Anda di halaman 1dari 4

Metode Ilmiah dan Keselamatan di Laboratorium

A. Metode Ilmiah

1. Pengertian Metode Ilmiah

Ilmu kimia menjawab banyak permasalahan berlandaskan eksperimen dan penalaran akal sehat.
Eksperimen yang dilakukan harus sistematis dan logis. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode
standar dalam pelaksanaannya, maka digunakanlah metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan suatu
prosedur atau cara pemecahan masalah dengan menggunakan langkah- langkah yang telah tersusun
secara sistematis. Langkah-langkah tersebut dilaksanakan melalui konsep dasar berpikir ilmiah, yaitu
analitis, logis, objektif, konseptual, dan empiris.

2. Langkah-langkah Metode Ilmiah

Metode ilmiah dimulai dari mengidentifikasi masalah. Caranya, dengan mengamati lingkungan di
sekitar kamu, atau juga bisa mengidentifikasi masalah melalui artikel maupun buku-buku yang kamu
baca, loh! Oleh karena itu, identifikasi masalah sangat penting sebelum kamu melakukan penelitian
dan menerapkan langkah-langkah metode ilmiah berikut:

A Merumuskan Masalah

Saat kamu sudah mengidentifikasi masalah, selanjutnya adalah merumuskan masalah. Rumusan
masalah itu erat kaitannya sama tujuan yang ingin kamu capai dalam suatu penelitian. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan saat merumuskan masalah:

Perumusan masalah berupa kalimat pertanyaan yang ingin kamu jawab dalam penelitian. Rumusan
masalah yang dibuat harus dapat diuji (observasi) untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Kalimat pertanyaan harus jelas dan mudah dimengerti. Menyusun Teori Dasar (Kajian Literatur)
Setelah kamu punya rumusan masalah, kamu harus menyusun dasar teori untuk penelitian kamu. Nah,
caranya kamu bisa mengkaji berbagai literatur, seperti membaca buku, menganalisis penelitian
terdahulu, atau membaca artikel/jurnal ilmiah tentang topik yang kamu teliti.

B. Membuat Hipotesis

Selanjutnya kamu bisa membuat hipotesis yaitu dugaan sementara atas rumusan masalah penelitian
kamu. Nah, hipotesis ini harus berdasarkan dasar teori yang sudah kamu pilih dan bersifat objektif
(terukur).

C. Menetapkan Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan faktor yang menentukan validitas (kebenaran) hasil penelitian yang
dilakukan. Ada tiga jenis variabel, yaitu variabel terikat, variabel bebas, dan variabel kontrol. variabel
penelitian

D. Menetapkan Prosedur Kerja

Prosedur kerja merupakan langkah-langkah kerja yang terperinci dan runtut. Urutan langkah kerja ini
dibuat ringkas namun dapat menggambarkan secara tepat pekerjaan yang harus dilakukan. Data
tersebut akan memudahkan pelaksanaannya, langkah kerja sebaiknya dibuat dalam bentuk diagram
alir.
E. Pengujian Hipotesis (Melakukan Eksperimen)

Lalu, bagaimana kita mengetahui apakah hipotesis yang sudah kamu buat sudah benar atau belum
benar? Caranya dengan menguji hipotesis tersebut. Misalnya, melakukan eksperimen di dalam
laboratorium, observasi langsung, atau melakukan survei. Kamu juga bisa menyiapkan tabel data
pengamatan sebelum melakukan eskperimen agar memudahkan kamu untuk mencatat ya!

F. Mengolah dan Menganalisis Data

Terus, data-data yang telah kamu peroleh dari uji hipotesis, dicatat dan diolah ke dalam bentuk tabel,
grafik atau diagram, sehingga mudah untuk dianalisis. Dalam mengolah dan menganalisis data ini,
kamu harus menghubungkannya dengan dasar teori yang sudah kamu jadikan rujukan ya!

G. Membuat Kesimpulan

Hasil analisis data menghasilkan suatu pola atau kecenderungan. Pola ini dapat dijadikan landasan
untuk menarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan adalah suatu pernyataan yang merangkum apa yang
sudah dilakukan dalam kegiatan penelitian. Dalam menyusun suatu kesimpulan, kalian harus
memutuskan apakah data yang dikumpulkan mendukung hipotesis atau tidak. Selain itu, kalian juga
harus mengulang suatu penelitian beberapa kali sebelum dapat menarik suatu kesimpulan.

I. Publikasi Hasil Penelitian.

Setelah kamu menyimpulkan hasil penelitian, kamu bisa mempublikasikan apa yang sudah kamu
temukan dalam bentuk tulisan berupa laporan ilmiah dan bisa kamu publikasikan dalam bentuk lisan
berupa presentasi dalam forum-forum ilmiah.

