Anda di halaman 1dari 44

Asuhan Keperawatan Pada An.

A dengan Prioritas Masalah


Kebutuhan Dasar Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi di
Lingkungan 1 Kelurahan Sari Rejo
Kecamatan Medan Polonia

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh:
MINAH SARI
142500006

PROGRAM STUDI DIII


KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAhIAN PERN3’ATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Minah Sari

Niin 142500006

Dengan ini menyatakan bahwa Kay a Tulis llmiah ini yang berjudul
"Asuhan Keperawatan Pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar
Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertenni di Lingkungan 1 Kelurahan Sari Rejo
Kecamatan Medan Polonia” adalah benar hasil karya sendiri, kecuali dalam
pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah dianjukan
kepada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab
atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus
di junjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenamya, tanpa ada


tekanan atau paksaan dari pihak maupun serta bersedia menerima sanksi
akademik jika ternyata dikeinudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Juli 2017

Universitas Sumatera Utara


Lembar Pengesahan

KARL A Tt’ LIS ILMIAH

4suhan Keperawatan pada An. A dengan Prioritas


Nlasalah Kebutuhan Dasar Pellingkatan Suhu
Tubuh: Hipertermi di Linpl‹ungan 1 Kelurahon
Sai i Rejo Necamatan Medan Polonia

medau, .J uli 2017

Pembimbing

De» i Elizadiani Suza, S.Kp, MS S, PhD ñ nr Asiah, S.Ke}i, fi s, 51.Biometl


HP: 19721 227 200003 2 001 N IP: 19>8I!4G9 200312 2 004

Prodi D III iiepera›vatan

Slahnuin L N asution, S.Kep, Ns, IJ.be


IP: 19750113 20tl212 2 001

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kedahiran Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. A dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi di
Lingkungan 1 Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia”. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:

1. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu


Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Sri Eka Wahyuni, S.Kp, Ns, M.Kep, selaku Wakil Dekan I Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Wakil Dekan II
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Wakil Dekan
III Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program
Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
6. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu serta
pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Nur Asiah, S.Kep, Ns, M.Biomed, selaku Dosen Penguji yang telah
meluangkan waktunya dalam sidang Karya Tulis Ilmiah.
8. Terbaik dan teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda
Abdul Basir dan Ibunda Togu Maia yang telah mendukungku selama

ii
Universitas Sumatera Utara
ini, memberikan kasih sayangnya, motivasi hidup, perhatian dan doa
restu yang tiada henti kepada anaknya yang selama ini berjuang agar
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik untuk masa
depan yang lebih baik.
9. Kakakku (Nila Sari, Lanni Sari) dan adik-adikku tercinta (Lianna
Safitri, Muhammad Ikrom, Nabilah Ade Rahmi, Muhammad Iqbal)
yang selalu memberikan semangat agar bisa menyelesaikan pendidikan
ini.
10. Teman-teman stambuk 2014 terkhusus kepada Kelompok Belajar Skill
Lab A1 Syaraf Kranialku dan teman satu Dosen Pembimbing saya
Irma H sinaga, dan Nio Bonita Sirait dan untuk teman dekatku diposko
Wisda Elviani.
11. Teman dekatku yang selalu setia mendengar keluhan dan memberikan
saran, motivasi yang tiada henti Ulfa Nurpratika Sari Dan Nopenti
Astria Sembiring dan untuk adik kosku Dita Risky Saputri Hasibuan.
12. Seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusun Karya Tulis Ilmiah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunanya. Maka dengan
segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran serta
masukan dari semua pihak yang dapat menyempurnakan karya tulis
ilmiah ini.

Medan, Juli 2017

Minah Sari
BAB 1
PENDAHULUA
N
1.1 Latar Belakang
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme
kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga
terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39◦C.
Selain adanya tanda-tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada
pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan
dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).
Menurut Wong (2008) terdapat empat jenis demam yang umum terjadi
yaitu demam intermiten, remiten, kambuhan, dan konstan. Selama demam
intermiten, suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval yang teratur, antara
priode demam dan priode suhu normal serta subnormal. Selama demam remiten,
terjadi fluktuasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari 2 ◦C) dan berlangsung
selama 24 jam, dan selama itu suhu tubuh berada di atas normal. Pada demam
kambuh, masa febris yang pendek selama beberapa hari diselangi dengan priode
suhu normal selama 1-2 hari. Selama demam konstan, suhu tubuh akan sedikit
berfluktuasi, tetapi berada di atas normal.
Tanda-tanda klinis demam dapat bervariasi, tergantung pada awitan,
penyebab, dan tahap pemulihan demam. Semua tanda tersebut muncul akibat
adanya perubahan set point pada mekanisme pengontrolan suhu yang diatur oleh
hipotalamus. Pada kondisi normal, ketika suhu inti naik diatas 37 ◦C, laju
pengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat set
point. Sebaliknya, ketika suhu inti kurang dari 37 ◦C, laju pengeluaran panas akan
meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat set point. Dalam keadaan
ini termost hipotalamus berubah secara tiba-tiba dari tingkat normal ke tingkat
yang lebih tinggi akibat pengaruhan kerusakan sel, zat-zat pirogen, atau dehidrasi
pada hipotalamus.
Dampak yang ditimbulakan hipertermia dapt berupa penguapan cairan
tubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang (Alves &

