Anda di halaman 1dari 60

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ZAT

BESI TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL


DI PUSKESMAS BIREM BAYEUN
KABUPATEN ACEH TIMUR

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
MULIA ZAHARA
1914201186B

PROGRAM STUDI NERS-S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FLORA
MEDAN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul : Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Zat Besi


terhadap Pengetahuan Ibu Hamil di Puskesmas
Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur

Nama Mahasiswa : Mulia Zahara

Nomor Induk Mahasiswa : 1914201186B

Jurusan : Ners (S.Kep)

Skripsi ini telah diperiksa dan dapat diajukan untuk proses selanjutnya

Medan, November 2020


Pembimbing

Jun Edy Samosir Pakpahan, S.K.M., M.K

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan Proposal Penelitian

ini dengan berjudul “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Zat Besi terhadap

Pengetahuan Ibu Hamil di Puskesmas Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur”.

Adapun tujuan penulisan Proposal Penelitian ini adalah sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan Program Studi Ners-S1 Keperawatan di STIKes

Flora. Pembuatan Proposal Penelitian ini didasarkan pada petunjuk yang telah

ditetapkan namun demikian peneliti menyadari bahwa pembuatan Proposal

Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasa, oleh

sebab itu peneliti mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya membangun

dari pembaca demi penyempurnaan Proposal Penelitian ini.

Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dr. Fitria Aldy, M.Ked (oph), Sp.M selaku Ketua STIKes Flora.

2. Ibu Suherni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua Program Studi Ners STIKes Flora.

3. Bapak Jun Edy Samosir Pakpahan, S.K.M., M.K.M selaku pembimbing

penyusun Proposal Penelitian dengan segala kesabaran dan ketulusannya dalam

menyediakan waktu untuk bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama

proses penyelesaian Proposal Penelitian ini.

4. Seluruh staff pengajar di Program Studi Ners-S1 Keperawatan STIKes Flora

yang telah mendidik, membekali peneliti dengan ilmu pengetahuan selama

dalam masa pendidikan.

iii
5. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah mengasuh dan membesarkan

peneliti dengan penuh kasih sayang. Dan doa yang tiada hentinya serta

membantu baik moril maupun materil demi tercapainya cita-cita peneliti.

6. Untuk sahabat-sahabat dan teman-teman seangkatan serta adik-adik di

Program Studi Ners-S1 Keperawatan STIKes Flora.

Akhirnya peneliti serahkan kepada Allah SWT semoga ilmu yang peneliti

selama menjalani Pendidikan di Program Studi Ners-S1 Keperawatan STIKes

Flora dapat berguna bagi semua hanya kepada Allah SWT peneliti memohon

pertolongan. Amin Ya Rabbal 'Alamin.

Langsa, November 2020


Peneliti

Mulia Zahara
11914201186B

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iv
DAFTAR SKEMA................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah.................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................... 6
1.5 Hipotesis Penelitian.................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penyuluhan kesehatan................................................. 8
2.2 Konsep kehamilan....................................................... 15
2.3 Anemia dalam kehamilan........................................... 29
2.4 Pengetahuan ............................................................... 30
2.5 Kerangka konsep ........................................................ 31

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ........................................................ 32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................... 32
3.3 Populasi dan Sampel................................................... 32
3.3.1 Populasi............................................................. 32
3.3.2 Sampel............................................................... 32
3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................... 35
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.............. 35
3.6 Metode Pengukuran .................................................... 36
3.7 Pengolahan Data dan Teknik Analisa Data................. 38
3.7.1 Pengolahan Data................................................ 38
3.7.2 Analisa Data...................................................... 40
3.8 Etika Penelitian............................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kandungan Elemental Besi Berbagai Sediaan................... 25

Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................... 36

vi
DAFTAR SKEMA

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep .............................................................. 31

vii
1

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan program pemerintah yang

salah satu tujuannya adalah mempercepat meningkatkan kesehatan ibu, program ini

diharapkan terwujud pada tahun 2030. Namun sampai saat ini masalah kesehatan ibu

menjadi kendala utama yang dirasakan oleh masyarakat, hal ini dikarenakan

tingginya faktor yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak yang terjadi pada

masa kehamilan salah satunya yang disebabkan oleh anemia (Rohim, 2015).

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah eritrosit yang beredar atau

konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah menurun, sebagai akibatnya ada

penurunan transportasi oksigen dari paru ke jaringan perifer. Anemia dalam

kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Sarwono, 2011).

Anemia merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia yang harus dipikirkan

secara serius, apalagi anemia yang terjadi pada ibu hamil yang akan berdampak pada

ibu dan bayinya, dampak yang timbul antara lain, kehamilan abortus, berat bayi lahir

rendah, kelahiran prematur, bayi kekurangan gizi saat didalam kandungan / Intra

Uterine growth retardation (IUGR), power tenaga saat melahirkan lemah sehingga

menyebabkan persalinan menjadi lama, proses lamanya persalinan dapat

meningkatkan angka infeksi pada ibu dan bayi, atonia uteri (uterus tidak bisa

mengkerut) merupakan penyebab terjadinya perdarahan pada saat melahirkan

maupun setelah melahirkan (Sulastri, 2017).

1
2

Menurut Proverawati dan Asfuah (2015), anemia kehamilan adalah penurunan

kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan pada trimester 1 dan

III. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan

bagi ibu dan janin salah satunya dapat meningkatkan risiko perdarahan. Selain itu

anemia pada ibu hamil juga dapat meningkatkan risiko pada bayi yang dilahirkannya

dalam hal ini bayi akan menderita kurang zat besi, serta berdampak buruk pada

pertumbuhan sel-sel otak anak yang dapat mengurangi kecerdasan anak. Hal ini bisa

disebabkan oleh kurangnya zat gizi untuk pembentuk darah, seperti kekurangan zat

besi, asam folat ataupun vitamin B12. Anemia yang paling sering terjadi pada ibu

hamil adalah anemia kekurangan zat besi (Fe) (Prilia, 2018).

Anemia dapat menimbulkan kematian pada ibu sekitar 15-20% baik secara

langsung atau tidak langsung. World Health Organization (WHO) tahun 2016

melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami anemia sekira 35-75%,

serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Kasus anemia

pada kehamilan masih merupakan masalah di seluruh dunia, namun paling sering

terjadi pada negara berkembang. Kasus anemia pada ibu hamil di Indonesia termasuk

tinggi. Fenomena tingginya angka kematian ibu dan anak sering terjadi pada negara

berkembang (Kosasih, 2018).

Jumlah ibu hamil dengan anemia di Indonesia menurut Laporan Nasional

Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 sebanyak 48,9% dimana angka

kejadian tertinggi pada usia15-24 tahun sebanyak 84,6%, usia 25-34 tahun sebesar
3

33,7%, usia 35-44 tahun sebesar 33,6% dan usia 45-54 tahun sebesar 24%

(Riskesdas, 2018).