B. Penggunaan Alat dan bahan laboratorium.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan zat kimia antara lain

sebagai berikut.

1. Tabung reaksi yang berisi zat kimia tidak boleh diarahkan ke wajah sendiri atau

orang lain.

2. Senyawa kimia tidak boleh dibau.

3. Larutan kimia yang tertuang di meja praktikum atau di lantai harus segera

dibersihkan dengan cara asam pekat dinetralkan dahulu dengan serbuk NaHCO3,

Basa kuat dinetralkan dahulu dengan serbuk NH4CI, kemudian ditambah air

yang cukup.

4. Larutan pekat yang tidak terpakai harus dibuang setelah diencerkan dengan

air terlebih dahulu. Mulut tabung reaksi atau bejana, selama digunakan untuk

pencampuran atau pemanasan tidak boleh dipegang langsung,

5. Senyawa/zat kimia tertentu (asam kuat dan basa kuat) tidak boleh dicampur
karena dapat menyebabkan terjadinya reaksi yang dahsyat, kecuali jika sudah

diketahui pasti tidak menimbulkan bahaya.

6. Penggunaan pelindung wajah sangat diperlukan jika menangani zat-zat/senyawa-

senyawa kimia yang berbahaya, dan jangan mengembalikan zat/senyawa kimia

yang terlanjur tertuang untuk dikembalikan ke botol asalnya.

C. Penyimpanan alat dan bahan laboratorium

Dalam laboratorium kimia, ada bahan dan alat yang memerlukan perlakuan khusus dalam
penggunaannya, sehingga kita harus mengetahui cara penyimpanan dan penggunaan bahan dan alat-
alat kimia tersebut.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan bahan kimia adalah

sebagai berikut

1. Botol-botol yang berisi bahan kimia disimpan pada rak atau lemari yang disediakan khusus.
Untuk bahan padat yang tidak mudah meledak atau terbakar dapat diletakkan dalam lemari
tertutup, sedangkan untuk bahan yang mudah terbakar atau meledak diletakkan dalam rak
terbuka yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Tujuannya agar bila terjadi
ketidakberesan mudah untuk diketahui. Tempat penyimpanan bahan cair seperti asam,
kloroform sebaiknya disimpan di lemari asam, sedangkan untuk bahan yang tidak berbahaya
dapat disimpan dalam lemari tersendiri. Tujuannya bila terjadi kebocoran maka gas dapat
langsung keluar melalui cerobong asap dari lemari asam, jadi tidak menyebar.
2. Jangan mengisi botol-botol sampai penuh.
3. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
4. Bahan yang dapat beraksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
5. Bahan yang dapat berubah apabila terkena matahari langsung harus disimpan dalam botol
gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup.
6. Bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dapat disimpan dalam
botol berwarna bening.
7. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
8. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan.
9. Sebaiknya bahan disimpan dalam botol induk yang berukuran besar. Pengambilan bahan
kimia dari botol dilakukan secukupnya saja atau sesuai kebutuhan. Sisa bahan praktikum
disimpan ke dalam botol kecil. Sisa bahan jangan dikembalikanke dalam botol induk. Hal
tersebut bertujuan untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk.
10. Jangan menggunakan tutup dari kaca untuk botol yang berisi basa, karena lama- kelamaan
tutup itu akan melekat pada botol dan susah dibuka.
11. Semua peralatan/gelas kimia yang berisi bahan kimia harus diberi label yang menyatakan
nama bahan itu. Gelas kimia yang digunakan biasanya dinamakan gelas pyrex karena sifatnya
yang tahan panas, inert, dan transparan.
12. Bahan kimia yang dapat bereaksi hebat hendaknya jangan disimpan berdekatan.
13. Bahan-bahan kimia yang sangat beracun dan berbahaya hendaknya dibeli dalam jumlah kecil
dan tanggal pembeliannya dicatat. Meneliti semua bahan persediaan bahan kimia secara
teratur.
D. Bahaya kelalain di laboratorium

Bahaya yang terjadi akibat kelalaian kerja di laboratorium antara lain sebagai

berikut.

1. Bahaya radioaktif, contoh: penyakit akibat terkena bahan radioaktif.


2. Bahaya api, contoh: luka terbakar api.
3. Khusus pada kecelakaan akibat api, pada umumnya akibat kelengahan manusia atau tidak
sepengetahuan manmanusi
4. Bahaya biologi, contoh: penyakit akibat menggunakan mikroorganisme/jasad renik.
5. Bahaya listrik, contoh: terkena arus listrik.
6. Bahaya mekanis, contoh akibat terkena alat-alat bergerak/berputar.

Anda mungkin juga menyukai