Anda di halaman 1dari 64

KARYA TULIS ILMIAH

POLA BAKTERI PADA URIN PASIEN SUSPEK INFEKSI SALURAN

KEMIH (ISK) DI RUMAH SAKIT AWAL BROSS MAKASSAR

Diajukan sebagai syarat dalam meraih Ahli Madya Kesehatan (A. Md. Kes)
Pada program studi Diploma Tiga (DIII) Teknologi Laboratorium Medis,
Fakultas Teknologi Kesehatan Universitas Megarezky Makassar

HAPPY SANDY

17 3145 453 004

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul:

“POLA BAKTERI PADA URIN PASIEN SUSPEK INFEKSI SALURAN


KEMIH (ISK) DI RUMAH SAKIT AWAL BROSS MAKASSAR”

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan


Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Fakultas Teknologi Kesehatan
Universitas Megarezky
Pada hari Senin tanggal 14 Oktober 2020

Pembimbing I Pembimbing II

(Ennycke Sari, S.Si., M.Kes ) ( Muh. Ikhsan Amar, S.Kom.,M.Kom)


NIDN. 09 070988 02 NIDN.09 06019301

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medis


Universitas Megarezky

Resi Agestia Waji, S.Si., M.Si


NIDN. 09 020883 03

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Pada hari Senin tanggal 14 bulan Oktober tahun 2020 secara Virtual. Fakultas
Teknologi Kesehatan Universitas Megarezky, telah dilaksanakan Ujian Proposal
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma
Teknologi Laboratorium Medis terhadap mahasiswa atas nama:
Nama : Happy Sandy
NIM : 17 3145 453 004
Program Studi : Teknologi Laboratorium Medis
Jenjang : Diploma 3 (DIII)
Judul KTI : “Pola Bakteri Pada Urin Pasien Suspek Infeksi Saluran
Kemih Di Rumah Sakit Awal Bross Makassar”

Yang telah disetujui oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah, sebagai berikut:
Tim Penguji Tanda Tangan

1. Ennycke Sari,S.Si.,M.Kes ( …………………………… )

2. Muh. Ikhsan Amar, M.Kom., M.Kom ( …………………………… )

3. Handayani, S.Si., M.Kes ( …………………………… )

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi

Prof. Dr. Asnah Marzuki, M.Si., Apt Resi Agestia Waji, S.Si., M.Si
NUPN. 887922341 NIDN. 09 020883 03

PLAGIARISM SCAN REPORT

iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan kesehatan, kemudahan, dan kesabaran yang diberikan kepada saya

sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk:

Ayah dan Ibu, kakak Jendri, Riki dan Emison Mereka adalah sosok yang hebat
yang telah mendidik, membesarkan, dan menyekolahkan ku dengan penuh
pengorbanan tanpa memikirkan rasa lelah yang mereka rasakan
Terima kasih atas kasih sayang, pengorbanan, nasihat dan juga doa yang tiada
henti-henti diberikan kepada saya selama ini

Kepada Ibu dan Bapak dosen pembimbing dan penguji yang selalu membimbing,
memberikan motivasi dan ilmu yang sangat berharga sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini.

Untuk teman-teman Agkatan 2017 khususnya Kelas 17 A yang saling support


dalam menyelseaikan tugas akhir ini, dan berjuang bersama-sama dalam bangku
kuliah. Semoga diberi kelancaran dalam segala urusan kita semua, terima kasih
atas support yang kalian berikan

Semoga Tuhan Yesus Membalas Kebaikan Kalian Semua

v
MOTTO

TIDAK ADA SATUPUN KESUKSESAN YANG


MENDATANGIMU DENGAN CUMA-CUMA
SEMUA BUTUH USAHA

vi
CURRICULUM VITAE

HAPPY SANDY
173145453021
Program Studi : DIII Teknologi Laboratorium Medis
Alamat : Jl. Todopuli VI, Makassar.
Email : happysandy201@gmail.com

Orang Tua
Ayah : Yusuf Sampe
Ibu : Eni
Alamat : Jl. Gereja, Nabire, Papua
Riwayat Pendidikan
TK : YPK MARANATHA
SD : SDN INPRES MALOMPO
SMP : SMP NEGERI 1 NABIRE
SMA : SMA NEGERI 1 NABIRE
Prinsip hidup :”Hadapi Dengan Senyuman Semua Yang
Terjadi, Semua Akan Indah Pada
Waktunya”
Kesan saat kuliah : Puji Tuhan Saya bisa melewatkan masa
perkuliahan selama kurang lebih 3 tahun di Kampus Universitas MegaRezky
Makassar. Banyak hal baru yang saya dapatkan, suka dan duka selalu mengiringi
masa-masa kuliah tetapi, semuanya bisa terlewatkan karena kasih dan penyetaan
Tuhan dan dukungan doa dari orang tua dan sanak saudara.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena atas kasih dan peryertaan yang telah diberikan, sehingga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan Karya Tulis Ilmiah berjudul

“Pola Bakteri Pada Urin Pasien Suspek Infeksi Saluran Kemih (ISK) Di Rumah

Sakit Awal Bross Makassar” ini peneliti menyadari akan keterbatasan

pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, oleh karena itu saran dan kritik yang

sifatnya membangun merupakan input dalam penyempurnaan selanjutnya.

Semoga dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dimasa yang

akan datang dan masyarakat pada umumnya.

Karya Tulis Ilmiah ini peneliti persembahkan untuk kedua orang tua tercinta

yaitu Ayahanda Yusuf Sampe dan Ibunda tercinta Eni, sebagai salah satu wujud

rasa cinta dan terima kasih peneliti atas segala pengorbanan dalam mengasuh,

mendidik dan membiayai peneliti dengan penuh rasa kasih sayang serta

senantiasa mendoakan kesehatan dan keberhasilan peneliti serta saudara –

saudara peneliti yang selalu memberikan semangat kepada peneliti untuk segera

menyelesaikan pendidikan ini. Melalui kesempatan ini, peneliti mengucapkan

rasa hormat, serta terima kasih yang setinggi – tingginya kepada :

1. Bapak Dr. H.Alimuddin,SH.,MH.,M.Kn selaku ketua Badan Pembina

Yayasan Pendidikan Islam Mega Rezky Makassar.

2. Ibu Hj.Suryani,SH.,MH selaku ketua Yayasan Pendidikan Islam Mega Rezky

Makassar.

vi
vii

3. Bapak Prof.DR.dr.Ali Aspar Mappahya selaku rektor Universitas Megarezky

Makassar

4. Ibu Prof Dr.Dra. Hj. Asnah Marzuki., M.Si.,Apt selaku dekan Fakultas

Teknologi Kesehatan Universitas Mega Rezky Makassar

5. Ibu Resi Agestia Waji, S.Si.,M.Kes selaku ketua Prodi DIII Teknologi

Laboratorium Medis Universitas Mega Rezky Makassar

6. Ibu Ennycke Sari, S.Si.,M.Kes selaku Pembimbing I yang telah membimbing

dan mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan penyusunan Proposal ini.

7. Bapak Muh. Ikhsan Amar, S.Kom.,M.Kom selaku pembimbing II yang telah

banyak memberikan bimbingan kepada peneliti dalam menyelesaikan

penyusunan proposal ini.

8. Ibu Handayani, S.Si.,M.Kes sebagai penguji yang telah banyak memberikan

bimbingan kepada peneliti dalam menyelesaikan penyusunan proposal ini.

9. Segenap Dosen beserta Staf Program Prodi DIII Teknologi Laboratorium

Medis Universitas Mega Rezky Makassar yang telah membantu peneliti

selama mengikuti pendidikan.

10. Rekan – rekan mahasiswa angkatan 2017 yang telah memberikan bantuan dan

kerjasamanya yang baik selama peneliti mengikuti pendidikan.

Semoga Tuhan memberikan imbalan yang setimpal atas segala bantuan yang

diberikan kepada peneliti. Akhirnya, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat

berguna bagi kita semua, amin.