Kasus komplikasi kehamilan termasuk anemia dalam kehamilan di Provinsi

Aceh pada tahun 218 sebanyak 25.546 orang ibu hamil atau 20 dari seluruh

kehamilan, sementara jumlah kasus komplikasi kehamilan di Kota Langsa sebanyak

805 orang ibu hamil atau 20% dari seluruh kehamilan yang ada di Kota Langsa

(Profil Dinkes Aceh, 2018).

Jumlah ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan Hb di Kabupaten Aceh Timur

pada tahun 2019 sebanyak 3.803 orang dimana ibu hamil yang mengalami anemia

sebanyak 332 orang atau 8,7% dimana ibu hamil dengan anemia ringan (Hb 8-11

mg/dl) sebanyak 323 orang dan sebanyak 9 orang mengalami anemia berat (<8

mg/dl) (Dinkes Aceh Timur, 2019).

Faktor yang menyebabkan ibu hamil mengalami anemia terutama disebabkan

oleh kehilangan darah, kekurangan produksi sel darah merah atau perusakan sel darah

merah yang lebih cepat dari normal. Bertambahnya sel darah kurang dibandingkan

dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Secara fisiologis,

pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin

berat dengan adanya kehamilan.Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada

trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya

sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan

setelah partus (Sulastri, 2017).


4

Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia pada saat hamil

yaitu defisiensi besi, antara lain karena kurangnya asupan zat besi dan protein dari

makanan dan meningkatnya kebutuhan zat besi pada saat hamil. Jika persediaan Fe

minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya

akan menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil

mengalami hemodilusi (pengenceran darah) dengan peningkatan volume 30%-40%

yang puncaknya sampai kehamilan 32 sampai 34 minggu (Salmah, 2013).

Tidak semua ibu hamil akan mengkonsumsi tablet Fe dengan teratur, hal ini

diakibatkan oleh faktor kurangnya pengetahuan tentang pentingnya tablet Fe dalam

kehamilan, hal ini akan berdampak pada proses penyerapan zat besi sehingga

peningkatan haemoglobin tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pengetahuan ibu

hamil tentang anemia dan zat besi didapat dari penyuluhan yang diberikan bidan pada

waktu periksa Ante Natal Care (ANC). Adapun informasi yang perlu dipahami oleh

petugas kesehatan serta masyarakat meliputi pengertian anemia, pemberian dan dosis,

efek samping, distribusi, dan berbagai macam rumor tentang Tablet Besi (Rukiyah,

2017).

Rendahnya pengetahuan ibu mengenai gizi bagi ibu terutama bagi ibu hamil

akan mempengaruhi perilaku ibu dalam mengkonsumsi asupan makanan yang bergizi

selama kehamilan. Pengetahuan atau kognitifmerupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Apabila penerimaan perilaku

baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
5

positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) (Notoatmojo,

2012).

Ibu hamil sebaiknya mengetahui tentang manfaat zat besi bagi ibu hamil agar

ibu hamil dapat memenuhi kebutuhan zat besi selama kehamilan, Karena setiap ibu

hamil berisiko untuk mengalami anemia. Jumlah ibu hamil yang mengalami anemia

di Puskesmas Birem Bayeun sebanyak 112 orang dan yang mengalami anemia

sebanyak 37 orang (33%). Hasil survey awal yang penulis lakukan dengan melakukan

wawancara kepada 10 orang ibu hamil hanya 2 orang (20%) yang berpengetahuan

baik tentang zat besi, 4 orang (40%) yang berpengetahuan cukup dan sebanyak 4

orang (40%) lainnya berpengetahuan kurang.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan tentang zat besi terhadap pengetahuan ibu

hamil di Puskesmas Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah Adakah Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Zat Besi Terhadap

Pengetahuan Ibu Hamil di Puskesmas Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur ?“

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang zat besi terhadap

pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur.


6

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik ibu hamil berdasakan

usia, paritas, pendidikan dan pekerjaan di Puskesmas Birem Bayeun

Kabupaten Aceh Timur.

2. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang zat besi terhadap

pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur.

1.4. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang zat besi terhadap

pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Birem Bayeun Kabupaten

Aceh Timur.

Ho : Tidak ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang zat besi terhadap

pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Birem Bayeun Kabupaten

Aceh Timur.

1.5. Manfaat penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini digunakan untuk memperkaya bukti empiris dan memperluas

wawasan pembaca mengenai penyuluhan agar mampu meningkatkan

pengetahuan dan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi.


7

1.5.2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Bagi Ibu Hamil

Hasil penelitian ini digunakan untuk memberikan informasi kepada ibu

hamil mengenai penyuluhan dengan media audiovisual mampu

meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi tablet besi.

b. Bagi Puskesmas Birem Bayeun

Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan masukan dalam memberikan

peningkatan pelayanan kebidanan sehingga derajat kejadian anemia dapat

turun dan target pemerintah dapat terpenuhi.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini digunakan untuk memberikan informasi sebagai bahan

penelitian lebih lanjut dan rekomendasi untuk mengembangkan penelitian

dengan membandingkan efektivitas dengan media yang lain.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyuluhan Kesehatan

2.1.1. Pengertian

Penyuluhan kesehatan dalam arti pendidikan. secara umum adalah segala

upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok,

atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsure-unsur input

(sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang

diharapkan dari suatu promosi atau Penyuluhan kesehatan adalah perilaku kesehatan,

atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh

sasaran dari promosi kesehatan (Notoadmojo, 2012).

Penyuluhan kesehatan dapat didefinisikakan sebagai proses perubahan

kebiasaan, sikap dan pengetahuan pada diri manusia untuk mencapai tujuan

kesehatan. Artinya Penyuluhan kesehatan merupakan proses perkembangan yang

dinamis, sebab individu dapat menerima atau menolak apa yang diberikan oleh

perawat (Niman, 2017).

Penyuluhan kesehatan merupakan merupakan suatu bentuk intervensi

keperawatan mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok maupun

8
9

masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan melalui kegiatan pembelajaran dan

perawat berperan sebagai pendidik (Darmawati, 2019).

2.1.2. Tujuan Penyuluhan kesehatan

Masyarakat memiliki hak untuk berharap dan menerima perawatan kesehatan

secara menyeluruh, termasuk Penyuluhan kesehatan. Di era eformasi saat ini begitu

mudah nya masyarakat memperoleh berbagai ragam imformasi kesehatan,

dampaknya masyarakat akan lebih “pandai” atau lebih “kritis” dalam mengajukan

pertanyaan yang lebih signifikan tentang kesehatan dan pelayanan perawat-an

kesehatan yang mereka dapatkan. Menyingkapi hal ini, sudah menjadi kewajiban dari

setiap pemberi layanan kesehatan, termasuk perawat untuk memberikan Penyuluhan

kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat (Arisma, 2010).

Penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh perawat bertujuan untuk

mengubah perilaku individu, keluarga dan masyarakat sehingga memiliki perilaku

sehat dan berperan berperan aktif mempertahankan kesehatan. Penyuluhan kesehatan

yang diberikan oleh perawat mencangkup domain kognitif, atittude dan psikomotor

dari individu, keluarga adn masyarakat sehingga mampu memenuhi status kesehatan

yang optimal. Dengan kata lain pendidikan kehatan bertujuan mengajarkan setiap

individu untuk hidup dalam kondisi terbaik dengan berupaya keras untuk mencapai

tingkat kesehatan yang maksimal (Niman, 2017).

Pendidikan masyarakat merupakan salah satu peran perawat yang amat

penting. Karena bertujuan membantu pemenuhan kebutuhan klien akan informasi.

Klien dengan keterbatasan informasi tentang penyakit yang dialami atau perilaku
10

hidup sehat akan sulit melakukan perawatan terhadap penyakit yang dialami atau

berprilaku hidup sehat. Untuk itu, perawat berperan sebagai jembatan dalam

mengatasi adanya gap antara pengetahuan yang dimiliki oleh klien dengan kebutuhan

pengetahuan agar tercapai kondisi kesehatan yang optimal. Sehingga Penyuluhan

kesehatan diberikan kepada klien mencangkup : Bagaimana mempertahankan

kesejahteraan, mencegah penyakit atau injuri, memulihkan kondisi sakit dan

memfasilitasi penerapan koping yang adaptif (Cunigram, 2016).

Menurut Harmoko, (2012), Penyuluhan kesehatan klien berfokus pada

kemampuan klien dalam melakukan hidup sehat. Kemampuan klien dapat

ditingkatkan melalui Penyuluhan kesehatan yang efektif. Penyuluhan kesehatan yan

diberikan kepada individu secara sederhana memiliki tujuan:

a. Menyadarkan individu akan adanya masalah dan keburuhan individu untuk

berubah

b. Menyadarkan individu tentang apa yang dapat dilakukan atas adanya

masalah, sumber daya yang dimiliki dan dukungan yang bisa didapatkan.

c. Membantu individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok melakukan

kegiatan untuk mecapai tujuan hidup sehat.

d. Menjadikan kesehatan sebagai nilai-nilai yang harus ada ditanamkan dalam

diri individu.

e. Mendorong pengembanga dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang ada di masyarakat.


11

f. Mendidik individu agar lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan pribadi,

keselamatan lingkungan dan masyarakat.

g. Mendorong individu melakukan cara-cara positif untuk mencegah terjadinya

penyakit, mencegah bertambahnya penyakit dan ketergantungan

h. Menjadikan kesehartan sebagai salah satu nilai yang harus ditanamkan di

masyarakat.

Penyuluhan kesehatan bila dilihat dari segi pembiayaan kesehatan memiliki

relevansi dalam menurunkan anggaran kesehatan, karena Penyuluhan kesehatan dapat

memotong pembiayaan kesehatan melalui pencegahan penyakit, menghindari

pengobatan medis yang mahal, mengurangi lama hari rawat dan dapat memfasilitasi

proses recovery lebih dini (Niman, 2017).

Penyuluhan kesehatan bila dilihat dari sisi instansi pemberi layanan

kesehatan memiliki revelansi positif terhadap meningkatnya presentasi hasil survey

kesehatan terhadap layanan yang diberikan kepada publik dan mengurangi terjadinya

gugatan publik terhadap issue malpraktik (Harmoko, 2012).

2.1.3. Kegiatan Penyuluhan kesehatan

Kegiatan Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan oleh perawat pada berbagai

setting area layanan kesehatan seperti klinik, puskesmas, balai pengobatan, sekolah-

sekolah, rumah sakit, tempat kerja, panti sosial da srea komunitas, sedangkan yang

menjadi sasaran Penyuluhan kesehatan adalah individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat (Muslihin, 2017).


12

Penyuluhan kesehatan dapat diberikan baik individu yang sehat maupun

individu yang sakit. Pemberian Penyuluhan kesehatan pada individu yang sehat

bertujuan agar kondisi kesehatan tetap optimaldan Penyuluhan kesehatan pada

individu yang sakit bertujuan agar proses pemulihan dapat lebih optimal

(Prawiroharjo, 2016).

2.1.4. Tingkat Penyuluhan kesehatan

Menurut Niman (2017), Penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh perawat

ditunjukan untuk klien dan keluarga. Dampak dari Penyuluhan kesehatan yang

diberikan:

a. Kemampuan klien berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab sendiri.

b. Mengurangi Burden disease dan meningkatkan kualitas hidup klien pada

penyakit kronis

c. Meningkatkan pemahaman keluarga mengenai penyakit klien dan

meninngkatkan partisipasi keluarga dalam memberikan perawatan pada klien.

2.1.5. Metode Penyuluhan kesehatan

Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin

dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu:

a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina

perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu

perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual

ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda
13

sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk

pendekatannya yaitu : bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

dan wawancara.

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam

penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu

mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan

formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya kelompok, yaitu :

kelompok besar dan kelompok kecil. Dalam memilih metode pendidikan

kelompok, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan

formal dan sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan

kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan bergantung pada besarnya

sasaran pendidikan. Yang dimaksud dengan kelompok besar adalah apabila

peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang, metode yang baik untuk kelompok

besar ini adalah metode ceramah dan seminar.

1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah.

a) Persiapan

Ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai materi yang

akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan

diri dengan : mempelajari materi dengan sistematika yang baik.


14

Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema dan

mempersiapkan ala-alat bantu misalnya makalah singkat, slide,

transparan, sound system dan sebagainya.

b) Pelaksanaan

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila

penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk itu

penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : sikap dan

penampilan yang menyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan

gelisah, suara hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan harus

tertuju ke seluruh peserta ceramah, berdiri di depan (dipertengahan)

tidak boleh duduk dan menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA)

semaksimal mungkin (Notoatmodjo, 2012).

c. Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-

pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari

metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis

kelamin, pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan

sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa.


15

2.1.6. Media Pendidikan

Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Alat-alat

bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut (Tarwoto, 2017) :

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak

c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman

d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan –pesan yang

diterima oran lain

e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan

f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat

g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami,

dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik

h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

2.2. Konsep Kehamilan

2.2.1. Pengertian

Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya lair normal

adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama kali haid

terakhir, kehamilan dibagi dalam 3 triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3

bulan, triwulan kedua dari bulan ke 4 sampai 6 bulan, ddan triwulan ketiga dari bulan

ke 7 sampai bulan ke 9 (Sibagariang, E, 2016).


16

Masa kehamilan adalah masa yang dimulai dari terjadinya konsepsi sampai

dengan lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (4 minggu atau 9

bulan 7 hari). Dihitung dari hari pertama haid terakhir (Rukiah dan Yulianti, 2015).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal

adalah 280 hari 40 minggu atau 9 bulan 7 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir

(Rahayu. S, 2017).

