Anda di halaman 1dari 136

LAPORAN PENGABDIAN

MASYARAKAT
MAHASISWA KKN PROFESI KESEHATAN
ANGKATAN KE-58 UNHAS

DESA/KELURAHAN : TONDON MAMULLU


PUSKESMAS : MAKALE
KECAMATAN : MAKALE
KABUPATEN : TANA TORAJA

KULIAH KERJA NYATA PROFESI KESEHATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN
MAHASISWA KKN PROFESI KESEHATAN
ANGKATAN KE-58 UNHAS

DESA/KELURAHAN : TONDON MAMULLU


PUSKESMAS : MAKALE

KECAMATAN : MAKALE
KABUPATEN : TANA TORAJA

Makale, Juli 2019

Penanggung Jawab, Menyetujui,


Koordinator KKN Kelurahan Supervisor

Filbert Tandean dr. Sitti Wahyuni, Ph.D.


NIM. C111 16 529 NIP.196612191996032001

Mengetahui

Kepala Desa/Kelurahan Kepala Puskesmas

Daniel Tanding, S.E. drg. Benedicta M. W. S


NIP. 197031122006041055 NIP.196603071993122001

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat

dan karunia-Nya sehingga Laporan Pengabdian Masyarakat KKN Profesi

Kesehatan Universitas Hasanuddin Angkatan 58 di Kelurahan Tondon Mamullu,

Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja ini dapat terselesaikan dengan tepat

waktu.

Laporan Pengabdian Masyarkat ini berisi tentang TOR dan laporan tentang

kegiatan yang merupakan gambaran pelaksanaan program kerja dan foto-foto

kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tugas yang diberikan selama kurang

lebih empat minggu (21 Juni-18 Juli 2019) di Kelurahan Tondon Mamullu,

Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja.

Dalam kesempatan ini, tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Bupati Tana Toraja yang telah memberikan kesempatan kepada kami

untuk melaksanakan kegiatan KKN Profesi Kesehatan Angkatan 58

Universitas Hasanuddin.

2. Kepala Kecamatan Makale dan seluruh staf atas segala bantuan yang telah

diberikan kepada kami.

3. Kepala Puskesmas Makale dan seluruh staf yang telah mendukung dan

membantu kami untuk melancarkan program-program kami.

4. dr. Sitti Wahyuni, Ph.D. selaku supervisor lapangan yang telah banyak

memberikan masukan kepada kami dan selalu memotivasi kami agar dapat

berdedikasi dalam menjalankan tugas kami selama di lokasi KKN-PK.

iii
5. Bapak Daniel Tanding, S.E. selaku Kepala Kelurahan Tondon Mamullu

beserta staf yang telah banyak membantu menjalankan program kerja kami

selama kurang lebih 3 minggu.

6. Para Kepala Lingkungan, PKK, dan RT Kelurahan Tondon Mamullu atas

dukungan dan kerja samanya selama kegiatan KKN-PK.

7. Tokoh-tokoh masyarakat dan seluruh masyarakat Kelurahan Tondon

Mamullu yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu namanya atas segala

dukungannya selama kami berada di lokasi KKN-PK.

8. Seluruh anggota KKN-PK angkatan 58 Universitas Hasanuddin Posko

Tondon Mamullu yang telah bekerja sama dalam pelaksanaan kegiatan

KKN ini.

Demikian laporan ini kami buat sebagai bahan masukan untuk peningkatan

derajat kesehatan di Kabupaten Tana Toraja khususnya wilayah Kelurahan

Tondon Mamullu, Kecamatan Makale. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam

penyusunan laporan ini tentu masih terdapat berbagai kekurangan. Untuk itu kami

sangat mengharapkan kritik dan masukan yang bersifat membangun demi

kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Hormat kami,

Mahasiswa KKN Profesi Kesehatan Angkatan

58

Universitas Hasanuddin

Kelurahan Tondon Mamullu

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .....................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii

KATA PENGANTAR........................................................................................iii

DAFTAR ISI .....................................................................................................v

DAFTAR TABEL...............................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Pengertian KKN Profesi Kesehatan........................................................2

C. Tujuan KKN............................................................................................2

D. Sasaran KKN...........................................................................................3

E. Manfaat KKN..........................................................................................5

F. Visi, Misi, dan Nilai KKN Profesi Kesehatan.........................................6

G. Komponen KKN Profesi Kesehatan.......................................................7

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI..........................................................8

A. Keadaan Geografis .................................................................................9

B. Keadaan Demografis...............................................................................10

C. Keadaan Sosial Ekonomi/Budaya...........................................................11

D. Status Kesehatan.....................................................................................13

BAB III. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN.............................................18

A. Persiapan Observasi................................................................................18

B. Observasi Lapangan ...............................................................................18

v
C. Program Kerja.........................................................................................20

D. Pelaksanaan Program Kerja ...................................................................22

1. Intervensi Non Fisik ...........................................................................22

2. Intervensi Fisik....................................................................................22

E. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat.............................................28

BAB IV. PENUTUP...........................................................................................28

A. Kesimpulan.............................................................................................30

B. Saran........................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................32

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Proporsi Penyakit Terbanyak Tahun 2016 .........................................16

di Wilayah Kerja Puskesmas Makale

Tabel 3.1 Hasil Pendataan Kesehatan Pendeteksian Tuberkulosis ....................24

di Kel. Tondon Mamullu, Kec. Makale, Kab. Tana Toraja

vii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Makale dan Kelurahan Tondon Mamullu....33

2. Struktur Organisasi Posko...............................................................................35

3. Term of Reference (TOR) setiap kegiatan .....................................................36

4. Gant Chart ......................................................................................................97

5. Plan of Action (POA) .....................................................................................99

6. Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan.......................................................108

7. Foto-foto Kegiatan .........................................................................................112

8. Lembar Pre-test dan Post-test.........................................................................117

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

keadaan baik seorang individu secara menyeluruh termasuk kondisi fisik, mental,

dan sosialnya, bukan sekadar ketiadaan suatu penyakit atau kecacatan. Dewasa

ini, di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu

mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak. Hal ini

dikarenakan dampaknya dapat memengaruhi kualitas bahan baku sumber daya

manusia Indonesia di masa yang akan datang.

Masalah kesehatan saat ini semakin kompleks. Perubahan sekecil apapun

menghadapkan masyarakat pada masalah kesehatan, yakni perubahan demografi,

lingkungan, kondisi sosial ekonomi, dan perilaku masyarakat itu sendiri. Selain

itu, peningkatan kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

yang lebih prima menimbulkan banyak masalah kesehatan karena ketidaksiapan

para petugas kesehatan dalam menyikapi tuntutan tersebut.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan membutuhkan beberapa langkah

strategis, mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Selain itu, pendekatan

masyarakat yang komprehensif untuk mempertahankan dan meningkatkan status

kesehatan penduduk juga sangat dibutuhkan. Hal tersebut dilakukan dengan

membina lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup sehat,

membina perilaku hidup sehat, menggalakkan upaya promotif dan preventif, serta

1
memperbaiki dan meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih efektif dan

efisien.

Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam rangka peningkatan derajat

kesehatan masyarakat. Hal ini dalam masyarakat kadang dipandang sebagai

sesuatu yang tidak begitu penting untuk dipermasalahkan. Untuk mengetahui

masalah-masalah kesehatan tersebut, maka diperlukan informasi dari data yang

akurat dan relevan sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas dari

masyarakat. Oleh karena itu, melalui KKN Profesi Kesehatan diharapkan menjadi

salah satu langkah peningkatan derajat kesehatan yang berorientasi pemecahan

masalah berbasis data sekunder dan observasi langsung dalam masyarakat.

B. Pengertian KKN Profesi Kesehatan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu bentuk pendidikan dengan cara

memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah

masyarakat di luar kampus dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani

masalah-masalah pembangunan yang dihadapi. KKN dilaksanakan dalam

masyarakat di luar kampus dengan maksud meningkatkan relevansi perguruan

tinggi dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan ilmu pengetahuan,

teknologi, serta seni untuk melaksanakan pembangunan yang semakin meningkat

serta meningkatkan persepsi mahasiswa tentang relevansi antara materi kurikulum

di kampus dengan realita pembangunan dalam masyarakat.

C. Tujuan KKN

2
KKN merupakan program intrakurikuler dengan tujuan utama untuk

memberikan pendidikan kepada mahasiswa. Oleh karena itu, pelaksanaan KKN

mengambil lokasi di masyarakat. Pelaksanaan KKN juga memerlukan keterlibatan

masyarakat sehingga realisasinya harus sekaligus dapat memberikan kemanfaatan

bagi masyarakat.

Secara eksplisit, tujuan yang dapat dicapai melalui KKN adalah:

1. Memberi pengalaman belajar tentang pembangunan masyarakat dan

pengalaman kerja nyata pembangunan.

2. Menjadikan lebih dewasanya kepribadian mahasiswa dan bertambah luasnya

wawasan mahasiswa.

3. Memacu pembangunan masyarakat dengan menumbuhkan motivasi kekuatan

sendiri.

4. Mendekatkan perguruan tinggi kepada masyarakat.

D. Sasaran KKN

Sasaran pelaksanaan KKN-PK meliputi mahasiswa, masyarakat, dan

pemerintah daerah/institusi, serta perguruan tinggi terkait.

1. Mahasiswa

a. Memperdalam pengertian mahasiswa tentang cara berpikir dan bekerja

secara interdisipliner sehingga dapat menghayati adanya ketergantungan

kaitan dan kerja sama antar sektor.

3
b. Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang

pemanfaatan ilmu, teknologi, dan seni yang dipelajarinya bagi pelaksanaan

pembangunan.

c. Memperdalam penghayatan dan pengertian mahasiswa terhadap kesulitan

yang dihadapi oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan.

d. Melaksanakan program pengembangan dan pembangunan bersama

masyarakat yang bertumpu pada kultur kinerja setempat.

e. Mendewasakan cara berpikir serta meningkatkan daya nalar dalam

melakukan dalam melakukan penelaahan, perumusan, dan pemecahan

masalah secara pragmatis ilmiah.

f. Melatih mahasiswa sebagai dinamisator dan problem solver.

g. Melalui pengalaman bekerja dalam melakukan penelaahan, merumuskan,

dan memecahkan masalah secara langsung, akan menumbuhkan sifat

profesionalisme dan kepedulian sosial dalam diri mahasiswa dalam arti

peningkatan keahlian, tanggung jawab, maupun rasa kesejawatan.

2. Masyarakat dan Pemerintah Daerah / Institusi

a. Memperoleh bantuan tenaga dan pikiran serta IPTEKS dalam

merencanakan dan melaksanakan pembangunan.

b. Memperoleh cara-cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan,

merumuskan, dan melaksanakan pembangunan.

c. Memperoleh pengalaman dalam menggali serta menumbuhkan potensi

swadaya masyarakat sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam

pembangunan.

4
d. Terbentuknya kader-kader kesehatan dalam masyarakat sehingga terjamin

kelanjutan upaya pembangunan kesehatan.

e. Memperoleh manfaat dan bantuan tenaga mahasiswa dalam melaksanakan

program dan proyek pembangunan yang berada di bawah tanggung

jawabnya.

3. Perguruan Tinggi

a. Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswa dengan

proses pembanguan di tengah masyarakat sehingga kurikulum, materi

perkuliahan, dan pengembangan ilmu yang ada di perguruan tinggi dapat

lebih disesuaikan dengan tuntutan nyata pembangunan kesehatan.

b. Dapat menelaah dan merumuskan keadaan/kondisi nyata masyarakat yang

berguna bagi pengembangan IPTEKS, serta dapat mendiagnosa secara

tepat kebutuhan masyarakat sehingga IPTEKS yang diamalkan dapat

sesuai dengan tuntutan nyata.

c. Meningkatkan, memperluas, dan mempererat kerja sama dengan instansi

serta departemen lain melalui rintisan kerja sama dari mahasiswa yang

melaksanakan KKN.

E. Manfaat KKN

Adapun manfaat yang dapat diperoleh mahasiswa dari pelaksanaan kegiatan

KKN ini adalah:

1. Mahasiswa dapat mempraktekkan ilmu yang telah mereka peroleh

langsung kepada masyarakat.

5
2. Mahasiswa dapat belajar bagaimana cara berorganisasi di masyarakat

sehubungan dengan menyelesaikan suatu permasalahan yang ada di

masyarakat.

3. Mahasiswa dapat langsung mengetahui jelas permasalahan kesehatan apa

yang biasa timbul dalam masyarakat.

4. Mahasiswa dapat menyelesaikan permasalahan yang muncul dengan

berkolaborasi bersama sesuai dengan kompetensi masing-masing profesi.

5. Menumbuhkan rasa kebersamaaan dan kekeluargaan antar sesama anggota

kelompok serta masyarakat.

F. Visi, Misi, dan Nilai KKN Profesi Kesehatan

1. Visi KKN-PK Pusat Pengembangan Kompetensi Profesi kesehatan

(P2KPK).

2. Misi KKN-PK Memfasilitasi mahasiswa KKN-PK untuk memiliki

kompetensi melalui komunikasi yang efektif, kemampuan manajerial,

memahami sosial kultural, memiliki sifat profesionalisme dan partnership.

3. Nilai KKN-PK Bekerjasama dengan stakeholders KKN-PK di dalam

maupun di luar Universitas Hasanuddin dengan menjunjung tinggi

keramahtamahan, kesopanan, toleransi, kesetiaan dan patuh pada kode

etik.

6
G. Komponen KKN Profesi Kesehatan

1. PBK (Proses Belajar Kerja)

KKN-PK adalah salah satu mata kuliah seperti halnya mata kuliah lainnya

dalam suatu program studi, dilaksanakan dalam suatu bentuk proses

belajar tersendiri berupa Proses Belajar Kerja (PBK) atau learning by

doing. Mata kuliah KKN-PK merupakan kegiatan intrakurikuler dengan

beban 4 SKS yang dilaksanakan di lokasi KKN-PK dengan lama waktu 6

minggu yang dilaksanakan di masyarakat (out-class). Dengan demikian

KKN-PK menjadi media penerapan teori/konsep/ide dari seluruh

ilmu/teori yang telah diperoleh mahasiswa di bangku kuliah.

2. Penelitian

Sebagai salah satu bagian dari tridharma perguruan tinggi, aspek penelitian

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari program KKN-PK. Proses

belajar mahasiswa di lokasi KKN diharapkan dapat menjadi inspirasi

untuk melakukan penelitian untuk selanjutnya menjadi masukan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

3. Profesional

KKN ini dilaksanakan secara profesional, sesuai bidang tugas atau profesi

masing-masing mahasiswa peserta.Kerja profesional menyebabkan para

mahasiswa bekerja mandiri (sesuai profesinya) tetapi dengan tetap

memperhatikan profesi-profesi lainnya yang menjadi bagian tidak

terpisahkan dari pembangunan kesehatan. Ciri profesional kesehatan ini

7
memungkinkan mahasiswa mengetahui dan mengerjakan apa yang harus

mereka kerjakan di bidang profesinya dan mampu mengetahui apa yang

dikerjakan oleh profesi lainnya dalam pembangunan kesehatan.

4. Program

Program kerja mahasiswa didasarkan pada masalah kesehatan masyarakat

yang dikoordinasikan dengan puskesmas dan pemerintah setempat.

5. Paradigma

Sehat Kegiatan mahasiswa KKN-PK berdasarkan paradigma baru

pembangunan kesehatan dimana lebih mengedepankan upaya promotif dan

preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

6. Pemerintah Daerah

Pelaksanaan KKN-PK sangat terkait dengan pemerintah daerah dan

seluruh jajaran di bawahnya (dinas kesehatan, kecamatan, puskesmas, dan

desa/kelurahan). Program KKN-PK senantiasa mengintegrasikan dengan

kegiatan pemerintah setempat.

7. Partisipasi

Keterlibatan mahasiswa terhadap program puskesmas/institusi lokasi

kerjanya bersifat partisipatori dimana mereka berpartisipasi dalam

melaksanakan program pembangunan kesehatan. KKN-PK berperan

meningkatkan kemandirian keluarga dan masyarakat dalam bidang

kesehatan sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam

meningkatkan derajat kesehatannya.

8
8. Partnership

Program yang sudah dipilih dan ditentukan tidak dikerjakan sendiri-

sendiri dan terpisah tetapi secara bersama-sama dengan seluruh rekan

profesi peserta KKN-PK lainnya. Keberhasilan suatu pekerjaan akan

disebut lebih berhasil jika dikerjakan dalam suatu sistem kemitraan

daripada dikerjakan sendiri-sendiri.

9. Pengabdian

Pengabdian masyarakat merupakan bagian dari Tridharma Perguruan

Tinggi yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa.KKN-PK salah satu

bentuk pengabdian untuk membantu masyarakat meningkatkan derajat

kesehatannya.

9
BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Keadaan Geografis

Kabupaten Tana Toraja merupakan suatu wilayah kabupaten di Provinsi

Sulawesi Selatan yang terletak pada bagian utara dengan Ibukota Makale.

Kabupaten Tana Toraja memiliki luas 2.054,30 km2 dengan elevasi ketinggian

400-3.075 mdpl yang meliputi 19 kecamatan, 47 Kelurahan dan 112 Lembang.

Kelurahan Tondon Mamullu memiliki luas 274 km2. Kelurahan Tondon Mamullu

terdiri dari 4 lingkungan, yaitu: Lallangan, Bulo, Dokong, dan Mamullu.

B. Keadaan Demografis

A. Jumlah Penduduk

Penduduk Tana Toraja berdasarkan hasil sensus penduduk terakhir tahun

2016 berjumlah 230.195 jiwa yang tersebar di 19 Kecamatan, dengan jumlah

penduduk terbesar yakni 35.207 jiwa atau 15,29% mendiami Kecamatan

Makale dan yang paling terendah adalah Kecamatan Kurra dengan jumlah

penduduk 5.385 jiwa atau 2,33%. Penduduk kelurahan Tondon Mamullu

berdasarkan data dari kantor kelurahan Tondon Mamullu berjumlah 3.575

jiwa. Total Kartu Keluarga yang terdapat di Tondon Mamullu berjumlah 823

KK.

B. Jenis Kelamin

Penduduk Tondon Mamullu yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1.844 ,

sedangkan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 1.731.

