Anda di halaman 1dari 1

Sebelum melakukan urinalisis menggunakan uji strip, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap

bau, warna dan kejernihan urin, karena hal tersebut dapat memberikan indikasi status kesehatan
pasien. Uji strip ini terkadang bersifat subjektif, beberapa kotak memberikan warna antara negatif
dan positif. Sehingga, perlu pemahaman terkait implikasi klinis dan kuadrat reagen individu dalam
menafsirkan hasilnya. Berikut adalah beberapa senyawa yang dapat dideteksi pada uji strip (Martin,
2019).

1. Leukosit
Pada uji dtrip ini terdeteksi esterase leukosit yang merupakan enzim hasil produksi dari sel
darah putih. Dalam konteks pengujian urin, kehadiran neutrofil mungkin merupakan tanda piuria
yang terkait dengan infeksi saluran kemih (ISK), meskipun terkadang dapat mengindikasikan masalah
ginjal yang lebih parah (Martin, 2019).

2. Bilirubin dan urobilinogen


Bilirubin biasanya tidak ada dalam urin. Bilirubin diproduksi ketika sel darah merah dipecah oleh
hati, dan merupakan komponen empedu. Oleh karena itu, adanya bilirubin dalam urin dapat
mengindikasikan kerusakan hati. Di usus, bilirubin dipecah menjadi urobilinogen, beberapa di
antaranya yang kembali ke aliran darah dan diekskresikan dalam urin. Kadar urobilinogen yang lebih
tinggi dari normal mungkin menunjukkan penyakit hati dan kadar yang lebih rendah dari normal
dapat menunjukkan batu empedu (Martin, 2019).

3. Protein
Urin tidak selalu mengandung protein yang dapat dideteksi pada strip reagen urin (pada
individu yang sehat). Kerusakan pada penghalang filtrasi glomerulus pada ginjal menyebabkan
proteinuria, dan hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan ginjal, hipertensi, diabetes atau
preeklamsia pada kehamilan (Martin, 2019).

4. pH
Semua urin akan memberikan pembacaan pH pada analisis, dan biasanya sedikit asam. Kisaran
4,5–8,0 dianggap normal. Keasaman yang ekstrim dapat menunjukkan pembentukan batu saluran
kemih, sedangkan urin yang bersifat basa dapat menunjukkan adanya infeksi saluran kemih dengan
jenis bakteri tertentu, seperti Proteus mirabilis, Klebsiella atau Pseudomonas. Namun, diet dan
pengobatan juga dapat mengubah pH (Martin, 2019).

5. Keton
Biasanya tidak ada dalam urin, bentuk ini terjadi selama pemecahan lemak abnormal alih-alih
glukosa untuk energi. Hal ini bisa disebabkan oleh muntah yang berkepanjangan, seperti pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum, atau puasa dan kelaparan. Namun, keton juga dapat
dideteksi selama diet, diare, atau sebagai tanda peningkatan glukosa darah, seperti pada diabetes
yang tidak terkontrol, yang dapat menyebabkan ketoasidosis diabetik (peningkatan keasaman darah)
(Martin, 2019).

Referensi

Martin, Cheryl. 2019. Urinalysis Using A Test Strip. British Journal of Nursing Vol.28 No.6.

Anda mungkin juga menyukai