Makassar, 02 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

PLAGIARISM SCAN REPORT ........................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v

MOTTO ................................................................................................................. vi

CURRICULUM VITAE ....................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

ABSTRAK .............................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5

A. Bakteri ....................................................................................................... 5

B. Infeksi Saluran Kemih (ISK) .................................................................. 12

C. Pola Bakteri ............................................................................................. 14

D. Metode Kultur dan Identifikasi Bakteri .................................................. 15

E. Kerangka Konsep .................................................................................... 23

F. Variabel Penelitian .................................................................................. 24

G. Definisi Operasional ............................................................................... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 25


viii
ix

A. Jenis Penelitian........................................................................................ 25

B. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 25

C. Polulasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............................... 25

D. Alat dan Bahan ........................................................................................ 27

E. Prosedur Kerja ........................................................................................ 28

F. Pengumpulan dan Analisa Data .............................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38

LAMPIRAN .......................................................................................................... 40
ABSTRAK

Nama : Happy Sandy


Nim :173145453004
Judul : Pola Bakteri Pada Urin Pasien Suspek Infeksi
Saluran Kemih (ISK) Di Rumah Sakit Awal Bross
Makassar
Pembimbing : 1. Ennycke Sari, S.Si., M.Kes
2. Muh. Ikhsan Amar, S.Kom., M.Kom
Infeksi saluran kemih (ISK) umumnya dikenal dengan suatu infeksi yang
dapat disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran kemih
manusia. Data dari Kementrian Kesehatan RI tahun (2016) menunjukkan bahwa
jumlah yang menderita ISK mencapai 90-100 kasus per 100.00 penduduk per
tahun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola bakteri pada urin
pasien suspek ISK di rumah sakit awal bross Makassar.
Jenis penelitian yang digunakan bersifat Deskriptif Analitik yang dimana
pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan Cross-Sectional.
Hasil penelitian yang telah didapatkan dari 8 sampel urin pasien suspek
ISK di RS Awal Bross Makassar adalah bakteri yang ditemukan pada 8 sampel
urin pasien suspek ISK yaitu Escherichia coli 50%, Klebsiella sp 12,5%,
Enretobacter agglomerans 12,5% dan Candida sp 12,5%.
Kata kunci : ISK, Pola Bakteri

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2 Bentuk Bakteri Kokus ......................................................................... 6

Gambar 2.2 Bentuk Bakteri Basil ........................................................................... 6

Gambar 3.2 Bentuk Bakteri Spiral .......................................................................... 7

Gambar 4.2 Bentuk Struktur Sel ............................................................................. 8

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu infeksi yang dapat disebabkan oleh

pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia. Saluran kemih

manusia merupakan organ-organ yang bekerja untuk mengumpulkan dan

menyimpan urin serta organ yang mengeluarkan urin dari tubuh yaitu ginjal,

ureter, kandung kemih dan uretra (R. P. Sari & Muharton, 2018).

Penyakit ISK adalah salah satu masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat

Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian yang serius. Prevalensi ISK di

Indonesia berkisar 5-15%. Data dari Kementrian Kesehatan RI tahun (2016)

menunjukkan bahwa jumlah yang menderita ISK mencapai 90-100 kasus per

100.00 penduduk per tahun. Sedangkan untuk wilayah Jawa Timur Jumlah

penderita ISK mencapai 3-4 kasus per 100.00 penduduk per tahun. ISK

merupakan penyakit yang menempati urutan kedua dan masuk 10 besar penyakit

dengan angka kejadian tertinggi (Yashir & Apriani, 2019).

ISK disebabkan oleh mikrooragnisme patogen yang naik dari uretra ke

kadung kemih dan berkembangbiak serta meningkat jumlahnya sehingga

menyebabkan infeksi pada ureter dan ginjal. Adanya bakteriuria merupakan gejala

ISK yaitu terjadi pertumbuhan bakteri murni sebanyak ≥100.000 cfu/ml pada

biakan urin. Jenis bakter patogen penyebab bakteriuria adalah Escherichia coli,

Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, Enterbacter, Streptococcus dan Stapylococcus

( Sari & Prijono, 2015).

1
2

ISK penyebabnya yaitu hampir setiap jenis bakteri terkait dengan infeksi ISK

tetapi rata-rata 85% kejadian ISK yang didapat di masyarakat dan 50% Kejadian

infeksi nosokomial disebabkan oleh Escherichia coli (Mailani, 2017).

Kejadian ISK pada penderita yang dirawat di rumah sakit, sering akibat

infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial, juga disebut “Hospital Acquired

Infection”, adalah infeksi yang didapatkan selama perawatan di rumah sakit baik

yang admisinya tidak secara langsung atau saat masa inkubasi. Infeksi yang

terjadi lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit dianggap sebagai infeksi

nosokomial (Erhadestria,2017).

Menurut WHO, ISK adalah penyakit infeksi kedua yang dominan pada tubuh

sesudah infeksi pernafasan. Infeksi ini juga lebih dominan ditemukan pada wanita

dari pada laki-laki. ISK disebabkan oleh beberapa faktor resiko. Faktor resiko

pada kejadian ISK adalah ketidakmampuan atau kegagalan kandung kemih untuk

mengosongkan isinya secara sempurna, penurunan daya tahan tubuh, dan

peralatan yang dipasang pada saluran kemih seperti kateter dan prosedur

sistokopi. Dan faktor lainnya yaitu jenis kelamin, usia, genetik, kelainan refluks,

diabetes melitus, aktivitas seksual, kebiasaan menahan buang air kecil (BAK), dan

kuran minum air putih (Lina & Lestari, 2019).

Pola bakteri merupakan suatu bentuk gambaran dalam mengindentifikasi

suatu bakteri yang menginfeksi. Berdasarkan data penelitian (Yashir & Apriani,

2019) tentang pola bakteri dari isolat urin menyimpulkan bahwa variasi bakteri

pada pada penderita ISK bahwa terdapat 12 jenis bakteri yang ditemukan yaitu

Escherchia coli, Klebsiella pneumonia, Acinetobacter baumanni, Pseudomonas


3

aeruginosa, Pseudomonas agglomeran, Serratia rubidaea, Pseudomonas

fluorescens, Citrobacter braakii, Morganella morganii, Enterococcus faecalis,

Enterococcus gallinarum, dan Staphylococcus aureus. Jenis bakteri yang paling

banyak ditemukan adalah Escherchia coli.

Penelitian pada Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar menyimpulkan bahwa

bakteri Enterobacteriaceae adalah keluarga bakteri yang bertanggung jawab pada

sekitar 50% infeksi nosokomial, dominan yang menyebabkan infeksi nosokomial

oleh keluarga bakteri Escherchia coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus,

Providensia dan Serratia marcencens. Dan bakteri Escherchia coli merupakan

penyebab utama ISK (Arsal et al., 2018)

ISK dapat ditemukan disegala usia pada remaja meningkat 3,3% menjadi

5,8% dan pada perempuan dewasa diperkirakan pernah mengalami Infeksi

Saluran Kemih dalam hidupnya. Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Selatan kasus ISK pada Rumah Sakit dan Puskesmas perawatan di

Provinsi Sulsel tahun 2008 sebanyak 379 kasus (27%) pada tahun 2009 456

(29%) dan tahun 2010 sebanyak 346 kasus (27%). (Arivo & Dwiningtyas, 2019)

Penelitian melaporkan bahwa kejadian di Rumah Sakit Umum Daerah Undata

Palu pada wanita sebesar 70,2%, sedangkan pada laki-laki sebesar 29,8%.

Sedangkan penelitian (Hashary et al., 2018) di RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar melaporkan bahwa pasien mengalami ISK pada laki-laki sebanyak 54%

lebih sering dibanding pasien perempuan sebanyak 46%. Sampai saat ini belum

ada dilaporkan data resmi tentang kasus ISK dan pola bakteri di Rumah Sakit

Awal Bross Makassar.


4

Dari uraian latar belakang diatas maka peneliti sangat tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai Pola Bakteri Pada Urin Pasien Suspek ISK di

Rumah Sakit Awal Bross Makassar, dimana Rumah Sakit Awal Bross Makassar

belum mempunyai data mengenai pola bakteri. Peneliti tertarik melakukan

penelitian pada Rumah Sakit Awal Bross Makassar agar bisa menjadi data terbaru

mengenai pola bakteri pada Rumah Sakit Awal Bross Makassar dan juga peneliti

ingin lebih mengetahui berapa banyak pola bakteri pada urin pasien suspek ISK.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pola bakteri pada urin pasien suspek ISK di Rumah Sakit Awal

Bross?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pola bakteri pada pasien suspek ISK di Rumah Sakit Awal

Bross.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis

Sebagai tambahan informasi kepada masyarakat khususnya tenaga

kesehatan. Tentang pola bakteri pada urin pasien suspek ISK.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi pemikiran bagi

perkembangan ilmu pengetahui terutama pada bidang mikrobiologi dan juga

dapat menambah wawasan bagi pembaca sehingga dijadikan sebagai referensi

untuk melakukan penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bakteri
1. Definisi

Mikroorganisme yang bersel satu, prokariotik, berkembangbiak dengan

cara membelah diri, sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat melalui

mikroskop. Bakteri tampak seperti bentuk kehidupan yang sedehana, namun

mereka adalah makhluk yang juga memiliki kompleksitas dan mudah

beradaptasi. Organisme ini banyak dalam bentuk parasit dan hidup bebas.