10
C. Keadaan Sosial Ekonomi / Budaya

Pada dasarnya, pariwisata Kabupaten Tana Toraja sudah cukup dikenal

oleh kalangan masyarakat saat ini. Sebelum melakukan pemekaran, arah

pengembangan pariwisata dulunya lebih cenderung ke wilayah Toraja bagian

Utara dibandingkan dengan Toraja bagian Selatan. Akibatnya saat Toraja

bagian Utara memilih untuk memisahkan diri, sehingga Toraja bagian Selatan

harus membenahi diri dalam mengembangkan pariwisatanya. Berdasarkan

Perda Kabupaten Tana Toraja tahun 2010-2030, bahwa terdapat 15 kawasan

wisata yang akan dikembangkan di Kabupaten Tana Toraja. Adapun di dalam

kawasan tersebut masing-masing memperlihatkan daya tarik dari wisata Tana

Toraja baik dari wisata budaya, wisata alam, wisata kerajinan maupun wisata

keseniannya.

Keunikan budaya yang ada di Tana Toraja menjadi pembahasan di

kalangan wisatawan mancanegara. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa situs

purbakala yang ada di Tana Toraja sudah menjadi aset dari UNESCO.

Keunikan tradisi budaya masyarakat Tana Toraja adalah tradisi berkaitan

dengan upacara rambu solo’ (pemakaman) yang biasanya diadakan selama

beberapa hari dan menghabiskan biaya yang tidaklah sedikit, sama halnya juga

dengan upacara rambu tuka’ (upacara syukuran). Tradisi tersebut masih

menjadi salah satu adat isti adat yang tetap dijaga oleh orang Toraja hingga

saat ini. Hal tersebut bisa dilihat dengan beberapa wisata yang masih tetap

terjaga dengan baik dan merupakan bentuk fisik dari tradisi yang ada.

11
Tana Toraja juga memiliki berbagai macam hasil kerajinan yang unik, baik

dari hasil seni rupa berupa ukiran, pahatan, manik-manik, maupun tenunan.

Kerajinan khas asli toraja yakni berupa manik-manik, tenunan dan pahatan.

Tongkonan sebagai rumah adat orang Toraja memiliki nilai sebagai pemersatu

seluruh anggota keluarga yang ada di Tana Toraja. Biasanya tongkonan ini

akan diukir dengan makna-makna ukiran sesuai dengan kearifan lokal

masyarakat Tana Toraja. Umumnya rumpun keluarga yang ada di Tana Toraja

pasti memiliki tongkonan yang di lengkapi dengan alang (lumbung). Upacara

adat di Tana Toraja terdiri dari upacara adat rambu solo’ dan rambu tuka’.

Upacara rambu solo’ merupakan simbolisasi upacara yang diadakan untuk

anggota keluarga yang meninggal. Sementara upacara rambu tuka’ sebagai

lambang kegembiraan atau ungkapan syukur atas hasil panen, pernikahan,

maupun peresmian tongkonan. Hingga saat ini kedua upacara tersebut masih

menjadi tradisi masyarakat Tana Toraja.

Kesenian Tana Toraja juga tidak kalah menarik hal ini dikarenakan alat-

alat musik yang digunakan sangatlah tradisional dan menggunakan bahan-

bahan yang natural. Contoh alat musik yang menjadi keunikan dari Tana

Toraja adalah pa’sulling yang dirangkap dengan musik bambu. Musik bambu

ini dibuat dengan menggunakan bambu. Hal ini sebagai simbol masyarakat

Tana Toraja menggunakan bambu sebagai bahan dasar untuk diolah menjadi

suatu hal yang bermanfaat dan mampu memberikan pendapatan kepada

masyarakat lokal. Tana Toraja memiliki beragam jenis tarian yang masing-

masing memiliki makna saat akan ditampilkan. Bentuk dari kesenian seni rupa

12
ini menggambarkan akan konsep keagamaan dan sosial dari suku Toraja yang

divisualkan melalui suatu ukiran kayu yang dinamakan dengan Pa’ssura’

(tulisan). Biasanya ukiran ini berada di tongkonan (rumah adat orang Toraja),

lumbung, dan souvenir-souvenir khas Tana Toraja. Latar belakang munculnya

dari visualisasi ini karena bahasa Toraja yang hanya diucapkan dan tidak

memiliki sistem tulisan. Adapun setiap ukiran yang dibuat memiliki nama dan

makna khusus.

Tana Toraja dalam sistem pertanian juga menunjukkan akan keunikan. Hal

ini ditunjukkan dengan sistem integrasi pertanian antara bertani, berkebun,

dan berternak. Ini disimbolkan dengan adanya kolam di tengah sawah sedalam

2 meter yang dinamakan dengan Kurungan. Adanya kurungan ini berfungsi

untuk mengontrol kuantitas air sawah dan cadangan air juga dimanfaatkan

sebagai sarang ikan.

D. Status Kesehatan

a. Faktor Lingkungan

1) Tempat Pembuangan Sampah

Secara keseluruhan masyarakat Kelurahan Tondon Mamullu belum

memiliki tempat pembuangan sampah sementara yang ideal (tempat

sampah yang memenuhi syarat kesehatan adalah tempat sampah yang

dipisah antara sampah organik dan non organik). Hal ini juga terlihat

bahwa hampir seluruh warga mengelolah sampah rumah tangga

dengan cara membakarnya dan memembuang di tempat sampah

umum.

13
2) Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Sebagian besar penduduk Kelurahan Tondon Mamullu telah memiliki

SPAL yang ideal pada rumahnya.

3) Jamban Keluarga

Dalam hal kepemilikan jamban, warga Kelurahan Tondon Mamullu

telah memiliki jamban pribadi dalam rumah mereka dan juga terdapat

warga yang memiliki jamban umum yang khusus rumah tangga

kontrakan yang di tinggali oleh bebrapa rumah tangga.

4) Sarana Air Bersih

Berdasarkan hasil observasi, masyarakat di Kelurahan Tondon

Mamullu memiliki cakupan air bersih. Sarana air bersih yang

digunakan sebagian besar adalah air sumur dan air PDAM.

b. Faktor Perilaku

Faktor perilaku juga merupakan salah satu penentu status kesehatan.

Faktor perilaku yang berdampak kurang baik bagi kesehatan masyarakat

Kelurahan Tondon Mamullu, yaitu masih kurangnya kesadaran tentang

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini terlihat dari kebiasaan

warga yang memiliki hewan ternak seperti babi, dan ayam dibuatkan

kandang di sekitar pekarangan rumah sehingga kotoran yang dihasilkanya

selain sebagai sumber penyakit juga menimbulkan bau yang kurang sedap,

serta ditambah lagi masih banyak warga yang tidak memiliki tempat

sampah.

14
Ditinjau dari sisi aktivitas fisik dan olahraga, masyarakat umunya

telah rutin melaksanakan aktivitas fisik yaitu berkebun, bertani, dan

beternak. Namun kesadaran masyarakat akan pentingnya melakukan

olahraga masih tergolong rendah karena masyarakat lebih cenderung

beraktivita sesuai pekerjaannya dibanding melakukan olahraga.

c. Faktor Pelayanan Kesehatan

Kelurahan Tondon Mamullu memiliki fasilitas pelayanan kesehatan

yang cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya Puskesmas

Makale yang berlokasi di Makale. Pelayanan di Puskesmas Makale tidak

dipungut biaya karena pelayanan kesehatan telah gratis bagi yang memiliki

kartu BPJS. Di lingkungan Kecamatan Makale khususnya Kelurahan

Tondon Mamullu juga tersedia Posyandu Lansia dan Posyandu Bayi.

1) Puskesmas

Puskesmas Makale terletak di Kelurahan Bombongan, Kabupaten Tana

Toraja dengan batas wilayah:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Makale Utara

b) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sanggalla’

c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Makale Selatan

Wilayah kerja Puskesmas Makale tercatat 39,75 km2 yang dibagi

menjadi 15 wilayah, 1 lembang, 87 RW, 8.185 RT, dan 77.604 KK.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Makale terdata sebanyak

34. 744 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 17.263 dan jumlah

penduduk perempuan sebanyak 17.481. Puskesmas Makale didukung oleh

15
tenaga kerja kesehatan dan non-kesehatan dari berbagai profesi fungsional

diantaranya tenaga dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, sanitarian,

ahli gizi, dan apoteker. Berdasarkan data pada tahun 2016, jumlah tenaga

kesehatan dan non kesehatan di Puskesmas Makale terdiri 40 orang

pegawai negeri sipil (PNS) dan 40 orang tenaga sukarela dan 9 orang

bidan PTT. Sementara itu, ditinjau dari aspek epidemiologi, pola penyakit

yang diderita oleh masyarakat yang berkunjung di Puskesmas Makale

pada umumnya cukup bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari tabel 2.1

dibawah ini.

Tabel 2.1
Proporsi Penyakit Terbanyak
Tahun 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas Makale

No Nama Penyakit Jumlah


.
1. ISPA 1670
2. Hipertensi 917
3. Karies Gigi 875
4. Demam Thypoid 797
5. Gastritis 765
6. Dermatis 729
7. Parangitis 681
8. Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 580
9. Givingiriodental 551
10. Otitis Media 499
Sumber: Portal Resmi Puskesmas Makale
Tabel 2.1 menunjukkan angka kunjungan penyakit tahun 2016

kunjungan di wilayah kerja Puskesmas Makale terdapat 10 penyakit, yaitu

ISPA, hipertenssi, karies gigi, demam thypoid, gastritis, dermatis,

parangitis, penyakit pulpa dan jaringan periapikal, givingiriodental, dan

otitis media. Proporsi tertinggi berada pada penyakit ISPA dan Otitis

Media.

16
2) Posyandu

Di Kelurahan Tondon Mamullu terdapat 3 posyandu yang terletak di

Lingkungan Lallangan dan Lingkungan Mamullu. Kegiatan posyandu

dilakukan setiap bulan. Posyandu yang terletak di Lingkungan Lallangan

terbagi dua, yaitu posyandu khusus lansia dan posyandu balita. Sementara

itu, posyandu yang terletak di Lingkungan Mamullu hanya terdapat 1

posyandu.

3) Faktor Genetik

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, khususnya data yang

diperoleh dari Puskesmas Makale, diketahui bahwa di Kelurahan Tondon

Mamullu tidak terdapat penyakit yang diakibatkan oleh faktor genetik.

17
BAB III

HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Persiapan Observasi

Sebelum melakukan observasi lapangan, kami melakukan persiapan dengan

melakukan pertemuan dengan Kepala Kelurahan Tondon Mamullu dan pihak-

pihak yang terkait untuk menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kami. Hal

ini dimaksudkan sebagai perkenalan awal agar nantinya masyarakat tidak terkejut

dan menyalahartikan maksud kedatangan kami. Selain itu, kami juga mengadakan

koordinasi dengan Kepala Kelurahan Tondon Mamullu dan Kepala Lingkungan

mengenai rencana kegiatan yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data-data

yang diperlukan.

B. Observasi Lapangan

Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai masalah-masalah

kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Makale, khususnya Kelurahan

Tondon Mamullu sehingga dapat disusun program kerja berdasarkan masalah

kesehatan yang ditemukan di lapangan. Observasi lapangan ini dilakukan pada

tanggal 24 Juni 2019-4 Juli 2019 yang dilakukan pendataan TB dari rumah ke

rumah dan dirangkaikan dengan penyuluhan umum dan penyuluhan kesehatan

gigi mulut. Observasi lapangan ini dilakukan dengan mengunjungi rumah-rumah

warga di kelurahan Tondon Mamullu untuk melakukan pendataan dan mengamati

langsung kondisi lingkungan sekitar Kelurahan Tondon Mamullu. Observasi

lapangan juga dilakukan dengan wawancara langsung kepada masyarakat dan

18
diskusi singkat mengenai status kesehatan, kebersihan lingkungan, serta kebiasaan

masyarakatnya.

Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan, masyarakat

Kelurahan Tondon Mamullu ditemukan beberapa karakteristik masyarakat yang

menjadi catatan kami yang dilakukan di empat lingkungan yang berada di

Kelurahan Tondon Mamullu, yaitu 43 rumah di Lingkungan Lallangan, 16 rumah

di Lingkungan Mamullu, 6 rumah di Lingkungan Bulo, dan 9 rumah di

Lingkungan Dokong. Jadi, total rumah yang telah diobservasi, yaitu sebanyak 74

rumah, adapun hasil yang diperoleh yaitu:

1. Terdapat 2 pasien positif tuberkulosis dan sementara melakukan pengobatan di

Puskesmas Makale serta 1 orang suspek tuberkulosis.

2. Terdapat 2 orang yang telah sembuh dari penyakit tuberkulosis.

3. Pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis masih kurang.

4. Masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya,

seperti membuang sampah di sungai.

5. Kurangnya kepedulian masyarakat mengenai bahaya merokok.

6. Masyarakat lansia antusias dan rutin melakukan pemeriksaan di posbindu

setiap satu bulan sekali.

7. Pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan gigi mulut dan cara menyikat

gigi yang benar masih kurang.

8. Masih banyak hewan yang ada di Kelurahan Tondon Mamullu yang belum

diberikan vaksin rabies.

19
9. Pengetahuan masyarakat mengenai bahaya dan cara penanggulangan rabies

masih kurang.

C. Program Kerja

Program kerja KKN Profesi Kesehatan adalah perpaduan yang proporsional

antara program kerja yang berasal dari mahasiswa sendiri yang merupakan hasil

observasi terhadap masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja yang

dikoordinasikan dengan puskesmas dan pemerintah setempat. Keterlibatan

mahasiswa KKN-PK terhadap program kerja puskesmas bersifat partisipatori,

artinya mahasiswa berpartisipasi dalam melaksanakan upaya atau program

pembangunan kesehatan masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan di Kelurahan

Tondon Mamullu, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja diperoleh

beberapa rumusan program kerja. Rumusan program kerja ini terdiri dari

intervensi fisik dan intervensi non fisik. Namun, sebelum melaksanakan program

kerja tersebut, terlebih dahulu diadakan seminar program kerja dengan pemerintah

daerah setempat, puskesmas, kepala lingkungan, tokoh masyarakat, tokoh agama,

dan masyarakat pada tanggal 26 Juni 2019 untuk memaparkan sekaligus

mensosialiasikan program kerja mahasiswa KKN-PK untuk Kelurahan Tondon

Mamullu dengan tujuan mendapatkan dukungan dan kerja sama serta membangun

komitmen bersama dalam rangka menyukseskan program kerja tersebut.

20
Adapun program kerja yang telah disepakati bersama dalam seminar program

kerja tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendataan Kesehatan Pendeteksian Tuberkulosis

2. Penyuluhan Umum tentang Sadari Faktor Risiko dan Bahaya Tuberkulosis.

3. Penyuluhan Umum tentang Mengenali Cara Penularan Tuberkulosis.

4. Penyuluhan Umum tentang Gejala Klinis Penderita Tuberkulosis.

5. Penyuluhan Umum tentang Cara Pengobatan Pada Pasien dan Efek Samping

Obat TB.

6. Penyuluhan Umum tentang Pentingnya Pengawas Minum Obat (PMO) dalam

Pemberantasan TB.

7. Penyuluhan Umum tentang Edukasi Latihan Pernapasan Pada Penderita

Tuberkulosis dan Penyakit Paru Lainnya.

8. Penyuluhan Umum tentang Cara Batuk yang Benar.

9. Penyuluhan Umum tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB dari Segi

Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Tangga.

10. Penyuluhan Umum tentang Pentingnya Penerimaan dan Dukungan Sosial

terhadap Penderita Suspek TB di Kelurahan Tondon Mamullu.

11. Penyuluhan Umum tentang Pengenalan Penyakit Rabies dan Cara

Pencegahan.

12. Penyuluhan Umum tentang Kesehatan Gigi dan Mulut Serta Sikat Gigi

Bersama.

21
D. Pelaksanaan Program Kerja

Selanjutnya program kerja di atas dibagi menjadi intervensi fisik dan

intervensi non fisik, maka dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Intervensi Fisik

a. Penyuluhan Umum tentang Kesehatan Gigi dan Mulut Serta Sikat Gigi

Bersama.

2. Intervensi Non Fisik

a. Pendataan Kesehatan Pendeteksian Tuberkulosis

b. Penyuluhan Umum tentang Sadari Faktor Risiko dan Bahaya

Tuberkulosis.

c. Penyuluhan Umum tentang Mengenali Cara Penularan Tuberkulosis.

d. Penyuluhan Umum tentang Gejala Klinis Penderita Tuberkulosis.

e. Penyuluhan Umum tentang Cara Pengobatan Pada Pasien dan Efek

Samping Obat TB.

f. Penyuluhan Umum tentang Pentingnya Pengawas Minum Obat (PMO)

dalam Pemberantasan TB.

g. Penyuluhan Umum tentang Edukasi Latihan Pernapasan Pada Penderita

Tuberkulosis dan Penyakit Paru Lainnya.

h. Penyuluhan Umum tentang Cara Batuk yang Benar.

i. Penyuluhan Umum tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB dari Segi

Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Tangga.

j. Penyuluhan Umum tentang Pentingnya Penerimaan dan Dukungan Sosial

terhadap Penderita Suspek TB di Kelurahan Tondon Mamullu.

22
k. Penyuluhan Umum tentang Pengenalan Penyakit Rabies dan Cara

Pencegahan.

