Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS DHF / DBD


( DEMAM BERDARAH DENGUE )

DISUSUN OLEH :
1. CHICHIK RETNO PUTRI ( 04.016 )
2. NI’MATUS SA’DIYAH ( 04.057 )

AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN


LAMONGAN
2005 / 2006
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS DHF / DBD
( DEMAM BERDARAH DENGUE )

A. Pengertian
1. Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
(Suriadi, 2001 : 57)
2. Demam Berdarah Dengue ialah suatu penyakit demam berat yang sering
mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan
hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein.
(Nelson, 2000 : 1134)
3. Demam Berdarah Dengue ialah penyakit yang ditandai oleh demam mendadak
tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,
muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala, dan perut.
(Ngastiyah, 1997 : 342)
4. Demam Berdarah Dengue ialah penyakit yang terdapat pada awal anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama.
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid I)

B. Etiologi
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk
Aedes Aegypti. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlndungan terhadap
serotipe lain.
 Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti
Badannya kecil, warnanya hitam dan berbelang-belang, menggigit pada siang
hari, badannya datar saat hinggap, hidup di tempat-tempat yang gelap (terhindar
dari sinar matahari, jarak terbangnya kurang dari 100 M dan senang menggigit
manusia). Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan berulang (multi diters)
yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.

C. Patofisiologi
 Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi,
dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C 3 dan C5
akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin
dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
 Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
 Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
 Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan
hematran.
Infeksi Virus Dengue

Demam anoreksi Komplek virus – antibodi Depresi sumsum


muntah  tulang
 Aktivasi komplemen 
Dehidrasi  Perdarahan,
Anti histamin dilepaskan trombositopenia

Permeabilitas membran meningkat

Kebocoran plasma

Hipovolemia

Renjatan hipovolemi, hipotensi

Asidosis metabolik

Vektor aedes aegypti Komplek antibodi virus



Virus yang masuk Aktivitas komplemen Depresi sumsum tulang
melalui kulit yang  
tergigit nyamuk Histamin dilepaskan oleh C3a C5a Trombosit
  kehilangan fungsi
Viremia Peningkatan permeabilitas agregasinya dan
 PO (Plasma leakage) mengalami
Stimulasi sel  metabolisme
makrotag DMN Plasma ke ekstravaskuler 
untuk produksi  Dimusnakan oleh
pirogen endogen Volume plasma turun sistem RE
  
Masuk hipotalamus Hematokrit meningkat Trombositopenia
  
Mengacaukan Aliran darah ke jantung Perdarahan
termoregulasi  
 PERUBAHAN PERFUSI Hepatumegali
Hiperpireksia JARINGAN PERIFER 
 Peregangan kapsul hati
PENINGKATAN Hipoksia jaringan
SUHU TUBUH
(HIPERTERMI) Mobilitas usus Metabolisme
lambat selan aerob
 
NUTRISI KURANG Mual muntah Penimbunan
DARI  Asam laktat
KEBUTUHAN Dehidrasi 
 Keletihan,
Malaise, nyeri
KEKURANGAN
otot, sendi,
VOLUME
nyeri kepala NYAMAN (NYERI)
CAIRAN
D. Gambaran Klinis
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai
dari asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah dengue
sampai syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan derajat Demam
berdarah dengue.
 Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise
muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk.
 Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab,
badan panas, maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-
epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis
spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat fungsi
vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopopular mungkin muncul dan
mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan kecil
dan suara jantung halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi
costa dan biasanya keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau
perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak
terkoreksi.
Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus
berdasarkan adanya gejala klinik sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas).
2. Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turnikel positif dari adanya salah
satu bentuk perdarahan yang lain misalnya positif, ekimosis, epistaksis,
perdarahan yang lain misalnya petekel, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
melena, atau hematomesis.
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan sakit).
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun
(menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan
lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul
sianosis disekitar mulut.
E. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO (1975)
 Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turnikel positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
 Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan
lain.
 Derajat III : Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah, hipotensi kulit dingin,
lembab, gelisah.
 Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.

F. Pemeriksaan Diagnostik
 Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
trombositopeni (100.00/mm3 atau kurang).
 Serotogi : uji HI (Hemaaglutination Inhibition test).
 Rongten thorax : effusi pleuro.

G. Penatalaksanaan Terapeutik
 Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.
 Antipiretik jika terdapat demam.
 Antikonvulsan jika terdapat kejang.
 Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan
minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.