Bakteri memiliki kapasitas yang luar biasa dalam beradaptasi dengan

lingkungan yang berubah-ubah dan dengan pemilihan mutan yang spontan

(Lumowa,2016).

Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi atas tiga

golongan, yaitu:

1) Bentuk kokus

Bakteri yang terbentuk seperti bola-bola kecil baik sendiri maupun

berkelompok.

a. Mikrokokus : Bulat satu-satu

b. Diplokokus : Bulat bergandengan dua-dua

c. Streptokokus : Bulat bergandengan seperti rantai

d. Tetrakokus : Bulat terdiri dari 4 sel dalam satu kelompok

e. Sarsina : Bulat terdiri dari 8 sel yang tersusun seperti

kubus

5
6

f. Stapilokokus : Seperti buah anggur

Gambar 1.2 Bentuk Bakteri Kokus


(Sumber: Putri et al., 2017)

2). Bentuk basil

Bakteri bentuk basil adalah bakteri yang berbentuk batang dan

menyerupai slinder.

a. Monobasil : Berbentuk batang tunggal

b. Diplobasil : Berbentuk batang bergandengan dua-dua

c. Streptobasil : Berbentuk batang terususn seperti rantai

Gambar 2.2 Bentuk Bakteri Basil


(Sumber: Putri et al., 2017)
7

3). Bentuk spiral

Bakteri bentuk spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-

bengkok serupa spiral.

a. Vobrio : Berbentuk koma (spiral pendek tidak lengkap)

b. Spirochaeta : Berbentuk spiral halus dan lentur

c. Spirilium : Bentuk spiral tabal dan kaku

Gambar 3.2 Bentuk Bakteri Spiral

(Sumber: (Putri et al., 2017)

2. Ciri-ciri bakteri

Pada umumnya bakteri memiliki ciri yang membedakanya dengan

makhluk hidup lain, yaitu (Waluyo,2016) :

1) Tubuh uniseluler (bersel satu)

2) Tidak berklorofil meskipun begitu ada beberapa jenis bakteri yang

memilki klorofil dan mampu berfotosintesis dan hidupnya secara

autotrof.

3) Reproduksi dengan cara membelah diri atau dengan pembelahaan

amitosis.
8

4) Memiliki ukuran tubuh yang memiliki variasi antara 0,12 sampai

dengan ratusan mikron umunya memiliki ukuran rata-rata 1-5 mikron.

5) Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam.

6) Habitat bakteri hidup dimana- mana ( tanah, air, udara).

3. Struktur Bakteri

Gambar 4.2 Bentuk Struktur Sel


(Sumber: Putri et al., 2017)

1) Inti/nukleus: Badan inti tidak mempunyai dinding inti/membrane inti.

Di dalamnya terdapat benang-benang DNA yang panjangnya kira-kira

hingga 1 mm.

2) Sitoplasma: Tidak mempunyai mitokondria dan kloroplast; sehingga

enzim-enzim untuk tranport elektron bekerja di dalam membran sel.

3) Membran Sitoplasma: Terdiri dari fosfolipid dan juga protein.

Berfungsi sebagai transport bahan-bahan makanan, tempat transport

elektron, biosintesis DNA, dan kemotaktik. Terdapat mesosom yang

berperan dalam pembelahan sel.


9

4) Dinding Sel: Terdiri dari lapisan peptidoglikan, berfungsi untuk

menjaga tekanan osmotik, pembelahan sel, biosintesis, determinan dari

antigen permukaan bakteri; pada bakteri Gram-negatif, salah satu

lapisan dinding sel mempunyai aktivitas endotoksin yang tidak

spesifik, yaitu lipopolisakarida yang bersifat toksik.

5) Kapsul: Bakteri akan tahan terhadap efek fagositosi dikarenakan

isintesis dari polimer ekstrasel yang berkondensasi dan membentuk

lapisan di sekeliling sel.

6) Flagel: memiliki bentuk menyerupai benang, yang terdiri dari protein

dengan ukuran 12- 30 nanometer. Flagel merupakan alat gerak bakteri

.setiao protein dari flagel disebut flagelin.

7) Pili/fimbriae: Berperan dalam adhesi bakteri dengan sel tubuh hospes

dan konjugasi 2 bakteri.

8) Endospora: endospora dibentuk dari beberapa genus. Diferensiasi

dapat terjadi bpada bakteri dan akan membentuk spora. Hal ini

dipengaruhi bila keadaan lingkungannya menjadi jelek, misalnya bila

kurangnya nutrisi pada medium sekitar. Spora bersifat sangat resisten

terhadap panas, kekeringan dan zat kimiawi. Spora dapat kembali

melakukan germinasi dan memproduksi sel vegetatif saat kondisi

lingkungan telah baik,.

4. Fase Pertumbuhan Bakteri

Bakteri yang ditanam pada media perbenihan yang sesuai dan pada

waktu-waktu tertentu diobservasi (dihitung jumlah bakteri yang hidup)


10

pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri tersebut dapat digambarkan

dengan sebuah grafik. Pertumbuhan bakteri tersebut dapat dibagi menjadi

beberapa fase sebagai berikut:(Harti,2015).

1) Fase lag = The lag phase = fase permulaan

Kecepatan pertumbuhan nol atau > nol (tidak maksimum), di sebut

juga fase adaptasi. Tidak ada pertambahan populasi, tetapi ukuran sel

bertambah dikarenakan pertambahan substansi intraseluler.

2) Fase logaritma (log) = The log phase = fase eksponensial

Kecepatan pertumbuhan mencapai batas maksimum. Massa dan

jumlah sel bertambah secara eksponensial dengan waktu generasi

sebagai konstantam sehingga pertumbuhan akan seimbang, yaitu sel

membelah dengan kecepatan konstan serta aktivitas metabolisme

konstan. Biakan dalam keadaan homogen dengan pertumbuhan sel pada

kecepatan dan interval sama.

3) Fase tetap maksimum = The stationary phase = fase statis

Kecepatan pertumbuhan mulai menurun, terjadi akumulasi

metabolit. Jumlah sel hidup tetap, namun terjadi pengurangan nutrient

makan jumlah total sel mati dan hidup tetap se rta akumulasi metabolit.

4) Fase kematian = The dealth phase = fase penurunan

Laju kematian secara eksponensial dan terjadi penurunan populasi

sel-sel hidup hingga mencapai nol.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri

1) Temperatur
11

Kemampuan jasa renik untuk bertahan pada lingkungan bersuhu

rendah atau tinggi sangat beragam.berdasarkan temperatur lingkungan

tempat bakteri dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal.

2) Waktu

Waktu dan suhu merupakan parameter kritis (juga parameter yang

dapat dikendalikan untuk menjamin keamanan pangan) dalam menilai

laju pertumbuhan jasad renik patogen. Pada lingkungan yang sesuai,

bakteri akan membelah diri setiap 20-30 menit sekali. Bahkan ada sel-

sel bakteri yang mampu membelah diri dalam waktu kurang dari 7,1

menit.

3) Kelembapan

Tubuh bakteri terdiri atas 80% air, sama seperti makhluk lainnya,

bakteri membutuhkan air selama hidupnya. Akan tetapi bakteri tidak

dapat menggunakan air yang terikat dengan zat padat, misalnya garam

dan gula.

4) Oksigen

Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri yang bersifat

aerob, sedangkan bakteri anaerob tidak memerlukan oksigen. Sebagian

bakteri tumbuh dan menghasilkan toksin pada kondisi anaerob,

sedangkan yang lain mutlak memerlukan oksigen.

5) pH

Secara umum bakteri patogen tidak dapat tumbuh pada pH dibawah

4,6 meskipun dengan beberapa pengecualian.


12

Bakteri diklasifikasikan di dalam kingdom monera yaitu suatu kingdom

makhluk hidup yang sepanjang hidupnya hanya terdiri dari sebuah sel. Selnya

bersifat prokariotik artinya materi intinya tidak terbungkus oleh membrane inti.