2.2.2. Tanda-tanda Kemungkinan Hamil

Menurut Rahayu S (2017), tanda-tanda kemungkinan hamil adalah sebagai

berikut :

a. Rahim membesar/perut membesar, setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat

diraba dari luar dan mulai pembesaran perut. Terjadi perubahan dalam bentuk,

besar, dan konsistensi dari rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba

bahwa uterus membesar dan bentuknya makin lama makin bundar.

b. Dijumpai tanda : hegar, chadwikck, piscaseck, konstraksi, braxton hicks, dan

teraba ballotement, yaitu segmen bawah rahim melunak tanda hegar tanda ini

terdapat pada 2 per 3 kasus dan biasanya muncul pada minggu ke 6 dan 10

serta terlihat lebih awal pada perempuan yang hamilnya berulang.

c. Tes kehamilan positif. Dasar dari tes kehamilan adalah pemeriksaan hormon

choriorlik gonadotropin sub unit beta (beta heg) dalam urin. Cara khas yang

dipakai dengan menentukan adanya human chorionic gonadotropin pada

kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini

dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.


17

2.2.3. Tanda-Tanda Pasti Hamil

Menurut Rahayu S (2017), tanda-tanda pasti hamil adalah sebagai berikut :

a. Teraba gerakan janin.

Pemeriksaan merasakan gerakan janin dalam rahim pada usia 20 minggu,

terlihat adanya gambaran kerangka janin dengan pemeriksaan radiologi.

Dengan gambaran tanda kemungkinan hamil dan pemeriksaan dapat

dipastikan kehamilan pada wanita.

b. Dapat didengar denyut jantung janin.

Terdengar adanya denyut jantung janin, melalui pemeriksaan dengan

ultrasonografi dopler dapat di deteksi dengan denyut jantung janin pada

minggu ke delapan sampai minggu ke 12 setelah menstruasi terakhir dengan

steteskop leanec denyut jantung terdeteksi pada minggu ke 18 sampai ke 20.

c. Kelihatan tulang-tulang janin dalam rontgen fhoto/USG.

Melalui pemeriksaan USG, dapat diketahui juga panjang, kepala dan bokong

(trown-sump lenghth/TRI) janin dan merupakan metode yang akurat dalam

menentukan usia kehamilan.

2.2.4. Tanda Bahaya Pada Kehamilan

Menurut Hernawati dan Kamila (2017), tanda-tanda dini komplikasi pada

masa kehamilan usia muda adalah sebagai berikut :

a. Perdarahan Per Vaginam

Perdarahan melalui jalan lahir sebelum 3 bulan disebabkan oleh

keguguran/keguguran mengancam segera minta pertolongan, janin mungkin


18

masi bisa diselamatkan. Pendarahan per vaginam merupakan pendarahan yang

terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada masa kehamilan

muda, perdarahan per vagina yang berhubungan dengan kehamilan dapat

berupa abortus, kehamilan mola dan kehamilan ektopik.

b. Hipertensi Gravidarum

Kebanyakan ibu hamil dengan usia kehamilan 1-3 bulan sering merasa mual

dan muntah. Keadaan ini normal dan akan hilang dengan sendirinya pada

kehamilan lebih dari 3 bulan. Tetapi apabila ibu tetap tidak mau makan, dan

muntah terus menerus maka keadaan ini berbahaya bagi janin dan segera

datang ke puskesmas atau rumah sakit agar kehamilan dapat diselamatkan.

c. Keluar cairan pervaginam (ketuban pecah dini-KPD)

Dimana keluarnya cairan mendadak disertai dengan bau yang khas, namun

berbeda dengan bau air seni. Alirannya tidak terlalu deras keluar serta disertai

dengan rasa mulas atau sakit perut. Namun, adakalanya hanya terjadi

kebocoran ketuban. Tanpa disadari cairan ketuban merembes sedikit demi

sedikit sehingga cairan ini makin berkurang.

d. Gerakan janin tidak terasa

Gerakan janin dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu umur kehamilan, transport

glukosa, stimulus pada suara, kebiasaan janin, ibu yang merokok dan

penggunaan obat-obatan oleh bumil. Jika bayi tidur, gerakan akan melemah.

Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam.


19

e. Nyeri perut bagian bawah (ruptura uteri)

Nyeri abdomen yang hebat mungkin menunjukkan masalah yang megancam

keselamatan jiwa adalah nyeri abdomen yang hebat, menetap dan tidak hilang

setelah istirahat. Hal ini bearti appeditis, aborsi, penyakit radang panggul dan

lain sebagainya.

2.3. Anemia dalam Kehamilan

2.3.1. Pengertian

Anemia adalah dimana kondisi sel darah merah menurun atau menurunnya

hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital

pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan indikasi anemia adalah jika

konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,5 sampai dengan 11,0 g/dl. Rendahnya kapasitas

darah untuk membawa oksigen memicu kompensasi tubuh dengan memacu jantung

meningkatkan curah jantung. Jantung yang terus menerus dipacu bekerja keras dapat

mengakibatkan gagal jantung dan komplikasi lain seperti preeklampsia. Menurut

Kemenkes RI (2013) anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah

merah atau hemoglobin.

Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan

metode sahli dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil

pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai berikut menurut Proverawati (2013),

adalah : tidak anemia bila Hb 11 gr%, anemia ringan bila Hb 9-10 gr%, anemia

sedang bila Hb 7-8 gr% dan anemia berat jika Hb <7 gr%.
20

Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin

kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan pada trimester I dan III dan kurang dari

10g/dl selama masa post partum dan trimester I. darah akan bertambah banyak dalam

kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel

darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran

darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel dara 18% dan

hemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan

10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu

(Hariyani dan Darmawati, 2019).

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah

hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dibawah normal. Sebagian besar wanita hamil

mengalami anemia yang tidak membahayakan. Tetapi anemia akibat kelainan bawaan

pada hemoglobin bisa mempersulit kehamilan. Kelainan tersebut meningkatkan risiko

penyakit dan kematian pada bayi baru lahir dan meningkatkan penyakit pada ibu

(Hernawati dan Kamila, 2017).

2.3.2. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan

Adapun klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Hernawati dan Kamila

(2017), adalah sebagai berikut :

a. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi disebabkan karena kekurangan asupan besi

dalam gizi atau akibat perdarahan. Normal zat besi dikeluarkan tidak lebih

dari 1 mg setiap hari melalui urine, kulit dan feses. Pada wanita selama
21

menstruasi akan kehilangan kurang lebih 15mg dan kurang lebih 500mg

kehilangan besi selama kehamilan normal.

Pada wanita hamil dengan janin tunggal kebutuhan zat besi sekitar

1000 mg selama hamil atau naik sekitar 200-300%. Perkiraan besarnya zat

besi yang perlu ditimbun selama hamil 1040 mg. Dari jumlah itu, 200 mg zat

besi tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang.

Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk

pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan

200 mg hilang ketika melahirkan.

b. Anemia Megaloblastik.

Anemia Megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi

asam folik (Pteroyglutamic acid) jarang sekali karena defisiensi Vitamin B1

(Cyonocobalamin). Pada umumnya asam folik tidak diberikan secara rutin,

kecuali di daerah-daerah dengan frekuensi anemia megaloblastik yang tinggi.

Apabila pengobatan anemia dengan besi saja tidak berhasil, maka besi harus

ditambah dengan asam folik.

c. Anemia Hipoplastik

Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang

kurang mampu membuat sel-sel darah baru dinamakan hipoplastik dalam

kehamilan. Biasanya Anemia Hipoplastik dalam kehamilan apabila wanita

dengan selamat mencapai masa nifas akan sembuh dengan sendirinya. Karena

obat-obat penambah darah tidak memberi hasil, maka satu-satunya cara untuk
22

memperbaiki keadaan penderita ialah transfusi darah, yang sering perlu di

ulang sampai berapa kali.

d. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah

berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik

sukar menjadi hamil. Apabila ia hamil maka anemianya akan menjadi lebih

berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis

hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.

Pengobatan anemia hemolitik dalam kehamilan tergantung pada jenis

dan beratnya. Obat-obat penambah darah tidak memberi hasil. Transfusi darah

yang kadang-kadang di ulang beberapa kali, diperlukan pada anemia berat

untuk meringankan penderitaan ibu dan untuk mengurangi bahaya hipoksia

janin. Splenektomi dianjurkan pada anemia hemolitik-bawaan dalam trimester

II dan III. Pada anemia hemolitik yang diperoleh harus dicari penyebabnya.

Sebab-sebab itu harus disingkirkan, misalnya pemberian obat-obatan yang

dapat menyebabkan kelumpuhan tulang belakang.

e. Anemia lain-lain

Seorang wanita yang menderita anemia misalnya berbagai jenis anemia

hemolitik herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing

tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit hati, tuberculosis, sifilis, tumor

ganas, dan sebagainya dapat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya dapat

menjadi lebih berat dan mempunyai pengaruh tidak baik terhadap ibu dalam
23

masa kehamilan, persalinan, nifas, serta bagi anak dalam kandungan.

Pengobatan ditujukan kepada penyebab pokok anemianya, misalnya

antibiotika untuk infeksi, obat-obatan untuk malaria, anti sifilis, obat cacing,

dan lain-lain.

2.3.3. Etiologi

Anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita yang tidak

hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia reproduktif dapat menjadi

hormon penyulit dalam kehamilan, penyebabnya antara lain makanan yang kurang

bergizi, gangguan pencernaan dan malabsorbsi, kurangnya zat besi dalam makanan

(kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe), kebutuhan zat besi yang meningkat, kehilangan

darah yang banyak seperti persalinan yang lalu, haid dll, penyakit-penyakit kronik

seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain (Ariyani, 2018).

Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi

yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di

negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Ariyani, 2018).

2.3.4. Tanda dan Gejala Serta Derajat Anemia Dalam Kehamilan

Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb, kadar Hb<11 g/dl (pada trisemster (I dan

III) atau 10,5 g/dl (pada trisemster II) (Kemenkes RI, 2013). Gejala yang khas pada ibu

hamil dengan anemia adalah kuku menjadi rapuh dan menjadi cekung sehingga mirip

seperti sendok, gejala seperti ini disebut koilorika. Selain itu, anemia jenis ini juga

mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin, dimana hal ini karena adanya

peradangan pada sudut mulut dan nyeri pada saat menelan. Gejala anemia pada ibu
24

hamil yang paling sering dijumpai yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang–

kunang , malaise, lidah luka, nafsu makan turun, konsentrasi hilang dan nafas pendek

jika sudah parah.

Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat dan

mudah pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas normal. Anemia adalah

kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi darah atau massa

hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen

keseluruh jaringan. Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar

hemoglobin, hematokrit, dan atau jumlah eritrosit di bawah nilai normal (20-30%),

yang mengakibatkan kadar hemoglobin dan hematokrit lebih rendah daripada

keadaan tidak hamil (Rahayu, 2017).

2.3.5. Tatalaksana Anemia

Menurut Kemenkes RI (2013), tatalaksana anemia terbagi menjadi dua, yaitu

sebagai berikut:

a. Tatalaksana umum

1) Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan asupan

darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah

2) Bila pemeriksaan asupan darah tepi tidak tersedia, berikan suplementasi

besi dan asam folat. Tablet yang saat ini banyak tersedia di Puskesmas

adalah tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 mg

asam folat. Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan

3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian


25

tablet sampai 42 hari pascasalin. Apabila setelah 90 hari pemberian tablet

besi dan asam folat kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke

pusat pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia.

3) Berikut ini adalah tabel jumlah kandungan besi elemental yang terkandung

dalam berbagai jenis sediaan suplemen besi yang beredar

Tabel 2.1. Kandungan elemental besi berbagai sediaan

Jenis sediaan Dosis sediaan Kandungan besi


elenmental
Sulfas ferosus 325 65
Fero fumarat 325 107
Fero glukonat 325 39
Besi polisakarida 150 150

b. Tatalaksana Khusus

1) Bila tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, tentukan penyebab anemia

berdasarkan hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan apusan darah

tepi.

2) Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan: Defisiensi

besi: lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila ditemukan kadar ferritin < 15

mg/ml, berikan terapi besi dengan dosis setara 180 mg besi elemental per

hari. Apabila kadar ferritin normal, lakukan pemeriksaan SI dan TIBC.

Thalassemia: Pasien dengan kecurigaan thalassemia perlu dilakukan

tatalaksana bersama dokter spesialis penyakit dalam untuk perawatan yang

lebih spesifik.
26

3) Anemia normositik normokrom dapat ditemukan pada keadaan:

Perdarahan: tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala aborsi, mola,

kehamilan ektopik, atau perdarahan pasca persalinan. Infeksi kronik

4) Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan: Defisiensi

asam folat dan vitamin B12: berikan asam folat 1 x 2 mg dan vitamin B12

1 x 250 – 1000 µg

5) Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi berikut:

Kadar Hb 7 g/dl dengan gejala klinis: pusing, pandangan berkunang-

kunang, atau takikardia (frekuensi nadi >100x per menit)

6) Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan

memantau pertambahan tinggi fundus, melakukan pemeriksaan USG, dan

memeriksa denyut jantung janin secara berkala

2.3.6. Komplikasi dan Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan

Wanita penderita penyakit sel sabit memiliki risiko mengalami infeksi selama

hamil, yang paling sering ditemukan adalah pneumonia, infeksi saluran kemih dan

infeksi rahim. Sekitar sepertiga wanita hamil yang menderita penyakit sel sabit,

selama hamil mengalami hipertensi. Selain itu sering terjadi krisis sel sabit juga bisa

terjadi gagal jantung dan emboli paru. Semakin berat keadaan penyakit ini sebelum

hamil, maka semakin tinggi risiko terjadinya komplikasi dan kematian selama hamil

(Hernawati dan Kamila, 2017).

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada

pertumbuhan sel-sel tubuh termasuk sel-sel otak. Pada ibu hamil dapat
27

mengakibatkan keguguran, lahir sebelum waktunya, berat badan lahir rendah,

perdarahan sebelum dan selama persalinan bahkan dapat mengakibatkan kematian

pada ibu dan janinnya. Ibu hamil dengan anemia zat besi tidak mampu memenuhi

kebutuhan zat besi pada janinnya secara optimal sehingga janin sangat beresiko

terjadinya gangguan kematangan/kematuran organ-organ tubuh janin dan resiko

terjadinya prematur. Perdarahan saat melahirkan pada keadaan anemia akan sangat

beresiko mudahnya terjadi syok hipovolemia dan kematian akan lebih besar (Rahayu,

2017).

2.3.7. Pengobatan

Pengobatan dilakukan sesuai dengan jenis anemianya. Kebanyakan ibu hamil

menderita anemia defisiensi besi. Hal ini bisa diatasi dengan pemberian tablet besi

yang bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu :

a. Terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero

glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberia preparat 60 mg/hari dapat menaikka

kadar Hb sebanyak 1 gr%/bulan. Pemberian terapi zat besi oral tidak boleh

dihentikan setelah hemoglobin mencapai nilai normal, tetapi harus dilanjutkan

selama 2-3 bulan lagi untuk memperbaiki cadangan besi. Sebelum dilakukan

pengobatan harus dikalkulasikan terlebih dahulu jumlah zat besi yang

dibutuhkan. Misalnya Hemoglobin sebelumnya adalah 12-6 = 6gr/dl, sehingga

kebutuhan zat besi adalah : 6 x 200 mg. kebutuhan besi untuk mengisi

cadangan adalah 500 fig, maka dosis Fe secara keseluruhan adalah

12000+500=1700 mg.
28

Fero sulfat : 3 tablet / hari, a 300 mg mengandung 60 mg Fe

Fero glukonat : 5 tablet / hari, a 300 mg mengandung 37 mg Fe.

Fero fumarat : 3 tablet / hari, a 200 mg mengandung 67 mg Fe.

Efek samping : konstipasi, berak hitam, mual da muntah.

Respon : hasil yang dicapai adalah Hb meningkat 0,3-1 gr per- minggu,

biasanya dalam 4-6 minggu perawatan hematokrit meningkat sampai nilai

yang diharapkan, peningkatan biasanya dimulai pada minggu ke 2.

Peningkatan retikulosit 5-10 hari setelah pemberian terapi besi bisa

memberikan bukti awal untuk peningkatan produksi sel darah merah. Saat ini

program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram

asam folat untuk profilaksis anemia.

b. Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi

per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau

masa kehamilannya tua. Pemberian preparenteral dengan ferumdextran

sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/IM pada gluteus, dapat

meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr%. Metode sederhana 250 mg besi

elemental sebanding dengan 1 gram Hb. Dosis pemberian zat besi parenteral

dapat dihitung dengan mudah dengan memakai rumus : zat besi yang

dibutuhkan (mg) = (15-Hb) x B x 3. Indikasi : anemia defisiensi berat

mempunyai efek samping pada pemberian oral, gangguan absorbsi.

Pemberian dapat diberikan secara intra muskular maupun intra vena yaitu

peparat : Iron dextra (imferon). Iron sorbitek (jectofer) beris 50 mg l ml, dosis
29

maksimum 100 mg/hari. Efek samping : nyeri, inflamasi, plebitis, demam,

antralgia, hipotensi, dan reaksi anafilaktit. Anemia megalobblastik adalah

anemia yng disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali

karena kekurangan vitamin B12. Pengobatannya : asam folik 15-30 mg / hari,

vitamin B12 3 x 1 tablet perhari, sulfas ferosus 3 x 1 tablet / perhari, pada

kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban dan sehingga dapat

diberikan tranfusi darah.

2.3.8. Fe (Zat Besi)

Jumlah seluruh besi di dalam tubuh orang dewasa terdapat sekitar 3,5 g, yaitu

70 persenya tedapat dalam hemoglobin , 25% merupakan besi cadangan (iron

storage) yang terdiri dari feritine dan hemosiderin terdapat dalam hati, limfa dan

sumsum tulang. Besi simpanan berfungsi sebagai cadangan untuk memproduksi

hemoglobin dan ikatan-ikatan besi lainnya yang mempunyai fungsi fisiologis.

Sumber besi di antaranya adalah telur, daging, ikan, tepung, gandum, roti sayuran

hijau, hati, bayam, kacang-kacangan, kentang, jagung dan otot. Fungsi besi

diantaranya adalah :

a. Untuk pembentukan hemoglobin baru.

b. Untuk mengembalikan hemoglobin kepada nilai normalnya setelah terjadi

perdarahan.

c. Untuk mengimbangi sejumlah kecil zat besi yang secara konstan dikeluarkan

tubuh, terutama lewat urine, feses dan keringat.

d. Untuk menggantikan kehilangan zat besi lewat darah tubuh.


30

e. Pada laktasi untuk sekresi air susu.

Zat besi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh dalam pembentukan sel

darah, akan mengakibatkan anemia, menurunkan kekebalan tubuh sehingga sangat

peka terhadap penyakit. Kebutuhan akan zat besi untuk berbagai jenis kelamin dan

golongan usia adalah sebagai berikut :

a. Untuk anak laki-laki dewasa 10 mg/hari

b. Wanita yang mengalami haid 12 mg/hari

c. Anak-anak umur 7-10 tahun 2,3-3,8 mg/hari

d. Orang dewasa 10-15 mg/hari (Proverawati dan Asfua, 2016).

2.4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan indra

peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang cukup didalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari
31

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ”tahu” ini adalah

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau pun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan


32

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada (Notoatmodjo, 2012).

2.5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti, sedangkan konsep

adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian.

Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Penyuluhan Kesehatan Pengetahuan Ibu Hamil tentang


Zat Besi

Gambar 2.1
Kerangka Konsep
33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif asosiatif yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh antara dua variabel dengan menggunakan desain one group

pretest-postest, dimana dalam rancangan ini tidak ada kelompok pembandingan

(kontrol) tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang

memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya

eksperimen (postest) (Sugiyono, 2016).

Pretest Perlakuan Posttest

01 X 02

Keterangan :

1 : Pretest

X : Perlakuan

02 : Posttest

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Birem Bayeun Kabupaten Aceh

Timur.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2021.

33
34

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Dharma K, 2015). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Birem Bayeun

Kabupaten Aceh Timur sebanyak 112 orang.

3.3.2. Sampel

Besar sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus Slovin

dalam Notoatmodjo (2010) dibawah ini :

N
n= 2
1+ N (d )

Keterangan :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,5)

N
n= 2
1+ N (d )

112
=
1+ 112(0,5 ²)

112
=
113 ( 0,25 )
35

112
= 28,2

= 39,7 ≈ 40

3.3.3. Teknik Sampel

Teknik sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan

sampel dilakukan dengan cara non probability sampling (purposive sampling) yaitu

pengambilan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2016).

3.3.4. Kriteria Sampel

Kriteria inklusi merupakan kriteria yang layak untuk diteliti, sebagai berikut:

a. Ibu hamil

b. Mampu berkomunikasi dengan baik

c. Bersedia menjadi responden

Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria yang tidak layak untuk

diteliti dalam penelitian ini adalah :

a. Ibu yang tidak hamil

b. Ibu yang tidak kooperatif

c. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.


36

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian

dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung

dari subjek sebagai sumber informasi yang diteliti misalnya data hasil

wawancara.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan data sekunder

yaitu dimana peneliti mendapatkan data berupa profil Puskesmas Birem

Bayeun Kabupaten Aceh Timur.

c. Data Tersier

Data tersier yaitu bahan pustaka melalui textbook, jurnal dan internet.

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data

a. Data primer diperoleh dari hasil yang diambil langsung dari responden

dengan secara angket yaitu menyebarkan kuisioner yang berisi pertanyaan

dan selanjutnya diisi oleh responden, kemudian dikumpulkan untuk

pengolahan dan analisa data, waktu pengisian kuesioner diawasi oleh

sebelumnya.

b. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas Birem Bayeun

Kabupaten Aceh Timur.


37

c. Data tersier diperoleh langsung dari jurnal dan perpustakaan.

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Penelitian

a. Variabel Independen : variabel independen dalam penelitian ini adalah

penyuluhan kesehatan.

b. Variabel Dependen : variabel independen dalam penelitian ini adalah

penyetahuan ibu hamil tentang zat besi.

3.5.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur
Variabel Independen
1 Penyuluhan Upaya pemberian
Kesehatan tentang informasi melalui
Zat Besi pendidikan
kesehatan tentang
zat besi
Variabel Dependen
2 Pengetahuan ibu Hasil tahu dan Kuesioner Interval 8-10
hamil tentang zat pemahaman ibu 6-7
besi sebelum dan hamil mengenai zat 0-5
sesudah besi yang
penyuluhan dibutuhkan selama
kehamilan sesudah
diberikan
pendidikan
kesehatan tentang
zat besi sebelum
dan sesudah
penyuluhan

3.6. Metode Pengukuran


38

Metode pengukuran variabel pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan

kesehatan dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner pengetahuan

yang terdiri dari 10 pertanyaan, jika menjawab benar diberikan skor 1 dan salah

diberikan skor 0 dengan demikian skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 0

dengan kriteria hasil sebagai berikut :

Baik : Jika total skor 8-10 (76-100%)

Cukup : Jika total skor 6-7 (56-75%)

Kurang : Jika total skor 0-5 (<56%)

3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan

mengenai zat besi yang terdiri dari 10 pertanyaan berbentuk multiple coise yang

diadopsi dari penelitian Ervina (2020), mengenai hubungan frekuensi kehamilan,

pengetahuan tentang zat besi terhadap perilaku pencegahan anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Langsa Timur. Selain itu, peneliti juga menggunakan media leaflet dan

booklet sebagai alat pendukung penyuluhan kesehatan.

3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas

3.8.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur, dan kuesioner dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada

suatu kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
39

kuesioner tersebut, menggunakan rumus Pearson Product Moment, sebagai berikut :

(28)

r h itung=n ¿¿

keterangan :r hitung =koefisienkorelasi

∑ X i= jumlah skor item


∑ Y i= jumlah skor total (item )
n= jumlah responden

Keputusan uji :

Bila r hitung ≥ r tabel artinya variabel valid

Bila r hitung < r tabel artinya variabel tidak valid

Pada hasil uji validitas kuesioner ditemukan bahwa pada masing-masing

pertanyaan memiliki nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,553), jadi semua

pertanyaan dianggap valid dan layak untuk disebarkan kepada responden.

3.8.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini, perhitungan

reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang sama kepada

sekelompok responden yang memiliki karakteristik yang sama. Sehubungan dengan

penelitian ini, maka uji coba yang digunakan adalah Uji Cronbach (Cronbach Alpha)

dengan rumus :

α=
k
k−1 [ ]
1−
i=1
∑ S 2i
sT 2
40

Keterangan :
 : Koefisien Alpha
k : Banyaknya butir pertanyaan
2
Si : Ragam skor butir pertanyaan ke-i
ST2 : Ragam skor total

Untuk mengetahui reliabilitas dilakukan dengan cara melakukan uji

Cronbach Alpha, dengan keputusan uji :

Bila Cronbach Alpha ≥ 0,6 maka artinya variabel reliabel

Bila Cronbach Alpha < 0,6 maka artinya tidak reliabel (Hastono, 2011).

Pada hasil uji reliabilitas kuesioner ditemukan nilai Cronbach Alpha 0,970

yang nilainya lebih besar dari r tabel (0,553), jadi kuesioner dikanyatakan reliabel.

3.7. Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1. Pengolahan Data

Data yang telah didapat dari hasil pengkajian responden melalui wawancara

mengunakan kuesioner diolah secara komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari hasil wawancara melalui kuesioner

penelitian.
41

b. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan

data memberikan hasil yang valid dan reliabel dan terhindari dari bias.

c. Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel

yang diteliti, misalnya nama responden dirumah menjadi nomor.

d. Entring

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam

program komputer yang digunakan peneliti yaitu program for windows.

e. Data Processing

Semua data yang telah di input kedalam aplikasi komputer akan diolah

sesuai dengan kebutuhan dari penelitian.

3.7.2. Analisa Data

Analisis data penelitian ini menggunakan analisis data secara kuantitatif

yaitu:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian dan hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan persentase dari tiap variabel.


42

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini yang

bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya

merokok pada kepala keluarga dengan menggunakan rumus t-test dependent, dengan

tingkat kepercayaan 95% atau dapat pula dengan membandingkan nilai p-value

dengan membandingkan nilai α 0,05. Keputusan hipotesis Ha diterima bila nilai P (P

value) lebih kecil dari α (alpha) atau (p<0,05) maka keputusannya adalah menerima

hipotesis Ha. Sebaliknya bila P value lebih besar dari alpha (p>0,05) maka hipotesis

ditolak (Hastono, 2011).

Sebelum melakukan analisa bivariat terlebih dahulu melakukan uji normalitas

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memeriksa syarat uji t berpasangan (Paired T Test).

1) Distibusi data harus normal (wajib).

2) Varians data tidak diuji karena kelompok data berpasangan.

b. Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal), maka dipilih uji t

berpasangan.

c. Jika tidak memenuhi syarat (data tidak berdistribusi normal) dilakukan

terlebih dahulu transformasi data.

d. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal juga, maka

dipilih uji wilcoxon.


43

3.8. Etika Penelitian

Adapun langkah-langkah etika penelitian adalah sebagai berikut (Hidayat,

2016) :

a. Informed Consent

Sebelum melakukan penelitian peneliti memberikan Informed consent atau

lembaran persetujuan kepada calon responden agar responden memahami

maksud dan tujuan penelitian. Apabila calon responden setuju maka peneliti

meminta calon responden untuk menandatangani lembaran persetujuan.

b. Anonimity (Tanpa nama)

Pada kuesioner penelitian peneliti tidak mencantumkan nama responden pada

lembaran angket yang di isi responden untuk menjaga kerahasiaan peneliti.

c. Confidentiality

Penelitian menjaga informasi yang diberikan oleh responden, untuk menjaga

kerahasiaan peneliti sebagai etika penelitian.