1
Universitas Sumatera Utara
Almeida, 2008, dalam Setiawati, 2009). Hipertermia berat (suhu lebih dari 41 ◦C)
Dapat juga menyebakan hipotensia, kegagalan organ multipel, koagulopati, dan
kerusakan otak yang irreversibel. Hipertermi menyebabkan peningkatan
metabolisme selular dan konsumsi oksigen. Detak jantung dan pernapasan
meningkat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Berdasarkan masalah diatas, hipertermi merupakan salah satu masalah
yang harus diatasi, maka apabila terjadi hipertermi harus segera diatasi jika tidak
segera diatasi atau berkepanjangan akan berakibat fatal seperti halnya dapat
menyebabkan kejang demam pada anak, kekurangan volume cairan atau bahkan
terjadi syok dan gangguan tubuh kembang pada anak.
Berdasarkan studi diatas penulis tertarik untuk menyusun karya tulis
ilmiah mengenai asuhan keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
peningkatan suhu tubuh: hipertemi pada An. A di Lingkungan 1 Kelurahan Sari
rejo Kecamatan Medan Polonia.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Penulis dapat memperoleh gambaran tentang penerapan Asuhan
Keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar peningkatan suhu
tubuh: Hipertermi di Lingkungan 1 Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan
Polonia.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari asuhan keperawatan pada masalah
peningkatan suhu tubuh: hipertermi di lingkugan 1 kelurahan sari rejo
kecamatan medan polonia yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi konsep dasar peningkatan suhu tubuh:
hipertermi
2. Untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan dengan prioritas masalah
kebutuhan dasar peningkatan suhu tubuh: hipertermi pada An. A.
1.3 Manfaat
1. Bagi Pendidikan
Menjadi wacana dan bahan masukan dalam proses belajar mengajar
terhadap pemberian asuhan keperawatan dengan prioritas masalah
kebutuhan dasar peningkatan suhu tubuh: hipertermi.
2. Bagi perawat
Meningkatkan pengetahuan perawat tentang gangguan keseimbangan
suhu tubuh: hipertermi dan perawatan pada pasien serta dapat digunakan
sebagai alat bantu bagi perawat untuk mengevaluasi dalam upaya
peningkatan pelayanan bagi pasien dengan masalah peningkatan suhu
tubuh: hipertermi.
3. Bagi Ibu
Untuk menambah pengetahuan ibu tentang peningkatan suhu tubuh:
hipertermi dan bisa melakukan tindakan kompres pada saat demam.
4. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang
lebih mendalam dan upaya dalam memberikan asuhan keperawatan yang
khusus pada pasien dengan peningkatan suhu tubuh: hipertermi.
BAB 2
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan masalah Peningkatan Suhu
Tubuh: Hipertermi
2.1.1 Defenisi Hipertermi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan
mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang
berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak
berbahaya jika dibawah 39◦C. Selain adanya tanda-tanda klinis, penentuan
hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda
dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut
(Potter & Perry,2010).
Tanda-tanda klinis demam dapat bervariasi, tergantung pada awitan,
penyebab, dan tahap pemulihan demam. Semua tanda tersebut muncul akibat
adanya perubahan set point pada mekanisme pengontrolan suhu yang diatur
oleh hipotalamus. Pada kondisi normal, ketika suhu inti naik diatas 37◦C, laju
pengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat
set point. Sebaliknya, ketika suhu inti kurang dari 37◦C, laju pengeluaran
panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat set point.
Dalam keadan ini termost hipotalamus berubah secara tiba-tiba dari tingkat
normal ke tingkat yang lebih tinggi akibat pengaruhan kerusakan sel, zat-zat
pirogen, atau dehidrasi pada hipotalamus.
Salah satu kebutuhan fisiologis yang harus dipertahankan oleh
individu adalah kebutuhan termoregulasi. Menurut Potter dan Perry (2005),
tubuh manusia dapat berfungsi normal hanya dalam rentang temperatur yang
terbatas atau sempit yaitu 37◦ C (98◦F) ± 1◦C. Temperatur tubuh di luar
rentang ini dapat menimbulkan kerusakan dan efek yang permanen seperti
kerusakan otak atau bahkan kematian. Secara sementara tubuh dapat
mengatur temperatur melalui mekanisme tertentu. Terpapar pada panas yang
berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas metabolik tubuh dan
meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan. Pemajanan pada panas yang lama
dan berlebihan juga mempunyai efek fisiologis yang khusus salah satunya
adalah peningkatan suhu tubuh (hipertermi).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal. Kenaikan suhu
tubuh merupakan bagian dari reaksi biologis kompleks, yang diatur dan
dikontrol oleh susunan saraf pusat. Demam sendiri merupakan gambaran
karakteristik dari kenaikan suhu tubuh karena berbagai penyakit infeksi dan
non-infeksi (Sarasvati, 2010).
Selama episode febris, produksi sel darah tubuh distimulasi. Suhu
yang meningkat dan menurunkan konsentrasi zat besi dan plasma darah,
menekan pertumbuhan bakteri.Demam juga bertarung dengan infeksi karena
virus menstimulasi interferon., substansi ini yang bersifat melawan virus.
Demam juga berfungsi sebagai tujuan diagnostik. Selama demam,
metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme
tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung
dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
terhadap nutrien. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang
memproduksi panas tambahan (Potter & Perry, 2005).
Menurut Tamsuri(2007), suhu tubuh dibagi:
- Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36◦C
- Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36◦C-37,5◦C
- Febris/pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5◦C-40◦C
- Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40◦C
2.1.2 Pola Demam
Menurut Potter dan Perry (2005), demam merupakan mekanisme
pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu sampai 39◦C meningkatkan
sistem imun tubuh. Selama episode febris, produksi sel darah putih
distimulasi. Suhu yang meningkat menurunkan konsentrasi zat besi dalam
plasma darah, menekan pertumbuhan bakteri. Demam juga bertarung dengan
infeksi karena virus menstimulasi interferon, substansi ini yang bersifat
melawan virus. Demam juga berfungsi sebagai diagnostik. Pola demam
berbeda tergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen
berakhir puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda. Durasi dan
derajat demam bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan individu
untuk berespon. Pola demam antara lain:
1. Terus menerus
Tingginya menetap lebih dari 24 jam bervariasi 1◦C sampai 2◦C.
2. Intermiten
Demam memuncak secara berseling dengan suhu normal. Suhu kembali
normal paling sedikit sekali dalam 24 jam.
3. Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
4. Relaps
Priode episode demam diselangi dengan tingkat suhu normal. Episode
demam dan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.