Adapun berikut merupakan pemaparan hasil dari 12 program kerja yang telah

dilaksanakan:

1. Waktu dan Tempat Kegiatan

Program kerja utama, yakni pendataan kesehatan pendeteksian tuberkulosis

dilaksanakan pada tanggal 25 Juni hingga 9 Juli 2019 dengan mengunjungi rumah

warga di Kelurahan Tondon Mamullu. Sementara itu, kesebelas program kerja di

atas dilaksanakan secara bersamaan dalam satu kali kegiatan. Adapun kegiatan

tersebut dilaksanakan sebanyak 4 kali, yakni sebagai berikut.

a. Penyuluhan Umum 1

Hari, tanggal : Jumat, 28 Juni 2019

Waktu : 09.15-10.30 WITA

Tempat : Puskesmas Makale

b. Penyuluhan Umum 2

Hari, tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

Waktu : 09.00-12.00 WITA

Tempat : Tongkonan Puang Mamullu

c. Penyuluhan Umum 3

Hari, tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

Waktu : 16.30-18.00 WITA

Tempat : Masjid Raya Makale

23
d. Penyuluhan Umum 4

Hari, tanggal : Minggu, 7 Juli 2019

Waktu : 10.30-11.30 WITA

Tempat : Gereja Toraja Jemaat Moria Tondon

2. Hasil Kegiatan

a. Pendataan Kesehatan Pendeteksian Tuberkulosis

Sebelum melakukan kegiataan pendataan tuberkulosis ke rumah-rumah

warga di Kelurahan Tondon Mamullu, dilakukan pencarian data sekunder dari

Puskesmas Makale terkait penderita tuberkulosis yang pernah atau sedang

berobat tuberkulosis di puskesmas tersebut. Adapun berdasarkan data dari

Puskesmas Makale, diperoleh penderita tuberkulosis sebanyak 13 orang, yakni

sebagai berikut beserta keterangannya.

Tabel 3.1
Hasil Pendataan Kesehatan Pendeteksian Tuberkulosis
di Kel. Tondon Mamullu, Kec. Makale, Kab. Tana Toraja

No Tahun Keterangan
Nama
. Pengobatan
1. 2017 Erawati Tidak dapat dikunjungi karena
2. Jacob
tidak dapat dihubungi dan
3. Aprilianto
tidak diketahui tempat
4. Muh. Syahrul
5. Wilhelmus tinggalnya.
Tidak dapat dikunjungi karena
6. Christian
sedang berada di luar daerah.
Tidak dapat dikunjungi karena
7. Marten Suba
sedang tidak berada di rumah.
Telah menjalani pengobatan
8. Jannar Simbong
tuberkulosis selama 5 bulan
9. Rachindy Sanglise Telah menjalani pengobatan
tuberkulosis selama 2 bulan

24
10. Inka
Telah dinyatakan sembuh
11. Yacob Tapong
Tidak dapat dikunjungi karena
12. Mareo berpindah tempat tinggal ke
2018 Kecamatan Rantetayo
Tidak dapat dihubungi dan
13. Adrianus tidak diketahui tempat
tinggalnya.

Selain itu, dari proses pendataan kunjungan ke setiap rumah, ditemukan

suspek tuberkulosis, yakni L. S. Parerungan yang bertempat tinggal di

Lingkungan Lallangan. L. S. Parerungan menunjukkan hampir semua gejala

tuberkulosis yang ada. Namun, berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa

beliau pernah memeriksakan diri dan didiagnosis menderita penyakit paru

karena memiliki tumor di paru-paru kanan. Adapun beberapa hari kemudian,

beliau dinyatakan meninggal dunia karena penyakit yang diderita.

b. Program Kerja terkait Tuberkulosis

Program kerja terkait tuberkulosis terdiri dari 9 jenis program, yakni

Penyuluhan Umum tentang Sadari Faktor Risiko dan Bahaya Tuberkulosis,

Penyuluhan Umum tentang Mengenali Cara Penularan Tuberkulosis,

Penyuluhan Umum tentang Gejala Klinis Penderita Tuberkulosis, Penyuluhan

Umum tentang Cara Pengobatan Pada Pasien dan Efek Samping Obat TB,

Penyuluhan Umum tentang Pentingnya Pengawas Minum Obat (PMO) dalam

Pemberantasan TB, Penyuluhan Umum tentang Edukasi Latihan Pernapasan

Pada Penderita Tuberkulosis dan Penyakit Paru Lainnya, Penyuluhan Umum

tentang Cara Batuk yang Benar, Penyuluhan Umum tentang Pencegahan

25
Penularan Penyakit TB dari Segi Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Tangga,

dan Penyuluhan Umum tentang Pentingnya Penerimaan dan Dukungan Sosial

terhadap Penderita Suspek TB di Kelurahan Tondon Mamullu.

Kesembilan program kerja tersebut dirangkaikan secara bersamaan dalam

satu kali kegiatan penyuluhan. Adapun kegiatan tersebut dilaksanakan

sebanyak 4 kali, yakni 28 Juni 2019 di Puskesmas Makale, 3 Juli 2019 di

Tongkonan Puang Mamullu dan Masjid Raya Makale, dan 7 Juli 2019 di

Gereja Toraja Jemaat Moria Tondon. Penyuluhan dimulai dengan

penyampaian materi oleh masing-masing penanggung jawab program kerja

dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Selama pelaksanaan kegiatan,

terdapat beberapa kendala yang ditemukan, yaitu kegiatan dimulai terlambat

karena menunggu peserta berkumpul. Adapun secara keseluruhan, total

peserta yang hadir dalam penyuluhan berjumlah 115 orang yang terdiri dari

warga Kelurahan Tondon Mamullu dengan rincian penyuluhan pertama

dihadiri 23 orang, penyuluhan kedua dihadiri 21 orang, penyuluhan ketiga

dihadiri 22 orang, dan penyuluhan keempat dihadiri 49 orang. Berdasarkan hal

tersebut, maka apabila disesuaikan dengan indikator keberhasilan, maka

jumlah peserta mencapai target yakni 115 peserta dari 80 peserta yang

ditargetkan. Adapun berdasarkan hasil pre-test dan post-test, diperoleh hasil

bahwa terjadi peningkatan pemahaman masyarakat mengenai penyakit

tuberkulosis sebesar lebih dari 50%. Hal ini menunjukkan masyarakat dapat

dikatakan telah memahami definisi, gejala, cara penularan, dan lainnya yang

berkaitan dengan materi penyuluhan mengenai tuberkulosis.

26
c. Penyuluhan Umum tentang Kesehatan Gigi dan Mulut Serta Sikat

Gigi Bersama

Program kerja Penyuluhan Umum tentang Kesehatan Gigi dan Mulut telah

dilaksanakan. Adapun program kerja ini dirangkaian pelaksanaannya dengan

program kerja terkait tuberkulosis. Program kerja ini telah terlaksana sebanyak

4 kali pelaksanaan, yakni 28 Juni 2019 di Puskesmas Makale, 3 Juli 2019 di

Tongkonan Puang Mamullu dan Masjid Raya Makale, dan 7 Juli 2019 di

Gereja Toraja Jemaat Moria Tondon. Adapun materi penyuluhan ini

dibawakan oleh penanggung jawab program kerja. Secara keseluruhan,

program kerja ini dihadiri oleh total 115 orang peserta. Berdasarkan hal

tersebut, maka apabila disesuaikan dengan indikator keberhasilan, maka

jumlah peserta mencapai target yakni 115 peserta dari 80 peserta yang

ditargetkan.

Adapun sikat gigi bersama dilaksanakan pada hari Minggu, 7 Juli 2019 di

Sekolah Minggu Gereja Toraja Jemaat Moria Tondon. Sebelum sikat gigi

bersama, sekitar 50 orang anak-anak diberikan penyuluhan terkait kesehatan

gigi dan mulut: jenis-jenis gigi, pentingnya menyikat gigi, akibat tidak

menyikat gigi, dan bagaimana cara menyikat gigi yang benar. Anak-anak juga

diajak untuk menyanyikan lagu sikat gigi. Selanjutnya, sekitar 10 orang anak

diajak untuk mempraktikkan cara menyikat gigi yang benar. Selain itu,

berdasarkan hasil pre-test dan post-test, diperoleh hasil bahwa terjadi

peningkatan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya kesehatan gigi dan

27
mulut sebesar lebih dari 50%. Halini menunjukkan bahwa masyarakat dapat

dikatakan telah memahami pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.

d. Penyuluhan Umum tentang Pengenalan Penyakit Rabies dan Cara

Pencegahannya

Program kerja Penyuluhan Umum tentang Pengenalan Penyakit Rabies

dan Cara Pencegahannya telah dilaksanakan sebanyak 4 kali, yakni 28 Juni

2019 di Puskesmas Makale, 3 Juli 2019 di Tongkonan Puang Mamullu dan

Masjid Raya Makale, dan 7 Juli 2019 di Gereja Toraja Jemaat Moria Tondon.

Adapun materi penyuluhan ini dibawakan oleh penanggung jawab program

kerja. Materi yang dibawakan, yakni definisi, gejala, dan cara pencegahan

rabies. Secara keseluruhan, program kerja ini dihadiri oleh total 115 orang

peserta. Berdasarkan hal tersebut, maka apabila disesuaikan dengan indikator

keberhasilan, maka jumlah peserta mencapai target yakni 115 peserta dari 80

peserta yang ditargetkan. Selain itu, berdasarkan hasil pre-test dan post-test,

diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatakan pemahaman masyarakat

mengenai rabies dan cara pencegahannya sebesar lebih dari 50%.

E. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

1. Faktor Pendukung

a. Adanya data yang diberikan oleh pihak Puskesmas Makale mengenai

pasien tuberkulosis.

b. Adanya dukungan yang diberikan oleh pemerintah setempat.

28
2. Faktor Penghambat

a. Beberapa penderita tuberkulosis tidak bisa dikunjungi karena tidak

dapat dihubungi (nomor telepon tidak aktif) ataupun tidak diketahui

tempat tinggalnya.

b. Adanya beberapa masyarakat yang masih kurang memiliki kesadaran

akan pentingnya kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat dari kurang

antusiasnya masyarakat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan.

c. Sikap masyarakat yang kurang sesuai dengan yang diharapkan karena

kondisi Masyarakat Toraja yang berbeda, seperti adanya perasanan

malu ketika dikatakan sakit, terlebih lagi tuberkulosis merupakan

penyakit yang menular sehingga cukup terkendala dalam proses

pendataan.

29
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kegiatan penyuluhan mengenali cara penularan tuberkulosis telah

dilaksanakan oleh mahasiswa KKN-PK Angkatan 58 Unhas di Kelurahan Tondon

Mamullu, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja pada tanggal 28 Juni, 3

Juli, dan 7 Juli 2019 yang dilaksanakan sebanyak 4 kali bertempat di Puskesmas

Makale, Tongkonan Puang Mamullu, Masjid Raya Makale, Gereja Toraja Jemaat

Moria Tondon se-Kelurahan Tondon Mamullu. Dalam pelaksanaannya, kegiatan

ini diikuti oleh 115 peserta. Selain itu, mahasiswa KKN-PK Angkatan 58 Unhas

yang ditempatkan di Kelurahan Tondon Mamullu juga telah melakukan pendataan

mengenai kasus tuberkulosis beserta penyuluhan dari rumah ke rumah di

Kelurahan Tondon Mamullu.

Program kerja ini dapat terlaksana dengan baik dalam pelaksanaannya berkat

kerja sama Mahasiswa KKN-PK Angkatan 58 Unhas Posko Kelurahan Tondon

Mamullu dengan pihak kelurahan, Puskesmas Makale, Masjid Raya Makale,

Kepala Lingkungan Mamullu, serta Gereja Moria Tondon.

B. Saran

1. Untuk pemerintah setempat dan institusi terkait seperti pihak Puskesmas

Makale :

a. Agar lebih proaktif dalam memantau kondisi kesehatan masyarakat

khususnya mengenai penderita yang suspek TB dan lebih sering

30
mengadakan pertemuan dengan pemerintah dan tokoh masyarakat

untuk membahas masalah-masalah kesehatan masyarakat sehingga

dapat dilakukan intervensi lebih lanjut dan pencegahan dalam rangka

mengoptimalkan derajat kesehatan masyarakat Desa Tondon Mamullu.

b. Agar meningkatkan upaya promotif dan preventif berupa penyuluhan

mengenali cara penularan TB pada masyarakat Desa Tondon Mamullu.

c. Untuk pihak Pemerintah Desa Tondon Mamullu agar kegiatan yang

telah kami lakukan dapat terus ditindaklanjuti dan diteruskan agar

dapat terbentuk suatu komunitas yang aktif dalam pembangunan

terutama di dalam bidang kesehatan terkait penyakit tuberkulosis demi

terwujudnya Desa Tondon Mamullu yang sehat.

2. Untuk seluruh masyarakat Desa Tondon Mamullu agar lebih

memperhatikan kesehatan diri secara umum, kesehatan paru – paru,

kesehatan keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

3. Untuk pihak universitas, agar memfasilitasi instrumen untuk mewadahi

pendataan Tuberkulosis.

31
DAFTAR PUSTAKA

DINKES SULSEL. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2014.


Makassar: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

Indah, M. 2018. Tuberkulosis. Jakarta: Info Datin Pusat Data dan Informasi
Kesehatan RI.

Kabupaten Tana Toraja. 2017. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah (LAKIP). Tana Toraja: Kabupaten Tana Toraja Tahun
Anggaran 2018.

Nurjana, M, A. 2015. 'Faktor Risiko Terjadinya Tuberkulosis Paru Usia Produktif


(15-49 Tahun) di Indonesia', Media Litbangkes, Vol. 25, No. 3, p: 170.

Wulandari, A, A. 2015. 'Faktor Risiko dan Potensi Penularan Tuberkulosis Paru


di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah', Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia, Vol. 14, No. 1, p: 12.

32
Lampiran 1

Peta Wilayah Kerja

Puskesmas Makale dan Kelurahan Tondon Mamullu

a. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Makale

33
b. Peta Wilayah Kerja Kelurahan Tondon Mamullu

34
Lampiran 2

STRUKTUR ORGANISASI POSKO

35
Lampiran 3
Supervisor Lapangan
TERM
dr.OF
SittiREFERENCE (TOR)
Wahyuni, Ph.D.

A. Nama Kegiatan

“Penyuluhan Sadari Faktor Risiko dan Kabupaten


Koordinator Bahaya Penyakit Tuberkulosis”
Aton Prasetya

B. Latar Belakang/Rasional

Koordinator
Tuberkulosis (TB) adalah penyakitKelurahan
yang disebabkan oleh kuman yang
Filbert Tandean
disebabkan bakteri Mycobacterium tuberkulosis. TB biasanya memengaruhi

paru-paru, tetapi juga bisa memengaruhi bagian lain dari tubuh,


Sekretaris seperti otak,
Bendahara
Aurelia Anisa Galla’ Ada’ Nor Farzana Bt. Mahmood
ginjal, atau tulang belakang. Penularan biasanya berlangsung melalui percikan

dahak (droplet nuclei) di udara yang berasal dari pasien TB paru infeksius.
Anggota
Tiffany
Di seluruh dunia, TB adalah salah Baby Sentosa
satu dari 10 pemicu utama kematian dan
Erica Wagiri
penyebab utama dari agenDanang
infeksi Hibatul
tunggalWafi
(di atas HIV/AIDS). Pada tahun
Andi Nurul Fadillah
Tri Anugrah
2016, secara mendunia diperkirakan Lestari
ada 10,4 juta kasus baru TB. Jumlah
Natalia Salempang
Jessica Tania
kasus baru TB di Indonesia sebanyak Lotokasus pada tahun 2017 (data per
420.994
Ronal Rainol A. Sallata
17 Mei 2018). Pada Provinsi Sulawesi Selatan, mencapai 4.910 kasus pada

laki-laki dan 3.598 kasus pada perempuan. Dari hasil Laporan Riskesdas tahun

2007 TB paru klinis dengan prevalensi 1,03% enam dari 23 kabupaten/kota di

atas angka provinsi dan tertinggi di Kab. Tana Toraja (6,8%). Kasus TB ini

terjadi karena berkaitan dengan imigrasi dari negara-negara dengan prevalensi

TB yang tinggi; infeksi HIV; masalah sosial seperti meningkatnya kemiskinan

di perkotaan, tunawisma, dan penyalahgunaan obat; serta berkurangnya

pelayanan TB.

36
Faktor-faktor eksogen (merokok, ventilasi yang buruk, alkohol)

memainkan peranan penting dalam menekankan perkembangan dari paparan

ke infeksi, sedangkan faktor endogen (infeksi HIV, diabetes, malnutrisi)

memainkan peranan penting dalam menekankan perkembangan dari infeksi

menjadi penyakit TB aktif.

Merokok dapat memengaruhi banyak sistem organ, tetapi paru-paru paling

banyak mengalami kerusakan. Merokok merusak paru-paru dan berdampak

pada sistem kekebalan tubuh, membuat perokok lebih rentan infeksi TB.

Terjadinya TB telah terbukti dikaitkan pada sel imun seperti makrofag,

monosit, dan limfosit CD4. Mekanisme lain, seperti gangguan fungsi silia dan

efek hormonal, bisa juga muncul setelah merokok. Oleh karena itu, semua

faktor ini dapat berkontribusi pada peningkatan kerentanan seseorang untuk

mengembangkan infeksi TB.

Koinfeksi HIV adalah faktor risiko terpenting untuk mengembangkan TB

aktif, yang secara dramatis meningkatkan kerentanan terhadap infeksi primer

atau infeksi ulang dan juga risiko reaktivasi TB untuk pasien dengan infeksi

Mycobacterium tuberkulosis laten. Ciri utama penekanan imun pada pasien

AIDS adalah hilangnya sel T CD4+ yang nyata dalam darah, jaringan limfoid,

dan mukosa, yang jelas merupakan kontributor penting terhadap peningkatan

risiko pengembangan TB aktif.

Manifestasi klinis HIV dibagi berdasarkan beberapa staging. Pada clinical

stage pertama yaitu asimptomatik dan limfadenopati generalisasi persisten.

Clinical stage kedua yaitu penurunan berat yang tidak diketahui penyebabnya,

37
infeksi traktus respiratorius yang rekurens seperti sinusitis, tonsillitis, otitits

media dan faringitis, herpes zoster, angular chelitis, ulserasi oral rekurens,

erupsi pruritus papula, dermatitis seboroik, infeksi jamur pada kuku. Untuk

clinical stage ketiga yaitu adanya diare kronis dan demam persisten yang tidak

diketahui penyebabnya (>37.6°C intermiten atau konstan, lebih dari sebulan),

leukoplakia oral, anemia, neutropenia, dan kronik trombositopenia. Terakhir,

clinical stage keempat yaitu pneumonia, ensefalopati HIV, kronik

isopsoriasis.