H. Tanda-Tanda Perdarahan
1. Karena manipulasi
Rumpel leed test
a. Teknik
 Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
 Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
 Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksopel
tensimeter.
 Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan
pertahankan sampai 5 menit.
 Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
 Kemudian lihat apakah ada petekre/ tidak didaerah voles lengan bawah.
b. Kriteria :
 bila jumlah petekil > 20
 bila jumlah petekil 10 - 20
⊝ bila jumlah petekil 10

2. Perdarahan spontan
a. Petekil/ ekimosis
b. Perdarahan gusi
c. Epistakeis
d. Hematomesis/ melera
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1.2 Biodata / Identitas
DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur < 15
tahun. Endemik didaerah Asia tropik.

1.3 Keluhan Utama


Panas / demam.

1.4 Riwayat Penyakit Sekarang


Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan tanda-
tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab.
Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota
badan, punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu hati, konstipasi atau diare.

1.5 Riwayat Penyakit Dahulu


Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang DHF
lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang pernah diderita
dahulu.

1.6 Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit DHF bisa dibawah oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga ada yang
menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.

1.7 Riwayat Kesehatan Keluarga


Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan
yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas and ban
bekas.

1.8 Riwayat Tumbuh Kembang Anak


Sesuai dengan tumbuh kembang klien.
1.9 ADL
1. Nutrisi : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
2. Aktifitas : Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan dapat
terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
menurunnya aktifitas bermain.
3. Istirahat tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
4. Eliminasi alvi : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
5. Personal hygiene: Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas dapat
meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.

1.10 Pemeriksaan
1. Keadaan umum : Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigit hipotensi,nadi
cepat dan lemah.
2. Kulit : tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
3. Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).
4. Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
5. Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan dehidrasi
turgor kulit menurun.
6. Anus dan genetalia : dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
7. Ekstrimitas atas dan bawah : ekstrimitas dingin, sianosis.

1.11 Pemeriksaan Penunjang


2. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
trombositopeni (100.000 /mm3 atau kurang).
3. Serotogi : uji HI (Hemoaglutination Inhibition Test).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi virus.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia.
4. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan, malaise sekunder
akibat DHF.
6. Kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan
perdarahan yang dialammi pasien.

