Oleh:
MINAH SARI
142500006
Niin 142500006
Dengan ini menyatakan bahwa Kay a Tulis llmiah ini yang berjudul
"Asuhan Keperawatan Pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar
Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertenni di Lingkungan 1 Kelurahan Sari Rejo
Kecamatan Medan Polonia” adalah benar hasil karya sendiri, kecuali dalam
pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah dianjukan
kepada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab
atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus
di junjung tinggi.
Pembimbing
Puji dan syukur penulis panjatkan kedahiran Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. A dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi di
Lingkungan 1 Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia”. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
ii
Universitas Sumatera Utara
ini, memberikan kasih sayangnya, motivasi hidup, perhatian dan doa
restu yang tiada henti kepada anaknya yang selama ini berjuang agar
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik untuk masa
depan yang lebih baik.
9. Kakakku (Nila Sari, Lanni Sari) dan adik-adikku tercinta (Lianna
Safitri, Muhammad Ikrom, Nabilah Ade Rahmi, Muhammad Iqbal)
yang selalu memberikan semangat agar bisa menyelesaikan pendidikan
ini.
10. Teman-teman stambuk 2014 terkhusus kepada Kelompok Belajar Skill
Lab A1 Syaraf Kranialku dan teman satu Dosen Pembimbing saya
Irma H sinaga, dan Nio Bonita Sirait dan untuk teman dekatku diposko
Wisda Elviani.
11. Teman dekatku yang selalu setia mendengar keluhan dan memberikan
saran, motivasi yang tiada henti Ulfa Nurpratika Sari Dan Nopenti
Astria Sembiring dan untuk adik kosku Dita Risky Saputri Hasibuan.
12. Seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusun Karya Tulis Ilmiah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunanya. Maka dengan
segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran serta
masukan dari semua pihak yang dapat menyempurnakan karya tulis
ilmiah ini.
Minah Sari
BAB 1
PENDAHULUA
N
1.1 Latar Belakang
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme
kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga
terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39◦C.
Selain adanya tanda-tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada
pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan
dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).
Menurut Wong (2008) terdapat empat jenis demam yang umum terjadi
yaitu demam intermiten, remiten, kambuhan, dan konstan. Selama demam
intermiten, suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval yang teratur, antara
priode demam dan priode suhu normal serta subnormal. Selama demam remiten,
terjadi fluktuasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari 2 ◦C) dan berlangsung
selama 24 jam, dan selama itu suhu tubuh berada di atas normal. Pada demam
kambuh, masa febris yang pendek selama beberapa hari diselangi dengan priode
suhu normal selama 1-2 hari. Selama demam konstan, suhu tubuh akan sedikit
berfluktuasi, tetapi berada di atas normal.
Tanda-tanda klinis demam dapat bervariasi, tergantung pada awitan,
penyebab, dan tahap pemulihan demam. Semua tanda tersebut muncul akibat
adanya perubahan set point pada mekanisme pengontrolan suhu yang diatur oleh
hipotalamus. Pada kondisi normal, ketika suhu inti naik diatas 37 ◦C, laju
pengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat set
point. Sebaliknya, ketika suhu inti kurang dari 37 ◦C, laju pengeluaran panas akan
meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat set point. Dalam keadaan
ini termost hipotalamus berubah secara tiba-tiba dari tingkat normal ke tingkat
yang lebih tinggi akibat pengaruhan kerusakan sel, zat-zat pirogen, atau dehidrasi
pada hipotalamus.
Dampak yang ditimbulakan hipertermia dapt berupa penguapan cairan
tubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang (Alves &
1
Universitas Sumatera Utara
Almeida, 2008, dalam Setiawati, 2009). Hipertermia berat (suhu lebih dari 41 ◦C)
Dapat juga menyebakan hipotensia, kegagalan organ multipel, koagulopati, dan
kerusakan otak yang irreversibel. Hipertermi menyebabkan peningkatan
metabolisme selular dan konsumsi oksigen. Detak jantung dan pernapasan
meningkat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Berdasarkan masalah diatas, hipertermi merupakan salah satu masalah
yang harus diatasi, maka apabila terjadi hipertermi harus segera diatasi jika tidak
segera diatasi atau berkepanjangan akan berakibat fatal seperti halnya dapat
menyebabkan kejang demam pada anak, kekurangan volume cairan atau bahkan
terjadi syok dan gangguan tubuh kembang pada anak.
Berdasarkan studi diatas penulis tertarik untuk menyusun karya tulis
ilmiah mengenai asuhan keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
peningkatan suhu tubuh: hipertemi pada An. A di Lingkungan 1 Kelurahan Sari
rejo Kecamatan Medan Polonia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Penulis dapat memperoleh gambaran tentang penerapan Asuhan
Keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar peningkatan suhu
tubuh: Hipertermi di Lingkungan 1 Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan
Polonia.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari asuhan keperawatan pada masalah
peningkatan suhu tubuh: hipertermi di lingkugan 1 kelurahan sari rejo
kecamatan medan polonia yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi konsep dasar peningkatan suhu tubuh:
hipertermi
2. Untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan dengan prioritas masalah
kebutuhan dasar peningkatan suhu tubuh: hipertermi pada An. A.
