Anda di halaman 1dari 23

TYPOID / TYPHUS ABDOMINALIS

A. KONSEP PENYAKIT

1. PENGERTIAN
Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat
pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan
terdapat gangguan kesadaran.(Suryadi,Skp,2001:281)
2. PENYEBAB
Basil / kuman salmonella Typhosa, Salmonela paratyphosa.
Salmonela Typosa mempunyai 3 macam anti gen yaitu:
a. Antigen O (Ohne Hauch)
Somatik terdiri dari zat kompleks lipopoli sakarida.
b. Antigen H (Hauch)
Terdapat pada flagela dan bersifat termolabil.
c. Antigen V1 (Kapsul)
Merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen
O terhadap fagositosis.(Dr.T.H Rompengan,1997:57)

3. PATOFISIOLOGI
Kuman salmonella typhosa masuk kesaluran cerna bersama
makanan/minuman menuju ke usus halus mengadakan infasi kejaringan
limfoid usus halus(plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Setelah
menyebabkan keradangan dan nekrosis setempat,kuman lewat pembuluh
limfe masuk ke pembuluh darah menuju organ retikulo endotelia terutama
hati dan limpa.ditempat ini kuman difagosit. Dan kuman yang tidak
difagosit berkembang biak,kuman kembali ke pembuluh darah(bakteria
sekunder) dan sebagian masuk kembali ke organ tubuh terutama pada
limfa dan kandung empedu menuju ke rongga usus sehingga menyebabkan
reinfeksi diusus halus.Demam tifoid disebabkan karena kuman salmonella
typhi dan endotoksin merangsang pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.Selanjutnya zat pirogen yang beredar didarah

1
mempengaruhi hipotalamus sehingga menimbulkan gejala
demam.Luka/tukak pada usus menyebabkan perdarahan bahkan perforasi.

Infeksi oleh S. Typhi

Saluran pencernaan

usus halus, plaque peyer  kelenjar limfoid

Peredaran darah  dalam waktu 24 – 72 jam  bakterimia primer

Zat pirogen Organ retikulo endotelia Hypertermia


(hati, limpha, sumsum tulang) (panas meningkat)

Berkembang biak dalam retikuloendotelial  endotoksin 


bakterimia sekunder

Peredaran darah/bakterimia Ggn


pemenuhan nutrisi

Lidah kotor Kelenjar limphoid usus halus


Diare (tukak pd mukosa usus/plak)
Bibir kering
Mual/muntah Ggn kebutuhan cairan

Bedrest Perdarahan (perforasi peritonitis) Ggn


ADL, ketakutan,
Kelemahan

Sumber: (Dr.T.H Rampengan,1997 :55-56)

2
4. PATOGENESIS:
Penularan Salmonella Typhy terjadi melalui mulut oleh makanan yang
tercemar. Sebagian kuman akan di musnahkan dalam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus, mencapai jaringan limpoid dan ber
kembang biak.
Proses penyakit di bagi dalam 3 fase :
Salmonela typhi melalui air dan makanan yang terkontaminasi masuk
keadalam tubuh dengan mekanisme penyakitnya sebagai berikut:
1. Infasi terhadap jaringan limpoid intestinal dan proliferasi bacteri. Fase
ini berlangsung 2 minggu; asimpthomatis.\
2. Infasi aliran darah bacteraemia menyebabkan meningkatnya suhu
tubuh. Terjadi reaksi imunologi sampai fase berikutnya dalam 10 hari.
Kultur darah dan urine positif selama periode febris. Antibodi S.Typhy
tampak dalam darah. Test widal positif pada akhir fase ini.

3. Lokalisasi bacteri dalam jaringan limfoid intestinal nodus masenterik


gall bladder, hati, limpa. Terjadi nekrosis lokal reaksi hipersentifitas
antigen antibodi.

5. TANDA DAN GEJALA


a. Minggu I : infeksi akut (demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
mual, diare)
b. Minggu II : Gejala lebih jelas (demam, bradikardia relatif, lidah kotor,
nafsu makan menurun, hepatomegali, ggn kesadaran).

Lesi pada usus halus


Kelainan patologic utama terjadi di usus halus terutama ileum bagian
distal tetapi dapat i temukan pada jejunu dan colon.
Seguelae
Lesi sembuh dengan scaring yang minimal ulcerasi yang dalam pada usus
halus.
Persisten cronic infeksi pada gall bladder atau ginjal “carries”.