44

DAFTAR PUSTAKA

Ariyani. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu


Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Mojolaban Kabupaten
Sukohajo. Media Bina Ilamiah. ISSN No. 1978-3787. Volume 7. No. 3.

Cuningham. (2016). Human schistosomiasis and anemia: the relationship and


potential mechanisms Trends in Parasitology 21(8):386-92

Darmawati. (2019). Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Dengan Kejadian


Berat Bayi Lahir Rendah. Prosiding Seminar Nasional Food Habit and
Degenerative Disease. http//publikasiilmiah. ums.ac.id.

Dharma. K.K. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans Info


Media.

Dinkes Aceh. (2017). Profil kesehatan propinsi Aceh Tahun 2015. http//www//dinkes
Aceh.co.id.

Hariyani dan Darmawati. (2019). Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas
Kuta Baro Aceh Besar. Jurnal Makara, Kesehatan. Vol. 16, No. 2.

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media

Hastono. S. P. (2016). Analisa Data Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia.

Hidayat. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dan Dukungan Keluarga


Dengan Perilaku Pencegahan Anemia Defesiensi Besi Di Puskesmas Tanjung
Pinang Kota Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim. Vol.6 No.1 Maret 2017

Hernawati dan Kamila. (2017). Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta:


Penerbit Buku Kesehatan.

Irianto. (2013). Faktor Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Putussibau Selatan.
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadyah Pontianak.
http://www.smeru.or.id.

Kemenkes RI. (2013). Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI). http://www.depkes.go.id.
45

Kosasih. (2018). Konsumsi Pangan, Bioavaibilitas Zat Besi dan Status Anemia Siswa
di Kab Bogor. Prosiding Seminar hasil-hasil penelitian IPB. URL :
seafast.ipb, ac.id / Prosiding ,hasil.penelitian.b1.html,219-230.pdf.

Muslihin. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Niman. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Kepatuhan
Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang
Padang. Jurnal Makara, Kesehatan, Vol. II, No. 1

Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT RINIKA CIPTA.


Jakarta.

Prilia. (2018). Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di
Puskesmas Godean II, Sleman Yogyakarta. http://digilib.unisayogya.co.id .

Proverawati dan Asfuah. (2015). Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Jakarta : Numed

Proverawati, (2013). Pengaruh Anemia Pada Ibu Hami Dengan Trimester II. Jakarta :
Nuha Medika.

Profil Kesehatan Aceh. (2018). Pervelensi kejadian anemia pada tahun 2017-2018.
Banda aceh. Kementerian kesehatan.

Rahayu. S. (2017). Asuhan Kebidanan Fisiologis. Jakarta: Trans Info Media.


Riskesdas. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Hhtp://litbag.depkes.go.id.

Rohim. (2015). Membandingkan MDGs dan SDGs. http://www.smeru.or.id/.

Rukiyah dan Yulianti. (2015). Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta :


Fitramaya.

Salmah. (2013). Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kejadian anemia di


puskesmas surakarta. Jurnal keperawatan. Vol. 05. No. 4.

Sarwono. (2011). Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Setiadi. (2013). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Jakarta : Graha Ilmu
46

Sibagariang. (2016). Hubungan antara Body Image dan Kohesivitas Kelompok


Teman Sebaya dengan Penyesuaian Sosial pada Siswa Kelas VIII Progr am
Akselerasi di SMP Negeri 2 Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.

Sulastri. (2017). Model Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil Untuk Menurunkan
Perdarahan Post Partum. Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah.
ISSN : 2338-9141, 06.

Tarwoto. (2011). Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil. Jakarta : Trans Info Media.
47

SURAT PERMOHONAN RESPONDEN

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Mulia Zahara


NIM : 1914201186B

Akan mengakan penelitian dengan judul: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan

Tentang Zat Besi terhadap Pengetahuan Ibu Hamil di Puskesmas Birem Bayeun

Kabupaten Aceh Timur. Apabila responden menyutujui, maka dengan ini saya

memohon kesediaan untuk menandatangi lembar persetujuan dan menjawab

pertanyaan yang saya ajukan.

Atas perhatian bapak saya ucapkan terima kasi.

Birem Bayeun, November 2020

Mulia Zahara
48

LEMBAR INFORMED CONSENT RESPONDEN

Dengan menandatangani lembar ini, saya:

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian yang

berjudul Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Zat Besi terhadap

Pengetahuan Ibu Hamil di Puskesmas Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur.

Saya telah dijelaskan bahwa jawaban kuesioner ini hanya digunakan untuk keperluan

penelitian dan saya secara suka rela bersedia menjadi responden penelitian ini

Birem Bayeun, November 2020

Responden
49

KUESIONER

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ZAT


BESI TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL
DI PUSKESMAS BIREM BAYEUN
KABUPATEN ACEH TIMUR

I. Data Demografi

No Responden :

Inisial Responden : ……………

Usia Responden : …………..

Kehamilan ke : …………..

Usia Kehamilan : ……………

Pekerjaan : ……………

Alamat : ……………

Tanda Tangan :
50

II. Pengetahuan tentang Zat Besi Sebelum Penyuluhan Kesehatan (Pre Test)

1. Anemia pada kehamilan adalah .....

a. Kadar hemoglobin (HB) lebih dari 12 gr%

b. Kadar hemoglobin (HB) kurang dari 11 gr%

c. Kadar hemoglobin (HB) kurang dari 12 gr%

2. Anemia defisiensi besi adalah.....

a. Anemia karena kekurangan zat besi

b. Anemia karena kekurangan vitamin B12

c. Anemia karena kekurangan asam folat

3. Pada ibu hamil yang muda anemia bisa menyebabkan...

a. Persalinan macet

b. Kecelakaan

c. Keguguran

4. Dampak anemia bagi janin adalah.....

a. Ancaman penyakit jantung

b. Pendarahan

c. Janin tumbuh lambat

5. Pengobatan anemia pada ibu hamil yaitu dengan diberikan....

a. Tablet tambah darah Fe

b. Vitamin A

c. Vitamin B
51

6. Tablet tambah darah dapat diminum setiap...

a. 1 kali sehari selama kehamilan

b. 3 kali sehari selama kehamilan

c. 2 hari sekali selama kehamilan

7. Kapan sebaiknya ibu hamil meminum tablet besi....

a. Sebelum tidur malam

b. Setelah bangun tidur

c. Pagi hari sebelum sarapan

8. Berapa jumlah tablet besi yang diberikan selama kehamilan...

a. 80 tablet

b. 90 tablet

c. 100 tablet

9. Efek samping yang mungkin dirasakan ibu hamil setelah meminum tablet

besi...

a. Mual

b. Pusing

c. Nyeri

10. Kenapa tablet tambah darah tidak boleh diminum dengan teh...

a. Menghambat penyerapan zat besi

b. Menambah rasa mual

c. Menghambat aliran darah


1
2

Anda mungkin juga menyukai