2.1.3 Tipe dan Jenis Demam


Menurut Nelwan (2007) ada beberapa tipe demam yang mungkin
dijumpai antara lain:
1. Demam septik
Pada tipe demam septik, suhu tubuh badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal
pada pagi hari. Sering disertai dengan keluhan menggigil dan berkeringat.
Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan
juga demam hektik.
2. Demam remiten
Pada tipe ini demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi
tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin
tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat pada demam septik.
3. Demam intermiten
Pada tipe intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua
hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara
dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia.
5. Demam siklis
Pada tipe demam siklis terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Menurut Samuelson (2007), jenis demam terdiri dari :
1. Demam Fisiologis
Demam ini cenderung normal dan sebagai penyesuain terhadap fisiologis
tubuh, misalnya pada orang yang mengalami dehidrasi dan tingginya
aktivitas tubuh (olahraga).
2. Demam Patologis
Demam ini tidak lagi dikatakan sebagai demam yang normal. Demam
yang ini terjadi sebagai tanda dari suatu penyakit. Demam patologis
terbagi lagi menjadi dua sebagai berikut:
a. Demam infeksi yang suhu tubuhnya bisa mencapai lebih dari38◦C.
Penyebabnya beragam, yakni infeksi virus ( flu, cacar, campak, SARS,
flu burung, dan lain-lain), jamur, dan bakteri (tifus, radang
tenggorokan, dan lain-lain).
b. Demam Non Infeksi, seperti kanker, tumor, atau adanya penyakit
autoimun seseorang (rematik, lupus, dan lain-lain).
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Menurut Potter dan Perry (2005) banyak faktor yang mempengaruhi
suhu tubuh,. Perubahan pada suhu tubuh dalam rentang normal terjadi ketika
hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas dan kehilangan panas
diganggu oleh variabel fisiologis atau perilaku.
1. Usia
Pada saat lahir, bayi mekanisme kontrol suhu masih imatur.
Menurut Whaley and Wong yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005),
suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu
lingkungan.
Oleh karena itu pakaian yang digunakan juga harus cukup dan
paparan terhadap suhu lingkungan yang eksterm perlu dihindari. Bayi
yang baru lahir pengeluaran lebih dari 30% suhu tubuhnya melalui kepala
dan oleh sebab itu bayi perlu menggunakan penutup kepala untuk
mencegah pengeluaran panas. Bila terlindungi dari lingkungan yang
eksterm, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5 ◦C sampai 39,5◦C.
Produksi panas akan meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi
memasuki masa anak-anak mencapai masa pubertas. Regulasi suhu tidak
stabil sampai anak-anak mencapai masa pubertas. Rentang suhu normal
turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia.
2. Irama sirkardian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5◦C sampai 1◦C selama
periode 24 jam. Bagaimna pun, suhu merupakan irama paling stabil pada
manusia, suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 01.00 dan 04.00
dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh akan naik sampai akhir sekitar pukul
18.00 dan kemudian turun pada dini hari.
3. Stres
Stres fisik dan emosi meningkat suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologis tersebut meningkatkan
panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik
dokter suhu tubuhnya akan lebih tinngi dari normal.
4. Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji
dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu
meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme-mekanisme pengeluaran panas
dan suhu tubuh akan naik.
2.2 Proses Asuhan Keperawatan dengan masalah Peningkatan Suhu
Tubuh: Hipertermi
2.2.1 Pengkajian Keperawatan Terkait Hipertermi
Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan tubuh.
Pengukuran suhu yang dilakukan membutuhankan peralatan yang dipasang
invasif tetapi dapat digunakan secara intermiten. Tempat yang paling sering
digunakan untuk pengukuran suhu seperti oral, rektal, aksila, dan kulit yang
mengandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat pengkuran yang mana
panas dari darah dialirkan ke termometer. Pengukuran suhu tubuh harus
dilakukan selama setiap fase demam. Selain itu kaji juga faktor-faktor yang
memberat peningkatan suhu tubuh seperti dehidrasi, infeksi ataupun suhu
lingkungan serta identifikasi respon fisiologis terhadap suhu seperti ukur
semua tanda vital, observasi warna kulit, kaji suhu kulit dan observasi
adanya menggigil atau diaforesis.
Menurut Potter dan Perry (2005), untuk memastikan bacaan suhu
yang akurat, tempat yang hendak diukur harus diukur secara akurat. Variasi
suhu yang didapatkan bergantung pada tempat pengukuran, tetapi harus
antara 36◦C dan 38◦C. Walaupun temuan riset dari banyak penelitian didapat
bertentangan, secara umum diterima bahwa suhu rektal biasanya 0,5 ◦C lebih
tinggi dari suhu oral suhu aksila 0,5◦C lebih rendah dari suhu oral.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Perawat mengakaji temuan pengkajian dan pengelompokkan
karakteristik yang ditentukan untuk membuat diagnosa keperawatan.
Misalnya, pada peningkatan suhu tubuh, kulit kemerahan, kulit hangat saat
disentuh, dan takikardia menandakan diagnosis hipertermia. Diagnosa
keperawatan mengidentifikasi faktor risiko pasien terhadap perubahan suhu
tubuh atau perubahan suhu aktual. Jika pasien memiliki faktor yang
meningkatkan perubahan suhu.
Pada hipertermia, faktor yang berhubungan dengan aktivitas yang
berat akan menghasilkan intervensi yang sangat berbeda dari pada faktor
yang berhubungan dengan ketidakmampuan atau berkeringat. Beratnya
perubuhan suhu dan efeknya, diserai dengan status kesehatan pasien secara
kesehatan pasien secara umum, akan mempengaruhi prioritas perawat
dalam merawat pasien (Potter &Perry, 2005).
Diagnosa keperawatan Nanda Termoregulasi
Risiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan:
- Pakaian tidak sesuai
- Cedera sistem saraf pusat
- Paparan terhadap lingkungan (panas/dingin)
- Kerusakan sistem termoregulasi
Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan:
- Imaturitas
- Perubahan fisiologis penuaan
- Cedera sistem saraf pusat
- Suhu lingkungan
Hipertermia yang berhubungan dengan:
- Peningkatan laju metabolik
- Pakaian tidak sesuai
- Paparan terhadap lingkungan panas
- Tidak dapat berkeringat
- Medika\
- Aktivitas banyak dan berat
- Proses infeksi (disebabkan oleh bakteri/virus).
2.2.3 Perencanaan (Intervensi) Keperawatan
Pasien yang berisiko mengalami perubahan suhu membutuhkan
rencana perawatan individu yang ditunjukkan dengan mempertahankan
normotermia dan mengurangi faktor risiko. Hasil yang diharapkan
ditetapkan untuk menentukan kemajuan ke arah kembalinya suhu tubuh ke
batas normal. Misalnya, hasil dari masukan yang sama dengan haluaran
penting untuk menetapkan cairan yang diberikan perawat untuk menangani
risiko pasien terhadap ketidakseimbangan cairan dan elektronit (Potter dan
Perry, 2005).
Pendidikan penting sehingga pasien dapat berpartisipasi dalam
mempertahankan normotermia. Hal ini terutama sekali penting pada kasus
orang tua yang perlu mengetahui bagaimana bertindak bila pada bayi atau
anak mereka terjadi perubahan suhu dirumah. Rencana perawatan bagi
pasien dengan perubahan suhu yang aktual berfokus pada pemulihan
normotermia, meminimalkan komplikasi dan meningkatkan kenyamanan
(Potter & Perry, 2005).
Tabel 2.1 Proses Diagnostik Keperawatan terhadap Termoregulasi
Aktivitas Pengkajian Batasan Karakteristik Diagnosa Keperawatan