Kingdom monera disebut pula dengan Schizophyta karena semua anggota

kingdom ini berkembang biak dengan membelah diri (Putri et al., 2017).

B. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana adanya infasi

mikroorganisme pada saluran kemih. ISK dapat menyerang pasien dari segala

usia mulai dari bayi yang baru lahir, anak-anak, remaja hingga orang tua. ISK

umumnya disebabkan oleh bakteri. Infeksi ini bisa menjadi parah jika bakteri

menyebar hingga ke ginjal. ISK adalah salah satu penyakit infeksi dimana

jumlah bakteriuria berkembang biak dengan kuman biakan urine >100.000 /ml

urine (Srigede et al., 2019)

2. Etiologi ISK

Infeksi Saluran kemih merupakan salah satu pertahanan tubuh yang tidak

spesifik sehingga bisa menjadi jalur masuknya mikroorganisme patogen ke

dalam inang. Bermacam-macam mikroorganisme yang ada didalam saluran

kemih dapat menyababkan infeksi. ISK disebakan oleh berbagai macam

bakteri diantaranya Escherhia coli, Klebsiella, Proteus, Providensia,

Citrobacter, Aeruginosa, Acinetobacter, Enterococcus faecali. Dan sekitar

90% bakteri yang paling dominan pada penyakit ISK yaitu bakteri Gram

negatif yaitu Eschercia coli (Srigede et al., 2019)


13

3. Patofisiologi ISK

ISK disebabkan invasi mikroorgnisme ascending dari uretra ke dalam

kandung kemih. Invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal dipermudah

dengan refluks vesikuoreter. Pada wanita mula-mula kuman dari kanal

berkoloni di vulva kemudian masuk ke kandung kemih melalui uretra yang

pendek secara spontan atau mekanik akibat hubungan seksual dan perubahan

pH dan flora vulva dalam siklus menstruasi (R. P. Sari & Muharton, 2018).

Bakteri bisa masuk dan berkembangbiak di kandung kemih jika seseorang

masih menyisakan urine dalam kandung kemih setiap buang air kecil (BAK).

Tersisanya urine pada kandung kemih secara tidak sengaja bisa disebabkan

oleh sistem saluran air seni terhambat misalnya akibat tumuor atau

pembesaran prostat pada pria. Infeksi ini paling sering umumnya terjadi pada

wanita, hal ini disebabkan karena posisi uretra pada wanita yang lebih

berdekatan dengan anus. Ini berarti bakteri dari anus lebih mudah berpindah

ke uretra (Srigede et al., 2019)

Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:

a). Ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang

berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensial introitus vagina,

preposium penis, kulit perineum, dan sekitar anus.

b). Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi

pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dala saluran kemih melalui

peredaran darah.
14

c). Limfogen (jalur limfatik) jika masiknya mikroorganisme melalui sistem

limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang

terakhir ini jaranf terjadi.

d). Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau

eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter.

C. Pola Bakteri

Pola bakteri merupakan suatu bentuk gambaran dalam mengindentifikasi

suatu bakteri yang menginfeksi. Pola Bakteri penyebab ISK akan berperan

penting dalam keberhasilan pengobatan ISK. Bervariasinya penyebab ISK,

luasnya spektrum organisme yang menjadi penyebab, serta sedikitnya uji klinis

yang telah dilaksanakan, dan mempersulit penyusunan antimikroba pilihan yang

dapat digunakan dalam terapi ISK.

D. Kultur Urine

Kultur urin merupakan metode pemeriksaan untuk mendeteksi adanya

bakteri di dalam urine, sebagai petanda dari ISK. Selain mendeteksi keberadaan

bakteri, kultur urine juga dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri

penyebab infeksi. Cara Pengambilan Sampel:

Sampel urine yang biasa dipakai adalah porsi tengah (midstream). Jenis

pengambilan sampel urine ini dimaksudkan agar urine tidak terkontaminasi

dengan kuman yang berasal dari perineum, prostat, uretra maupun vagina, karena

dalam keadaan normal urine tidak mengandung bakteri, virus atau organisme lain.
15

Pengambilan sampel ini dilakukan oleh pasien itu sendiri, oleh sebab itu

pasien harus diberikan penjelasan cara pengambilan sampel urine, yaitu sebagai

berikut:

a) Pada Wanita

Pasien harus mencuci bersih tangan dengan sabun dan dikeringkan dengan

tissue, dengan menggunakan tissue basah dan steril labia dan disekitarnya

dibersihkan. Buang urine pertama yang keluar, setelah itu urine porsi tengah

ditampung dan membuang urien terakhir yang dikemihkan. Kemudian tutup

rapat wadah sampel.

b) Pada Pria

Pasien mencuci tangan bersih dengan sabun dan dikeringkan dengan kertas

tisu. Untuk pasien yang tidak disunat tarik preputium ke belakang, lubang

uretra dibersihkan. Pasien yang sudah disunat langsung membersihkan uretra

menggunakan tisu basah ke raga glans penis setelah itu urine porsi tengah

ditampung. Wadah sampel ditutup dengan rapat (Wirawan, 2015).

D. Metode Kultur dan Identifikasi Bakteri

1. Metode Identifikasi Mikroorganisme

Di dalam bidang mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya

dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu harus dapat menumbuhkan

mereka dalam suatu biakan yang mana didalamnya hanya terdapat bakteri yang

kita butuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain. Teknik

isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba

diluar dari lingkungan alamiahnya. Pemisahan dari lingkungan ini bertujuan


16

untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak tercampur lagi dengan

bakteri lainnya dan disebut biakan murni (Putri et al., 2017).

Untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan campuran dapat

dilakukan dengan dua teknik yaitu:

a. Metode Cawan Tuang

Metode cawan tuang dilakukan dengan mengencarkan spesimen dalam

medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan (50oC) yang kemudian

dicawankan. Metode ini menghasilkan koloni-koloni terpisah di atas

permukaan atau pun didalam agar.

b. Metode Cawan Gores

Metode cawan gores dilakukan dengan menggoreskann jarum

inokulum yang mengandung bakteri pada permukaan agar nutrien di dalam

cawan petri. Metode cawan gores mempunyai dua keuntungan, yaitu

menghemat bahan dan waktu, namun untuk memperoleh hasil yang baik

diperlukan ketrampilan yang lumayan yang bisa diperoleh dari

pengalaman. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik

kebanyakan dan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme seperti yang

diinginkan.

2. Media Kultur

Bahan nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme

laboratorium disebut media kultur. Pengetahuan tentang habitat normal

mikroorganisme sangat membantu dalam pemilihan media yang cocok untuk

pertumbuhan mikroorganisme di laboratorium. Berdasarkan konsistensinya,


17

media kultur dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu, media cair (liquid

media), media padat (solid media), dan semisolid (Padoli, 2016).

Menurut kandungan nutrisinya, media kultur dibedakan menjadi bebrapa

macam yaitu:

a. Defined media (synthtic media), merupakan media yang komponen

penyusunannya sudah diketahui atau ditentukan.

b. Media komplek, merupakan media yang tersusun dari komponen secara

kimia tidak diketahui dan umumnya diperlukan karena kebutuhan nutrisi

mikroorganisme tertentu tidak diketahui.

c. Media penyubur (enrichement media), merupakan media yang berguna

untuk mempercepat pertumbuhan mikroorganisme tertentu, bila ingin

menumbuhkan salah satu mikroorganisme dari kultur campuran.

d. Media selektif, merupakan media yang mendukung pertumbuhan

mikroorganisme yang lain.

e. Media differensial, digunakan untuk membedakan kelompok

mikroorganisme dan dapat digunakan untuk identifikasi, contohnya media

agar darah (Padoli, 2016).

Adapun media yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1). Media Nutrient Agar (NA)

Nutrient agar adalah media umum untuk uji air dan produk dairy. NA

juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang

tidak selektif, dalam arti mikrooragnisme heterotrof. Media ini merupakan

media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. NA
18

merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur

bakteriologi seperti uji air biasa, uji air limbah, produk pangan, untuk

membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan

untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni (Putri et al., 2017).

2) Media Mac Cokey Agar (MAC)

Media MacCokey Agar (MAC) adalah media selektif dan media

diferensial yang digunakan untuk mengisolasi bakteri gram negative

berdasarkan kemampuan bakteri memfermentasi laktosa atau tidak, serta

kemampuan bakteri memfermentasi sorbitol atau tidak. Komposisi media

SMAC adalah pepton, protease pepton, D-sorbitol, bile salts, sodium

chloride, agar, neutral Red, Crystal Violet (Putri et al., 2017).