3
6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Jumlah leukosit normal / Leukopenia / Leukositisis
2. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan Fosfatase alkali
meningkat
3. Dalam minggu pertama biakan darah Salmonella typhi positif 75 – 85
%\
4. Biakan darah positif terhadap S. Typhi pada minggu pertama
5. Biakan Tinja dalam minggu kedua dan ke tiga
6. Reaksi widal
Aglutinin O
Aglutinin H  Diagnosis
Aglutinin Vi
Makin tinggi titernya makin besar kemungkinan klien menderita
tyfoid. Pada infeksi aktif, titer reaksi widal akan meningkat pada
pemeriksaan ulang.
Faktor – faktor Yang mempengaruhi reaksi widal:
 Keadaan umum
Gizi buruk menghambat pembentukan antibodi
 Pemeriksaan terlalu awal
Aglutinin baru di jumpai dalam darah setelah 1 minggu dan
mencapai puncaknya minggu ke 6.
 Penyakit tertentu (leukimia, ca)
 Obat – obat immunosuppresif atau kortikosteroid
 Vaksinasi dengan hotipa / tipa
 Infeksi klinis atau sub klinis oleh sallmonela.
Reaksi widal positif dengan titer rendah.
7. Peningaktan titer uji widal 4x selama 2-3 minggu  demam typhoid.
8. Reaksi widal dengan titer 0  1: 320, reaksi widal dengan titer H  1:
640
9. Reaksi widal Titer O dan H meningkat sejak minggu kedua dan tetap
posisitf selama beberapa bulan atau tahun

4
7. KOMPLIKASI
Dibedakan menjadi 2 bagian :
1. Komplikasi pada usus
a. Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan penurunan tekanan darah, denyut nadi
cepat dan kecil, kulit pucat, penurunan suhu tubuh, nyeri perut dan
peningkatan leukosit pada waktu singkat.
b. Perforasi usus
Terjadi pada minggu ke 3 serta lokasinya di illeum terminalis.diagnosis
dengan manifestasi klinis dan pemeriksaan radiologi.
Gejala: nyeri perut, perut kembung,tekanan darah turun, pekak hati
berkurang, peningkatan leukosit.
2. Komplikasi diluar usus
a. Bronkitis dan Bronkopeneumonia
Terjadi akhir minggu pertama
b. Kolesistitis
Pada anak jarang terjadi, terjadi pada minggu ke 2
c. Encelopati
Gejala: kesadaran menurun, kejang, muntah, demam tinggi.
d. Meningitis
Sering terjadi pada neonatus maupun bayi. Gejala: bayi tidak mau
menetek, kejang, sianosis,demam, diare dan kelainan neurologis.
e. Miokarditis
Terutama pada anak kurang dari 7 tahun. Gejala: takikardi, bunyi
jantung melemah, pembesaran jantung, aritmia.

8. PENATALAKSANAAN
a. Perawatan
Px dirawat di RS untuk di isolasi, observasi serta Px harus istirahat
selama 5-7 hari bebas panas, tidak harus tirah baring, mobilisasi
dilakukan sesuai situasi dan kondisi Px.

5
b. Diet
Pemberian makanan padat dini dengan lauk pauk rendah selulosa yang
disesuaikan dengan kebutuhan kalori, protein, elektrolit, vitamin
maupun mineral serta rendah serat.diit ini memberikan keuntungan
meningkatkan Albumin dalam serum dan mengurangi infeksi selama
perawatan.
c. Obat / terapi
Obat-obatan anti mikroba yang sering digunakan antara lain:
 Kloramfenikol
 Tiamfenikol
 Co Trimoxazale
 Ampisilin dan Amoksisilin
d. Hoffman Theraphy
 Demam thypoid gejala klinis jelas dan kalau
memungkinkan didukung laborat
 Lp : dbn
 Elektrolit/metabolisme : dbn/sudah terkoreksi
 Dosis dexametason
Inisial : 3mg/kg/1-2jam drip dalam 100 cc D5
Maintenance : 1mg/kg/1jam dalam drip 100 cc D5 dan diulang tiap
6 jam
Stop setelah 8x pemberian ( 48 jam ) indiasi harus tepat karena bisa
menyebabkan perdarahan usus/perforasi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas:
1) Umur: Typhoid Abdominalis adalah penyakit tropik
yang sering menimbulkan kematian pada anak akibat terlambatnya
perilaku mencari pengobatan karena kecenderungan gejala awalnya
hampir sama dengan gejala flu.