Pada penderita diabetes melitus, terdapat hubungan antara Mycobacterium

tuberkulosis dengan monosit dimana secara signifikan rendah. Pengenalan sel

inang pada pasien diabetes melitus berubah, akibatnya dapat menyebabkan

replikasi bakteri yang dicerna lebih tinggi. Selain itu, juga ditunjukkan secara

eksperimental bahwa peningkatan kerentanan terhadap TB pada pasien

diabetes mellitus disebabkan oleh respon imun bawaan yang tertunda terhadap

keberadaan makrofag alveolar yang terinfeksi. Tuberkulosis specific IFN-ɣ-

producing T cell bermigrasi kemudian ke kelenjar getah bening dan ke paru-

paru. Sitokin yang terkait dengan respon bawaan (IL-1β, IL-6, TNF-α, IL-8)

dan tipe adaptif 1 (IL-10, IL-2, IFN-ɣ) akan meningkat pada pasien TB

diabetes, terutama mereka dengan peningkatan HbA1c. Akhirnya, sehubungan

dengan respon adaptif yang bergeser menuju T helper 2 (Th2) dapat

berkontribusi pada pengembangan TB pada pasien diabetes.

Faktor nutrisi mungkin memiliki hubungan dengan risiko pengembangan

TB. Untuk menentukan dampak status gizi pada kejadian TB, penulis

38
menganalisis data dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional

Pertama (NHANES I) Studi Tindak Lanjut Epidemiologis (NHEFS). Tingkat

serum albumin yang rendah juga meningkatkan risiko TB, tetapi vitamin A,

tiamin, riboflavin, dan status besi yang rendah tidak. Kekurangan gizi protein

merusak pertahanan imunologis yang dimediasi oleh limfosit T, dimana terjadi

peningkatan risiko penyakit menular spesifik. Menurut Organisasi Kesehatan

Dunia, populasi yang disebabkan oleh kejadian TB karena kekurangan energi

protein dapat melebihi kejadian TB yang disebabkan oleh infeksi HIV,

merokok, atau diabetes melitus.

Namun, Case Detection Rate (CDR) terhadap faktor risiko dan penyakit

TB di Kabupaten Tana Toraja, Kelurahan Tondon Mamullu itu sendiri masih

rendah. Berdasarkan uraian tersebut, mahasiswa KKN-PK Universitas

Hasanuddin akan melaksanakan kegiatan penyuluhan untuk membantu

masyarakat kelurahan Tondon Mamullu agar lebih memahami faktor-faktor

risiko yang mungkin tidak disadari yang dapat menyebabkan penyakit TB dan

mengakibatkan dampak buruk seperti kematian.

C. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Pengendalian tuberkulosis berbasis komunitas dengan pendekatan

interprofesional education.

2. Tujuan Khusus

39
a. Memberikan pengetahuan pada masyarakat di kelurahan Tondon

Mamullu mengenai faktor risiko penyakit tuberkulosis.

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap faktor risiko yang


mungkin ada.

D. Sasaran

Masyarakat yang berada di lingkungan Kelurahan Tondon Mamullu,

Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja.

E. Waktu dan Tempat Kegiatan

a. Penyuluhan Umum

 Penyuluhan 1

Hari/Tanggal : Jumat, 28 Juni 2019

Tempat : Puskesmas Makale

 Penyuluhan 2

Hari/Tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

Tempat : Tongkonan Puang Mamullu

 Penyuluhan 3

Hari/Tanggal : Rabu, 2 Juli 2019

Tempat : Mesjid Raya Makale

 Penyuluhan 4

Hari/Tanggal : Minggu, 7 Juli 2019

Tempat : Gereja Moria Tondon

40
b. Kunjungan dari Rumah ke Rumah

 Waktu : Selasa, 25 Juni 2019 – Selasa, 9 Juli 2019

 Tempat : tongkonan dan rumah masyarakat

F. Penanggung Jawab

Erica Wagiri (Pendidikan Dokter Umum, NIM. C111 16 021).

G. Mekanisme dan Rancangan Kegiatan

1. Dilakukan pretest

Apa itu penyakit TB?

Sebutkan minimal 2 faktor risiko penyakit TB yang Anda ketahui!

2. Dilakukan penyuluhan

3. Dilakukan posttest

Apa itu penyakit TB?

Sebutkan minimal 2 faktor risiko penyakit TB!

H. Sumber Dana

Biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan ini merupakan swadaya

mahasiswa KKN-Profesi Kesehatan Angakatan 58 Universitas Hasanuddin,

Kelurahan Tondon Mamullu, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja.

41
I. Penutup

Demikian kerangka acuan kegiatan Penyuluhan Sadari Faktor Risiko

dan Bahaya Penyakit Tuberkulosis oleh mahasiswa KKN-PK UNHAS

angkatan 58 di Kelurahan Tondon Mamullu ini dibuat untuk dipergunakan

seperlunya, atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Mengetahui,
Koordinator Kelurahan Penanggung Jawab

(Filbert Tandean) (Erica Wagiri)


Nim. C111 16 529 Nim. C111 16 021

42
TERM OF REFFERENCE (TOR)

A. Nama Kegiatan

“Penyuluhan Mengenali Cara Penularan Tuberkulosis”

B. Latar Belakang/Rasional

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Dalam

20 tahun World Health Organitation (WHO) dengan negara-negara yang

tergabung di dalamnya mengupayakan untuk mengurangi TB Paru.

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang di sebabkan

oleh infeksi menular oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber

penularan yaitu pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang

dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau pengobatannya

tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian

(Kemenkes RI, 2015).

Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian

global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan

kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan

masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada

tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita

tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh

penderita di dunia (WHO, 2015). Di Kecamatan Makale Desa Tondon

Mamullu, tuberkulosis merupakan salah satu penyakit tertinggi dan

43
berdasarkan data dari puskesmas sekitar 50% penderita tuberkulosis masih

belum terdeteksi.

Berdasarkan uraian diatas maka mahasiswa KKN-PK di Desa Tondon

Mamullu mengadakan penyuluhan cara penularan dan gejala penderita

tuberkulosis sebagai salah satu program kerja.

C. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Pengendalian Tuberkulosis berbasis komunitas dengan pendekatan inter-

professional education.

2. Tujuan Khusus

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cara penularan penyakit

tuberkulosis.

D. Sasaran

Masyarakat Kel. Tondon Mamullu, Kec. Makale, Kab. Tana Toraja.

E. Waktu Dan Tempat Kegiatan

1. Penyuluhan Umum

a. Puskesmas Makale : Jumat, 28 Juni 2019

b. Tongkonan Puang Mamullu : Rabu, 3 Juli 2019

c. Mesjid Raya Makale : Rabu, 3 Juli 2019

d. Gereja Moria Tondon : Minggu, 7 Juli 2019

44
2. Penyuluhan dari Rumah ke Rumah

Selasa, 25 Juni – Selasa, 9 Juli 2019.

F. Penanggung Jawab Kegiatan

Tiffany Baby Sentosa (Pendidikan Dokter Umum, NIM. C11116007).

G. Mekanisme Dan Rancangan Kegiatan

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, hal yang perlu dilakukan adalah:

a. Observasi lingkungan sekitar Kelurahan Tondon Mamullu dan

mengumpulkan data di puskesmas tentang penderita tuberkulosis.

b. Observasi dan menginformasikan rencana kegiatan penyuluhan Cara

Penularan Penyakit Tuberkulosis.

c. Publikasi kegiatan penyuluhan Cara Penularan Tuberkulosis ke

warga.

d. Menyiapkan segala kelengkapan yang akan digunakan dalam

kegiatan penyuluhan.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan dengan metode ceramah dan

diskusi. Pretest dan posttest akan dilakukan kepada peserta penyuluhan.

Susunan kegiatan, yaitu:

a. Dilakukan pre test dengan memberi pertanyaan : bagaimana cara

penularan penyakit tuberkulosis?

45
b. Melakukan kegiatan penyuluhan.

c. Melakukan post test dan menilai hasilnya dengan melihat

peningkatan pengetahuan masyarakat tentang cara penularan

tuberkulosis.

3. Tahap Evaluasi

Indikator keberhasilan dari kegiatan penyuluhan Keluarga Berencana ini

adalah:

a. Terlaksananya kegiatan penyuluhan Keluarga Berencana

b. Bertambahnya pengetahuan masyarakat mengenai KB dengan

melihat hasil dari pretest dan posttest.

H. Sumber Dana

Biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan ini merupakan swadaya mahasiswa

KKN-Profesi Kesehatan Angkatan 58 Universitas Hasanuddin, Kelurahan

Tondon Mamullu, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja.

I. Penutup

Dengan adanya penyuluhan mengenai hipert ini, diharapkan bisa

meningkatkan kesadaran masyarakat. Sehingga dapat mendeteksi dan

mengurangi angka penderita tuberkulosis.

Mengetahui,
Koordinator Desa Penanggung Jawab

46
Filbert Tandean Tiffany Baby Sentosa
NIM C111 16 529 NIM C111 16 007

47
TERM OF REFERENCES (TOR)

A. Nama Kegiatan

“Gejala Klinis Penderita TB”

B. Latar Belakang/Rasional

Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu masalah kesehatan baik secara

internasional maupun nasional. Terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (8,8 juta

– 12 juta) yang terjadi secara global pada tahun 2016 (120 kasus / 100.000

penduduk). Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia,

China, Philipina, dan Pakistan. Sebagian besar estimasi insiden TBC pada

tahun 2016 terjadi di kawasan Asia Tenggara (45%) dan 25% terjadi di

kawasan Afrika. Jumlah kasus baru TBC di Indonesia sebanyak 420.994

kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Hal ini menunjukkan

banyaknya kasus TBC yang masih terjadi di Indonesia. (Indah, 2018)

Provinsi Sulawesi Selatan menjadi salah satu provinsi dengan angka kasus

penyakit TBC yang termasuk tinggi. Laporan dinas kesehatan Provinsi

Sulawesi Selatan pada tahun 2014, melaporkan jumlah kasus TBC Paru per

kabupaten/kota dengan jumlah 7.648 laki-laki dan 5.198 perempuan. Jumlah

BTA+ sebesar 9.325 orang yaitu 5.587 laki-laki dan 3.738 perempuan, dengan

kesembuhan 7.169 (80,22%) Angka Case Notification Rate (CNR) yang

dihitung berdasarkan jumlah seluruh kasus TB yang ditemukan dan diobati

pada tahun 2011-2014 cenderung menunjukkan trend meningkat dari

139/100.000 penduduk (tahun 2011), 153/100.000 penduduk (tahun 2012),

48
159/100.000 penduduk (tahun 2013), 152/100.000 penduduk (tahun 2014).

Terdapat penurunan angka CNR pada tahun 2014 menunjukkan masih

diperlukannya peningkatan upaya-upaya penemuan kasus TBC agar penderita

dapat segera diobati dan disembuhkan sehingga dapat diminimalisir penularan

kasus TBC khususnya di Sulawesi Selatan. (DINKES, 2014)

Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis

yang bersifat aerob dan berbentuk basil. Bakteri kecil ini ketika dikeluarkan

dari penderita TBC, dapat tetap melayang di udara sebagai droplets selama

berjam-jam jika berada di kondisi yang tidak kondusif dengan pembiakannya.

Tapi sekiranya berada di kondisi kondusif untuk pembiakan bakteri tersebut

bisa bertahan berhari-hari di udara. Berbicara, batuk, atau bersin dapat

menghasilkan banyak droplets infeksius dan hanya 10 basil TBC saja sudah

dapat menyebabkan infeksi. Jika terhirup oleh orang yang berdaya tahan tubuh

rendah, Mycobacterium dapat tinggal dalam alveoli dan akhirnya difagosit

oleh makrofag alveolar. Jika berhasil menahan penyakit, orang tersebut

memiliki TB laten. Jika makrofag gagal menahan penyakit, orang tersebut

mengidap TB aktif. Hanya pasien yang mengidap TB aktif yang bersifat

menular. (Singer-Leshinsky, 2016)

Gejala klinis pasien yang dapat digolongkan suspek penderita TBC adalah

batuk persisten lebih dari 2 minggu dengan riwayat kemungkinan terpapar

TBC, demam, sering berkeringat pada malam hari, penurunan berat badan

secara tidak disengaja, ada juga penderita TB dengan gejala batuk berdarah

(hemoptysis), atau nyeri dada. Penderita TB akan batuk berdahak dan

49
dahaknya akan berwarna kuning. Kahak nya berwarna kuning dan purulent

kerana infeksi terjadi pada lobus di paru dan kuning dahak nya kerna hasil dari

Bakteri yang menginfeksi. Pasien TB juga sering batuk kerana teransangnya

reseptor batuk oleh microorganism yang telah masuk lewat salur pernafasan.

C. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, peserta diharapkan memahami

dan mengetahui tentang gejala-gejala klinis TB.

2. Tujuan Khusus

1. Memberikan pengetahuan pada warga di Kelurahan Tondon Mamullu

mengenai bahayanya TB

2. Meningkatkan keinginan masyarakat untuk ke Pukesmas Makale

sekiranya terdapat gejal-gejala TB.

3. Menurunkan statistic Penderita TB, khususnya di Tondon Mamullu.

4. Menurunkan resiko penularan TB di kecamatan Makale.

D. Sasaran

Masyarakat yang berada di lingkungan Tondon Mamullu, Kecamatan Makale,

Kabupaten Tana Toraja.

E. Waktu dan Tempat Kegiatan

1. Penyuluhan umum yang diikuti masyarakat dan di rencanakan pada

50
a. Pertemuan pertama

Hari/Tanggal : Jumat, 28 Juni 2019

Tempat : Puskesmas Makale, Tana Toraja

b. Pertemuan kedua

Hari/ Tanggal : Rabu,3 Juli 2019

Tempat : Tongkonan Puang Mamullu

c. Pertemuan ketiga

Hari/Tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

Tempat : Mesjid Raya Makale

d. Pertemuan keempat

Hari/Tanggal : Minggu, 7 Juli 2019

Tempat : Gereja Moria Tondon

2. Kunjungan dari rumah ke rumah setiap hari minimal 3 rumah per hari:

Selasa, 25 Juni – Selasa 9 Juli 2019

F. Penanggung Jawab

Nor Farzana binti Mahmood (Pendidikan Dokter Umum, NIM. C111 16 838)

G. Mekanisme dan Rancangan Kegiatan

Penyuluhan dari rumah ke rumah dan penyuluhan umum menggunakan

Mekanisme dan rancangan yang sama.

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, hal yang perlu dilakukan adalah:

51
a. Observasi lingkungan sekitar Kelurahan Tondon Mamullu dan

mengumpulkan data di puskesmas Makale.

b. Membuat proposal bantuan dana dan pemateri/ penyuluh ke

perwakilan di Makale.

c. Observasi dan menginformasikan rencana kegiatan penyuluhan gejala

klinik TB serta meminta izin ke posyandu yang bersangkutan.

d. Publikasi kegiatan penyuluhan berkaitan TB ke warga.

e. Menyiapkan segala kelengkapan yang akan digunakan dalam kegiatan

penyuluhan.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan demgan metode ceramah dan

diskusi. Pretest dan posttest akan dilakukan kepada peserta penyuluhan.

Susunan kegiatan, yaitu:

a. Ceramah (penyuluhan)

b. Diskusi

c. Pertanyaan-jawaban lisan

d. Penutup

3. Tahap Evaluasi

Indikator keberhasilan dari kegiatan penyuluhan Gejala klinis TB ini

adalah:

1. Case detection rate di kelurahan ini meningkat kerna warga sudah

mulai sedar tentang apa-apa saja gejala klinis.

52
2. Bertambahnya pengetahuan masyarakat mengenai Gejalan Klinis TB

dengan melihat hasil dari pretest dan posttest.

H. Sumber Dana

Biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan ini merupakan swadaya mahasiswa

KKN-Profesi Kesehatan Angkatan 58 Universitas Hasanuddin, Kelurahan

Tondon Mamullu, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja

I. Penutup

Demikian kerangka acuan kegiatan Penyuluhan TB oleh mahasiswa

KKN-PK UNHAS angkatan 58 di Kelurahan Tondon Mamullu ini dibuat

untuk dipergunakan seperlunya, atas perhatiannya kami mengucapkan terima

kasih.

Mengetahui,
Koordinator Kelurahan Penanggung Jawab

(Filbert Tandean) (Nor Farzana Bt Mahmood)


Nim. C111 16 529 Nim. C111 16 838

53
TERM OF REFERENCES (TOR)

A. Nama Kegiatan

“Penyuluhan Cara Pengobatan pada Pasien dan Efek Samping Obat TB”

B. Latar Belakang / Rasional

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan penduduk dunia.

Penyakit ini menjadi ancaman yang serius dan terus menerus, walaupun

langkah-langkah eradikasi telah dikerjakan diberbagai negara, tetapi masih

banyak area yang tidak terkontrol.

Laporan Tuberkulosis Global 2014 yang dirilis oleh WHO menyebutkan

insidens di Indonesia pada angka 460.000 kasus baru per tahun. Penderita TB

terutama ditemukan pada negara-negara dengan kesehatan masyarakat yang

rendah.2 Diagnosis yang akurat, terapi yang efektif dari penyakit TB,

identifikasi infeksi TB tanpa penyakit, serta penentuan terapi sangat penting.

Lebih jauh lagi terapi preventif yang adekuat dapat menghambat

perkembangan penyakit TB pada banyak individu dan memotong transmisi

dari orang dengan potensial TB.

Melalui program yang diadopsi dari WHO, Indonesia sejak tahun 1995

melaksanakan program DOTS (Directly Observed Treatment Short course

chemotherapy). Program ini telah diadopsi oleh 119 negara dan berhasil

meningkatkan penemuan kasus baru dan mempertahankan angka kesembuhan,

namun belum dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit tuberkulosa

paru.

54
C. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Pengendalian TB berbasis komunitas dengan pendekatan interprofessional

education.

2. Tujuan Khusus

a. Agar masyarakat memahami cara pengobatan TB

b. Agar masyarakat memahami efek samping obat TB

D. Sasaran

Masyarakat Kelurahan Tondon Mamullu, Kecamatan Makale, Kabupaten

Tana Toraja.

E. Waktu Dan Tempat Kegiatan

1. Penyuluhan

a. Puskesmas Makale : Jumat, 28 Juni 2019

b. Tongkonan Puang Mamullu : Rabu, 3 Juli 2019

c. Mesjid Raya Makale : Rabu, 3 Juli 2019

d. Gereja Moria Tondon : Minggu, 7 Juli 2019

2. Penyuluhan rumah ke rumah : 25 Juni-9 Juli 2019

F. Penanggung Jawab Kegiatan

Danang Hibatul Wafi (Pendidikan Dokter Umum, NIM. C111 16 323)

55
G. Mekanisme dan Rancangan Kegiatan

Tahap-tahap kegiatan dari penyuluhan ini, yaitu:

1. Dilakukan pretest dengan memberi pertanyaanan :

a. Berapa lama jangka waktu minum obat ?

b. Apa gejala-gejala efek samping obat-obat TB ?

2. Melakukan kegiatan penyuluhan

3. Melakukan post test dan menilai hasil dengan melihat peningkatan

pengetahuan masyarakat tentang pengobatan TB

H. Sumber Dana

Biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan ini merupakan swadaya mahasiswa

KKN-Profesi Kesehatan Angakatan 58 Universitas Hasanuddin, Kelurahan

Tondon Mamullu, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja.

I. Penutup

Dengan adanya penyuluhan mengenai cara pengobatan pada pasien

pengobatan TB dan efek samping obat TB diharapkan masyarakat bisa

meningkatkan kesadaran sehingga dapat mengurangi angka kematian di

wilayah tersebut

Mengetahui,
Koordinator Desa Penanggung Jawab

(Filbert Tandean) (Danang Hibatul Wafi)


Nim. C11116529 Nim. C111 16 323

56
TERM OF REFERENCES (TOR)

A. Nama Kegiatan

“Pentingnya Pengawas Minum Obat (PMO) dalam Pemberantasan

Tuberkulosis”

B. Latar Belakang/Rasional

Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu masalah kesehatan baik

secara internasional maupun nasional. Terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC

(8,8 juta – 12 juta) yang terjadi secara global pada tahun 2016 (120 kasus /

100.000 penduduk). Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India,

Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan. Sebagian besar estimasi insiden

TBC pada tahun 2016 terjadi di kawasan Asia Tenggara (45%) dan 25%

terjadi di kawasan Afrika. Jumlah kasus baru TBC di Indonesia sebanyak

420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Hal ini menunjukkan

banyaknya kasus TBC yang masih terjadi di Indonesia. (Indah, 2018). Salah

satu faktor penyebab masih banyaknya kasus TBC adalah masih rendahnya

pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC.

WHO telah menetapkan strategi Directly Observed Treatment

Shortcourse (DOTS) sebagai salah satu strategi penanggulangan TB. Salah

satu komponen DOTS yang dikembangkan di Indonesia yaitu komponen

standarisasi pengobatan dengan pengawasan dan dukungan pasien. Indonesia

mengembangkan strategi tersebut dalam program Pengawas Minum Obat

(PMO).

57
Pengawas Minum Obat (PMO) adalah suatu bentuk pengawasan

terhadap kepatuhan meminum obat sesuai program kepada penderita TBC.

Pengawas Minum Obat yang memantau dan mengingatkan penderita TBC

paru untuk meminum obat secara teratur. Ada hubungan peran keluarga

sebagai PMO dengan tingkat keberhasilan pengobatan pada penderita TBC

menurut penelitian Jufrizal pada tahun 2016. Hasil studinya menunjukkan

keluarga yang memenuhi peran yang baik sebagai PMO berpeluang 20 kali

memperoleh tingkat keberhasilan pengobatan penderita TB paru.

Program kerja ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan

mengenai PMO di Kelurahan Tondon Mamullu, Kecamatan Makale,

Kabupaten Tana Toraja.

C. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan pemahaman pentingnya PMO dalam memberantas

Tuberkulosis di Kelurahan Tondon Mamullu, Kecamatan Makale,

Kabupaten Tana Toraja.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk meningkatkan pemahaman mengenai Pengawas Minum Obat

(PMO) dan pentingnya PMO dalam pemberantasan TBC

b. Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kriteria PMO yang baik.

58
D. Sasaran

Penyuluhan umum minimal 20 orang setiap kali penyuluhan umum.

Kunjungan rumah ke rumah minimal 3 rumah per hari, minimal responden

setiap rumah 2 orang per hari, kunjungan dilakukan setiap 5 kali seminggu,

kegiatan ini dilakukan selama 3 minggu, sehingga total responden 90 orang.

E. Waktu dan Tempat Kegiatan

Penyuluhan Umum yang diikuti masyarakat sebanyak 4 kali:

1. Penyuluhan Umum 1

Hari, tanggal : Jumat, 28 Juni 2019

Tempat : Puskesmas Makale

2. Penyuluhan Umum 2

Hari, tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

Tempat : Tongkonan Puang Mamullu

3. Penyuluhan Umum 3

Hari, tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

Tempat : Mesjid Raya Makale

4. Penyuluhan Umum 4

Hari, tanggal : Minggu, 7 Juli 2019

Tempat : Gereja Moria Tondon

Kunjungan rumah ke rumah minimal 3 rumah setiap hari

Hari, tanggal : Senin, 24 Juni 2019 – Sabtu, 13 Juli 2019

Tempat : Rumah Penduduk Tondon Mamullu

59
F. Penanggung Jawab

Filbert Tandean (Pendidikan Dokter Umum, NIM. C111 16 529).

G. Mekanisme dan Rancangan Kegiatan

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, hal yang perlu dilakukan adalah:

a. Membuat surat izin pelaksanaan Program Kerja kepada kepala desa

Tondon Mamullu di balai desa sebelum pelaksanaan kegiatan.

b. Melakukan pengecekan dan persiapan lokasi sebelum pelaksanaan

kegiatan.

c. Mensosialisasikan tanggal pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat.

d. Menyiapkan segala kelengkapan yang akan digunakan dalam kegiatan

penyuluhan.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan demgan metode pemberian materi.

Pretest dan posttest akan dilakukan kepada peserta penyuluhan. Susunan

kegiatan, yaitu:

a. Memberikan Pre test

- Bagaimana ciri-ciri orang yang bisa dijadikan PMO?

- Apakah tugas dari PMO?

b. Melakukan kegiatan penyuluhan

c. Memberikan Post test

60
3. Tahap Evaluasi

Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah:

a. Terlaksananya kegiatan pemeriksaan kesehatan

b. Bertambahnya pengetahuan masyarakat mengenai TB dengan melihat

hasil dari pretest dan posttest.

H. Sumber Dana

Biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan ini merupakan swadaya

mahasiswa KKN-Profesi Kesehatan Angakatan 58 Universitas Hasanuddin,

Kelurahan Tondon Mamullu, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja.

I. Penutup

Demikian kerangka acuan kegiatan Pemeriksaan Kesehatan Penderita

Suspek TB oleh mahasiswa KKN-PK UNHAS angkatan 58 di Kelurahan

Tondon Mamullu ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya, atas perhatiannya

kami mengucapkan terima kasih.

Mengetahui,
Koordinator Kelurahan Penanggung Jawab

(Filbert Tandean) (Filbert Tandean)


Nim. C111 16 529 Nim. C111 16 529

61
TERM OF REFERENCE (TOR)

A. Nama Kegiatan

“Edukasi Latihan Pernafasan pada Penderita Tuberkulosis dan Penyakit Paru

Lainnya”

B. Latar belakang

Penyakit Tuberkulosis (TBC), pertama kali ditemukan oleh  Robert Kock

pada tahun  1882. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi pada saluran

pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yang bernama Micobacterium

Tuberculosa .Bakteri ini berupa basil yang bersifat tahan asam ,sehingga jika

seseorang  telah terinfeksi oleh bakteri ini, maka akan memerlukan waktu

yang relatif lama untuk proses penyembuhan.  Bagian tubuh yang paling

sering terinfeksi bakteri ini adalah organ paru-paru.Penyakit ini tergolong

dalam penyakit yang menular.Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang

terutama menyerang parenkim paru.Tuberkulosis dapat mengenai bagian

tubuh lainnya seperti meningis, ginjal, tulang dan nodus limphe (Smeltzer dan

Bare dalam Lisa, 2010). Indonesia sekarang berada pada rangking ketiga

negara dengan beban Tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia setelah India dan

Cina. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan

estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru pertahun. Jumlah pasien TB

di Indonesia sekitar 10% dari total jumlah pasien TB diseluruh dunia. Secara

regional prevalensi TB BTA positif di Indonesia dikelompokkan dalam 3

wilayah, yaitu: (1) wilayah Sumatera angka prevalensi TB adalah 10 per

62
100.000 penduduk; (2) wilayah Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110

per 100.000 penduduk; (3) wilayah Indonesia Timur angka prevalensi TB

adalah 210 per 100.000 penduduk.

Provinsi sulawesi selatan yang beribu kota di Makassar terletak antara

0012’-80 Lintang selatan dan 116048’-122036’ Bujur Timur, yang berbatasan

dengan provinsi Sulawesi Barat di sebelah utara, Teluk bone dan Sulawesi

Tenggara di sebelah Timur, batas sebelah barat dan timur masing-masing

adalah Makassar dan Laut Flores. Sulawesi Selatan menjadi provinsi dengan

angka kasus penyakit Tuberkulosis (TB) yang terbilang tinggi. Laporan

Riskedes tahun 2007 TB paru klinis dengan prevalensi 1,03% enam dari 23

kabupaten/kota di ata angka provinsi dan tertinggi di Kab. Tana Toraja

(6,8%). Prevalensi TB paru cenderung meningkat sesuai bertambahnya umur ,

tertinggi pada umur 65 tahun. Menurut jenis kelamin, tertinggi pada laki-laki

dibandingkan dengan perempuan, hampir 3 kali lebih tinggi dipedesaan

dibandingkan dengan perkotaan dan lima kalilebih tinggi tingkat pendidikan

rendah dari pada pendidikan tinggi.

Berdasarkan hail survey prevalensi tahun 2013 menunjukan bahwa masih

banyak kasus-kasus TB yang belum terjaring dengan baik dan salah satu

faktor penyebabnya adalah masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang

penyakit tuberkulosis dan stigma yang masih belum hilang di Masyarakat.

Banyaknya gejala yang dirasakan oleh penderitatuberkulosisi membuat

penderita tuberkulosis sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari, namun

gejala tersebut dapat berkurang ketika dilakukan penanganan dengan baik.

63
Salah satu gejala yang dapat diatasi adalah sesak nafas, yaitu dengan cara

melakukan latihan pernafasan, sehingga dapat membuat masyarakat lebih

produktif. Selain itu, sistem pelaporan kasus TB dari kabupaten/kota ke

tingkat provinsi yang terus dioptimalkan didukung dengan penigkatan

jejarinng lintas sektor dalam mengatasi permasalahan kasus TB di masyarakat.

Keterbatasan pemerintah dan besarnya tantangan TB saat ini memerlukan

peran aktif dengan semangat kemitraan dari berbagai instusi dan semua pihak

yang terkait. Adanya dukungan dari berbagai pihak yang terkait. Adanya

dukungan berbagai pihak, perubahan perilaku masyarakat dan

memberdayakan masyarakat dalam melaksanakan dalam pelaksnaan

penanggulangan TB amat dapat diharapkan sehingga keberhasilan program

TB dapat tercapai . Sehingga untuk menyembuhkan penyakit TBC dibutuhkan

kerjasama antar berbagai tenaga kesehatan diantaranya adalah dokter, perawat,

farmasi, fisioterapi dan masih banyak tenaga kesehatan yang lainnya.

C. Tujuan

1. Tujuan Umun

Pengendalian tuberkulosis berbasis komunitas denggan pendekatan

interprofesional education

2. Tujuan Khusus

1. Memberikan edukasi latihan pernafasan pada penderita tuberkulosis

dan penyakit paru lainnya

2. Memberikan pemahaman mengenai tujuan latihan pernafasan

64
3. Memberikan dosis latihan pernafasan

D. Sasaran

Masyarakat yang berada di Kelurahan Tondon Mamullu, Kecamatan Makale,

Kabupaten Tana Toraja yang menderita penyakit tuberkulosis.

E. Waktu dan tempat kegiatan :

1. Penyuluhan Umum

a. Pertemuuan 1

Hari/Tanggal : Jumat, 28 Juni 2019

Tempat : Puskesmas Makale, Kabupaten Tana Toraja

b. Pertemuan 2

Hari/Tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

Tempat : Tongkonan Puang Mamullu

c. Pertemuan 3

Hari/Tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

Tempat : Mesjid Raya Makale

d. Pertemuan 4

Hari/Tanggal : Minggu, 7 Juli 2019

Tempat : Gereja Moria Tondon

2. Kunjungan dari rumah ke rumah

- Hari/Tanggal : Selasa, 25 Juni 2019- Selasa, 9 Juli 2019

- Tempat : Tongkonan dan rumah masyarakat

65
F. Penanggung Jawab

Andi Nurul Fadillah (Fisioterapi, NIM. C131 16 306).

G. Mekanisme dan rancangan kegiatan

Tahapan dalam pelaksanaan Kegiatan :

1. Instrumen Kegiatan

a. Leaflet

b. Masker

c. Alat pemeriksaan kesehatan

2. Pelaksanaan Kegiatan

a. Menyusun materi penyuluhan yang akan diberikan kepada

masyarakat

b. Menyiapkan alat beserta segala kebutuhan sebelum kegiatan

dilaksanakan

c. Mengunjungi rumah warga penderita atau dicurigai menderita TBC

d. Penyampaian materi penyuluhan latihan pernapasan

e. Diskusi tanya jawab

3. Indikator keberhasilan

a. Mengunjungi rumah penderita atau dicurigai menderita TBC minimal

60% dari total pendataan

b. Masyarakat mengetahui dan memahami tata cara latihan pernapasan

yang baik dan benar dibuktikan dengan peragaan oleh penderita

setelah penyuluhan

66
c. Masyarakat memahami pentingnya latihan pernapasan pada penderita

TBC dibuktikan dalam keaktifan kegiatan diskusi tanya jawab

H. Sumber Dana

Sumber dana pada kegiatan ini adalah swadaya mahasiswa KKN-PK

Angkatan 58 Kelurahan Tondon Mamullu, Kecamatan Makale, Kabupaten

Tana Toraja

I. Penutup

Demikian Term of Referense (TOR) kami buat, semoga kegiatan Penyuluhan

Latihan Pernapasan Penderita TBC Kelurahan Salaka Kecamatan

Pattallassang KabupatenTakalardapat berjalan lancar dan semoga dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melakukan latihan

pernapasan bagi penderita TBC.

Mengetahui,
Kordinator Desa/Kel Penanggung Jawab

(Filbert Tandean) (Andi Nurul Fadillah)


Nim C111 16 529 Nim C131 16 306

67
TERM OF REFERENCE (TOR)

A. Nama Kegiatan

“Penyuluhan Cara Batuk yang Benar”

B. Latar belakang

Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB

telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995.

Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta

kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan

1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari

kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian

320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan

Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru,

diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000

kematian/tahun (Kemenkes, 2016)

Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015,

diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)

dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan

63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka

Notifikasi Kasus (Case Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan

sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,

68
diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara nasional perkiraan prevalensi

HIV diantara pasien TB diperkirakan sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO

diperkirakan sebanyak 6700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari

kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan Pengobatan Ulang

(Kemenkes, 2016)

Jumlah kasus TB Semua Tipe di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018,

Laki-laki sebanyak 13.753 (57,94%), Perempuan 9.854 (42.06%) (profil

kesehatan indonesia, 2018), capaian awal RPJMD Dinas Kesehatan

Kabupaten Tana Toraja tahun 2015 Penemuan Kasus TBC BTA positif ( CDR

) 157 Kasus, Target Kinerja Indikatif Tahun 2019 sebanyak 491 Kasus

(Dinkes Tana Toraja, 2016)

Kurangnya Pengetahuan Masyarakat, dapat Mempercepat Proses

Penularan TB, cara Batuk yang tidak benar salah satu dari yang dapat

menyebabkan Penularan TB, Oleh karena itu perlu diberikan penyuluhan

kepada masyarakat tentang cara batuk yang benar.

C. Tujuan

1. Tujuan Umun

Pengendalian tuberkulosis berbasis komunitas dengan pendekatan

interprofessional education

2. Tujuan Khusus

a. Masyarakat dapat Memahami Tujuan Batuk yang benar,

b. Masyarakat dapat Memahami Cara Batuk yang benar

69
D. Sasaran

Masyarakat Kel. Tondon Mamullu, Kec. Makale, Kab. Tana Toraja

E. Waktu dan Tempat Kegiatan

1. Penyuluhan Umum

a. Pertemuuan 1

Hari/Tanggal : Jumat, 28 Juni 2019

Tempat : Puskesmas Makale, Kabupaten Tana Toraja

b. Pertemuan 2

Hari/Tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

Tempat : Tongkonan Puang Mamullu

c. Pertemuan 3

Hari/Tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

Tempat : Mesjid Raya Makale

d. Pertemuan 4

Hari/Tanggal : Minggu, 7 Juli 2019

Tempat : Gereja Moria Tondon

2. Kunjungan dari rumah ke rumah

- Hari/Tanggal : Selasa, 25 Juni 2019- Selasa, 9 Juli 2019

- Tempat : Tongkonan dan rumah masyarakat

F. Penanggung Jawab

Ronal Rainol A Sallata (Keperawatan, NIM. R011181734)

70
G. Mekanisme dan Rancangan Kegiatan

Tahapan dalam pelaksanaan Kegiatan :

1. Dilakukan Pretest

a. Bagaimana Cara Melakukan yang Batuk benar?

b. Tujuan dilakukan Cara Batuk benar?

2. Melakukan Kegiatan Penyuluhan

3. Dilakukan Posttest

a. Bagaimana Cara Melakukan Batuk Yang benar?

b. Tujuan dilakukan Cara Batuk benar?

H. Sumber Dana

Sumber dana pada kegiatan ini adalah swadaya mahasiswa KKN-PK

Angkatan 58 Kelurahan Tondon Mamullu, Kecamatan Makale, Kabupaten

Tana Toraja

I. Penutup

Demikian Term of Referense (TOR) kami buat, semoga kegiatan Penyuluhan

Cara Batuk yang benar di Kelurahan Tondon Mamullu, Kecamatan Makale,

Kabupaten Tana Toraja dapat berjalan lancar.

Mengetahui,
Kordinator Desa/Kel Penanggung Jawab

(Filbert Tandean) (Ronal Rainol A Sallata)


Nim C111 16 529 Nim. R011181734

71
TERM OF REFERENCES (TOR)

A. Nama Kegiatan

“Penyuluhan tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB dari Segi Kondisi

Lingkungan Fisik Rumah Tangga”

B. Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh

mycobacterium, yang berkembang biak di dalam bagian tubuh dimana

terdapat banyak aliran darah dan oksigen. Infeksi bakteri ini biasanya

menyebar melewati pembuluh darah dan kelenjar getah bening, tetapi secara

utama menyerang paru-paru (Rahayu & Sodik, 2014)

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beban

tuberkulosis yang terbesar diantara 5 negara yaitu India, Indonesia, China,

Philippina and Pakistan. Selain itu terdapat tantangan yang perlu menjadi

perhatian yaitu meningkatnya kasus Tuberkulosis-MDR, Tuberkulosis-HIV,

Tuberkulosis dengan DM, Tuberkulosis pada anak dan masyarakat rentan

lainnya. Hal ini memacu pengendalian tuberkulosis nasional terus melakukan

intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi dan inovasi program. Berdasarkan

Global Report Tuberkulosis tahun 2017, secara global kasus baru tuberkulosi

sebesar 6,3 juta, setara dengan 61% dari insiden tuberkulosis (10,4 juta).

Tuberkulosis tetap menjadi 10 penyebab kematian tertinggi di dunia dan

kematian tuberkulosis secara global diperkirakan 1,3 juta pasien (Kemenkes

RI, 2018)

72
Provinsi Sulawesi Selatan menjadi salah satu provinsi dengan angka kasus

penyakit TBC yang termasuk tinggi. Laporan dinas kesehatan Provinsi

Sulawesi Selatan pada tahun 2014, melaporkan jumlah kasus TBC Paru per

kabupaten/kota dengan jumlah 7.648 laki-laki dan 5.198 perempuan. Jumlah

BTA+ sebesar 9.325 orang yaitu 5.587 laki-laki dan 3.738 perempuan,

dengan kesembuhan 7.169 (80,22%). Angka Case Notification Rate (CNR)

yang dihitung berdasarkan jumlah seluruh kasus TB yang ditemukan dan

diobati dalam kurun waktu tahun 2011-2016 cenderung menunjukkan trend

meningkat dari 139/100.000 penduduk (tahun 2011), 153/100.000 penduduk

(tahun 2012), 159/100.000 penduduk (tahun 2013), 152/100.000 penduduk

(tahun 2014), 154/100.000 penduduk (tahun 2015), dan 155/100.000

penduduk (tahun 2016). Terdapat penurunan angka CNR pada tahun 2014

menunjukkan masih diperlukannya peningkatan upaya-upaya penemuan

kasus TBC agar penderita dapat segera diobati dan disembuhkan sehingga

dapat diminimalisir penularan kasus TBC khususnya di Sulawesi Selatan

(Syahrir dkk., 2015).

Kejadian suatu penyakit merupakan hasil dari hubungan interaksi antara

manusia dengan perilakunya dengan komponen lingkungan yang memiliki

potensi penyakit. Faktor risiko kejadian TB yaitu factor kependudukan dan

faktor lingkungan. Faktor risiko lingkungan utama pada kejadian TB adalah

kondisi fisik rumah (Setiadi dan Hermawati, 2014). Lingkungan fisik rumah

adalah lingkungan fisik sehari-hari yang dialami dan dijalani penderita TB

paru atau kondisi rumah dan berbagai perangkat yang ada di dalamnya yang

73
meliputi bentuk, kondisi bangunan serta padat hunian dalam rumah

merupakan hal yang mendasar yang dapa mempengaruhi penyembuhan TB

paru yang selanjutnya berdampak pada kesehatan keluarga (Rahayu & Sodik,

2014)

Lingkungan rumah dapat mempengaruhi tingginya kejadian tuberkulosis

paru adalah lingkungan rumah yang kurang sehat misalnya kurang adanya

fasilitas ventilasi yang baik, pencahayaan yang buruk di dalam ruangan,

kepadatan hunian dalam rumah dan bahan bangunan didalam rumah. Selain

lingkungan rumah yang mempengaruhi kejadian tuberkulosis keadaan

lingkungan fisik, lingkungan biologis dan lingkungan sosial yang kurang

baik juga akan dapat merugikan kesehatan dan dapat mempengaruhi penyakit

tuberkulosis dan pada akhirnya mempengaruhi tingginya kejadian

tuberkulosis (Sidiq & Sidik, 2013)

Program kerja ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang kondisi lingkungan fisik rumah tangga yang dapat

mempengaruhi penyebaran Tuberkulosis di Kelurahan Tondon Mamullu,

Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja.

C. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Pengendalian Tuberkulosis Berbasis Komunitas dengan Pendekatan Inte-

Professional Education.

74
2. Tujuan Khusus

a. Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai rumah yang

sehat

b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana mengatasi

penyakit TB agar tidak menular dalam rumah tangga.

D. Sasaran

Masyarakat yang ada di Kelurahan Tondon Mamullu.

E. Waktu dan Tempat Kegiatan

a. Penyuluhan Umum dilakukan pada :

Puskesmas Makale : Jumat, 28 Juni 2019

Tongkonan Puang Mamullu : Rabu, 3 Juli 2019

Mesjid Raya Makale : Rabu, 3 Juli 2019

Gereja Moria Tondon : Minggu, 7 Juli 2019

b. Penyuluhan dari rumah kerumah dilakukan pada : Selasa, 25 Juni –

Selasa, 9 Juli 2019.

F. Penanggung Jawab

Natalia Salempang (Kesehatan Masyarakat, NIM. K11116045)

75
G. Mekanisme Rancangan Kegiatan

1. Instrumen kegiatan

a) Memberikan pretest

b) Memberikan materi penyuluhan

c) Memberikan posttest

2. Pelaksanaan

a. Tahap Persiapan

1) Mengirimkan surat ke setiap pejabat lembang khusunya kepala

kelurahan, RT, dan kepala lingkungan.

2) Mengunjungi Puskesmas Makale untuk pemberitahuan bahwa

akan diadakan Penyuluhan Pencegahan Penuaran Penyakit Tb dari

segi kondisi lingkungan fisik rumah tangga di Kelurahan Tondon

Mamullu Kecamatan Makale Kabupaten tanah toraja.

3) Mempersiapkan materi untuk Penyuluhan Pencegahan Penularan

Penyakit Tb dari segi kondisi lingkungan fisik rumah tangga

dalam flip chart atau power point (PPT).

4) Membuat absensi Peserta Penyuluhan.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Memberikan pertanyaan secara lisan berkaitan cara mencegah

penularan penyakit TB dari segi kondisi lingkungan fisik rumah

tangga untuk menilai tingkat pengetahuan awal peserta sebelum

diberikan materi.

2) Menyampaikan materi penyuluhan.

76
3) Memberikan pertanyaan secara lisan berkaitan dengan cara

mencegah penularan penyakit TB dari segi kondisi lingkungan

fisik rumah tangga setelah dilakukan penyuluhan dan memberikan

hadiah sebagai apresiasi bagi peserta yang mampu menjawab

pertanyaan yang diberikan.

3. Indikator Keberhasilan

a. Kuantitas

Tingkat keberhasilan dari program kerja ini dapat dilihat secara

kuantitatif yaitu:

1) Baik : 70% target peserta masing-masing masyarakat

mengikuti penyuluhan.

2) Cukup : 50% target peserta masing-masing masyarakat

mengikuti penyuluhan.

3) Kurang : 40% target peserta masing-masing masyarakat

mengikuti penyuluhan

H. Sumber Dana

Sumber dana yang dibutuhkan dalam kegiatan ini merupakan

swadana mahasiswa KKN-PK Angkatan-58 di Kelurahan Tondon Mamullu,

Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja.

77
I. Penutup

Demikianlah Term of Reference (TOR) ini kami buat, semoga kegiatan

penyuluhan yang kami laksanakan dapat membantu meningkatkan derajat

masyarakat khususnya di Kelurahan Tondon, Kecamatan Makale, Kabupaten

Tana Toraja

Mengetahui,
Koordinator Desa Penanggung Jawab

Filbert Tandenan Natalia Salempang


NIM. C1116529 NIM. K11116045

78
TERM OF REFERENCES (TOR)

A. Nama Kegiatan

“Penyuluhan Pentingnya Penerimaan dan Dukungan Sosial terhadap Penderita

Suspek TB di Kelurahan Tondon Mamullu”

B. Latar Belakang / Rasional

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat yang penting dan perlu mendapatkan perhatian. Hal ini

dikarenakan jumlah kasus terjadinya TB di dunia masih cukup tinggi dilihat

dari beberapa data kasus yang diperoleh. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 1

juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000

kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk; 63.000 kasus TB dengan HIV

positif (25 per 100.000 penduduk) (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Adapun di Sulawesi Selatan yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia

termasuk dalam daerah dengan prevalensi TB yang cukup tinggi. Pada tahun

2015, ditemukan bahwa jumlah penderita TB Paru di Sulawesi Selatan

sebanyak 12.625. Adapun di Tana Toraja, jumlah kasus baru TB BTA+

sebanyak 162 orang, jumlah seluruh kasus TB sebanyak 186 orang, dan

jumlah kasus TB anak 0-14 tahun sebanyak 18 orang (Dinas Kesehatan

Sulawesi Selatan, 2016). Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa kasus TB

79
di Indonesia, terutama Tana Toraja yang merupakan salah satu lokasi KKN

Profesi Kesehatan Universitas Hasanuddin terbilang cukup tinggi.

Pengobatan TB memakan proses yang cukup lama, yakni sekitar 6-9 bulan

atau lebih. Penyakit TB dapat disembuhkan secara total apabila penderita rutin

mengonsumsi obat-obatan yang diberikan dan memperbaiki daya tahan tubuh

dengan gizi yang cukup baik. Lamanya pengobatan yang berkisar antara 6-9

bulan cenderung menjadi faktor penderita malas mengonsumsi obat selama

periode tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan penderita menjadi kebal atau

resisten. Padahal faktor penentu dalam proses penyembuhan TB adalah

disiplin minum obat. Pengobatan yang tidak tuntas ini dapat mengakibatkan

kuman TB (BTA/Basil Tahan Asam) menjadi resisten atau kebal terhadap

obat-obatan TB yang dikonsumsi atau yang disebut sebagai TB Multi-Drug

Resistant (TB-MDR) (Suharmiati & Maryani, 2011). Pada kasus TB-MDR,

obat yang dikonsumsi akan semakin banyak dan pengobatan juga akan

semakin lama. Adapun reaksi dari obat TB-MDR lebih berat dibandingkan

obat TB biasa (Suara.com, 2019).

Namun, seringkali stigma dan diskriminasi di masyarakat terkait penyakit

TB cenderung menjadi faktor yang menghambat pendeteksian dan pengobatan

TB. Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa TB merupakan penyakit

menular yang sulit disembuhkan sehingga terkadang secara tidak langsung

memberikan penilaian negatif terhadap penderita. Padahal penderita TB

membutuhkan dukungan sosial dari lingkungan sekitarnya. Kasus ini pernah

terjadi dimana salah satu penderita TB berinisial M mengalami stigma dan

80
diskriminasi dari keluarga terdekatnya, dalam hal ini suami. Suami M merasa

bahwa pengobatan M memakan waktu yang lama. Sejak divonis menderita

TB-MDR, suami M bersikap kurang peduli dan lama kelamaan menjadi

keluhan dan makian. M sering mendapat stigma ‘Kamu penyakitan’ atau

‘Penyakit kamu menular’. KNCV Tuberkulosis Foundation, lembaga

internasional yang berfokus pada isu TB, menyebutkan bahwa stigma dan

diskriminasi menghambat perawatan pasien dan dapat berujung pada

keinginan “putus obat” (Beritagar.id, 2019).

Hal ini juga terjadi pada masyarakat di Kelurahan Tondon Mamullu,

Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja. Beberapa warga menuturkan

bahwa stigma yang berkembang di masyarakat membuat mereka enggan

memeriksakan diri ke puskesmas sehingga tidak berobat. Mereka merasa

khawatir dan takut jika orang lain mengetahui penyakit yang mereka derita

karena bisa saja mereka mendapat stigma atau label negatif masyarakat. Hal

ini berlaku pula bagi penderita TB. Stigma yang memunculkan diskriminasi,

seperti dijauhi, dikucilkan, dan tidak dianggap keberadaannya memberikan

dampak yang cukup besar terhadap kesadaran dan keinginan untuk

memeriksakan diri. Padahal, pendeteksian dini terhadap suatu penyakit,

khususnya TB, sangat penting dan seyogianya dimulai dari diri si penderita

dan keluarga terdekat.

Adapun hal ini tidak terlepas dari dukungan sosial yang diberikan keluarga

dan masyarakat. Dukungan sosial ini akan memengaruhi kondisi psikologis

individu. Rogers (dalam Feist & Feist, 2008) mengatakan bahwa interaksi

81
individu dan lingkungannya turut memengaruhi konsep diri (self-concept)

yang dimiliki oleh individu. Konsep diri atau gambaran individu mengenai

dirinya agar dapat menjadi manusia yang seutuhnya cenderung dipengaruhi

oleh interaksi positif atau negatif individu dengan lingkungannya dan

penerimaan oleh lingkungan. Penerimaan dari orang lain (acceptance from

others) terhadap individu akan membantu individu menerima dirinya (self-

acceptance). Hal ini akan diperkuat ketika orang lain menerima individu

secara positif atau apa adanya (unconditional positive regards). Maksudnya

adalah orang lain menerima individu bagaimanapun keadaan individu tersebut,

tidak memberlakukan syarat-syarat tertentu sehingga individu akan merasa

dirinya diterima dan merasa lebih berharga. Adanya penerimaan akan diri

ditambah pengalaman yang positif cenderung akan membantu individu

memiliki konsep diri yang positif dan akan memengaruhi sikap, pikiran, dan

perasaannya.

Dukungan sosial dari keluarga dan masyarakat akan membantu individu

sehat secara psikologis sehingga dapat dengan mudah beradaptasi, terbuka

akan pengalaman, menghayati kehidupannya dengan berfokus pada keadaan

dirinya yang sekarang, yakin bahwa dirinya dapat membangun relasi yang

baik, dan mengembangkan kepedulian terhadap orang lain. Hal ini juga

menunjukkan bahwa terdapat berbagai macam faktor yang dapat

memengaruhi individu, begitupula pada penderita TB. Kesemua faktor

tersebut saling berinteraksi satu sama lain dan memberikan pengaruh. Hal ini

sesuai dengan teori sistem ekologi yang dicetuskan oleh Bronfenbrenner

82
(1979) dimana perkembangan individu dipengaruhi oleh segala sesuatu yang

ada di lingkungannya. Oleh karena itu, selain kesadaran dari diri penderita TB

untuk berobat, keluarga dan masyarakat juga perlu untuk menyadari

pentingnya peranan mereka dan memberikan dukungan sosial kepada

penderita TB.

C. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, peserta diharapkan dapat

memahami dampak stigma dan diskriminasi serta pentingnya penerimaan

dan dukungan sosial.

2. Tujuan Khusus

1. Meminimalisir stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap penderita

suspek TB.

2. Meningkatkan penerimaan dan dukungan sosial masyarakat terhadap

penderita suspek TB.

D. Sasaran

Sasaran kegiatan ini ialah masyarakat di Kelurahan Tondon Mamullu,

Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja.

83
E. Waktu dan Tempat Kegiatan

Penyuluhan Pentingnya Penerimaan dan Dukungan Sosial terhadap

Penderita Suspek TB di Kelurahan Tondon Mamullu akan dilaksanakan dalam

dua bentuk, yaitu:

1. Penyuluhan Umum

Penyuluhan umum dilakukan sebanyak empat kali.

a. Penyuluhan Umum 1

Hari, tanggal : Jumat, 28 Juni 2019

Tempat : Puskesmas Makale

b. Penyuluhan Umum 2

Hari, tanggal : 3 Juli 2019

Tempat : Tongkonan Puang Mamullu

c. Penyuluhan Umum 3

Hari, tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

Tempat : Mesjid Raya Makale

d. Penyuluhan Umum 4

Hari, tanggal : Minggu, 7 Juli 2019

Tempat : Gereja Moria Tondon

2. Kunjungan dari Rumah ke Rumah

Kunjungan dari rumah ke rumah dilakukan selama 15 hari, dimulai

pada tanggal 25 Juni-9 Juli 2019 (menyesuaikan). Setiap kunjungan

akan dilakukan mulai pukul 09.00 WITA hingga selesai bertempat di

rumah warga yang bersangkutan. Pada kunjungan ini, penyuluhan

84
akan diberikan kepada anggota keluarga di setiap rumah setelah

pendataan menggunakan kuesioner terkait tuberkulosis.

F. Penanggung Jawab

Aurelia Anisa Galla’ Ada’ (Psikologi, NIM. Q111 16 510)

G. Mekanisme dan Rancangan Kegiatan

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, hal yang perlu dilakukan adalah:

a. Observasi lingkungan sekitar Kelurahan Tondon Mamullu dan

mengumpulkan data mengenai penderita TB dari puskesmas.

b. Menyusun materi penyuluhan dan booklet terkait materi.

c. Meminta izin untuk mengadakan Penyuluhan Pentingnya Penerimaan

dan Dukungan Sosial terhadap Penderita Suspek TB di lokasi yang

disepakati dengan membuat surat izin penyuluhan dan surat

permohonan izin penggunaan tempat.

d. Publikasi kegiatan kepada masyarakat.

e. Menyiapkan segala kelengkapan yang akan digunakan dalam kegiatan

penyuluhan.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan dengan metode ceramah dan tanya

jawab dengan susunan:

a. Pembukaan.

85
b. Pemberian pre-test kepada peserta penyuluhan dengan pertanyaan,

yaitu “Menurut Anda, apakah penderita tuberkulosis perlu

dijauhi/diasingkan?”

c. Pemberian materi penyuluhan kepada peserta.

d. Sesi tanya-jawab jika ada peserta yang ingin bertanya.

e. Pemberian post-test kepada peserta penyuluhan dengan pertanyaan

yang sama dengan pre-test untuk melihat apakah ada perubahan.

f. Penutupan.