- Ukur tanda vital - Peningkatan suhu tubuh di Hipertemia berhubungan


termasuk suhu atas batas normal dengan peningkatan laju
tubuh, nadi, - Takikardia metabolik
pernapasan. - Takipnea
- Palpasi kulit - Kulit hangat
- Observasi - Gelisah
penampilan dan - Tampak kemerahan
perilaku pasien
saat berbicara atau
istirahat
- Kaji perubahan - Peningkatan suhu tubuh Kekurangan volume cairan
suhu, nadi, - Takikardia berhubungan dengan
pengisian - Hipotesis hipertermia
kapilaerdan - Kulit dan membran mukosa
tekanan darah kering
- Observasi - Haus
kekeringan - Penurunan turgor kulit
membran mukosa - Masukan cairan berkurang
mulut, hidung, - Urine pekat
mata, dan kulit,
cubit kulit untuk
melihat kerutan
yang lambat,
elastik
- Pantau dengan
cermat masukan
dan tingkat
haluaran terhadap
masukan yang
lebih sedikit dari
haluaran

Tabel 2.2 Rencana Asuhan Keperawatan untuk Hipertermia berhubungan


dengan paparan terhadap lingkungan yang panas
Tujuan Hasil yang Intervensi Rasional
diharapkan
Pasien akan - Suhu tubuh turun - Pertahankan suhu - Suhu ruangan
kembali ke paling sedikit 1◦C tubuh ruangan 21◦C sekitar dapat
batasan suhu setelah terapi kecuali jika pasien meningkatkan suhu
tubuh yang - Suhu tubah tetap menggigil tubuh, namun
normal sama antara 36◦C - Berikan menggigil harus
sampai 37◦C asetaminofen sesuai dihindarkan karena
sampai paling program medik meningkatkan suhu
sedikit 24 jam apabila suhu lebih tubuh (Guyton,
tinggi dari 39◦C 1991)
- Antipiretik
menurunkan set
point
Keseimbangan - Masukan akan - Anjurkan cairan PO Cairan keluar melalui
cairan elektrolit keseimbangan sebagai pilihan kehilangan air tidak
akan dengan haluaran pasien tiap 4 jam kasat mata yang
dipertahankan - Tidak ada bukti membutuhkan
adanya hipotensi penggantian.
postural selama
ambulasi
2.2.4 Pelaksanaan (Implementasi) Keperawatan
Prosedur yang digunakan untuk mengintervensi dan mengatasi
naiknya suhu bergantung pada penyebab demam, efek yang merugikan,
kekuatan, intensitas, durasinya. Dokter mencoba demam dengan
mengisolasi pirogen penyebab. Perawat mengambil kultur spesimen untuk
analisa laboratorium seperti urine, darah, sputum, dan tempat luka.
Pengumpulan spesimen ini memerlukan teknik aseptik yang tepat
untuk menghindari masuknya organisme dari luar yang dapat
mempengaruhi hasil kultur. Dokter akan menginstruksikan pemberian obat
antibiotik setelah kultur didapat. Pemberian antibiotik akan
mengahancurkan bakteri pirogen dan menghilangkan stimulus tubuh
terhadap demam. Perawat memberikan antibiotik dengan tepat dan
menganjurkan pasien mengenai pentingnya mengkonsumsi dan melanjutkan
antibiotik sampai pengobatan selesai.
Terapi keperawatan nonfarmakologis juga dapat digunakan untuk
menurunkan demam dengan cara peningkatan pengeluaran panas melalui
evaporasi, konduksi,konveksi, atau radiasi. Secara tradisional perawat telah
menggunakan mandi tepid sponge, mandi dengan menggunakan larutan air-
alkohol, kompres es pada daerah aksila dan lipatan paha dan kipas angin.
Menurut Morgan yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005), riset
terbaru tidak ada menunjukan keuntungan dari metode-metode ini dibanding
medikasi antipiretik. Selimut yang didinginkan dengan mensirkulasi air
yang dihantarkan oleh unit yang menggunakan motor, meningkatkan
pengeluaran panas konduktif. Perawat harus mengikuti instuksi dalam
menggunakan selimut hipotermia karena jika salah menggunakannya akan
menyebabkan terjadinya risiko rusaknya kulit dan “ freeze burn”
menempatakan selimut mandi diantara pasien dan selimut hipotermia serta
dianjurkan membungkus ekstermitas distal.
Tindakan keperawatan mandiri meningkatkan kenyamanan,
menurunkan kebutuhan metabolik dan memberi nutrisi untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan energi (Potter &Perry, 2005).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Semua evaluasi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan
respons aktual pasien terhadap hasil yang diharapkan dari rencana
keperawatan. Setelah semua intervensi, perawat mengukur suhu pasien
untuk mengevaluasi perubahan. Selain itu, perawat menggunakan tindakan
evaluatif lain seperti palpasi kulit dan pengkajian nadi dan respirasi. Jika
terapi efektif, suhu tubuh akan kembali ke batas normal, tanda-tanda vital
yang lain akan stabil dan pasien akan menyatakan rasa nyaman.
Tabel 2.3 Evaluasi Intervensi terhadap Hipetermia
Tujuan Tindakan Evaluasi Hasil yang Diharapkan
- Suhu tubuh - Pantau suhu tubuh setelah - Suhu tubh turun paling
pasien akan intervensi (misalnya, sedikit 1◦C setelah
kembali ke medikasi antipiretik) diterapi
batas - Suhu tubuh tetap
normal berada antara 36 dan 38
selama paling sedikit
24 jam
- Keseimbangan cairan - Pantau suhu tubuh tiap 4 - Kadar elektolit tetap
elektolit akan jam dalam batas normal
dipertahankan - Ukur kadar masukan dan - Masukan seimbangan
haluaran dengan haluaran

2.3 Asuhan Keperawatan pada Kasus dengan Prioritas Masalah Kebutuhan


Dasar Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi pada An. A di Lingkungan
1 Kecamatan Sari Rejo Medan Polonia
2.3.1 Pengkajian
I. Biodata
Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 1 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Jalan Citra Karya gang
seram Tanggal Pengkajian : 06 Juni 2017
Diagnosa Medis : Hipertermi

II. Keluhan Utama


Ibu pasien mengatakan An. A mengalami peningkatan suhu tubuh
39◦C, panas tidak turun-turun selama 3 hari dan ibu mengatakan
pasien sulit makan.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang


A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Disebabkan karena proses infeksi didalam tubuh
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Dengan memberikan kompres hangat dan membuat
lingkungan menjadi nyaman
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Ibu pasien mengatakan An.A badannya terasa lemas, panas
sehingga untuk menurunkan panas tubuh pasien, ibu pasien
disarankan untuk memberikan kompres hangat di daerah
kening dan memberikan pasien dan istirahat.
2. Bagaimana dilihat
Pada saat pengkajian dilakukan diperoleh temperatur pasien
39◦C pasien terlihat lemas, wajah pasien terlihat kemerah-
merahan dan berkeringat, mukosa bibir kering.