3) Media Blood Agar (BA)

Media Blood Agar merupakan media pertumbuhan bakteri yang dapat

membedakan bakteri pathogen berdasarkan efek exotoksin hemolitik

bakteri pada sel darah merah. Media Blood Agar bukan merupakan media

selektif murni. Media Blood Agar merupakan media yang diperkaya

dengan nutrisi tambahan yang kaya untuk mikroba. Oleh karena itu, media

Blood Agar merupakan media pertumbuhan diperkaya dengan selektif

differensial, karena mendukung pertumbuhan berbagai organisme serta

memberikan ciri khas untuk bakteri golongan tertentu (Putri et al., 2017)

4) Media Uji Biokimia

a. Media Triple sugar iron agar (TSIA)


19

Media Triple sugar iron agar (TSIA) digunakan sebagai tahap

awal melakukan identifikasi bakteri terutama yang tergolong

Enterobacteriaceae. Dalam pembuatan media Triple sugar iron agar

(TSIA) pada tabung reaksi terdiri dari bagian tegak dan miring. Tujuan

untuk penanaman pada media Triple sugar iron agar (TSIA) yaitu

untuk mengetahui sifat fermentasi glukosa laktosa sukrosa, produksi

H2S dan gas (Gusti et al., 2017).

b. Media Sulfide indol motility (SIM)

Media Sulfide indol motility (SIM) merupakan media yang

berbentuk semisolid yang mengetahui produksi H2S, indol dan motilitas

atau pergerakan suatu bakteri. Produksi indol dapat diketahui dengan

meneteskan 1-3 tetes reagen kovacs ke dalam biakan bakteri. Hasil

positif pada bakteri ditunjukan adanya cincin merah pada bagian uji

indol atas, hal ini disebabkan karena indol bereaksi dengan aldehid

(Renji et al., 2018).

c. Media Citrate Agar

Media citrate bertujuan untuk melihat kemampuan bakteri dalam

menggunakan sitrat sebagai satu – satunya sumber karbon energi. Hasil

positif ditunjukan dengan adanya perubahan warna media dari hijau ke

biru. Hal ini disebabkan karena pengunaan sitrat oleh bakteri

menyebabkan asam menghilang dari biakan sehingga terjadi

peningkatan pH dan mengubah warna media dari hijau ke biru (Renji et

al., 2018).
20

d. Media Urea

Media Urea bertujuan untuk mengetahui kemampuan

mikroorgaisme dalam mendegradasi urea atau menghasilkan enzim

urease. Reaksi positif ditandai dengan perubahan medium menjadi

merah muda (sangat merah muda) perubahan warna dapat terjadi terjadi

saat enzim urease memutuskan ikatan karbon dan nitrogen untuk

amoniak. Adanya amoniak menyebabkan suasana medium menjadi

alkali/basa sehingga indikator phenol red akan berubah menjadi merah

muda pada medium, hal ini mengindikasikan terjadinya reaksi postif

atau dihasilkannya urease (Renji et al., 2018).

e. Media Methyl Red-Voges Proskauer (MRVP)

Uji Methyl Red (MR) bertujuan untuk mendeteksi mikroorganisme

untuk memproduksi dan mempertahankan produk akhir asam stabil dari

fermentasi glukosa. Methyl Red (MR) adalah indikator pH dengan hasil

positif berwarna merah. Sedangkan uji Voges Proskauer (VP) adalah

tes yang digunakan untuk mendeteksi acetonin dalam kultur cair

bakteri. Warna merah menunjukan hasil yang positif dan warna kuning

atau tidak berwarna merupakan hasil yang negative (Renji et al., 2018).

f. Media Gula-gula (Glucosa, Lactosa, Maltosa, Sucrosa)

Bakteri umumnya memfermentasikan beberapa karbohidrat tertentu

dan penting dilakukan untuk dapat mengetahui karakteristik bakteri.

Pada pembuatan media gula – gula biasanya dilengkapi dengan tabung

durham kedalam media untuk mengetahui adanya produksi gas sebagai


21

hasil dari prosos fermentasi. Hasil positif ditandai dengan perubahan

warna dari biru menjadi kuning (Renji et al., 2018).

3. Pewarnaan Gram

Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk

membedakan spesies bakteri menjadi dua kelomppok besar, yakni gram positif

dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Bakteri

Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warnametil ungu

pada pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna

metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif

tidak (Putri et al., 2017).

Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal (Counterstain)

ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif

menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk

mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur

dinding sel yaitu (Putri et al., 2017):

a. Bakteri Gram Negatif

Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat

warna metil ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram negatif

memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid)

kemungkinana tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan

safranin akan berwarna merah.

b. Bakteri Gram Positif


22

Bakteri gram postif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna

metil ungu sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri jenis ini akan berwarna

biru atau ungu dibawah mikroskop. Bakteri gram positif mengandung

protein dan gram negatif mengandung lemak dalam presentase lebih tinggi

dan dinding selnya tipis. Pemberian alkohol pada praktikum pewarna

bkateri, menyebabkan tereksraksi lipid sehungga memperbesar

permeabilitas dinding sel. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan

menyebabkan dinding selnya terhidrasi dengan perlakuan alkohol, pori-pori

mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga

pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwana ungu, yang

merupakan warna dari kristal violet.


23

E. Kerangka Konsep

Etiologi
masuknya bakteri
kedalam saluran
kemih

Infeksi Saluran
Kemih (ISK)

Pasien suspek
ISK

Pasien Pasien
rawat inap rawat jalan

Urin pasien

Urin 24 jam Urin sewaktu Urin Pagi

Kultur Pemeriksaan
Pemeriksaan urin mikroskopik
makroskopik

Identifikasi
Bakteri
Gambar. Kerangka Konsep

Keterangan = Variabel yang diteliti :

Variabel yang tidak diteliti :


24

F. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi pada penelitian ini

adalah urine pasien suspek ISK.

2. Variabel Terikat

Variable terikat adalah variabel yang dipengaruhi pada penelitian ini

adalah pola bakteri pada urine pasien suspek ISK.

G. Definisi Operasional

1. ISK merupakan kondisi dimana terjadi infeksi pada organ yang termasuk di

dalam sistem saluran kemih yaitu ureter, ginjal, kandung kemih, dan juga

uretra.

2. Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat hidup di mana saja,

baik di dalam maupun di luar tubuh manusia.

3. Urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian

akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

4. Suscpec merupakan seseorang yang masih diduga atau yang dicurigai

mengalami gejala-gejala penyakit ISK (Infeksi Saluran Kemih).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat Deskripsi Analitik dan dilakukan dengan

pendekatan Cross-Sectional untuk mendapatkan Pola Bakteri Pada Urin Pasien

Suspek ISK di Rumah Sakit Awal Bross.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini rencana dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin pada tanggal 18-22 Agustus 2020.

C. Polulasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel


a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua pasien suspek ISK di Rumah Sakit

Awal Bross Makassar.

b. Sampel

Sampel penelitian yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari

populasi, yaitu sampel yang memenuhi kriteria inklusi pasien suspek ISK

yang dirawat jalan maupun dirawat inap sampai dipenuhi jumlah sampel yang

diperlukan. Adapun pengambilan sampel menggunakan rumus menurut

Dahlan (2010) untuk tingkat kesalahan 15%. Rumus sebagai berikut:

𝑧𝛼 2 𝑃𝑄
n=
𝑑2

25
26

Keterangan :

n = Jumlah subjek

z𝛼 = Defiat baku alfa (tetapan 1,96)

P = Proporsi (Pasien Suspek ISK 5% : 0,05) Jika tidak diketahui proporsi

pasien suspek ISK

Q = 1-P

d = Presisisi kesalahan

Dik: P = 5%

z𝛼 = 1,96

Q = 1-P = 1-0,05 = 0,95

d = 15% = 0,15

Jadi :

𝑧𝛼 2 𝑃𝑄
n =
𝑑2

n = 1,962 𝑥0,05𝑥0,95
0,152

n = 0,182476
0,0225

n = 8

Berdasarkan perhitungan sampel diatas maka dibulatkan jumlah sampel

dalam penelitian ini yaitu 8.