1.3 Manfaat
1. Bagi Pendidikan
Menjadi wacana dan bahan masukan dalam proses belajar mengajar
terhadap pemberian asuhan keperawatan dengan prioritas masalah
kebutuhan dasar peningkatan suhu tubuh: hipertermi.
2. Bagi perawat
Meningkatkan pengetahuan perawat tentang gangguan keseimbangan
suhu tubuh: hipertermi dan perawatan pada pasien serta dapat digunakan
sebagai alat bantu bagi perawat untuk mengevaluasi dalam upaya
peningkatan pelayanan bagi pasien dengan masalah peningkatan suhu
tubuh: hipertermi.
3. Bagi Ibu
Untuk menambah pengetahuan ibu tentang peningkatan suhu tubuh:
hipertermi dan bisa melakukan tindakan kompres pada saat demam.
4. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang
lebih mendalam dan upaya dalam memberikan asuhan keperawatan yang
khusus pada pasien dengan peningkatan suhu tubuh: hipertermi.
BAB 2
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan masalah Peningkatan Suhu
Tubuh: Hipertermi
2.1.1 Defenisi Hipertermi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan
mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang
berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak
berbahaya jika dibawah 39◦C. Selain adanya tanda-tanda klinis, penentuan
hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda
dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut
(Potter & Perry,2010).
Tanda-tanda klinis demam dapat bervariasi, tergantung pada awitan,
penyebab, dan tahap pemulihan demam. Semua tanda tersebut muncul akibat
adanya perubahan set point pada mekanisme pengontrolan suhu yang diatur
oleh hipotalamus. Pada kondisi normal, ketika suhu inti naik diatas 37◦C, laju
pengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat
set point. Sebaliknya, ketika suhu inti kurang dari 37◦C, laju pengeluaran
panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat set point.
Dalam keadan ini termost hipotalamus berubah secara tiba-tiba dari tingkat
normal ke tingkat yang lebih tinggi akibat pengaruhan kerusakan sel, zat-zat
pirogen, atau dehidrasi pada hipotalamus.
Salah satu kebutuhan fisiologis yang harus dipertahankan oleh
individu adalah kebutuhan termoregulasi. Menurut Potter dan Perry (2005),
tubuh manusia dapat berfungsi normal hanya dalam rentang temperatur yang
terbatas atau sempit yaitu 37◦ C (98◦F) ± 1◦C. Temperatur tubuh di luar
rentang ini dapat menimbulkan kerusakan dan efek yang permanen seperti
kerusakan otak atau bahkan kematian. Secara sementara tubuh dapat
mengatur temperatur melalui mekanisme tertentu. Terpapar pada panas yang
berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas metabolik tubuh dan
meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan. Pemajanan pada panas yang lama
dan berlebihan juga mempunyai efek fisiologis yang khusus salah satunya
adalah peningkatan suhu tubuh (hipertermi).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal. Kenaikan suhu
tubuh merupakan bagian dari reaksi biologis kompleks, yang diatur dan
dikontrol oleh susunan saraf pusat. Demam sendiri merupakan gambaran
karakteristik dari kenaikan suhu tubuh karena berbagai penyakit infeksi dan
non-infeksi (Sarasvati, 2010).
Selama episode febris, produksi sel darah tubuh distimulasi. Suhu
yang meningkat dan menurunkan konsentrasi zat besi dan plasma darah,
menekan pertumbuhan bakteri.Demam juga bertarung dengan infeksi karena
virus menstimulasi interferon., substansi ini yang bersifat melawan virus.
Demam juga berfungsi sebagai tujuan diagnostik. Selama demam,
metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme
tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung
dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
terhadap nutrien. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang
memproduksi panas tambahan (Potter & Perry, 2005).
Menurut Tamsuri(2007), suhu tubuh dibagi:
- Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36◦C
- Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36◦C-37,5◦C
- Febris/pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5◦C-40◦C
- Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40◦C
2.1.2 Pola Demam
Menurut Potter dan Perry (2005), demam merupakan mekanisme
pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu sampai 39◦C meningkatkan
sistem imun tubuh. Selama episode febris, produksi sel darah putih
distimulasi. Suhu yang meningkat menurunkan konsentrasi zat besi dalam
plasma darah, menekan pertumbuhan bakteri. Demam juga bertarung dengan
infeksi karena virus menstimulasi interferon, substansi ini yang bersifat
melawan virus. Demam juga berfungsi sebagai diagnostik. Pola demam
berbeda tergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen
berakhir puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda. Durasi dan
derajat demam bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan individu
untuk berespon. Pola demam antara lain:
1. Terus menerus
Tingginya menetap lebih dari 24 jam bervariasi 1◦C sampai 2◦C.
2. Intermiten
Demam memuncak secara berseling dengan suhu normal. Suhu kembali
normal paling sedikit sekali dalam 24 jam.
3. Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
4. Relaps
Priode episode demam diselangi dengan tingkat suhu normal. Episode
demam dan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Seluruh tubuh panas
2. Apakah menyebar
Ibu mengatakan demam yang dirasakan An. A menyebar
pada seluruh tubuh
D. Severity
Peningkatan suhu dialami oleh An. A adalah 39•C
E. Time
Peningkatan suhu dirasakan oleh An. A sudah berlangsung
selama 3 hari
Mandiri:
1. Observasi tanda-tanda 1. Tanda-tanda vital
vital merupakam acuan
2. Berikan pengetahuan untuk mengetahui
pada keluarga tentang keadaan umum
peningkatan suhu tubuh pasien
yang terjadi. 2. Agar keluarga
3. Anjurkan ibu mengetahui
memberikan pakaian peningkatan suhu
yang tipis kepada pasien tubuh yang terjadi
yang menyerap keringat. dan untuk
4. Anjurkan ibu mengurangi
memberikan banyak kecemasan
minum air putih 2-2,5 3. Untuk menjaga
liter perhari agar pasien merasa
5. Berikan kompres hangat nyaman, dan
pada dahi, ketiak. pakaian tipis yang
6. Memastikan pasien dikenakan untuk
meminum obat penurun membantu
demam atau antipiretik penguapan tubuh
yaitu parasetamol atau 4. Peningkatan suhu
ibuprofen. tubuh
mengakibatkan
penguapan tubuh
meningkat
sehingga perlu
diimbangi dengan
asupan cairan yang
banyak untuk
mencegah
terjadinya
dehidrasi.
5. Kompres hangat
membantu untuk
menurunkan suhu
tubuh.
6. Sebagai obat
penurun demam
yang didapat dari
puskesmas
terdekat.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Bagi penulis
Diharapkan penulis dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
dengan prioritas kebutuhan dasar yaitu hipertermi secara optimal pada
pasien kelolaan.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Sebaiknya pendidikan keperawatan lebih meningkatkan pengayaan,
penerapan, dan pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa,
meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang
lebih kepada mahasiswa dan menambah referensi tentang peningkatan
suhu tubuh.
3. Bagi Praktik Keperawatan
Memberikan masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu
keperawatan dan profesi keperawatan yang profesional sehingga bisa
meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan.
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat selama proses
pemberian asuhan keperawatan, diharapkan klien dan keluarga mandiri
dalam mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan bagi diri,
keluarga maupun lingkungan, sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ No. Dx Implementasi Keperawatan
tanggal
Senin, Hipertermi berhubungan Tindakan Mandiri:
06 Juni dengan proses infeksi 1. Membina hubungan saling
2017 ditandai dengan ibu pasien percaya dengan An. A dan
mengatakan demam sudah keluarga.
berlangsung selama 3 hari, 2. Melakukan pengkajian identitas
An. A rewel dan suhu tubuh hingga pemeriksaan head to toe
39◦C. pada An. A.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital
4. Memberikan penjelasan pada
keluarga tentang peningkatan
suhu tubuh yang terjadi.
5. Menganjurkan ibu pasien
memberikan pakaian yang tipis
dan menyerap keringat.
6. Menganjurkan pasien untuk
minum banyak kurang lebih 2-
2,5 liter per hari.
7. Memberikan kompres hangat.
8. Memastikan pasien sudah
minum obat yang didapat dari
puskesmas sesuai dengan resep
yang diberikan dokter.
Senin, Ketidakseimbangan nutrisi Tindakan Mandiri:
06 Juni 9kurang dari kebutuhan 1. Monitor asupan diet pasien:
2017 tubuh berhubungan dengan makanan yang masuk ke tubuh
kurang asupan makanan 3-4 sendok.
ditandai dengan pasien 2. Menganjurkan keluarga memberi
tampak pucat dan lemas. makan dalam porsi yang sedikit
tapi sering.
3. Memberikan penkes pada
keluarga tentang kebutuhan
nutrisi: menambah pengetahuan
keluarga tentang pentingnya
nutrisi bagi keluarga.
Senin, Resiko kekurangan cairan Tindakan Mandiri:
06 Juni berhubungan dengan 1. Anjurkan ibu memberikan
2017 hipermetabolik ditandai banyak minum kepada An. A.
dengan An. A tampak lemas 2. Memberikan penjelasan akibat
dan bibir kering. kekurangan cairan tubuh.
3. Monitor status hidrasi pasien
(kelembaban mukosa kering).
Selasa, Hipertermi berhubungan Tindakan Mandiri:
07 Juni dengan proses infeksi 1. Mengobservasi tanda-tanda vital
2017 ditandai dengan ibu pasien pasien.
mengatakan demam sudah 2. Memberikan kompres hangat.
berlangsung selama 3 hari,
An. A rewel dan suhu tubuh
39◦C.
Rabu, Hipertermi berhubungan Tindakan Mandiri:
08 Juni dengan proses infeksi 1. Mengobservasi tanda-tanda vital.
2017 ditandai dengan ibu pasien 2. Mengobservasi membran
mengatakan demam sudah mukosa, dan turgor kulit.
berlangsung selama 3 hari, 3. Memberikan kompres hangat.
An. A rewel dan suhu tubuh
39◦C.