar dunia. Pada saat yang sama,
penutupan beberapa pabrik di beberapa negara akan mengganggu rantai pasokan dan
menciptakan kemacetan pasokan.Untuk perekonomian Amerika Serikat (AS), analis menilai
kecenderungan AS yang kurang bergantung pada perdagangan eksternal dibandingkan beberapa
negara lain dapat membantu menghambat dampak perlambatan permintaan global.

Meski demikian, ancaman besar tetap berlaku jika virus menyebar dengan cepat di AS.
Apabila hal tersebut terjadi, pendapatan perusahaan domestik bakal terbebani yang berdampak
negatif pada penciptaan lapangan kerja dan mengerek angka pengangguran.Tak hanya AS,
prospek pertumbuhan ekonomi Eropa juga diprediksi semakin suram karena penyebaran virus
corona yang meningkat pesat di negara-negara besar seperti Italia, Spanyol, Prancis dan
Jerman.Analis menilai langkah-langkah pengendalian yang diambil sebagai tanggapan
peningkatan kasus di negara-negara besar tersebut akan menghambat pertumbuhan
perekonomian di Eropa secara keseluruhan.
"Kami memperkirakan ketidakpastian ekonomi di Eropa akan bertahan hingga Juni,
meredam sentimen bisnis, konsumsi barang-barang non-esensial rumah tangga, dan aktivitas
perjalanan dan pariwisata. Langkah-langkah karantina dan upaya menjauhkan publik akan
meluas," ungkapnya.Untuk Amerika Latin dan Karibia, dampak virus corona akan bervariasi
sesuai dengan ketergantungan suatu negara pada perdagangan dan komoditas. Bagi pengekspor
komoditas besar Amerika Selatan, kejutan dari berkurangnya permintaan global, terutama dari
mitra dagang utama seperti Cina dan Uni Eropa.
Selain itu, EIU memperkirakan dampak wabah covid-19 akan melanda Timur Tengah dan
Afrika melalui efek redamnya pasar minyak dan komoditas. China yang menyumbang sekitar
sepertiga dari permintaan konsumsi minyak baru, membuat proyeksi perlambatan ekonomi di
China.Ujung-ujungnya harga minyak terus jatuh."Produksi dan harga minyak yang lebih rendah
juga akan membebani kinerja ekonomi di negara-negara pengekspor minyak dan wilayah yang
lebih luas," tuturnya.
Sementara itu, dibandingkan wilayah lain di dunia, analis menilai perekonomian negara
di kawasan Asia berpotensi menjadi yang paling terpukul, terutama China."Kami percaya bahwa
pertumbuhan PDB riil China hanya akan mencapai 4,5 persen tahun ini dari perkiraan 6,1 persen
pada 2019," tutur analis.Pertumbuhan negara di luar China akan semakin tertahan, terutama
karena permintaan impor China yang turun dan tindakan pengendalian virus
domestik.Berdasarkan analisa EIU, terdapat dua saluran utama yang menjadi sumber
perlambatan ekonomi di Asia. Pertama, pelemahan arus masuk pariwisata, terutama negara-
negara yang menarik sebagian besar wisatawan dari China, seperti Hong Kong, Taiwan, Thailand,
Korea Selatan, Singapura, Malaysia dan Sri Lanka. Kedua, gangguan pada rantai pasokan industri
yang sebagian besar bergantung pada manufaktur China. Negara yang bakal mengalami dampak
terbesar untuk faktor ini adalah Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan, Filipina dan Thailand.

2
 Kebijakan Pemerintah Menangani Covid19
Berikut beberapa intstruksi terbaru Presiden Jokowi mengenai penanganan COVID-19 di
Indonesia.

1. Jokowi meminta laporan tentang detail aturan PSBB, serta meminta pemerintah pusat dan
daerah satu visi.(Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Dalam ratas hari ini, Jokowi meminta laporan pada Ketua Tim Gugus Tugas COVID-19, Doni
Monardo, tentang peraturan Pembebasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ada di Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 Tahun 2020. Lalu, Jokowi mengingatkan lagi agar
kepala daerah untuk satu visi dengan pemerintah pusat dalam menangani virus
corona."Kemudian juga pentingnya kerja sama antara pusat dan daerah, sehingga komunikasi
pusat dan daerah betul-betul selalu dilakukan, sehingga semuanya kita memiliki satu visi,
memiliki satu garis yang sama dalam menyelesaikan COVID-19 ini," tutur Jokowi.

2. Pembebasan napi hanya untuk narapidana umum, bukan untuk koruptor.(Dok. Biro Pers
KeprDalam ratas tersebut, Jokowi menyinggung tentang kebijakan pemerintah membebaskan
narapidana dari lapas. Jokowi pun menegaskan bahwa kebijakan tersebut hanya berlaku bagi
narapidana umum, bukan untuk narapidana korupsi."Jadi mengenai PP 99/2012 tidak ada revisi
untuk ini. Pembebasan napi hanya untuk napi pidana umum," ujar Jokowi.