27

c. Teknik Pemilihan Sampel

Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik consecutive sampling, yaitu semua pasien yang memenuhi kriteria

inklusi dimasukkan ke dalam penelitian sampai jumlah minimal sampel yang

diperlukan terpenuhi. Dengan kriteria sampel sebagai berikut:

1. Kriteria Inkulusi

• Urine pasien suspek ISK yang dirawat inap maupun rawat jalan di

Rumah Sakit Awal Bross Makassar.

• Urine pasien yang akan memeriksakan kultur bakteri

2. Kriteria Ekslusi

Urine pasien yang tidak dirawat di Rumah Sakit Awal Bross Makassar

d. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil pada pasien suspek ISK di Laboratorium Rumah Sakit

Awal Bross Makassar. Dalam pengambilan sampel bahan untuk sampel urin

diambil dari urin porsi tengah (midstream urine). Sebelumnya diberikan

penjelasan mengenai cara pengambilan urin untuk menghindari kontaminasi.

Setelah itu sampel urin diberikan label yang bertuliskan identitas pasien untuk

kemudian dibawa ke laboratorium untuk pengamatan dan pemeriksaan.

D. Alat dan Bahan


1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, gelas

ukur, cawan petri, rak tabung, tabung reaksi, Erlenmeyer, pipet ukur, bunsen,

inkubator, autoclave, ose steril, sendok tanduk, dan mikroskop.


28

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sampel urin, pot sampel steril,

aquades steril, tissue, media Nautriet Agar (NA), Sorbitol Mac Conkey Agar

(SMAC), Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Citrate Agar, UREA, Sulfide Indol

Motility (SIM), Methyl Red-Voges Proskauer (MRVP), dan Media gula-gula

(laktosa, glukosa, maltosa, mannitol dan sukrosa), reagen pewarnaan gram

(kristal violet, alkohol, lugol, dan safranin).

E. Prosedur Kerja

3. Persiapan sampel

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Diberikan penjelasan terhadap pasien cara pengambilan sampel

c. Diberikan label yang bertuliskan identitas pasien.

d. Diminta pasien untuk berkemih sesuai dengan SOP dimana urine pasien

yang diambil yaitu urin porsi tengah (midstream)dan di tampung pada

penampungan kultur urine.

e. Dimasukkan dalam coolbox steril dan dibawah ke Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

1. Cara Kerja

a. Isolasi pada media NA dan Mac Conkey

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Dipipet sampel urin lalu ditebarkan pada media NA dan Mac Conkey

3) Diinkubasi pada suhu 37̊C selama 1x24 jam

b. Pewarnaan Gram

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


29

2) Dibersihkan kaca preparat dengan alkohol 70%.

3) Difiksasi kaca preparat dengan cara dilewatkan beberapa kali pada

nyala api bunsen sehingga bebas dari kotoran.

4) Dipanaskan ose dengan cara dilewatkan di atas api bunsen.

5) Dioleskan tipis isolat bakteri dibuat dengan jarum ose secara aseptis

pada kaca preparat.

6) Difiksasi spesimen dengan melewatkannya diatas api bunsen sebanyak

tiga kali.

7) Diteteskan kristal violet pada kaca preparat sampai menutupi seluruh

sediaan. Kemudian didiamkan selama 3-5 menit , lalu dicuci air

mengalir.

8) Ditetesi dengan larutan lugol, didiamkan selama 20 detik. Kemudian

dicuci air mengalir.

9) Diteteskan dengan alkohol selama 10 detik, lalu dicuci air mengalir

10) Diteteskan dengan safranin selama 2-3 menit, lalu dicuci air mengalir.

11) Dikeringkan.

12) Dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x

menggunakan minyak emulsi.

13) Apabila warna ungu menunjukkan bakteri gram (+) sedangkan warna

merah menunjukkan bakteri gram (-). Kemudian dilakukan tes Uji

Biokimia.
30

F. Pengumpulan dan Analisa Data

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan

penelitian di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin.

b. Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini akan diolah secara deskriptif dan disajikan

dalam bentuk tabel untuk mengetahui pola bakteri pada pasien suspek

penyakit ISK di Rumah Sakit Awal Bross Makassar.


31

G. Alur Penelitian

Kultur Urin

Isolasi Pada
Media NA &
MCA

Hitung jumlah
koloni

Pewarnaan
Gram

Uji Biokimia

Identifikasi
Bakteri

Hasil
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian Laboratorium dari 8 sampel urin pasien suspek


ISK di Rumah Sakit Awal Bross Makassar yang diindetifikasi pola bakteri pada
tanggal 18-22 Agustus 2020 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin, maka diperoleh hasil identifikasi pada tabel berikut:

Tabel 1.4 Hasil Perhitungan Koloni


Kode Sampel MacConkey Agar Nutrient Agar Keterangan
6 6 6 6
1 10 -9x10 10 -9x10 ISK kategori berat
2 106-9x106 106-9x106 ISK kategori berat
3 3 3 3
3 10 -9x10 10 -9x10 ISK kategori ringan
4 103-9x103 104-9x104 ISK kategori ringan
sampai sedang
5 <103 <103 TAP
6 6 6 6
6 10 -9x10 10 -9x10 ISK kategori berat
4 4 5 5
7 10 -9x10 10 -9x10 ISK kategori sedang
sampai berat
3 3 4 4
8 10 -9x10 10 -9x10 ISK kategori ringan
sampai sedang
Berdasarkan tabel 1.4 hasil perhitungan koloni diketahui kode sampel 1,

2 dan 6 didapatkan pertumbuhan koloni dengan kategori ISK berat untuk media

pertumbuhuan MCA dan NA. Kemudian untuk kode 4 dan 8 didapatkan

pertumbuhan koloni dengan kategori ISK rinngan dan sedang untuk media

pertumbuhuan MCA dan NA. Kemudian kode 3 didapatkan pertumbuhan koloni

dengan kategori ISK ringan sedang untuk media pertumbuhuan MCA dan NA.

Sedangkan untuk kode 7 didapatkan pertumbuhan koloni dengan kategori ISK

sedang dan berat untuk media pertumbuhuan MCA dan NA.

32
33

Tabel 2.4 Hasil Uji Biokimia dari 8 sampel


Media Kode Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8
TSIA Slank Acid Acid Acid Acid Acid Acid Acid
Butt Acid Acid Acid Acid Acid Acid Acid
Gas - - - - - - -
H2S - - - - - - -
SIM Motil - - - - - - -
Indol + - - - - + -
H2S - - - - - - -
MRVP MR + + + + + + +
VP - - - - - - -
Citrat - - - - - - -
Urea - V V - - - -
GLU + +- + + + + + +
LAK + V + + V + + -
SUK + + + + + + + -
MAL + + + + + + + -

Tabel 3.4 Hasil Isolasi & Identifikasi Bakteri dari 8 sampel

Jenis Bakteri Jumlah Sampel Persentase (%)


Escherchia coli 4 50
Klebsiella sp 1 12,5
Enterobacter agglomerans 1 12,5
Candida sp 1 12,5
TAP 1 12,5
Jumlah 8 100
*Ket: TAP= Tidak ada pertumbuhan

Berdasarkan tabel 2.4 diatas pada 8 sampel pada urin pasien suspek ISK

didapatkan hasil bakteri Esherichia Coli 50%, Klebsiella Sp 12,5%, Enterobacter

Agglomerans 12,5%, dan Candida sp 12,5%.

B. PEMBAHASAN

Penelitian ini bersifat bersifat Deskripsi Analitik dan dilakukan dengan


pendekatan Cross-Sectional untuk mendapatkan Pola Bakteri Pada Urin Pasien
Suspek ISK di Rumah Sakit Awal Bross Makassar, dan penelitian dilakukan di
laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
34

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 8 sampel pasien


suspek ISK yang masing-masing sampel telah diberikan label dan sampel berasal
dari laboratorium Rumah Sakit Awal Bross Makassar, kemudian dimasukkan
kedalam coolbox dan dibawah langsung ke laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Dalam penelitian ini untuk menghitung jumlah koloni digunakan metode
surface drop method, dengan tujuan untuk menghitung jumlah mikroba yang
terdapat pada sampel dengan membandingkan kepadatan jumlah koloni. Adapun
cara kerja dari metode ini yaitu urine diteteskam dengan pipet steril sebanyak satu
atau dua kali pada permukaan MCA (MacConkey Agar) dan NA (Nutrient Agar)
yang benar-benar kering dan diletakkan diatas meja yang datar. Dibiarkan kering
kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 1x24 jam pada suhu 35ºC. Setelah
masa inkubasi dilewati, pertumbuhan bakteri dilihat dan dinilai dengan melihat
bagian tepi dan tengah pertumbuhan dari pertumbuhan bakteri dan
membandingkan dengan pola yang telah tersedia.
Berdasarkan hitung koloni dari 8 sampel didapatkan pada sampel dengan
kode 1 yaitu 106-9x106 untuk media MacConkey Agar dan Nutrient Agar
dikategorikan ISK berat. Kemudian untuk kode sampel 2 yaitu 106-9x106 untuk
media MCA (MacConkey Agar) dan NA (Nutrient Agar) dikategorikan ISK berat.
Kemudian untuk kode sampel 3 yaitu 103-9x103 untuk media MCA (MacConkey
Agar) dan NA (Nutrient Aga)r dikategorikan ISK ringan. Kemudian untuk sampel
kode 4 yaitu 103-9x103 untuk media MCA (MacConkey Agar) dan 104-9x104
untuk media NA (Nutrient Agar) dan dikategorikan ISK ringan sampai sedang.
Kemudian untuk sampel kode 6 yaitu 106-9x106 sedangkan media NA (Nutrient
Agar) jumlah koloni yaitu 106-9x106 untuk media MCA (MacConkey Agar) dan
NA (Nutrient Agar) dikategorikan ISK berat. Kemudian untuk sampel kode 7
yaitu 104-9x104 untuk media MCA (MacConkey Agar) dan 105-9x105 NA
(Nutrient Agar) dikategorikan ISK sedang sampai berat. Kemudian untuk sampel
kode 8 yaitu 104-9x104 untuk NA (Nutrient Agar) dan 103-9x103 untuk media
MCA (MacConkey Agar) dan dikategorikan ISK sedang sampai ringan.
35

Secara mikrobiologi ISK dinyatakan jika terdapat bakteriuri, yaitu


ditemukannya bakteri lebih dari 105 /ml urin pada kemih aliran tengah. Tetapi
pada beberapa kasus jumlah bakteri bisa kurang dari 105/ml terutama pada pasien
yang simptomatik yang mana jumlah bakteri lebih sedikit yaitu 102 -104 /ml bisa
merupakan infeksi (Mailani, 2017)
Setelah perhitungan jumlah koloni dilakukan pewarnaan gram. Adapun
tujuan dari pewarnaan gram yaitu untuk mengetahui bakteri tersebut bakteri gram
negatif atau bakteri gram positif, berdasarkan hasil yang didapatkan pada
pewarnaan gram dari 8 sampel kode 1-7 didapatkan bakteri gram negatif
Cocobacilus, kemudian untuk kode sampel 8 didapatkan bakteri gram positif
Cocus. Setelah itu dilanjutkan dengan uji biokimia dan identifikasi bakteri.
Berdasarkan hasil uji biokimia dan identifikasi hasil dari 8 sampel urin
pasien suspek ISK didapatkan hasil 7 positif yaitu bakteri Eshcherchia coli 50%,
Klebsiella sp 12,5%, Enterobacter aggolomerans 12,5%, dan didapatkan jenis
fungi yaitu Candida sp 12,5%.
Dari penelitian ini, didapatkan isolat bakteri dari urin pasien suspek ISK
dengan jenis bakteri terbanyak adalah Escherchia coli (50%). Hasil ini sama
dengan penelitian (Mailani, 2017) menunjukkan bahwa Escherichia coli juga
merupakan bakteri penyebab ISK yang paling banyak, yaitu 43,4%.
Escherichia coli termasuk dakam golongan Enterobacteriaceae yang
paling sering ditemukan sebagai flora normal usus besar pada manusia. Bakteri ini
menyebabkan lebih dari 90% ISK dan wanita lebih sering terkena, lebih dari 50%
wanita pernah mengalami satu kali ISK selama hidupnya, hal ini disebabkan
karena Escherichia coli yang ada di usus besar bisa mengkontaminasi area
perineum dan uretra lalu menyebar ke kandung kemih atau disebut dengan infeksi
asenden, selain itu, trauma kecil pada wanita saat hubungan seksual bisa
memudahkan bakteri untuk menyebar ke kandung kemih.
Candida sp termasuk dalam salah satu penyebab mikosis oportunistik.
Pasien dengan gangguan pertahanan penjamu rentan terhadap fungi yang terdapat
dimana-mana, tetapi orang sehat yang biasanya resisten. Pada banyak kasus, tipe
fungi dan perjalanan penyakit infeksi mikotik ditentukan oleh keadaan
36

predisposisi penjamu. Sebagai anggota flora mikroba normal, Candida dan ragi
serumpun merupakan oportunistik endogen. Infeksi yang disebabkan karena
Candida disebut dengan Candidiasis. Infeksi yang ditimbulkan dapat akut atau
kronis dan superficial atau profundal (Savitri, 2015)
Faktor-faktor sistemik dalam rangka pertahanan melawan infeksi saluran
kemih yang disebabkan oleh Candida spp tidak diketahui dengan pasti, tetapi dari
sekresi kelenjar prostat laki-laki dan kelenjar periuretra wanita pernah dilaporkan
bahwa ada fungistatik atau penghambatan pertumbuhan jamur. Selain itu,
penghambatan pertumbuhan Candida sp, oleh flora normal lain di membran
mukosa juga merupakan salah satu pertahanan diri untuk melawan infeksi
Candida sp. Candidiasis pada saluran kemih bagian bawah biasanya
mengakibatkan infeksi asendens, sedangkan infeksi parenkim ginjal sering diikuti
adanya Candidemia. Infeksi ascendens adalah ISK yang paling sering terjadi. Hal
ini lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki karena wanita memiliki
urethra yang lebih pendek dan sering terjadi kolonisasi Candida sp pada
vulvovestibuler. Kateterisasi dapat menyebabkan infeksi karena menyebabkan
masuknya organisme selama proses kateterisasi atau karena perpindahan
organisme kedalam saluran kemih disepanjang kateter yang berasal dari
permukaan eksternal peri-urethra. Infeksi ascenderen yang berasal dari saluran
kemih dapat menyebabkan infeksi saluran kemih bagian atas, terutama bila terjadi
refluks vesikoureter atau terjadi sumbatan pada aliran urin (Savitri, 2015)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
jenis bakteri yang ditemukan pada 8 sampel urin pasien suspek ISK yaitu
Escherichia coli 50%, Klebsiella sp 12,5%, Enretobacter agglomerans 12,5%
dan Candida sp 12,5%.
B. Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya agar dijadikan referensi bila melakukan
penelitian yang sejenis ataupun melakukan penelitian sajenis dengan
memodifikasi pengambilan dan jumlah sampel yang lebih besar.
2. Untuk masyarakat agar bisa menjaga pola hidup sehat khususnya
masyarakat yang sering menahan BAK agar terhindar dari ISK.
3. Disarankan kepada akademik agar dapat mendapat menambah buku sebagai
referensi terhadap pola bakteri terutama bakteri pada lingkungan rumah
sakit.
4. Agar bisa digunakan sebagai referensi dan bahan acuan dalam proses
pembelajaran.

37
DAFTAR PUSTAKA

Arivo, D., & Dwiningtyas, A. W. (2019). POLA KEPEKAAN Escherichia coli


PENYEBAB INFEKSI SALURAN. Jurnal Farmasi Malahayati, 2(1), 12–
23.

Edriani R, Dewi A, Rachmaliza, Rika W. 2016. Bakteri Multiresisten Obat (Multi


Drugresistance) Pada Pasien Dengan Kateter Urin DI RSUD Petala Bumi
Pekanbaru. JIK, Jilid 10. No. 2, hal. 67-70.

Gusti K.S, Nengah K.B, Ketut T, 2017. Modul Isolasi dan Identifikasi Bakteri.
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Ladyani F. Zahra M. 2018. Analisis Pola Kuman Dan Pola Resistensi Pada
Pemeriksaan Kultur Resistensi di Lanoratorium Patologi Klinik Rumah Sakit
Dr. H. Abdoel Moelok Provinsi Lampun Periode Januari-Juli 2016. Vol 5.
No 2.

Lina, L. F., & Lestari, D. P. (2019). Analisis Kejadian Infeksi Saluran Kemih
Berdasarkan Penyebab Pada Pasien Di Poliklinik Urologi Rsud Dr. M. Yunus
Bengkulu. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 7(1), 55–61.