3. PERENCANAAN
A. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan kegawatan masalah.
B. Tujuan, Kriteria hasil : Rencana tindakan dan Rasional Rencana Tindakan
1. Dx I
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi virus.
Tujuan: Anak menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal.
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh 36-37 0C
b. Pasien bebas dari demam.
Rencana tindakan :
a. Monitor temperatur tubuh
Rasional : Perubahan temperatur dapat terjadi pada proses infeksi akut.
b. Observasi tanda-tanda vital (suhu, tensi, nadi, pernafasan tiap 3 jam atau lebih
sering).
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
c. Anjurkan pasien untuk minum banyak 1 ½ -2 liter dalam 24 jam.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan yang banyak.
d. Berikan kompres dingin
Rasional : Menurunkan panas lewat konduksi.
e. Berikan antipiretik sesuai program tim medis
Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus.
2. Dx II
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
Kriteria hasil :
a. TTV (nadi, tensi) dalam batas normal.
b. Turgor kulit kembali dalam 1 detik.
c. Ubun-ubun datar.
d. Produksi urine 1 cc/ kg/ BB/ jam.
e. Tidak terjadi syok hipovolemik.
Rencana tindakan :
a. Kaji keadaan umum pasien
Rasional : Menetapkan data dasar untuk mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan normalnya.
b. Observasi tanda-tanda syok (nadi lemah dan cepat, tensi menurun akral
dingin, kesadaran menurun, gelisah)
Rasional : Mengetahui tanda syok sedini mungkin sehingga dapat segera
dilakukan tindakan.
c. Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit turun, ubun-ubun cekung produksi
urin turun).
Rasional : Mengetahui derajat dehidrasi (turgor kulit turun, ubun-ubun cekung
produksi urin turun).
d. Berikan hidrasi peroral secara adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Rasional : Asupan cairan sangat diperhatikan untuk menambah volume cairan
tubuh.
e. Kolaborasi pemberian cairan intravena RL, glukosa 5% dalam half strenght
NaCl 0,9%, Dextran L 40.
Rasional : Pemberian cairan ini sangat penting bagi pasien yang mengalami
defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena
cairan ini langsung masuk ke pembuluh darah.
3. Dx III
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah dan anoreksia.
Tujuan :
Kriteria hasil :
a. Adanya minat/ selera makan.
b. Porsi makansesuai kebutuhan.
c. BB dipertahankan sesuai usia.
d. BB meningkat sesuai usia.
Rencana tindakan :
a. Monitor intake makanan
Rasional : Memonitor intake kalori dan insufisiensi kualitas konsumsi
makanan.
b. Memberikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.
Rasional : Mengurangi rasa tidak nyaman dan meningkatkan selera makan.
c. Sajikan makanan yang menarik, merangsang selera dan dalam suasana yang
menyenangkan.
Rasional : Meningkatkan selera makan sehingga meningkatkan intake
makanan.
d. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Makan dalam porsi besar/ banyak lebih sulit dikonsumsi saat pasien
anoreksia.
e. Timbang BB setiap hari.
Rasional : Memonitor kurangnya BB dan efektifitas intervensi nutrisi yang
diberikan.
f. Konsul ke ahli gizi.
Rasional : Memberikan bantuan untuk menetapkan diet dan merencanakan
pertemuan secara individual bila diperlukan.
4. Dx IV
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang adekuat.
Kriteria hasil :
a. Suhu ekstrimitas hangat, tidak lembab, warna merah muda.
b. Ekstrimitas tidak nyeri, tidak ada pembengkakan.
c. CRT kembali dalam 1 detik.
Rencana tindakan :
a. Kaji dan catat tanda-tanda vital (kualitas dan frekuensi nadi, tensi, capilary
reffil).
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui penurunan perfusi
ke jaringan.
b. Kaji dan catat sirkulasi pada ekstrimitas (suhu kelembaban, dan warna).
Rasional : Suhu dingin, warna pucat pada ekstrimitas menunjukkan sirkulasi
darah kurang adekuat.
c. Nilai kemungkinan kematian jaringan pada ekstrimitas seperti dingin, nyeri,
pembengkakan, kaki.
Rasional : Mengetahui tanda kematian jaringan ekstrimitas lebih awal dapat
berguna untuk mencegah kematian jaringan.
5. Dx V
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan malaise sekunder
akibat DHF.
Tujuan : Rasa nyaman pasien terpenuhi dengan kriteria nyeri berkurang atau
hilang.
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan memberi rentang nyeri (0-10).
Rasional : Mengetahui nyeri yang dialami pasien sehingga perawat dapat
menentukan cara mengatasinya.
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri.
Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat
melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.
c. Berikan posisi yang nyaman dan ciptakan suasana ruangan yang tenang.
Rasional : Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat membuat
perasaan yang nyaman pada pasien.
d. Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri
dengan mainan, membaca buku cerita.
Rasional : Dengan melakukan aktifitas lain pasien dapat sedikit
mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri.
e. Kolaborasi pemberian obat-obatan analgesik.
Rasional : Obat analgesik dapat menekankan rasa nyeri.
6. Dx VI
Kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan
perdarahan yang dialami pasien.
Tujuan :
Kecemasan berkurang dengan kriteria :
a. Klien tampak lebih tenang.
b. Klien mau berkomunikasi dengan perawat.
Rencana tindakan :
a. Kaji rasa cemas yang dialam oleh pasien.
Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
b. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Membantu menenangkan perasaan pasien.
c. Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan pada pasien memberikan
hasil yang efektif.
d. Jaga hubungan saling percaya dari pasien dan keluarga.
Rasional : Menjalin hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien/
keluarga.
e. Jawab pertanyaan daripasien/ keluarga dengan jujur dan benar.
Rasional : Jawaban jujur dan benar akan menumbuhkan kepercayaan pasien
pada perawat.

4. PELAKSANAAN
Prinsip-prinsip pelaksanaan rencana askep pada anak dengan DBD/ DHF.
1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan cairan.
2. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
3. Mempertahankan kebutuhan nut risi.
4. Mempertahankan perfusi jaringan perifer agar tetap adekuat.
5. Mempertahankan rasa nyaman pasien.
6. Mengurangi kecemasan klien.

5. EVALUASI
1. Mengukur pencapaian tujuan.
2. Membandingkan tujuan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, Yuliana R, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I, Penerbit


PT. Fajar Interpratama : Jakarta.

Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai