Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si

pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Menurut

Bernard Berelson dan Gary A. Steiner, Komunikasi adalah transmisi informasi,

gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan mengunakan simbol-

simbol, kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya. Tindaakan atau proses

transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Lasswell mengemukakan pendapatnya yang dikutip oleh Deddy Mulyana dalam

buku Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, bahwa cara menggambarkan komunikasi

dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom

With What Effect. Sejalan dengan pendapat Lasswell, ada lima unsur yang harus

dipenuhi dalam komunikasi, yaitu:

1. Sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoder),

komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber

adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.

2. Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada

penerima.

3. Media atau saluran (media, channel), yaitu alat atau wahana yang digunakan

sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima.

10
11

4. Penerima (communicant, receiver, recipient, audience), yaitu penerima pesan

dari sumber.

5. Efek (effect, impact, influence), apa yang terjadi pada penerima setelah ia

menerima pesan

2.2 Sosial Media

2.2.1 Pengertian Sosial Media

Istilah media sosial tersusun dari dua kata, yakni “media” dan “sosial”.

“Media” diarti-kan sebagai alat komunikasi Sedangkan kata “sosial” diartikan

sebagai kenyataan sosial bahwa setiap individu melakukan aksi yang

memberikan kontribusi kepada masyarakat. Pernyataan ini menegaskan bahwa

pada kenyataannya, media dan semua perangkat lunak merupakan “sosial” atau

dalam mak-na bahwa keduanya merupakan produk dari proses sosial.

Dari pengertian masing-masing kata tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

media sosial adalah alat komunikasi yang digunakan oleh pengguna dalam

proses sosial. Namun, menurut Nasrullah (2015), untuk menyusun definisi

media sosial, kita perlu melihat perkembangan hubungan individu dengan

perangkat media. Karak-teristik kerja komputer dalam Web 1.0 berdasarkan

pengenalan individu terhadap individu lain (human cognition) yang berada

dalam sebuah sistem jaringan, sedangkan Web 2.0 berdasarkan sebagaimana

individu berkomunikasi (human communication) dalam jaringan antarindividu.

Terakhir, dalam Web 3.0 karakteristik teknologi dan relasi yang terjadi terlihat

dari bagaimana manusia (users) bekerja sama (human co-operation).


12

Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan sosial media

sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas dasar

ideology dan tekniligi Web 2.0 dan memungkinkan penciptakan dan pertukaran

user-generated content. Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bias

membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk

berbagi informasi dan berkomuniasi.

Saat teknologi internet dan mobile phone semakin maju maka sosial media

pun akan ikut tumbuh dengan pesat. Kini masyarakat dapat mengakses serta

menggunakan sosial media dalam mobile phone. Demikian cepatnya orang bias

mengakses sosial media mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus

informasu tidak hanya di Negara-negara maju tetapi juga di Negara berkembang

seperti Indonesia.

2.2.2 Fungsi sosial media

Sosial media memiliki beberapa fungsi yaitu:

1. social media adalah media yang didesain untuk memperluas interaksi sosial

manusia menggunakan internet dan teknologi web.

2. Social media berhasil mentransformasi praktik komunikasi searah media

siaran dari satu institusi media ke banyak audience (“one to many”) menjadi

praktik komunikasi dialogis antar banyak audienc (“many to many”).

3. Social media mendukung demokratisasi pengetahuan dan informasi.

Mentransformasi manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan

itu sendiri.

Hemawan (2009) menyatakan bahwa dalam penggunaan media sosial juga

dapat dengan mudah menciptakan suatu forum dimana individu satu dengan
13

yang lain dapat saling berkomunikasi dan bertukar pikiran satu sama lain.

2.2.3 Penggunaan Media Sosial di Jawa Barat

Era masyarakat digital di Indonesia salah satunya ditunjukkan oleh pesatnya

perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), khususnya industri

telekomunikasi selama beberapa tahun terakhir ini. Menurut data BPS dari hasil

pendataan Survei Susenas 2019, 47,69 persen populasi Indonesia telah

mengakses internet di tahun 2019. Tingginya penggunaan internet ini

mencerminkan iklim keterbukaan informasi dan penerimaan masyarakat

terhadap perkembangan teknologi dan perubahan menuju masyarakat informasi.

Menurut suatu penelitian dikatakan bahwa sebanyak 93,37 persen masyarakat

di Jawa Barat mengakses internet dengan tujuan untuk membuka media sosial.

2.3 Telemedicine

2.3.1 Pengertian Telemedicine

Telemedicine merupakan suatu istilah yang diciptakan pada tahun

1970-an yang secara harfiah berarti penyembuhan dari jarak jauh yang

menandakan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk

mendapatkan kesembuhan pasien melalui peningkatan pada akses perawatan

dan informasi medis. WHO secara luas mendefinisikan telemedicine sebagai

suatu layanan kesehatan yang menyampaikan perawatan melalui jarak oleh

semua tenaga medis kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi dan

komukasi yang bertujuan untuk menyampaikan infomasi yang valid mengenai

diagnosis, pengobatan serta pencegahan penyakit dan cedera untuk

memajukan kesehatan masyarakat.