3. Tahap Evaluasi

Indikator keberhasilan dari kegiatan ini, yaitu:

a. Terlaksananya kegiatan Penyuluhan Pentingnya Penerimaan dan

Dukungan Sosial terhadap Penderita Suspek TB di Kelurahan Tondon

Mamullu sebanyak 4 kali dan masing-masing penyuluhan dihadiri oleh

20 orang.

b. Bertambahnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya

penerimaan dan dukungan sosial terhadap penderita suspek TB dengan

melihat hasil dari pre-test dan post-test.

H. Sumber Dana

Biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan ini merupakan swadana mahasiswa

KKN-Profesi Kesehatan Angkatan 58 Universitas Hasanuddin, Kelurahan

Tondon Mamullu, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja.

86
I. Penutup

Demikian kerangka acuan kegiatan Penyuluhan Pentingnya Penerimaan

dan Dukungan Sosial terhadap Penderita Suspek TB di Kelurahan Tondon

Mamullu oleh Mahasiswa KKN-PK Universitas Hasanuddin Angkatan 58 di

Kelurahan Tondon Mamullu ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya. Atas

perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.

Mengetahui,

Koordinator Kelurahan Penanggung Jawab

(Filbert Tandean) (Aurelia Anisa Galla’ Ada’)


NIM C111 16 529 NIM Q111 16 510

87
TERM OF REFERENCES (TOR)

A. Nama Kegiatan

“Penyuluhan Pengenalan Penyakit Rabies dan Cara Pencegahannya”

B. Latar Belakang

Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang

disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini ditularkan pada manusia melalui

gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing, dan kera. Selain itu,

virus tersebut juga dapat ditularkan melalui kontak virus (di dalam saliva

binatang) dengan luka pada host ataupun melalui membran mukosa yang utuh

misalnya selaput konjungtiva mata, mulut anus dan alat genetalia eksterna.

Penyakit ini sangat penting artinya bagi kesehatan masyarakat, karena jika

penyakit tersebut menyerang manusia dan tidak mendapatkan perawatan

medis akan mengakibatkan kematian. Daerah yang terjangkit rabies di dunia

sekitar 150 negara, sekitar 55.000 orang meninggal karena rabies. Jumlah

orang yang tergigit hewan penular rabies (HPR) diperkirakan lebih dari 150

juta orang dan memperoleh pengobatan profilaksis vaksin anti rabies. Sekitar

40 % orang yang tergigit HPR adalah anak-anak dibawah usia 15 tahun

(WHO, 2016), sehingga anak merupakan kelompok masyarakat yang memiliki

risiko tinggi tertular rabies.

Penyebaran rabies di Indonesia bermula dari 3 provinsi yaitu Jawa Barat,

Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan sebelum perang dunia ke-2 terjadi.

88
Distribusi penyakit rabies sangat bervariasi untuk setiap belahan dunia. Di

Indonesia sendiri penularan penyakit rabies disebabkan oleh anjing sebanyak

98%, monyet dan kucing sebanyak 2% (Pusdatin, 2016).

Menurut (WHO, 2016) kurangnya kepedulian masyarakat dan kesadaran

masyarakat mengenai bahaya gigitan anjing menjadi salah satu faktor masih

kurangnya masyarakat yang memeriksakan spesimen anjing yang menggigit

ke laboratorium hewan. Daerah di Tana Toraja dengan kasus transportasi yang

sulit seperti Kecamatan Rano, Kecamatan Masanda, Kecamatan Simbuang,

Kecamatan Mappak selama tahun 2009-2011 tidak pernah memeriksakan

sampel anjing, hal ini juga terjadi pada daerah daerah yang jauh seperti

Gandangbatu Sillanan, padahal kasus kematian akibat rabies pernah terjadi di

Kecamatan Gandangbatu Sillanan pada tahun 2009. Masyarakat Kabupaten

Tana Toraja yang sejak dahulu telah memiliki interaksi yang cukup dekat

dengan anjing, mengakibatkan beberapa masyarakat apabila kontak dengan

anjing berupa cakaran atau gigitan dengan luka yang tidak parah dianggap

sebagai hal biasa yang tidak berbahaya. Berdasarkan WHO, 2016

menyebutkan bahwa kontak antara saliva HPR dengan mukosa kulit akan

menjadi faktor risiko terjadinya penyakit rabies. Hal lain yang memungkinkan

masih ada masyarakat Tana Toraja Kepercayaan yang tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan sebagai tempat pengobatan untuk kasus gigitan anjing

adalah kepercayaan pada pengobatan tradisional sebagai pengobatan gigitan

anjing rabies lebih kuat dibanding dengan pelayanan kesehatan (Pebrianty et

al., 2012).

89
C. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Memberikan edukasi pengetahuan dasar mengenai penyakit rabies dan

pencegahannya kepada siswa sekolah dasar di wilayah Kelurahan Tondon

Mamullu, Kec. Makale, Kab. Tanatoraja.

2. Tujuan Khusus

a. Siswa Sekolah Dasar Kel. Tondon Mamullu, Kec. Makale, Kab.

Tanatoraja dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit rabies.

b. Siswa Sekolah Dasar Kel. Tondon Mamullu, Kec. Makale, Kab.

Tanatoraja dapat melakukan pencegahan secara tepat terhadap

penyakit rabies.

D. Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah siswa sekolah dasar di kelurahan Tondon

Mamullu, kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja.

E. Waktu dan Tempat Kegiatan

1. Penyuluhan Umum

a. Penyuluhan Umum 1

Hari, tanggal : Jumat, 28 Juni 2019

Tempat : Puskesmas Makale

b. Penyuluhan Umum 2

Hari, tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

90
Tempat : Tongkonan Puang Mamullu

c. Penyuluhan Umum 3

Hari, tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

Tempat : Mesjid Raya Makale

d. Penyuluhan Umum 4

Hari, tanggal : Minggu, 7 Juli 2019

Tempat : Gereja Moria Tondon

2. Kunjungan Rumah ke Rumah

Dilakukan selama 15 hari dari tanggal 25 Juni-9 Juli 2019 di Rumah

Warga Kelurahan Tondon Mamullu.

F. Penanggung jawab

Jessica Tania Loto (Kedokteran Hewan, NIM. O11116501)

G. Mekanisme dan Rancangan Kegiatan

1. Persiapan

a. Menyurat ke sekolah dasar atau lembaga sejenis untuk memohon izin

pengadaan penyuluhan kepada siswa sekolah dasar.

b. Pertemuan dengan siswa sekolah dasar.

c. Pertemuan dengan siswa sekolah dasar.

d. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai pada saat penyuluhan.

e. Peserta penyuluhan berkumpul di tempat yang telah disediakan.

91
f. Penyampaian materi tentang penyakit dan cara pencegahannya oleh

pemateri.

g. Diskusi tanya jawab.

2. Pelaksanaan

a. Mengumpulkan peserta di lokasi kegiatan.

b. Melakukan kegiatan penyuluhan kepada peserta yang sudah hadir.

H. Sumber Dana

Sumber dana kegiatan ini adalah swadaya mahasiswa KKN-PK Angkatan 58

Unhas Kel. Tondon Mamullu, Kec. Makale, Kab. Tana Toraja

I. Penutup

Demikian kerangka acuan kegiatan Penyuluhan Pengenalan Penyakit

Rabies dan Cara Pencegahannya oleh mahasiswa KKN-PK UNHAS angkatan

58 kel. Tondon Mamullu kec. Makale Kab. Tana Toraja ini dibuat untuk

dipergunakan seperlunya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Mengetahui,
Koordinator Desa Penanggung Jawab

Filbert Tandean Jessica Tania Loto


C11116529 O11116501

92
TERM OF REFERENCES (TOR)

A. Nama Kegiatan

“Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut”

B. Latar Belakang/ Rasional

Dalam bidang kedokteran gigi, kasus karies adalah kasus terbanyak yang

dapat di temukan di klinik. Hampir seluruh penduduk di dunia pernah

mengalami karies gigi. Di negara berkembang 30%-90% anak usia 12 tahun

dan 55%-95% usia 35-44 tahun. Keadaan tersebut mungkin akibat adanya

rasa takut pada anak-anak untuk menghadapi perawatan gigi yang

menggunakan bor gigi dan dirasakan menyakitkan, sehingga mereka

umumnya mencari pengobatan sudah dalam keadaan terlambat.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 dari

Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan sebanyak 89%

anak-anak di bawah usia 12 tahun mengalami karies gigi. Selain itu 43,4%

masyarakat Indonesia berusia 12 tahun ke atas mempunyai karies aktif (karies

yang belum tertangani) dan 67,2% memiliki pengalaman karies. Data terbaru

yang dirilis oleh Oral Health Media Centre pada April 2012, memperlihatkan

sebanyak 60 – 90% anak usia sekolah dan hampir semua orang dewasa di

seluruh dunia memiliki permasalahan gigi.

Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) provinsi Sulawesi selatan tentang

proporsi perilaku menyikat gigi dengan benar pada penduduk usia > 3 tahun

93
menurut provinsi tahun 2018 menunjukkan posisi tertinggi dibandingkan

provinsi lainnya, namun proporsi masalah gigi dan mulut sulawesi selatan

tahun 2018 menmpati posisi kedua tertinggi setelah sulawesi tenggara.

Prevalensi penduduk yang bermasalah dengan gigi mulut, menunjukan bahwa

prevalensi penduduk yang bermasalah dengan gigi mulut di Toraja

menempati urutan kedua yaitu 34,5% di bawah Luwu Timur, dengan nilai

DMF-T 5,68. Hal ini disebabkan 4 oleh karena kurangnya kesadaran

masyarakat dalam menyikat gigi hal ini dapat dilihat dari angka presentase

penduduk yang benar menyikat gigi pada Kab. Toraja adalah sebesar 71,2%

yang merupakan presentasi terendah di provinsi Sulawesi Selatan.

C. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan umum

Pengendalian Tuberkulosis berbasis komunitas dengan pendekatan

Interfrofesional Education.

2. Tujuan khusus

1. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai jenis-jenis

kerusakan gigi dan mulut.

2. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai faktor-faktor

penyebab kerusakan kesehatan gigi dan mulut.

3. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai cara pencegahan

kerusakan gigi dan mulut.

94
D. Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah murid-murid TPA, murid-murid Sekolah

Minggu dan masyarakat kelurahan Tondon Mamullu, kec. Makale, kab.

Tana Toraja.

E. Waktu dan Tempat Kegiatan

1. Penyuluhan Umum

a. Penyuluhan Umum 1

Hari, tanggal : Jumat, 28 Juni 2019

Tempat : Puskesmas Makale

b. Penyuluhan Umum 2

Hari, tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

Tempat : Tongkonan Puang Mamullu

c. Penyuluhan Umum 3

Hari, tanggal : Rabu, 3 Juli 2019

Tempat : Mesjid Raya Makale

d. Penyuluhan Umum 4

Hari, tanggal : Minggu, 7 Juli 2019

Tempat : Gereja Moria Tondon

2. Kunjungan Rumah ke Rumah

Dilakukan selama 15 hari dari tanggal 25 Juni-9 Juli 2019 di Rumah

Warga Kelurahan Tondon Mamullu.

95
F. Penanggung Jawab

Tri Anugrah Lestari (Pendidikan Dokter Gigi, NIM. J111 16 338)

G. Mekanisme dan Rencana Kegiatan

1. Instrumen Kegiatan

a. Flip chart Kesehatan Gigi dan Mulut

b. Model Gigi

c. LCD

2. Bentuk Kegiatan

Kegiatan penyuluhan dilakukan dalam bentuk komunikasi interaktif dan

dua arah antara pemateri dengan murid-murid TPA dan sekolah minggu.

Pemateri akan memberi hadiah kepada peserta yang berhasil menjawab

pertanyaan. Setelah itu dilajutkan dengan sikat gigi massal di halaman

gereja.

H. Sumber Dana

Dana yang kami gunakan untuk penyuluhan ini adalah dana swadaya

mahasiswa KKN-PK Unhas Angkatan 58 Kel. Tondon Mamullu, Kec.

Makale, Kab. Tana Toraja.

I. Penutup

Demikian Term Of References (TOR) ini kami buat sebagaimana

mestinya, dan semoga kegiatan yang kami rencanakan dapat terlaksana

96
dengan baik dan memberi manfaat bagi masyarakat setempat dan murid-murid

di TPA ataupun di sekolah minggu.

Mengetahui,
Koordinator Desa Penannggung Jawab

Filbert Tandean Tri Anugrah Lestari


NIM. C111 16 529 NIM. J111 16 338

97
Lampiran 4

GANT CHART

Ket
Waktu Pelaksanaan PJ
No .
Kegiatan
. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Penerimaan Filbert
Pemasangan
Danan
2 Spanduk
g
Posko
Persiapan
3 Aurelia
Administrasi
Pengambila
4 n Data Ronal
Sekunder
Pengambila
5 n Data Lestari
Primer
Seminar
6 Program Ronal
Kerja
Penyuluhan
7 Erica
Umum
8 Pengkodean Tiffany

97
Data
Pengimputa
9 Natalia
n Data
Analisis
10 Jessica
Data
Penyusunan
11 Nurul
Laporan
Persiapan
Farzan
12 Seminar
a
Akhir
Seminar
13 Filbert
Akhir
Danan
14 Penarikan
g

98
Lampiran 5

PLAN OF ACTION (POA)

DESA/KELURAHAN : TONDON MAMULLU


PUSKESMAS : MAKALE
KECAMATAN : MAKALE
KABUPATEN/KOTA : TANA TORAJA
Jumlah Mahasiswa = 11 orang
TUJUAN KEGIATAN BIAYA Waktu Penangg
N Indikator
Kegiatan Umum Khusus Sasaran Lokasi Jl Sumber Pelaksan ung
o Keberhasilan
h aan Jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. Penyuluhan Pengendalia 1. Memberika Masyara  Puskes Swadan 1. Kehadiran  Jumat, Erica
Sadari n n kat mas a sebanyak 28 Wagiri
Faktor tuberkulosis pengetahua Umum Makale mahasis 50% dari Juni
Risiko dan berbasis n pada di wa target 2019
Bahaya komunitas masyarakat Kelurah KKN- jumlah
Penyakit dengan di kelurahan an  Tongko PK peserta.
Tuberkulos pendekatan Tondon Tondon nan Angkata 2. Terjadi  Rabu,
is interprofesio Mamullu Mamull Puang n Ke-58 peningkat 3 Juli
nal mengenai u Mamull Unhas, an 2019
education. faktor risiko u Kel. pengetahu
penyakit Tondon an tentang  Mingg
tuberkulosis  Mesjid Mamull faktor u, 7
. Raya u, Kec. risiko dan Juli
2. Meningkatk Makale Makale, bahaya 2019
an Kab. penyakit

99
kesadaran
masyarakat
terhadap
faktor risiko  Gereja tuberkulos
Tana
yang Moria is.
Toraja
mungkin Tondon
ada.

2. Penyuluhan Pengendalia Meningkatk Masyara  Puskes Swadan 1. Kehadiran  Jumat, Tiffany


Cara n an kat mas a sebanyak 28 Baby
Penularan Tuberkulosis pengetahua Umum Makale mahasis 50% dari Juni Sentosa
dan Gejala berbasis n di wa target 2019
Penderita komunitas masyarakat Kelurah KKN- jumlah
TB dengan tentang cara an  Tongko PK peserta.
pendekatan penularan Tondon nan Angkata 2. Terjadi  Rabu,
inter- penyakit Mamull Puang n Ke-58 peningkat 3 Juli
professional tuberkulosis u Mamull Unhas, an 2019
education. . u Kel. pengetahu
Tondon an tentang  Mingg
 Mesjid Mamull cara u, 7
Raya u, Kec. penularan Juli
Makale Makale, dan gejala 2019
Kab. penderita
Tana tuberkulos
 Gereja Toraja is yang
Moria dinilai
Tondon melalui
pre dan

100
post test.
3. Penyuluhan Setelah 1. Memberik Masyara  Puskes Swadan 1. Kehadiran  Jumat, Nor
Gejala mengikuti an kat mas a sebanyak 28 Farzana
Klinis kegiatan pengetahu Umum Makale mahasis 50% dari Juni Bt.
Penderita penyuluhan, an pada di wa target 2019 Mahmood
Tuberkulos peserta warga di Kelurah KKN- jumlah
is diharapkan Kelurahan an  Tongko PK peserta.
memahami Tondon Tondon nan Angkata 2. Terjadi  Rabu,
dan Mamullu Mamull Puang n Ke-58 peningkat 3 Juli
mengetahui mengenai u Mamull Unhas, an 2019
tentang bahayanya u Kel. pengetahu
gejala-gejala TB Tondon an tentang  Mingg
klinis TB. 2. Meningkat  Mesjid Mamull faktor u, 7
kan Raya u, Kec. risiko dan Juli
keinginan Makale Makale, bahaya 2019
masyaraka Kab. penyakit
t untuk ke Tana tuberkulos
Pukesmas  Gereja Toraja is.
Makale Moria
sekiranya Tondon
terdapat
gejal-
gejala TB.
3. Menurunk
an statistic
Penderita
TB,
khususnya

101
di Tondon
Mamullu.
4. Menurunk
an resiko
penularan
TB di
kecamatan
Makale.