6
2) Jenis kelamin: secara spesifik tidak terdapat
perbedaan tingkat kejadian pada anak perempuan atau anak laki-
laki.
3) Tempat tinggal: sering terjadi pada lingkungan
tempat tinggal yang kebersihannya kurang.
b. Keluhan utama: pasien biasanya datang dengan keluhan
suhu badan naik turun disertai gejala mual muntah.
c. Riwayat penyakit sekarang: Pasien juga sering
menunjukkan keluhan kepala pusing, badan dirasa lemah, nafsu makan
menurun, mengeluh ngilu dan nyeri pada otot.
d. Riwayat penyakit dahulu: Mungkin pernah menderita
penyakit yang sama sebelumnya serta pernah tidaknya memperoleh
pengobatan antimikroba sebelumnya serta riwayat vaksinasi
sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga: Riwayat penyakit yang sama
dalam keluarga minimal 6 bulan terakhir.
f. Riwayat kesehatan lingkungan: Kaji klien tentang
penyediaan air bersih, kebersihan individu dalam kebiasaan makan,
minum. Sanitasi lingkungan.
g. Riwayat tumbuh kembang:
1) Tahap pertumbuhan dan perkembangan anak usia pra sekolah.
a) Bayi baru lahir – 1 tahun.
Perkembangan bayi 0-3 bulan:
- Dapat menggerakkan kedua lengan dan kaki sama mudahnya
(motorik kasar = MK).
- Bereaksi dengan melihat ke arah sumber cahaya (motorik
halus=MH).
- Mengoceh dan bereaksi terhadap suara (bicara, bahasa,
kecerdasan = BBK).
- Bereaksi terhadap senyum terhadap ajakan (Bergaul dan mandiri
= BM).

7
Perkembangan bayi 3 – 6 bulan:
- Menegakkan kepala pada saat telungkup (MK)
- Meraih benda yang terjangau (MH)
- Menengok ke arah sumber suara (BBK).
- Mencari benda yang dipindahkan (BM).

Perkembangan bayi 6 – 9 bulan:


- Ketika didudukkan dapat bertahan dengan kepala tegak (MK).
- Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain (MH).
- Tertawa/berteriak melihat benda menarik (BBK).
- Makan biskuit tanpa dibantu (BM).

Perkembangan bayi 9 – 12 bulan:


- Berjalan dnegan berpegangan (MK).
- Dapat meraup benda – benda kecil (MH).
- Mengatakan 2 suku kata yang sama (BBK).
- Bereaksi terhadap permainan cilukba (BM).

Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud:


Fase oral (0-1 tahun):
- Fokus primer dari existensi bayi adalah pada mulutnya.
- Bayi memperoleh kesenangan, kepuasan dan kenikmatan dari
menghisap, menggigit, mengunyah serta bersuara.
- Bayi sangat etrgantung dan tidak berdaya.
- Bayi perlu dilindungi agar mendapat rasa aman.
- Dasar perkembangan mental yang sehat sangat bergantung dari
hubungan ibu dan bayi.

Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial oleh


Eric Ericsson:
Masa bayi 0 – 1 tahun: Trust vs mistrust.

8
Bayi belajar untuk percaya pada orang yang merawatnya, untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya seperti: kehangatan, amkanan dan
kenyamanan sehingga kepercayaan pada orang lain terbentuk
ketidakpercayaan adalah akibat dari perawatan yang tidak
konsisten, tidak cukup dan tidak aman.

b) 1 – 3,5 tahun (toddler)


perkembangan bayi 12 – 18 bulan:
- Berjalan sendiri, tidak jatuh (MK).
- Mnegambil benda kecil dnegan ibu jari dan telunjuk (MH).
- Mnegungkapkan keinginan secara sederhana (BBK).
- Minum sendiri dari gelas tidak tumpah (BM).

Perkembangan bayi 18 – 24 bulan:


- Berjalan mundur sedikitnya 5 langkah (MK).
- Mencoret – coret dnegan alat tulis (MH).
- Menunjuk bagian tubuh dan menyebut namanya (BBK).
- Meniru melakukan pekerjaan rumah tangga (BM).