Berkaca dari negara-negara lain yang telah membebaskan para narapidana guna mencegah
penyebaran virus corona, Jokowi mengatakan Indonesia juga akan melakukan hal itu. Ia
mengaku telah menyetujuinya."Kita juga minggu lalu saya sudah menyetujui agar ada juga
pembebasan napi karena lapas kita yang over kapasitas, sehingga sangat berisiko mempercepat
penyebaran COVID-19 di lapas-lapas kita," kata Jokowi.Namun, lanjut Jokowi, para narapidana
yang dibebaskan tentu harus melalui syarat. Kriteria pengawasan juga akan ada bagi napi yang
dibebaskan."Tetapi tidak bebas begitu saja, tentu ada syaratnya, ada kriterianya dan juga
pengawasannya. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa mengenai napi koruptor tidak pernah
kita bicarakan dalam rapat-rapat kita," tegas Jokowi.

3
3. Pemeriksaan sampel COVID-19 di laboratorium harus dipercepat
Selain itu, Jokowi juga meminta agar pemeriksaan sampel laboratorium mengenai virus
corona dipercepat. Hal itu penting agar pasien yang negatif dan positif bisa segera
diketahui."Kecepatan pemeriksaan di laboratorium agar didorong lagi, ditekan lagi, agar lebih
cepat dan kita harapkan dengan kecepatan itu kita bisa mengetahui siapa yang telah positif dan
siapa yang negatif," kata Jokowi.

4. Jokowi minta tes PCR dan rapid test diprioritaskan bagi pasien ODP, PDP, dan tenaga medis.
Kemudian, Jokowi juga mengingatkan kembali agar rapid test dan tes PCR diprioritaskan
bagi pasien ODP dan PDP, serta tenaga medis dan keluarganya."Saya betul-betul minta agar tes
PCR, pelaksanaan rapid test betul-betul diberikan untuk orang-orang yang berisiko tinggi, baik
untuk dokter dan keluarganya, sekali lagi untuk yang PDP, ODP," ucap dia.

5. Prioritaskan pengawasan distribusi APD hingga ke daerah


PSelain itu Jokowi meminta agar pengadaan dan distribusi alat perlindungan diri (APD)
menjadi prioritas dan perhatian. Jokowi juga menegaskan agar pendistribusian APD ke daerah
agar dipantau dengan benar."Kita sudah mendistribusikan misalnya ke sebuah provinsi di
daerah, tapi di daerah itu harus diawasi apakah sudah didistribusikan ke rumah sakit," ujar dia.

6. Masyarakat yang keluar wajib kenakan maskerBantuan APD untuk RS rujukan


COVID-19 di KaltiMantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan bahwa masyarakat yang keluar
rumah wajib mengenakan masker. Ia pun meminta menterinya agar menyediakan stok masker
yang banyak untuk diberikan kepada masyarakat."Terakhir saya melihat, membaca bahwa WHO
menganjurkan agar semuanya memakai masker, saya minta penyiapan masker ini sekarang ini
betul-betul disiapkan dan diberikan kepada masyarakat," tutur Jokowi.Dia juga menginginkan
agar informasi mengenai perkembangan virus corona disampaikan kepada masyarakat. Hal itu
bertujuan agar masyarakat tahu sudah berapa negara yang terkena virus corona dan berapa
jumlah kasus yang positif."Sudah 207 negara yang terdampak, mestinya ada yang
menyampaikan mungkin bukan dari kita tapi perlu disampaikan mengenai 10 negara dengan
kasus tertinggi," kata Jokowi.

Amerika Serikat sekarang sudah 305 ribu, Italia 119 ribu, Spanyol 117 ribu , Jerman 85 ribu,
RRT 83 ribu, Prancis 63 ribu, Iran 53 ribu, Inggris 38 ribu, Turki 20 ribu, Swiss 19 ribu.Jokowi

4
mengatakan itu penting disampaikan agar masyarakat tahu bahwa bukan hanya Indonesia yang
terdampak virus corona."Biar kita semua memiliki gambaran penyakit ini bukan hanya di
Indonesia, tapi di 207 negara dan kasus-kasusnya disampaikan di 10 negara tertinggi ini setiap
hari atau dua hari sekali disampaikan tapi sekali lagi bukan dari kita," ucapnya.

7. Hitungan realokasi dan refocusing APBD untuk bantuan sosialAktivitas buruh di Gudang
BuloJokowi juga memerintahkan penghitungan berapa persen provinsi, kabupaten, kota yang
melakukan rdfealokasi dan refocusing anggaran di APBD. Hal itu penting untuk bantuan sosial pada
masyarakat yang terdampak virus corona."Karena ini penting sekali, jangan sampai kita terlambat
terutama yang berkaitan dengan jaring pengaman sosial agar segera dinikmati masyarakat," tutur
Jokowi

Anda mungkin juga menyukai