 Puskes
mas Swadan 1. Kehadiran
Makale a sebanyak  Jumat,
mahasis 50% dari 28
 Tongko wa target Juni
Pengendalia
Agar Masyara nan KKN- jumlah 2019
n TB
Penyuluhan masyarakat kat Puang PK peserta.
berbasis
Cara memahami Umum Mamull Angkata 2. Terjadi
komunitas
Pengobatan cara di u n Ke-58 peningkat  Rabu, Danang
dengan 3 Juli
4. pada Pasien pengobatan Kelurah Unhas, an Hibatul
pendekatan 2019
dan Efek TB dan efek an Kel. pengetahu Wafi
interprofessi
Samping samping obat Tondon  Mesjid Tondon an tentang
onal
Obat TB TB Mamull Raya Mamull faktor  Mingg
education.
u Makale u, Kec. risiko dan u, 7
Makale, bahaya Juli
Kab. penyakit 2019
 Gereja Tana tuberkulos
Moria Toraja is.
Tondon

102
1. Untuk  Puskes
meningkat mas
kan Makale
pemahama 1. Kehadiran
n Swadan
 Tongko sebanyak
mengenai a
50% dari  Jumat,
Pengawas nan mahasis 28
Puang target
Minum wa Juni
Pengendalia Mamull jumlah
Obat Masyara KKN- 2019
n u peserta.
(PMO) dan kat PK
Tuberkulosis 2. Terjadi
Pentingnya pentingnya Umum Angkata
berbasis peningkat  Rabu,
PMO PMO di n Ke-58
Kelurah 
komunitas Mesjid an 3 Juli Filbert
5. dalam dalam Unhas,
dengan Raya pengetahu 2019 Tandean
Pemberanta pemberant an Kel.
pendekatan Makale an tentang
san TBC asan TBC Tondon Tondon
inter- faktor
Mamull Mamull
professional 2. Untuk risiko dan  Mingg
meningkat u  Gereja u, Kec. u, 7
education bahaya
kan Moria Makale, Juli
penyakit
pengetahu Tondon Kab. 2019
tuberkulos
an Tana
is.
mengenai Toraja
kriteria
PMO yang
baik.
6. Penyuluhan Pengendalia 1. Memberik Masyara  Puskes Swadan 1. Kehadiran  Jumat, Andi
Edukasi n an edukasi kat mas a sebanyak 28 Nurul
Latihan tuberkulosis latihan Umum Makale mahasis 50% dari Juni Fadillah
Pernafasan berbasis pernafasan di wa target

103
pada
penderita
tuberkulos
is dan  Tongko KKN- jumlah
penyakit nan 2019
PK peserta.
paru Puang Angkata 2. Terjadi
pada komunitas lainnya Mamull n Ke-58 peningkat 
u Rabu,
Penderita denggan 2. Memberik Kelurah Unhas, an 3 Juli
Tuberkulos pendekatan an an Kel. pengetahu 2019
is dan interprofesio pemahama Tondon Tondon an tentang
 Mesjid
Penyakit nal n Mamull Mamull faktor
Raya
Paru education mengenai u u, Kec. risiko dan  Mingg
Makale
Lainnya tujuan Makale, bahaya u, 7
latihan Kab. penyakit Juli
pernafasan  Gereja Tana tuberkulos 2019
3. Memberik Moria Toraja is.
an dosis Tondon
latihan
pernafasan
7. Penyuluhan Pengendalia 1. Masyarak Masyara  Puskes Swadan 1. Kehadiran  Jumat, Ronal
Cara Batuk n at dapat kat mas a sebanyak 28 Rainol A.
yang Benar tuberkulosis Memaham Umum Makale mahasis 50% dari Juni Sallata
berbasis i Tujuan di wa target 2019
komunitas Batuk Kelurah KKN- jumlah
dengan yang an  Tongko PK peserta.
pendekatan benar, Tondon nan Angkata 2. Terjadi  Rabu,
interprofessi 2. Masyarak Mamull Puang n Ke-58 peningkat 3 Juli
onal at dapat u Mamull Unhas, an

104
u
Kel. pengetahu 2019
Memaham  Mesjid Tondon an tentang
i Cara Raya Mamull faktor
education Batuk Makale u, Kec. risiko dan  Mingg
yang Makale, bahaya u, 7
benar Kab. penyakit Juli
 Gereja Tana tuberkulos 2019
Moria Toraja is.
Tondon
8. Penuluhan Pengendalia 1. Memberik Masyara  Puskes Swadan 1. Kehadiran  Jumat, Natalia
Pencegahan n an kat mas a sebanyak 28 Salempan
Penularan tuberkulosis pengetahu Umum Makale mahasis 50% dari Juni g
Penyakit berbasis an kepada di wa target 2019
TBC dari komunitas masyaraka Kelurah KKN- jumlah
segi dengan t tentang an  Tongko PK peserta.
Lingkunga pendekatan ciri-ciri Tondon nan Angkata 2. Terjadi  Rabu,
n Fisik interprofesio rumah Mamull Puang n Ke-58 peningkata 3 Juli
Rumah nal yang sehat. u Mamull Unhas, n 2019
Tangga education. 2. Memberik u Kel. pengetahu
an Tondon an tentang  Mingg
pengetahu  Mesjid Mamull cara u, 7
n cara Raya u, Kec. penularan Juli
mencegah Makale Makale, dan gejala 2019
penularan Kab. penderita
penyakit Tana tuberkulos
TBC dari  Gereja Toraja is yang

105
dinilai
segi rumah Moria melalui
tangga. Tondon pre dan
post test.
9. Penyuluhan Peserta 1. Meminim Masyara  Puskes Swadan 1. Terlaksan  Jumat, Aurelia
Pentingnya diharapkan alisir kat mas a anya 28 Anisa
Penerimaan dapat stigma dan Umum Makale mahasis kegiatan Juni Galla’
dan memahami diskrimina di wa penyuluha 2019 Ada’
Dukungan dampak si Kelurah KKN- n ini
Sosial stigma dan masyaraka an  Tongko PK sebanyak
terhadap diskriminasi t terhadap Tondon nan Angkata 4 kali dan  Rabu,
Penderita serta penderita Mamull Puang n Ke-58 masing- 3 Juli
Suspek TB pentingnya suspek u Mamull Unhas, masing 2019
di penerimaan TB. u Kel. penyuluha
Kelurahan dan 2. Meningkat Tondon n dihadiri  Mingg
Tondon dukungan kan  Mesjid Mamull oleh 20 u, 7
Mamullu sosial. penerimaa Raya u, Kec. orang. Juli
n dan Makale Makale, 2. Bertamba 2019
dukungan Kab. hnya
sosial Tana pengetahu
masyaraka  Gereja Toraja an
t terhadap Moria masyaraka
penderita Tondon t
suspek mengenai
TB. pentingny
a
penerimaa
n dan

106
dukungan
sosial
terhadap
penderita
suspek TB
dilihat
dari hasil
dari pre-
test dan
post-test.
1 Penyuluhan Memberikan 1. Siswa Masyara  Puskes Swadan Dihadiri  Jumat, Jessica
0. mengenai edukasi Sekolah kat mas a sebanyak 15 28 Tania
penyakit pengetahuan Dasar Umum Makale mahasis peserta Juni Loto
rabies dan dasar dapat di wa 2019
cara mengenai pengetahu Kelurah KKN-
pencegahan penyakit an dasar an  Tongko PK
nya rabies dan mengenai Tondon nan Angkata  Rabu,
pencegahann penyakit Mamull Puang n Ke-58 3 Juli
ya kepada rabies. u Mamull Unhas, 2019
siswa 2. Siswa u Kel.
sekolah Sekolah Tondon  Mingg
dasar di Dasar Kel.  Mesjid Mamull u, 7
wilayah Kel. Tondon Raya u, Kec. Juli
Tondon Mamullu, Makale Makale, 2019
Mamullu, Kec. Kab.
Kec. Makale, Makale, Tana
Kab. Tana Kab.  Gereja Toraja
Toraja Tanatoraja Moria

107
dapat Tondon
melakuka
n
pencegaha
n secara
tepat
terhadap
penyakit
rabies.

1 Penyuluhan Pengendalia 1. Memberik Masyara  Puskes Swadan 1. Kehadiran  Jumat, Tri


1. Kesehatan n an kat mas a sebanyak 28 Anugrah
Gigi dan Tuberkulosis informasi Umum Makale mahasis 50% dari Juni Lestari
Mulut Serta berbasis dan di wa target 2019
Sikat Gigi komunitas pengetahu Kelurah KKN- jumlah
Bersama dengan an an  Tongko PK peserta.
pendekatan mengenai Tondon nan Angkata 2. Terjadi  Rabu,
Interfrofesio jenis-jenis Mamull Puang n Ke-58 peningkat 3 Juli
nal kerusakan u Mamull Unhas, an 2019
Education. gigi dan u Kel. pengetahu
mulut. Tondon an tentang  Mingg
2. Memberik  Mesjid Mamull faktor u, 7
an Raya u, Kec. risiko dan Juli
informasi Makale Makale, bahaya 2019
dan Kab. penyakit
pengetahu Tana tuberkulos
an  Gereja Toraja is.
mengenai Moria

108
faktor-
faktor
penyebab
kerusakan
kesehatan
gigi dan
mulut.
3. Memberik
an
informasi
dan Tondon
pengetahu
an
mengenai
cara
pencegaha
n
kerusakan
gigi dan
mulut.

Makale, 27 Juni 2019


Menyetujui, Mengetahui Koordinator Desa/Kel. Tondon
Supervisor Kepala Desa/Lurah Tondon Mamullu Mamullu

109
(dr. Sitti Wahyuni, Ph.D.) (Daniel Tanding, S.E.) (Filbert Tandean)
NIP. 196612191996032001 NIP. 197031122006041055 NIM. C111 16 529

110
Lampiran 6

REKAPITULASI HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

DESA/KELURAHAN : PAPPALLUANG
PUSKESMAS : BARANA
KECAMATAN : BANGKALA BARAT
KABUPATEN/KOTA : JENEPONTO
Jumlah Mahasiswa = 12 orang
Hasil yang Dicapai Sumber Dana Unsur yang
No Kegiatan Jumlah (Rp)
Satuan % Swadana Puskesmas Lain-lain Terlibat
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Terlaksananya penyuluhan di
SDN 244 Pappalluang.
33 siswa SDN 244
Peningkatan pengetahuan
Pappalluang
Penyuluhan Etika Batuk anak SD pada penyuluhan
1 Rp156.000,- - - Rp156.000,- 19 siswa SD Inpres
dan Bersin yang diukur melalui anak SD
234 Bonto-Bonto
dapat mempraktekkan
bersama-sama cara etika
batuk dan bersin
2 Edukasi PHBS 1. Anak SD di Desa - - - - 33 siswa SDN 244
Cuci Tangan Pakai Sabun Pappalluang Pappalluang
memahami cara 19 siswa SD Inpres
mencuci tangan pakai 234 Bonto-Bonto
sabun dengan benar
2. Anak SD di Desa
Pappalluang mampu
mempraktikkan cuci

111
tangan pakai sabun
dengan benar
1. Terlaksananya
kegiatan dengan turut
berpartisipasinya
Peningkatan Pemahaman
siswa sekolah dasar di
tentang Cara Menjaga
SD Negeri No 244
Kesehatan Gigi dan Mulut
Pappalluang dan SD 33 siswa SDN 244
di SD Negeri No. 244
Inpres 234 Bonto- Pappalluang
Pappalluang dan SD -
3 Bonto - - - 19 siswa SD Inpres
Inpres 234 Bonto-Bonto di
2. Anak SD Negeri No 234 Bonto-Bonto
Desa Pappaluang
244 Pappalluang dan
Kecamatan Bangkala
SD Inpres 234 Bonto-
Barat Kabupaten
Bonto telah
Jeneponto.
mengetahui cara
menjaga kesehatan
gigi dan mulutnya
4 Penerapan Pemahaman 1. Terlaksananya Rp505.000,- - - Rp505.000,- 33 siswa SDN 244
Sikat Gigi kegiatan dengan turut Pappalluang
yang Baik dan Benar berpartisipasinya 19 siswa SD Inpres
siswa sekolah dasar di 234 Bonto-Bonto
SD Negeri No 244
Pappalluang dan SD
Inpres 234 Bonto-
Bonto
2. Anak SD Negeri No
244 Pappalluang dan
SD Inpres 234 Bonto-

112
Bonto telah
mengetahui cara
menyikat gigi yang
baik dan benar
Kualitatif: Terlaksananya
kegiatan sebanyak 2 kali
Penyuluhan Pemenuhan
Kuantitatif:
IMD, ASI Eksklusif, dan Pelaksanaan 1: 22
Peningkatan pengetahuan
MP-ASI untuk orang
Pelaksanaan 1: 33,3%
Pencegahan Stunting di Pelaksanaan 2: 15
5 Pelaksanaan 2: 53,3% Rp150.000,- - - Rp150.000,-
Desa Pappaluang orang
Rata-rata: 43,3%
Kecamatan Bangkala Total: 37 orang
Penguasaan materi
Barat Kabupaten
Pelaksanaan 1: 77,8%
Jeneponto
Pelaksanaan 2: 86,7%
Rata-rata: 82,2%
Kualitatif: Terlaksananya
kegiatan sebanyak 2 kali
Sosialisasi Imunisasi Kuantitatif:
Pelaksanaan 1: 23
sebagai Upaya Peningkatan pengetahuan
orang
Pencegahan Penyakit Pelaksanaan 1: 31,5%
Pelaksanaan 2: 15
6 Menular di Desa Pelaksanaan 2: 33,3% Rp150.000,- - - Rp150.000,-
orang
Pappaluang Kecamatan Rata-rata: 32,4%
Total: 38 orang
Bangkala Barat Penguasaan materi
Kabupaten Jeneponto Pelaksanaan 1: 63,1%
Pelaksanaan 2: 40%
Rata-rata: 51,5%
7 Edukasi Kehamilan Risiko Kualitatif: Terlaksananya - - - - Masyarakat di Desa
Tinggi sebagai Dampak kegiatan Pappalluang

113
Pernikahan Usia Dini di Kuantitatif:
Desa Pappaluang Peningkatan pengetahuan
sebanyak 19 orang
Kecamatan Bangkala pada 63% peserta
Barat Kabupaten
Jeneponto
Media edukasi
tersampaikan via
Perangkat Desa dan
WhatsApp dan dibaca
masyarakat Desa
oleh peserta grup yaitu
Pappalluang serta
8 Pedoman Isi Piringku perangkat desa dan - - - -
Perwakilan
masyarakat Desa
Puskesmas Barana
Pappalluang Kec.
Bangkala Barat Kab.
Jeneponto
Informasi terkait bubuk
abate dan stiker tentang
Perangkat Desa dan
Pengenalan serta cara penggunaan bubuk
masyarakat Desa
Pembagian Sticker abate yang baik dan benar
9 - - - - Pappalluang serta
tentang Cara Penggunaan dapat tersebar dan
Perwakilan
Bubuk ABATE tersampaikan ke
Puskesmas Barana
masyarakat desa
Pappalluang
Media edukasi Perangkat Desa dan
tersampaikan via masyarakat Desa
Edukasi tentang Bahaya WhatsApp dan dibaca Pappalluang
10 oleh peserta grup yaitu - - - -
Hiperekolestrolemia Kecamatan Bangkala
perangkat desa dan Barat Kabupaten
masyarakat Desa Jeneponto

114
Pappalluang Kec.
Bangkala Barat Kab.
Jeneponto
Peningkatan Pemahaman Terkirim dan - - - - Perangkat Desa dan
Masyarakat Desa tersebarluasnya pamphlet masyarakat Desa
Pappalluang Mengenai DAGUSIBU melalui Pappalluang
11
Dagusibu (Dapatkan, group whatsApp dengan Kecamatan Bangkala
Gunakan, Simpan, Buang) perangkat desa dan warga Barat Kabupaten
Obat desa di Desa Pappalluang Jeneponto
Terkirim dan tersebar - - - -
luaskannya pamphlet
Perangkat Desa dan
Edukasi Cara Pemilihan
Edukasi Cara Pemilihan masyarakat Desa
Daging yang Baik dan
Daging yang Baik dan Pappalluang
12 Benar serta Tata Cara
Benar serta Tata Cara Kecamatan Bangkala
Penyimpanannya kepada
Penyimpanannya Barat Kabupaten
perangkat desa dan
Jeneponto
masyarakat Desa
Pappalluang
Poster dan video terkait - - - - Perangkat Desa dan
Penyuluhan Pencegahan
informasi tentang masyarakat Desa
ISPA di Desa Pappalluang
penyakit ISPA tersebar Pappalluang
13 Kecamatan Bangkala
melalui grup WhatsApp Kecamatan Bangkala
Barat Kabupaten
Barat Kabupaten
Jeneponto
Jeneponto
14 Edukasi Vaksin COVID- Terkirim dan - - - - Perangkat Desa dan
19 dalam Mewujudkan tersebarluasnya poster masyarakat Desa
Akselerasi Jeneponto dan video penyuluhan Pappalluang
Sehat dan Smart di Desa Vaksin COVID-19 Kecamatan Bangkala

115
melalui grup whatsApp
dengan perangkat desa Barat Kabupaten
Pappalluang
dan warga desa di Desa Jeneponto
Pappalluang
Terkirim dan - - - -
Perangkat Desa dan
Penyuluhan Hipertensi tersebarluasnya poster
masyarakat Desa
Di Desa Pappalluang dan video penyuluhan
Pappalluang
15 Kecamatan Bangkala Hipertensi melalui grup
Kecamatan Bangkala
Barat WhatsApp dengan
Barat Kabupaten
Kabupaten Jeneponto perangkat desa dan warga
Jeneponto
desa di Desa Pappalluang
Terkirim dan - - - -
Edukasi Penggunaan Perangkat Desa dan
tersebarluasnya poster
Jamban Sehat dan Air masyarakat Desa
penyuluhan jamban sehat
Bersih di Desa Pappalluang
16 dan air bersih melalui
Pappalluang Kecamatan Kecamatan Bangkala
grup WhatsApp dengan
Bangkala Barat Barat Kabupaten
perangkat desa dan warga
Kabupaten Jeneponto Jeneponto
desa di Desa Pappalluang

Makale, 18 Juli 2019

Menyetujui, Mengetahui Koordinator Desa/Kel. Tondon


Supervisor Kepala Desa/Lurah Tondon Mamullu Mamullu

(dr. Sitti Wahyuni, Ph.D.) (Daniel Tanding, S.E.) (Filbert Tandean)

116
NIP. 196612191996032001 NIP. 197031122006041055 NIM. C111 16 529

117
Lampiran 7

FOTO-FOTO KEGIATAN

Foto Kegiatan Pendataan Kesehatan Pendeteksian Tuberkulosis

112
Foto Kegiatan Penyuluhan Umum 1 di Puskesmas Makale

Foto Kegiatan Penyuluhan Umum II di Tongkonan Puang Mamullu

113
114
115
Foto Penyuluhan Umum III di Masjid Raya Makale

116
Foto Penyuluhan Umum IV di Gereja Moria Tondon

117
118
119
Lampiran 8

LEMBAR PRE-TEST

120
LEMBAR POST-TEST

121

Anda mungkin juga menyukai