Perkembangan bayi 2 – 3 tahun:


- Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitnya 2 hitungan
(MK).
- Meniru membuat garis lurus (MH).
- Menyatakan keinginan sedikitnya dengan 2 kata (BBK).
- Melepas pakaian sendiri (BM).

Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud:


Fase anal (1 – 3 tahun):
- Daerah anal merupakan aktifitas yang elingkupi pengeluaran tinja
menjadi sumber kepuasan libido yang penting selama tahun
kedua kehidupan.

9
- Anak mulai menunjukkan keakuannya.
- Sikapnya sangat narsisistik (cinta terhadap dirinya sendiri) dan
egoistik.
- Mulai belajar kenal dnegan tubuhnya sendiri dan mendapatkan
pengalaman autoerotik (merasa lega/nikmat dari dirinya).
- Tugas utama anak pada fase ini adalah latihankebersihan.
- Sisa – sisa konflik fase ini menimbulkan kepribadian anal yaitu:
 Anal retentif (menyimpan/menahan):
 Bersifat obsesif (gangguan pikiran).
 Pandangan sempit.
 Introvert
 Pelit.
 Anal eksklusif:
 Ekstrovert impulsif (dorongan membuka
diri).
 Tidak rapi.
 Kurang pengendalian diri.
- Tugas penting fase ini adalah: perkembangan bicara dan
bahasa.

Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial


menurut Eric Ericsson:
Usia 1 – 3 tahun (Toddler): Autonomy vs Shame.
Perkembangan keterampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh dari
kemampuannya untuk amndiri (tidak tergantung), melalui
dorongan orangtua untuk amkan, berpakaian, BAB sendiri. Jika
orangtua terlalu over protectif (terlalu melindungi), menuntut
harapan yang terlalu tinggi, maka anka akan merasa malu dan ragu
– ragu seperti juga perasaan tidak mampu yang dapat berkembang
pada diri anak.

10
c) 3,5 – 5 tahun (pre sekolah)
perkembangan bayi usia 3 – 4 tahun:
- Berjalan menjijit (MK).
- Membuat gambar lingkaran (MH).
- Mengenal sedikitnya 1 warna (BBK).
- Mematuhi cara permainan sederhana (BM).

Perkembangan anak usia 4 – 5 tahun:


- Melompat dengan 1 kaki (MK).
- Dapat menagncingkan baju (MH).
- Dapat bercerita sederhana (BBK).
- Dapat mencuci tangan sendiri (BM).

Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud:


Fase oedipal/falik ( 3 – 5 tahun):
- Usia 3 tahun anak mulai melakukan rangsangan auto erotic
(meraba – raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah
erogennya).
- Biasanya senang bermain dnegan anak berjenis kelamin beda.
- Anak pasca oedipal berkelompok dengan sejenis.

Perkebangan psikososial menurut Eric Ericsson.


Anak pre school (4 – 6 tahun), Initiative vs guilt:
Kepercayaan yang diperoleh anak toddler diartikan bahwa ia
diperbolehkan memiliki inisiatif dalam belajar mencari
pengalaman – penagalaman baru secara aktif seperti bagaimana
dan mengapa tentang sesuatu sehingga anak dapat memperluas
aktifitasnya, jika anak dilaranag/diomeli/dicela untuk usahanya itu
yaitu mencari pengalaman baru, anak akan merasa bersalah dan
menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang keterampilan motorik dan bahasanya.
2) Tahap pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah.

11
a) Anak usia 5 – 11 tahun.
Perkembangan anak usia 5 – 6 tahun:
- Menangkap bola kasti pada jarak 1 meter (MK).
- membuat gambar segiempat (MH).
- Mengenal angka dan huruf serta berhitung (BBK).
- Berpakaian sendiri tanpa dibantu (BM).

Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud:


Fase latent 9 5 – 12 tahun).
- Anak masuk ke permulaan fase pubertas.
- Periode integrasi, dimana anak harus berhadapan dnegan
berbagai tuntutan sosial, contoh: hubungan kelompok,
pelajaran sekolah dll.
- Fase tenang.
- Dorongan ibido mereda sementara.
- Zona erotik berkurang.
- Anak tertarik dnegan kelompok sebaya.

Tahap perkembangan psikososial menurut Eric Ericsson.