14

Terdapat 4 elemen telemedicine berdasarkan World Health

Organization (WHO) yaitu:

1. Bertujuan untuk memberikan informasi mengenai dukungan

klinis

2. Bertujuan untuk mengatasi hambatan dari segi letak geografis

masyarakat sehingga dapat menghubungkan pasien yang tidak

berada di lokasi secara fisik yang sama dengan tenaga medis

3. Melibatkan penggunaan berbagai jenis teknologi informasi dan

komunikasi

4. Bertujuan untuk meningkatkan hasil kesehatan

Gambar 1. Konsultasi melalui telemedicine

2.3.2 Sejarah Telemedicine di Bidang Kesehatan Gigi dan Mulut

Secara historis telemedicine telah muncul di pertengahan abad ke 19 yang

dilakukan melalui kabel telepon. Dalam bidang kesehatan gigi dan mulut sendiri,
15

telemedicine telah muncul melalui konferensi tahun 1989 yang didanai oleh

Westinghouse Electronics Systems Group di Baltimore. Pada saat itu, diskusi

memfokuskan mengenai penerapan sistem informatika mengenai kesehatan gigi

dan mulut dalam praktik dokter gigi yang dapat mempengaruhi pengiriman

perawatan kesehatan mulut.

Pada tahun 1994 telemedicine dalam bidang kesehatan gigi dan mulut telah

digunakan oleh militer angkatan darat amerika serikat dengan tujuan untuk

meningkatkan perawatan pasien, pendidikan gigi dan efektifitas dari komunikasi

antara dokter gigi dan laboratorium gigi. Hal ini menyimpulkan bahwa

telemedicine dalam bidang kesehatan gigi dan mulut sendiri dapat mengurangi

total biaya perawatan pasien, memperluas perawatan gigi ke daerah yang jauh

dan pedesaan serta menawarkan informasi lengkap yang dibutukan untuk

dianalisis.

Seiring dengan kemajuan teknologi yang tersedia saat ini telah mengubah

dinamika dalam perawatan gigi dan mulut. Telemedicine akan menawarkan

peluang baru untuk mengembangkan tingkat perawatan pasien.

2.4 Kesehatan Gigi dan Mulut

Undang-Udang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mendefinisikan bahwa :

”kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis.”

Beberapa pakar mengemukakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan


16

bagian integral dari kesehatan secara umum, namun banyak orang yang tidak

mengetahui bahwa rongga mulut berperan penting bagi kesehatan tubuh. Rongga

mulut dinilai sehat tidak hanya bila mempunyai susunan gigi yang rapi dan

teratur saja tetapi juga bebas dari rasa sakit oro-fasial kronis, kanker, lesi oral,

atau gangguan yang melibatkan gigi dan mulut. Rongga mulut yang sehat

memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif, menikmati

berbagai macam makanan, meningkatkan kualitas hidup, percaya diri dan

mempunyai kehidupan sosial yang lebih baik. Kondisi sebaliknya, rongga mulut

yang tidak sehat dapat berpengaruh pada kehidupan sosial seseorang,

keterbatasan fungsi pengunyahan, keterbatasan fungsi bicara, rasa sakit dan

terganggunya waktu bekerja atau sekolah (Halim, 2011).

Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus

dilakukan perawatan secara berkala. Perawatan dapat dimulai dari

memperhatikan diet makanan, membatasi makanan yang mengandung gula dan

makanan yang lengket. Pembersihan plak dan sisa makanan yang tersisa dengan

menyikat gigi harus menggunakan teknik dan cara yang tidak merusak struktur

gigi. Pembersihan karang gigi dan penambalan gigi yang berlubang oleh dokter

gigi, serta pencabutan gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi dan

merupakan fokal infeksi. Kunjungan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan

sekali baik ada keluhan ataupun tidak ada keluhan (Malik, 2008).

Sriyono (2005) mengemukakan bahwa pencegahan masalah gigi dan mulut

dapat meliputi:

a. Pencegahan primer, yaitu penggunaan bahan atau strategi untuk mencegah


17

permulaan terjadinya penyakit, dan untuk menghentikan proses penyakit

sebelum pencegahan sekunder dilakukan.

b. Pencegahan sekunder, yaitu penggunaan metode perawatan secara rutin

untuk menghentikan proses penyakit atau memperbaiki kembali jaringan

supaya menjadi normal.

c. Pencegahan Tersier, yaitu menggunakan tindakan untuk mengganti jaringan

yang hilang dan untuk merehabilitasi pasien ke dalam keadaan sehingga

kemampuan fisik dan atau sikap mentalnya mendekati normal.

Anda mungkin juga menyukai