C. Region
1. Dimana lokasinya
Seluruh tubuh panas
2. Apakah menyebar
Ibu mengatakan demam yang dirasakan An. A menyebar
pada seluruh tubuh
D. Severity
Peningkatan suhu dialami oleh An. A adalah 39•C
E. Time
Peningkatan suhu dirasakan oleh An. A sudah berlangsung
selama 3 hari

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


A. Penyakit yang pernah dialami
Ibu pasien mengatakan An. A pernah mengalami kejang
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ibu pasien mengatakan jika An. A mengalami demam langsung
mengukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer dan
mengkompres
C. Pernah dirawat/dioperasi
Ibu pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit
hanya berobat jalan
D. Lama dirawat
Tidak pernah
E. Alergi
Ibu mengatakan An. A alergi terhadap susu formula
F. Imunisasi
Ibu pasien mengatakan imunisasi yang diberikan pada An. A
hanya imunisasi BCG yang diberikan pada saat lahir

V. Riwayat Kesehatan Keluarga


A. Orang Tua
Ibu pasien mengatakan tidak ada penyakit tertentu yang diderita
oleh keluarga. Hanya terkadang ibu mengalami migrain. Dan
untuk meredakan migrain tersebut ibu hanya membeli obat yang
ada diwarung dekat rumah.
B. Saudara Kandung
Ibu pasien mengatakan An. A pada saat ini adalah anak satu-
satunya
C. Penyakit Keturunan yang ada
Ibu pasien mengatakan tidak ada penyakit yang serius yang
diderita oleh keluarga.
D. Anggota Keluarga yang Meninggal
Ibu pasien mengatakan bahwa 2 tahun yang lalu anak pertama
meninggal disebabkan karena demam.
E. Penyebab Keluarga Meninggal
Penyebabnya tidak diketahui secara pasti.

VI. Riwayat Keadaan Psikososial


A. Pasien tentang penyakitnya Persepsi
Ibu pasien mengatakan bahwa penyakit yang diderita pasien saat
ini adalah penyakit yang cukup serius. Karena ibu pasien
mengatakan trauma kehilangan anak pertamanya yang meninggal
secara tiba-tiba.
B. Konsep Diri
- Gambaran diri
Pasien merasa tiap hari selalu diperhatikan dan sangat
disayang oleh kedua orang tuanya.
- Peran Diri
Pasien merupakan anak ke 2 anak pertama sudah meninggal
dunia.
- Ideal Diri
Ibu pasien berharap agar Tuhan dapat memberikan
kesembuhan pada anak An. A
- Harga Diri
Pasien mersa lebih diperhatikan oleh anggota keluarganya.
VII. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
CM
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 39◦C
- Tekanan darah : 95/65 mmHg
- Nadi : 94 x/i
- Pernapasan : 24 x/i
C. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala dan rambut
- Bentuk
Normal dan simetris
- Kulit kepala
Tidak ada peradangan maupun bekas luka didaerah
kepala yang merusak integritas jaringan kulit kepala.
2) Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambu
Rambut pasien menyebar secara merata pada kepala,
berwarna hitam, pertumbuhan rambut baik.
- Bau
Tidak ada bau saat pengkajian dilakukan.
- Warna rambut
Warna rambut hitam.
3) Wajah
- Warna kulit wajah: kemerah-merahan.
- Struktur wajah
Simetris anatara pipi kanan dan kiri, simetris antara mata
kanan dan kiri.
4) Mata
- Kelengkapan dan keseimbangan
Organ mata terlihat dalam keadaan lengkap dan simetris.
- Palpebra
Palpebra pasien dalam keadaan normal, tidak ada oedem
pada daerah palpebra pasien antara kiri dan kanan.
- Konjungtiva dan sklera
Konjungtiva pasien terlihat sedikit anemis dan sklera
pasien terlihat bersih dengan warna putih.
- Pupil
Pupil dalam keadaan simetris antara pupil kiri dan kanan
dan isokor.
- Kornea dan iris
Kornea dan iris simetris dan dalam bentuk serta warna
yang normal.
- Visus
Visus dalam keadaan normal.
- Tekanan bola mata
Normal.
5) Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi
Tulang hidung dalam keadaan nornal, septum nasi dalam
keadaan normal, tidak ada pembengkakan pada bagian
dalam hidung pasien, tidak ada nyeri tekan pada bagian
sinus maksilaris, frontalis dan sinus etmoideus.
- Lubang hidung
Lubang hidung dalam keadaan simetris.
- Cuping hidung
Pasien tidak bernapas dengan cuping hidung.
6) Telinga
- Bentuk telinga
Bentuk daun telinga dalam keadaan normal dan simetris.
- Ukuran telinga
Ukuran telinga dalam keadaan normal dan simetris
antara kiri dan kanan.
- Lubang telinga
Lubang telinga ada dan diameter lubang telinga dalam
keadaan normal dan simetris antara kiri dan kanan.
- Ketajaman pendengaran
Ketajaman pendengaran pasien baik.
7) Mulut dan
faring
- Keadaan bibir
Mukosa bibir terlihat kering dan terlihat sedikit pecah-
pecah.
- Keadaan gusi dan gigi
Gusi dalam keadaan baik, warna gusi merah muda, gigi
belum lengkap.
- Keadaan lidah
Keadaan lidah cukup baik.
- Orofaring
Orofaring terlihat baik dan berwarna merah muda.
8) Leher
- Posisi trakea
Posisi trakea dalam keadaan baik, tidak ada massa yang
teraba
- Thyroid
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar throid
- Suara
Suara pasien terdengar nornal tetapi sedikit lemah
- Kelenjar Limfa
Tidak ada pembengkakan kelenjar limfa
- Vena jugularis
Vena jugularis teraba
- Denyut nadi karotis
Denyut nadi karotis teraba dan frekuensinya sama
dengan frekuensi denyut nadi radialias.
9) Pemeriksaan integumen
- Kebersihan
Kebersihan integumen pasien cukup bersih, tidak ada
ruam ataupun jejas pada daerah kulit.
- Kehangatan
Akral hangat
- Warna
Warna kulit putih
- Turgor
Turgor kulit dalam keadaan baik, tidak terlihat adanya
edema pada daerah ekstermitas.
- Kelembaban
Integumen masih dalam keadaan lembab
- Kelainan pada kulit
Tidak ada kelainan (jejas dan penyakit kulit lainnya)
kulit pasien.
10) Pemeriksaan thoraks/ dada
- Inspeksi thoraks
Thoraks pasien dalam keadaan normal, tidak terlihat
kelainan pada bentuk thoraks pasien, tidak ada kelainan
pada bentuk tulang belakang pasien, dan terlihat adanya
retraksi dada.
- Pernafasan
Sifa pernapasan pasien terlihat kombinasi antar
pernapasan dadadan pernapasa perut, ritme pernapasam
takipnea dengan frekuensi 24x/i
- Tanda kesulitan benafas
Tidak ada tanda kesulitan saat pasien bernapas
11) Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara
Adanya vocal fremitus yang simetris antara kiri dan
kanan
- Perkusi
Terdengar sonor pada saat memperkusi paru-paru pasien
- Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler dan tidak ada terdengar bunyi
suara nafas tambahan
12) Pemeriksaan jantung
- Inspeksi
Normal
- Palpasi
Tidak ada pembengkakkan saat dipalpasi
- Perkusi
Saat dilakukan perkusi terdengar suara pekak
- Auskultasi
Saat dilakukan auskultasi tidak terdengar suara tambahan
13) Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi
Abdomen terlihat dalam keadaan simetris
- Auskultasi
Terdengar bunyi peristaltik
- Perkusi
Terdengar bunyi timpani
- Palpasi
Tidak teraba massa pada abdomen pasien
14) Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
- Genitalia
Normal tidak terdapat kelainan
- Anus dan perineum
Anus dan perineum ada dalam bentuk yang normal dan
tidak ada mengalami kelainan.
VIII. Pola Kebiasaan Sehari-hari
A. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan
Ibu mengatakan pasien makan 2 kali sehari
- Nafsu/selera makan
Ibu pasien mengatakan nafsu An. A sedikit berkurang karena
demam.
- Nyeri ulu hati
Tidak terdapat nyeri ulu hati keadaan baik dan normal.
- Alergi
Ibu pasien mengatakan An. A alergi terhadap susu formula.
- Mual dan muntah
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit tidak pernah
mengalami mual dan muntah, setelah sakit ada mual muntah
tapi tidak terlalu parah.
- Waktu pemberian makan
Waktu pemberian makan pasien 3x/hari
- Jumlah dan jenis makan
Jenis makan yang diberikan yaitu nasi tim dan jumlahnya
sedikit berkurang dari biasanya.
B. Perawatan diri (personal hygiene)
- Kebersihan tubuh
Kebersihan tubuh terlihat cukup bersih, bau badan tercium.
- Kebersihan gigi dan mulut
Gigi pasien belum lengkap dan mulut tampak kering.
- Kebersihan kuku kaki dan tangan
Kebersihan kuku kaki dan tangan cukup bersih.
C. Pola kegiatan atau aktivitas
Aktivitas pasien sangat terbatas karena pasien belum bisa jalan.
D. Pola eliminasi
1) Buang Air Besar (BAB)
Ibu pasien mengatakan BAB pada pasien lancar dengan pola
1x/hari.
- Karakter fases
Ibu pasien mengatakan karakter fases yang dikeluarkan
agak keras berwarna coklat.
- Riwayat perdarahan
Ibu pasien mengatakan tidak ada perdarahan saat pasien
BAB.
- BAB terkhir
Pada saat pengkajian ibu pasien mengatakan pasien
sudah BAB pada pagi harinya.
- Penggunaan laktasif
Ibu pasien mengatakan tidak pernah menggunakan obat
pencahar dalam proses buang air besar (BAB).
2) Buang Air Kecil (BAK)
- Pola BAK
Ibu pasien mengatakan pola buang air kecil pasien
sebelum sakit 5-7 kali sehari setelah sakit pasien jarang
BAK.
- Karakter urine
Ibu mengatakan urine yang dikeluarkan sedikit kuning
dan ada bau yang khas.
- Nyeri/rasa terbakar/ kesulitan BAK
Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit ginjal
atau kandung kemih pada pasien.
- Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih
Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit ginjal
atau kandung kemih pada pasien
- Penggunaan diuretik
Ibu pasien mengatakan tidak pernah menggunakan obat
diuretik.
- Upaya mengatasi masalah
Ibu mengatakan upaya untuk mengatsi masalah yaitu
dengan banyak memberi air putih.
2.3.2 Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
. Keperawatan
1. DS: Proses penyakit Hipertermi
- Ibu pasien mengatakan badan pasien
terasa panas.
- Ibu pasien mengatakan demam terus-
menerus selama 3 hari.
- Ibu pasien mengatakn pasien rewel.
DO:
- Pasien tampak lemas dan pucat.
- Suhu tubuh: 39◦C
- Pasien dalam keadaan berkeringat
- Pendingin ruangan (-)
2. DS: Kurang asupan Ketidak
- Ibu pasien mengatakan porsi makan makanan seimbangan
pasien berkurang dan sulit makan. nutrisi kurang
DO: dari kebutuhan
- Pasien tampak lemas dan pucat tubuh
- Porsi makan hanya habis 3-4 sendok
makan.
3. DS:- Faktor yang Resiko
DO: mempengaruhi kekurangan
- Saat pengkajian dilihat An. A tampak kebutuhan volume cairan
lemas dan bibir kering cairan (misal):
status
hipermetabolik

2.3.3 Rumusan Masalah


1. Hipertermi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Resiko kekurangan volume cairan.
2.3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan
ibu pasien mengatakan demam sudah berlangsung 3 hari, An. A
rewel suhu tubuh 39◦C.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan ditandai dengan
pasien tampak pucat dan lemas.
3. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan hipermetabolik
ditandai dengan An. A tampak lemas dan bibir kering.

2.3.5 Intervensi Asuhan Keperawatan pada An. A dengan masalah


Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi di lingkungan 1 Sari Rejo
kecamatan Medan polonia
Hari/ Diagnosa Intervensi Keperawatan (Perencanaan
tanggal Keperawatan)
Senin, 06 juni Hipertermi Tujuan dan Kriteria Hasil:
2017 berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24
dengan proses jam, diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal
infeksi ditandai dan stabil dengan rentang 36,6◦C, kulit tidak teraba
dengan pasien ibu hangat, tidak berkeringat berlebihan.
pasien
mengatakan
demam sudah
berlangsung
selama 3 hari, An.
A rewel dan suhu
tubuh 39◦C.
Rencana Keperawatan Rasional

Mandiri:
1. Observasi tanda-tanda 1. Tanda-tanda vital
vital merupakam acuan
2. Berikan pengetahuan untuk mengetahui
pada keluarga tentang keadaan umum
peningkatan suhu tubuh pasien
yang terjadi. 2. Agar keluarga
3. Anjurkan ibu mengetahui
memberikan pakaian peningkatan suhu
yang tipis kepada pasien tubuh yang terjadi
yang menyerap keringat. dan untuk
4. Anjurkan ibu mengurangi
memberikan banyak kecemasan
minum air putih 2-2,5 3. Untuk menjaga
liter perhari agar pasien merasa
5. Berikan kompres hangat nyaman, dan
pada dahi, ketiak. pakaian tipis yang
6. Memastikan pasien dikenakan untuk
meminum obat penurun membantu
demam atau antipiretik penguapan tubuh
yaitu parasetamol atau 4. Peningkatan suhu
ibuprofen. tubuh
mengakibatkan
penguapan tubuh
meningkat
sehingga perlu
diimbangi dengan
asupan cairan yang
banyak untuk
mencegah
terjadinya
dehidrasi.
5. Kompres hangat
membantu untuk
menurunkan suhu
tubuh.
6. Sebagai obat
penurun demam
yang didapat dari
puskesmas
terdekat.

Senin, 06 Ketidakseimbang Tujuan dan Kriteria hasil:


juni 2017 an nutrisi kurang Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3x24
dari kebutuhan jam, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
tubuh kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan
berhubungan makanan, pasien tampak pucat dan lemas, diharapkan
dengan kurang nutrisi pasien dapat terpenuhi, berat badan pasien
asupan makanan, kembali normal, nafsu makan kembali normal 3x
pasien tampak sehari.
pucat dan lemas.
Rencana Keperawatan Rasional
Mandiri:
1. Identifikasi alergi 1. Mengetahui jenis
makanan pasien. makanan yang
2. Monitor asupan diet membuat pasien
pasien. alergi.
3. Anjurkan keluarga 2. Mempertahankan
memberikan makanan asupan diet pasien
dalam porsi yang sedikit tetap stabil.
tapi sering. 3. Mencukupkan
4. Tentukan diet sesuai kebutuhan nutrisi
dengan kebutuhan. pasien.
5. Berikan penkes kepada 4. Memberikan diet
keluarga pasien tentang kepada pasien
kebutuhan nutrisi. sesuai dengan
kebutuhan.
5. Meningkatkan
kebutuhan nutrisi
sesuai dengan
kebutuhan.

senin, 06 Resiko Tujuan dan Kriteria hasil:


juni 2017 kekurangan cairan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24
berhubungan jam, resiko kekurangan volume cairan dapat tertasi
dengan dengan kriteria hasil, tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
hipermetabolik turgor kulit elastis, membaran mukosa lembab.
ditandai dengan
An. A lemas dan
bibir kering.
Rencana Keperawatan Rasional
Mandiri:
1. Identifikasi kemungkinan 1. Mengetahui
penyebab kekurangan penyebab untuk
cairan. mengetahui
2. Monitor adanya penyelesaian.
kehilangan cairan. 2. Mengetahui
3. Anjurkan keluarga keadaan umum
memberikan banyak pasien.
minum air putih. 3. Mencukupkan
kebutuhan agar
tidak terjadi
dehidrasi.

2.3.6 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan pada An. A


dengan masalah Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi di
lingkungan 1 kecamatan Medan polonia.
Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
tanggal Keperawatan SOAP
Senin, 06-06- Hipertermi Tindakan Mandiri: S:
2017 berhubungan 1. Membina hubungan -Ibupasien
dengan paparan saling percaya dengan mengatakan
lingkungan yang An. A dan keluarga. Badan An. A terasa
panas ditandai 2. Melakukan pengkajian panas.
dengan ibu hingga pemeriksaan head O:
mengatakan to toe. -Tampak lemas dan
badan pasien 3. Mengobservasi tanda- sidikit pucat.
terasa panas, tanda vital. -An. A tampak rewel.
pasien tampak 4. Memberikan penjelasan -suhu tubuh 39◦C.
lemas, tidak ada pada keluarga tentang A:
pendingin peningkatan suhu tubuh -Masalah hipertermi
ruangan, pasien yang terjadi. belum teratasi wajah
terlihat 5. Menganjurkan ibu untuk An. A masih pucat
berkeringat, suhu menggunakan pakain dan bibir kering.
tubuh 39◦C. yang tipis dan menyerap P:
keringat. -Intervensi di

6. Menganjurkan ibu lanjutkan.


memberikan banyak
minum kepada pasien.
7. Memberikan kompres
hangat.
8. Memastikan obat sudah
diberikan kepada pasien.
Senin,06-06- Ketidakseimbang Tindakan Mandiri: S:
2017 an nutrisi kurang 1. Monitor asupan diet -Ibu pasien
dari kebutuhan pasien: makanan yang mengatakan An. A
tubuh masuk ke tubuh 3-4 sudah mau makan dan
berhubungan sendok. minum yang banyak.
dengan kurang 2. Menganjurkan keluarga O:
asupan makanan, memberi makan dalam -Pasien habis makan 1
pasien tampak porsi yang sedikit tapi porsi.
pucat dan lemas. sering. A:

3. Memberikan penkes pada -Masalah


keluarga tentang ketidakseimbangan
kebutuhan nutrisi: nutrisi kurang dari

menambah pengetahuan kebutuhan tubuh


teratasi.
keluarga tentang
P:-
pentingnya nutrisi bagi
keluarga.
Senin, 06-06- Resiko Tindakan Mandiri: S:-pasien mengatakan
2017 kekurangan cairan 1. Anjurkan ibu An. A sudah mau
berhubungan memberikan banyak minum yang banyak.
dengan dengan minum kepada An. A O:
hipermetabolik. 2. Memberikan penjelasan -status hidrasi atau
akibat kekurangan cairan kelembababn
tubuh. membrane mukosa
3. Monitor status hidrasi lembab.
pasien (kelembaban A:
mukosa kering). -Pasien tidak ada
tanda-tanda dehidrasi
lagi.
P:
-intervensi dihentikan
Selasa, 07- Hipertermi Tindakan Mandiri: S:
06-2017 berhubungan 1. Mengobservasi tanda- -ibu An. A
dengan paparan tanda vital pasien. mengatakan demam
lingkungan yang 2. Memberikan kompres sudah berkurang
panas. hangat. O:
-suhu tubuh 37,8◦C
A:
-Masalah hipertermi
teratasi sebagian
temperatur berkurang
37,8◦C.
P:
-Intervensi dilanjutkan
Rabu, 08-06- Hipertermi Tindakan Mandiri: S:
2017 berhubungan 1. Mengobservasi tanda- -Ibu pasien
dengan paparan tanda vital. mengatakan tidak
lingkungan yang 2. Mengobservasi membran demam lagi.
panas. mukosa, dan turgor kulit. -ibu pasien
3. Memberikan kompres mengatakan keringat
hangat. yang keluar tidak
banyak lagi.
O:
-Pasien tampak segar
-Wajah pasien tidak
pucat lagi
-Temperatur 36,5◦C
A:
-Masalah teratasi
P:
-Intervensi dihentikan.

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi
panas. Sehubungan dengan kasus yang saya ambil pada karya tulis ilmiah adalah
An. A dengan usia 1 tahun, berjenis kelamin laki-laki, beragama islam, tinggal di
jl. Citra karya gang seram lingkungan 1 kecamatan Medan polonia. Pada tanggal
06 juni 2017 dan dilakukan pengkajian pukul 10.00 WIB. Pasien menderita
demam sudah berlangsung selama 3 hari dan pasien rewel suhu tubuh 39◦C dan
pernah mengalami riwayat kejang. Keluhan utama pasien adalah ibu pasien
mengatakan An. A mengalami peningkatan suhu tubuh, disebabkan karena
proses infeksi yang terjadi di dalam tubuh dan suhu tubuh An. A pernah sampai
40◦C, ibu pasien sudah membawa berobat ke puskesmas terdekat dan pasien
kesulitan untuk makan. Untuk meminimalisasikan masalah pada diagnosa
prioritas dan diagnosa keperawatan. Penulis menginplementasikan intervensi
yang telah direncanakan oleh penulis 3x24 jam. Diagnosa prioritas yang diangkat
oleh peneliti teratasi sesuai dengan target.

3.2 Saran
1. Bagi penulis
Diharapkan penulis dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
dengan prioritas kebutuhan dasar yaitu hipertermi secara optimal pada
pasien kelolaan.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Sebaiknya pendidikan keperawatan lebih meningkatkan pengayaan,
penerapan, dan pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa,
meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang
lebih kepada mahasiswa dan menambah referensi tentang peningkatan
suhu tubuh.
3. Bagi Praktik Keperawatan
Memberikan masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu
keperawatan dan profesi keperawatan yang profesional sehingga bisa
meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan.
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat selama proses
pemberian asuhan keperawatan, diharapkan klien dan keluarga mandiri
dalam mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan bagi diri,
keluarga maupun lingkungan, sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2007. Penanganan Demam Pada Anak,


http://naturaterapi.com/indeks.php/penanganan-demam-pada-anak/
Diakses 24 Juni 2013
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta:
EGC
Doenges, Moorhouse dan Geisster A. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi4. Jakarta: EGC
Iqbal Wahid Mubarak. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dsar Manusia Teori
dan Aplikkasi dalam Praktki. Jakarta: EGC
Nelwan. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Potter and Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktek. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC
Potter and Perry.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktek. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC
Suratun dan Lusiana. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Gastrointestinal. Jakarta: TIM

Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ No. Dx Implementasi Keperawatan
tanggal
Senin, Hipertermi berhubungan Tindakan Mandiri:
06 Juni dengan proses infeksi 1. Membina hubungan saling
2017 ditandai dengan ibu pasien percaya dengan An. A dan
mengatakan demam sudah keluarga.
berlangsung selama 3 hari, 2. Melakukan pengkajian identitas
An. A rewel dan suhu tubuh hingga pemeriksaan head to toe
39◦C. pada An. A.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital
4. Memberikan penjelasan pada
keluarga tentang peningkatan
suhu tubuh yang terjadi.
5. Menganjurkan ibu pasien
memberikan pakaian yang tipis
dan menyerap keringat.
6. Menganjurkan pasien untuk
minum banyak kurang lebih 2-
2,5 liter per hari.
7. Memberikan kompres hangat.
8. Memastikan pasien sudah
minum obat yang didapat dari
puskesmas sesuai dengan resep
yang diberikan dokter.
Senin, Ketidakseimbangan nutrisi Tindakan Mandiri:
06 Juni 9kurang dari kebutuhan 1. Monitor asupan diet pasien:
2017 tubuh berhubungan dengan makanan yang masuk ke tubuh
kurang asupan makanan 3-4 sendok.
ditandai dengan pasien 2. Menganjurkan keluarga memberi
tampak pucat dan lemas. makan dalam porsi yang sedikit
tapi sering.
3. Memberikan penkes pada
keluarga tentang kebutuhan
nutrisi: menambah pengetahuan
keluarga tentang pentingnya
nutrisi bagi keluarga.
Senin, Resiko kekurangan cairan Tindakan Mandiri:
06 Juni berhubungan dengan 1. Anjurkan ibu memberikan
2017 hipermetabolik ditandai banyak minum kepada An. A.
dengan An. A tampak lemas 2. Memberikan penjelasan akibat
dan bibir kering. kekurangan cairan tubuh.
3. Monitor status hidrasi pasien
(kelembaban mukosa kering).
Selasa, Hipertermi berhubungan Tindakan Mandiri:
07 Juni dengan proses infeksi 1. Mengobservasi tanda-tanda vital
2017 ditandai dengan ibu pasien pasien.
mengatakan demam sudah 2. Memberikan kompres hangat.
berlangsung selama 3 hari,
An. A rewel dan suhu tubuh
39◦C.
Rabu, Hipertermi berhubungan Tindakan Mandiri:
08 Juni dengan proses infeksi 1. Mengobservasi tanda-tanda vital.
2017 ditandai dengan ibu pasien 2. Mengobservasi membran
mengatakan demam sudah mukosa, dan turgor kulit.
berlangsung selama 3 hari, 3. Memberikan kompres hangat.
An. A rewel dan suhu tubuh
39◦C.

Anda mungkin juga menyukai