Anak usia 6 – 12 tahun: Industry vs inferioritas.
Berfokus pada hasil akhir suatu pencapaian
(prestasi=achievement), anak memperoleh kesenangan dari
penyelesaian tugas/pekerjaannya dan menerima penghargaan
untuk usaha/kepadaiannya. Jika anak tidak mendapat penerimaan
dari teman sebayanya atau tidak dapat memenuhi harapan orang
tuanya ia merasa rendah diri, kurang menghargai dirinya untuk
dapat berkembang. Jadi fokus pada anak sekolah adalah pada
hasil prestasinya, pengakuan dan pujian dari keluarganya, guru
dan teman sebaya. Perkembangan adalah pengertian dari
persaingan / kompetisi dan kerajinannya.

b) Anak usia 11 – 15 tahun

12
Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase genital ( > 1 2tahun):
- Fase akhir perkembangan anak.
- Anak harus menghadapi berbagai perkembangan yang
kompleks.
- Anak diharapkan dapat bereaksi sebagai orang dewasa,
sedangkan sebenarnya ia masih dalam masa transisi.
- Kesulitan yang timbul sering disebabkan si anak belum dapat
menyelesaikan fase sebelumnya dengan tuntas (segala tugas
dan persoalan pada fase sebelumnya belum terselesaikan
dengan baik).
- Kebutuhan seksual dibangkitkan kembali yang mengarah pada
perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.

Tahap perkembangan psikososial menurut Eric Ericsson.


Adolescence: Identity vs Role confusion:
Merupakan masa transisi dari masa kanak – kanak ke masa
dewasa / kedewasaan, dimana terjadi banyak perubahan pada
fisik.
 Hormonal: growth of secondary yang menyebabkan
perubahan skunder pada ciri – ciri seksualnya.
 Suasana hati : irama suasana hati mudah berubah, ia
mencoba peran dan memberontak tanpa pertimbangan
perilaku yang normal dipelajari.
 Arah apa yang akan diambil dalam kehidupan ini
merupakan peran yang membingungkan, terjadi ketika remaja
tidak dapat menetapkan identitas dan arah pengertiannya.

h. ADL
1) Nutrisi : nafsu makan menurun,mual,muntah,porsi
makan tidak habis,gangguan sensasi.

13
2) Eliminasi : alvi- diare bahkan kadang-kadang
konstipasi, urie-produksi urine menurun,urine warna pekat.
3) Aktifitas : mengeluh nyeri otot,badan terasa
ngilu,lemes.
4) Istirahat : sering terbangun akibat peningkatan suhu.

i. Pemeriksaan umum
Kesadaran : gelisah,penurunan kesadaran (samnolen ,stupor, koma,
delirium/psikosis)
Suhu : hipertermia ( lebih dari 37 derajat Celcius )
Nadi : bradikardi relatif
RR : meningkat akibat peningkatan suhu tubuh
BB : menurun
j. Pemeriksaan fisik
Mulut : mukosa bibir kering, lidah berslag( kotor ditengah tepi dan
ujung merah) lidah tremor
Leher : roseola ( bintik merah pada leher, punggung dan paha)
Abdomen : hepatomegali, splenomegali, meteorismus ( akumulasi
udara dalam intestinal)
Extermitas : akral dingin
k. Pemeriksaan penunjang
DL
Widal
.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi
salmonella typhi.
b. Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan
kurang, kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan diare.
c. Resiko tinggi ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat, mual
muntah, anoreksia.

14
d. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari – hari (ADL) b/d
kelemahan, immobilisasi.
e. Ketakutan b/d hospitalisasi, tidak mengenal sumber
ketakutan, krisis lingkungan.

3. RENCANA TINDAKAN/RASIONAL
a. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi
salmonella typhi.
Tujuan: Klien mendemonstrasikan bebas dari panas.
Kriteria hasil: Vital sign dalam batas normal, anak tenang, tidak rewel.
Intervensi Rasional
Mandiri:
1) Obser Sebagai pengawasan terhadap
vasi suhu, N, TD, RR tiap 2-3 adanya perubahan keadaan umum
jam pasien sehingga dapat diakukan
penanganan dan perawatan secara
cepat dan tepat.
Mengetahui keseimbangan cairan
2) Catat dalam tubuh pasien untuk
intake dan output cairan dlm 24 membuat perencanaan kebutuhan
jam cairan yang masuk.
Mengetahui kebutuhan infomasi
dari pasien dan keluarga mengenai
3) Kaji perawatan pasien dengan
sejauh mana pengetahuan hypertemia.
keluarga dan pasien tentang Upaya – upaya tersebut dapat
hypertermia membantu menurunkan suhu tubuh
pasien serta meningkatkan
4) Jelask kenyamanan pasien.
an upaya – upaya untuk
mengatasi hypertermia dan