Mailani, H. (2017). Pola Bakteri Dan Kepekaannya Terhadap Antimikroba Pada


Urin Wanita Penderita Infeksi Saluran Kemih Di Poli Urologi Dan Penyakit
Dalam Wanita. Prosiding SNaPP2017 Kesehatan, 3(1), 17–22.

Padoli. (2016). Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan (N. Saputri &


Suparmi (eds.); edisi 1). Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Putri, M., Sukini, & Yodong. (2017). Mikrobiologi (M. Dwisatyadini (ed.); Edisi
Tahu). Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Renji M.W. Arman S. Mahdi A. Erina M. Hasan. Zainuddin, 2018. Isolasi dan
Identifikasi Bakteri Enterik Patogen Pada Badak Sumatera (Dicerorhinus
sumatrensis) Di Suaka Rhino Sumatera (SRS), Taman Nasional Way Kambas
(TNWK), Lampung. JIMVET E-ISSN: 2540-9492, 2(4): 474-487.

Sari, E. W. P., & Satyabakti, P. (2015). Perbedaan risiko infeksi nosokomial


saluran kemih berdasarkan kateterisasi urin, umur, dan diabetes melitus.
Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga, 3(2), 205–2016.

Sari, R. P., & Muharton. (2018). Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK)
dan Faktor Resiko Yang Mempengaruhi pada Karyawan Wanita di
Universitas Lampung. Majority, 7(3), 115–120.

38
39

Savitri, A. (2015). Faktor risiko candiduria pada pasien yang dirawat di rsup dr
kariadi semarang jurnal media medika muda. Junral Media Medika Muda,
1(1), 2–14.

Srigede, L., Zaetun, S., & Kristinawati, E. (2019). Efektifitas Perilku Hidup Sehat
Dan Bersih Pada Kelompok Masyarakat Berisiko Dalam Pencegahan Infeksi
Saluran Kemih Oleh. Media Bina Ilmiah, 13(10), 1665–1672.

Syahada . Fenty. 2015. Pola Kuman Dan Sensivitas Antimikroba Pada Infeksi
Saluran Kemih. ISSN 1693-5683. Hal 9-13.

Syaputra, R. R. Agustina, D. Wahyudi, S. S. 2018. Pola Kepekaan Bakteri


Terhadap Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih di RSD DR.
Soebandi Jember. Vol.4 No.3. Journal of Agromedicine and Sensitivity,
Antibiotics.

Waluyo. L. 2016. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang

Wirawaran R. 2015. Pemeriksaan Cairan Tubuh. Jakarta: Departemen Patologi


Kesehatan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Yashir, M., & Apriani, A. (2019). Variasi Bakteri Pada Penderita Infeksi Saluran
Kemih (Isk). Jurnal Media Kesehatan, 12(2), 102–109.
LAMPIRAN

A. Pembuatan media

1. Media Nutrient Agar (NA)

Komposisi : pepton, yeast extract, sodium chloride/Nacl, agar, dan ph.

a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b) Ditimbang komposisi NA sebanyak yang sudah ditentukan ( Yeast 115,3

gr, pepton 116,3 gr, Nacl 117,3, dan Agar 120,3 gr)

c) Dilarutkan dengan aquades sebanyak 250 ml

d) Dihomogenkan, dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu ditutup dengan

aluminium foil dan kapas

e) Disterilkan diautoclave pada suhu 121̊ selama 15 menit

f) Dituang secara aseptis pada cawan petri untuk penggunaan.

2. Media Mac Conkey Agar

Komposisi : pepton, protease pepton, D-sorbitol, bile salts, sodium cloride,

agar, neutral red, dan crystal violet.

a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b) Ditimbang serbuk MacConkey Agar (MCA) sebanyak 105,6 gr

c) Dilarutkan dengan aquades sebanyak 250 ml

d) Dihomogenkan, dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu ditutup dengan

aluminium foil dan kapas

e) Disterilkan diautoclave pada suhu 1210C selama 15 menit

f) Dituang pada cawan petri masing-masing 20 mL.

40
41

3. Media TSIA

Komposisi : Lab-Lemco powder, yeast extract, peptone, sodium chloride, ferri

citrate, sodium thiosulphate, phenol, agar, glocose, lactose, dan sucrose.

1. Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan

2. Ditimbang bahan media TSIA sebanyak yang sudah ditentukan

3. Dilarutkan menggunakan aquades

4. Dihomogenkan, dipanaskan diatas hotplate menggunakan menggunakan

magnetic stirer sampai mendidih

5. Disterilkan diautoclave pada suhu 121̊C

6. Dituangkan pada beberapa tabung reaksi, dan dibiarkan dalam posisi

setengah miring hingga memadat.

4. Media CITRAT

Komposisi : Ammonium dihydrogen phosphate, di-Potassium dydrogen

phosphate, sodium chloride, sodium citrate, magnesium sulfate, bromothymol

blue, dan agar-agar.

a) Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan

b) Ditimbang bahan media CITRAT sebanyak yang sudah ditentukan

c) Dilarutkan menggunakan aquades

d) Dihomogenkan, dipanaskan diatas hotplate menggunakan menggunakan

magnetic stirer sampai mendidih

e) Disterilkan diautoclave pada suhu 121̊C

f) Dituangkan pada beberapa tabung reaksi, dan dibiarkan dalam posisi

miring hingga memadat


42

5. Media UREA

Komposisi : Peptone, glukose, sodium chloride, disodium phosphate, potasium

dihydrogen phosphate, phenol red, dan agar.

a) Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan

b) Ditimbang bahan media UREA sebanyak yang sudah ditentukan

c) Dilarutkan menggunakan aquades

d) Dihomogenkan, dipanaskan diatas hotplate menggunakan menggunakan

magnetic stirer sampai mendidih

e) Disterilkan diautoclave pada suhu 121̊C

f) Dituangkan pada beberapa tabung reaksi, dan dibiarkan dalam posisi tegak

hingga memadat

6. Media SIM

Komposisi : Tryptone, peptone, ferrous ammonium sulphate, sodium

thiosulphate, dan agar.

a) Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan

b) Ditimbang bahan media SIM sebanyak yang sudah ditentukan

c) Dilarutkan menggunakan aquades

d) Dihomogenkan, dipanaskan diatas hotplate menggunakan menggunakan

magnetic stirer sampai mendidih

e) Disterilkan diautoclave pada suhu 121̊C

f) Dituangkan pada beberapa tabung reaksi, dan dibiarkan dalam posisi tegak

hingga memadat

7. Media MRVP
43

Komposisi : Peptone from alent, D (+) glucose, dan phosphate buffer.

a) Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan

b) Ditimbang bahan media MRVP sebanyak yang sudah ditentukan

c) Dilarutkan menggunakan aquades

d) Dihomogenkan, dipanaskan diatas hotplate menggunakan menggunakan

magnetic stirer sampai mendidih

e) Disterilkan diautoclave pada suhu 121̊C

f) Dituangkan pada beberapa tabung reaksi, dan dibiarkan dibiarkan hingga

dingin.

8. Media gula-gula

Komposisi : Bacteriogical peptone, NaCl, aquades, BTP, gula-gula (glukosa,

maltosa, sukrosa, dan laktosa).

a) Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan

b) Ditimbang bahan media gula-gula (glukosa, laktosa, maltosa, dan sukrosa)

sebanyak yang sudah ditentukan

c) Dilarutkan menggunakan aquades

d) Dihomogenkan, dipanaskan diatas hotplate menggunakan menggunakan

magnetic stirer sampai mendidih

e) Disterilkan diautoclave pada suhu 121̊C

f) Dituangkan pada beberapa tabung reaksi, dan dibiarkan hingga dingin.


44

LEMBAR DOKUMENTASI

POLA BAKTERI PADA URIN PASIEN SUSPEK ISK DI RS AWAL


BROS MAKASSAR

Gambar 1. Bahan & Media yang Gambar 2. Penanaman pada media


digunakan NA& MCA

Gambar 3. Diinkubasi selama 1x24 Gambar 4. Pertumbuhan koloni pada


pada suhu 121ºC media NA & MCA

Gambar 5. Uji biokimia Sebelum Gambar 6. Uji biokimia sesudah


diikubasi diinkubasi
45

Gambar 7. Pembuatan Preparat Gambar 8. Proses pewarnaan gram

Gambar 9. Pengamatan di bawah Gambar 10. Hasil pengamatan


mikroskop dibawah mikroskop
46
47
48
49

Tabel Identifikas Bakteri


50
51

Anda mungkin juga menyukai