15
bantu klien/keluarga dlm upaya
tersebut:
- Tirah baring dan kurangi
aktifitas
- Banyak minum
- Beri kompres hangat
- Pakaian tipis dan menyerap
keringat
- Ganti
Penanganan
pakaian, seprei
perawatan
bila basah dan
- Lingkungan
pengobatantenang,
yang sirkulasi
tepat diperlukan
cukup. untuk megurangi keluhan dan
5) Anjur gejala penyakit pasien sehingga
kan klien/klg untuk melaporkan kebutuhan pasien akan
bila tubuh terasa panas dan kenyamanan terpenuhi.
keluhan lain.
Antipiretik dan pemberian cairan
menurunkan suhu tubuh pasien
serta pemeriksaan kultur darah
Kolaborasi: membantu penegakan diagnosis
6) Kolab typhoid.
orasi pengobatan: antipiretik,
cairan dan pemeriksaan kultur
darah.

b. Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan


kurang, kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare.
Tujuan: Pasien mendemonstrasikan kebutuhan cairan terpenuhi secara
adekuat.
Kriteria hasil: Tidak ada manifestasi dehidrasi, input dan output
seimbang.

16
Intervensi Rasional
Mandiri:
1) Awasi masukan dan Memberikan informasi tentang
keluaran, bandingkan dengan kebutuhan cairan/elektrolit yang
BB harian. Catat kehilangan hilang.
melalui usus, contoh muntah
dan diare. Indikator volume sirkulasi/perfusi.

2) Kaji tanda vital, nadi


perifer, pengisian kapiler,
turgor kulit dan membran
Menunjukkan hidrasi dan
mukosa.
mengidentifikasi retensi
Kolaborasi:
natrium/kadar protein akibat muntah
3) Awasi nilai laboratorium:
dan diare berlebihan.
HB, HT, Na albumin.
Memberikan cairan dan penggantian
elektrolit.

4) Berikan cairan seperti


glukosa dan Ringer laktat.

c. Resiko tinggi ggn pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat, mual muntah,
anoreksia.
Tujuan: Pasien menunjukkan pemenuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil: Pasien menunjukkan peningkatan berat badan, tidak ada
mual dan muntah.
Intervensi Rasional
Mandiri:
1) Awasi pemasukan Makan banyak sulit untuk mengatur
diet/jumlah kalori. Berikan bila pasien anoreksi, anoreksi juga
porsi kecil tapi sering dan paling buruk selama siang hari,
tawarkan makan pagi membuat masukan makanan yang sulit
dengan porsi paling besar. pada sore hari.

17
2) Berikan perawatan Menghilangkan rasa tak enak dapat
mulut sebelum makan. meningkatkan nafsu makan.
3) Anjurkan makan dlm Menurunkan rasa penuh pada abdomen
posisi duduk tegak. dan dapat meningkatkan pemasukan.
4) Dorong pemasukan sari Bahan ini merupakan ekstra kalori dan
jeruk, minuman karbonat dapat lebih mudah dicerna/ditoleran
dan permen sepanjang hari. bila makanan lain tidak.
Kolaborasi:
5) Konsul ahli diet, Berguna dalam membuat program diet
dukungan tim nutrisi untuk untuk memenuhi kebutuhan klien.
memberikan diet sesuai
kebutuhan klien.
6) Awasi glukosa darah. Hiperglikemia/hipoglikemia dapat
terjadi pada klien dengan anoreksi.
7) Berikan obat sesuai Antiemetik diberikan ½ jam sebelum
indikasi: antasida, makan dapat menurunkan mual dan
antiemetik, vitamin B meningkatkan toleransi pada makanan.
kompleks. Antasida bekerja pada asam gaster
dapat menurunkan iritasi/resiko
perdarahan. Vitamin B kompleks
memperbaiki kekurangan dan
membantu proses penyembuhan.

d. Ggn pemenuhan kebutuhan sehari – hari (ADL) b/d


kelemahan, immobilisasi.
Tujuan: kebutuhan ADL anak terpenuhi secara adekuat sesuai tugas
perkembangannya.
Kriteria hasil: Anak menunjukkan ADL terpenuhi secara adekuat,
personal hygiene baik, anak menunjukkan peningkatan
dalam beraktifitas.
Intervensi Rasional
Mandiri:
1) Tingkatkan tirah Meningkatkan istirahat dan

18
baring/duduk. Berikan ketenangan. Menyediakan energi yang
lingkungan tenang, batasi digunakan untuk penyembuhan.
pengunjung sesuai keperluan. Aktifitas dan posisi duduk tegak
diyakini meurunkan aliran darah ke
kaki, yang mencegah sirkulasi optimal
ke organ pencernaan.
2) Ubah posisi dengan Meningkatkan fungsi pernafasan dan
sering. Berikan perawatan meminimalkan tekanan pada area
kulit yang baik. tertentu untuk menurunkan resiko
kerusakan jaringan.
3) Lakukan tugas dengan Memungkinkan periode tambahan
cepat dan sesuai toleransi. istirahat tanpa gangguan.
4) Tingkatkan aktifitas Tirah baring lama dapat menurunkan
sesuai toleransi, bantu kemampuan. Ini dapat terjadi karena
melakukan latihan rentang keterbatasan aktifitas yang
gerak sendi pasif/aktif. mengganggu periode istirahat.

5) Dorong penggunaan Meningkatkan relaksasi dan


teknik manajemen stres. penghematan energi, memusatkan
Berikan aktifitas hiburan yang kembali perhatian dan dapat
tepat contoh: menonton TV, meningkatkan koping.
radio, membaca, bermain.
6) Awasi terulangnya Menunjukkan kurangnya
anoreksia. resolusi/eksaserbasi penyakit,
memerlukan istirahat lanjut dan
memerlukan penggantian program
terapi.

e. Ketakutan b/d hospitalisasi, tidak mengenal sumber


ketakutan, krisis lingkungan.
Tujuan: Anak menunjukkan tidak adanya ketakutan.

19
Kriteria hasil: Anak bersikap kooperatif dengan pengobatan dan perawatan
yang dilakukan, anak tenang, anak bermain tanpa rasa takut.

Intervensi Rasional
1) lakukan pendekatan pada Menciptakan hubungan saling percaya
anak dengan ramah atau dengan anak.
menggunakan media
mainan, permen, kue.
Tunjukkan sikap ramah dan Menciptakan kerjasama anak dalam
banyak senyum kepada perawatan yang diberikan.
anak.
2) Jelaskan setiap tindakan Menghindarkan anak dari ketakutan
perawatan yang akan tanpa objek.
dilakukan (pada anak yang
lebih dewasa).
3) Berikan contoh tindakan Meningkatkan rasa percaya diri anak
perawatan yang akan sehingga anak lebih kooperatif.
dilakukan dengan
menggunakan media lain. Menghindarkan anak dari ketakutan
4) Libatkan keluarga yang berlebih.
terutama orangtua terdekat
dalam setiap prosedur
tindakan yang akan
dilakukan. Menciptakan lingkungan yang nyaman
5) Hentikan intervensi bila bagi anak.
anak menangis atau
ketakutan. Jangan memaksa
melakukan intervensi bila
anak menolak.
Memberikan kesempatan anak
6) Desain ruangan anak beraktifitas sesuai masa
dengan warna yang cerah perkembangannya.
(hijau, merah muda, kuning,

20
biru) dan beri gambar-
gambar yang menarik.Beri
hiburan musik yang ceria di
ruangan anak bila perlu.
7) Sediakan waktu bermain
bagi anak usia preschool
atau kesempatan belajar bagi
anak usia sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dr.T.H Rampengan,DSAK & Dr. I.R Laurentz,DSAK (1997), Penyakit


Infeksi Tropik pada Anak,EGC, Jakarta.
2. Suriadi & Yuliani Rita (2001), Asuhan Keperawatan Pada Anak, CV Agung
Setia, Jakarta.
3. Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak FK Unud (1997), Buku Standar Diagnosis
dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unud,
Denpasar.
4. Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik
Klinis edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
5. Soetjiningsih (2000), Tumbuh Kembang Anak, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

21
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN KASUS TYPHOID ABDOMINALIS
MA : Hj. SUPANIK, S.Kp, Ns.

Disusun oleh :
KELOMPOK 29
Anggota :

22
MARDIONO (2005.29)
WULAN SETYARINI (2005.59)

AKADEMI KEPERAWATAN
KABUPATEN LAMONGAN
2007

23

Anda mungkin juga menyukai