Anda di halaman 1dari 3

Jakarta, 

27 November 2013

'
'BERSIH'‐NYA MULAI DARI MANA ?
' ?
Oleh : Ngurah Adnyana – Direktur (Operasi Jawa‐Bali‐Sumatera)

Kamis 31 Oktober 2013 malam, Pak Nur Pamudji ‐ Dirut PLN menerima penghargaan Bung Hatta Anti
C
Corruption
ti Award
A d (BHACA) 2013 atas
t tekadnya
t k d mendorong
d program "PLN Bersih,
B ih No N Suap."
S " Penghargaan
P h
yang memberikan penilaian sangat positif pada perbaikan proses pengadaan barang dan jasa serta
pelayanan pelanggan ini tentu membanggakan bagi Pak Nur pribadi dan juga bagi PLN sebagai perusahaan
yang dihargai tekadnya menjalankan bisnis dengan landasan yang bersih tanpa korupsi, tanpa suap dan
gratifikasi. Disamping membanggakan tentu penghargaan ini menjadi tantangan bagi Pak Nur dan seluruh
pegawai PLN untuk mewujudkannya. Tantangan ini tentu tidak mudah dan perlu komitmen yang tinggi
untuk melaksanakannya.

Banyak pertanyaan yang muncul dari tekad menjadikan PLN Bersih No Suap ini. Apanya yang harus bersih ?
Seberapa bersih ? Berapa lama untuk menjadi bersih ?

Pertanyaan ini tentu tidak perlu dijawab secara matematis karena objek pertanyaannya memang bukanlah
obyek matematis. Secara umum pertanyaan ini bisa dijawab: Semua proses bisnis PLN harus bersih
khususnya pada proses pengadaan barang dan jasa serta proses pelayanan pelanggan seperti fokus
penghargaan BHACA di atas.
Seberapa bersih ? Ya semaksimum mungkin, diharapkan bisa 100% bersih. Lalu waktu mencapainya ? Kalau
bisa sesingkat‐singkatnya (seperti tercantum dalam naskah Proklamasi ....akan diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkat‐singkatnya).

Pertanyaan lainnya, mewujudkan PLN bersih mulainya dari mana ? Dari atas ke bawah (dari level Direksi
p p
sampai pelaksana terbawah)) atau dari bawah ke atas ? Dari kiri ke kanan ((dari p
proses p
perencanaan sampai
p
ke proses pembayaran tagihan para kontraktor) atau dari kanan ke kiri ?

Untuk memahami pertanyaan ini dan menemukan jawabannya, mari kita simak beberapa cerita kecil
membumi yang riil terjadi dibawah ini. Tentu cerita lain banyak sekali.

Suatu hari saya menerima sms satu permintaan penjelasan dari seorang teman lama di handphone. Teman
ini bercerita:
"Saya ikut tender di Unit PLN. Tendernya memakai sistem e‐proc dan saya mendaftar. Sehari setelah saya
mendaftar untuk ikut tender, saya di‐sms seseorang. Isi sms itu: sebaiknya Anda tidak usah ikut tender
karena anda pasti kalah. Apakah memang begitu proses tender di unit PLN itu ?"
Saya sms balik si teman: "Yang meminta Anda mundur siapa ?"
Karena lama tidak dibalas, teman ini kemudian saya telepon untuk menanyakan persoalan sebenarnya.
Rupanya yang meminta dia mundur itu adalah kontraktor setempat yang katanya sebagai kordinator. Entah
kordinator apa. Setelah cerita panjang lebar, saya sarankan teman ini agar ikut terus proses lelang itu
karena kalau dia mundur, kondisi pelelangan tidak akan berubah. Mewujudkan PLN Bersih tidak akan
optimal kalau hanya dilakukan dari dalam PLN. Harus didukung juga dari luar PLN. Dia harus ikut membantu
merubah kondisi lelang seperti itu, karena lelang ini sepertinya diatur dari luar PLN. Pelelangan harus
terbuka dan boleh diikuti oleh semua p perusahaan yyangg mempunyai
p y kemampuan p sehingga
gg didapat
p harga
g
yang wajar dan ekonomis.

Di lain waktu seorang teman kontraktor lain mengirim sms:


"Wah kalau tendernya seperti ini, mana bisa aku masuk ?"
Saya tanya: "Lho kok nggak bisa ?"
Sang teman menjelaskan: "Bagaimana aku bisa ikut tender kalau spesifikasi barangnya sudah terarah pada
produk tertentu ??"
Setelah saya tanya sana‐sini, memang ada indikasi spesifikasi teknis dari barang yang akan dibeli sudah
mengarah ke satu produk, padahal ada beberapa produk yang bisa memenuhi syarat teknis yang
dibutuhkan. Saya minta pengadaan di unit ‐ unit PLN itu ditarik ke unit induk dan spesifikasi teknisnya di cek
ulang, jangan sampai mengarah pada satu produk tertentu. Saya minta diadakan market sounding sebelum
tender dimulai. Market sounding disini maksudnya meneliti semua spesifikasi produk yang ada di pasaran
(market) kemudian dibuatkan spesifikasi teknis sesuai kebutuhan PLN dan bisa dipenuhi oleh beberapa
produk yang ada dipasaran sehingga terjadi kompetisi.
kompetisi Kalau memang unit membutuhkan produk khusus, khusus
ya tidak perlu ditender. Beli saja langsung ke pabriknya, bila perlu minta ijin khusus direksi.

Jadi menjawab pertanyaan di awal tulisan ini ‐ mulai dari mana membangun PLN Bersih ‐ ya harus mulai
dari awal proses yaitu perencanaan ‐ mulai dari kiri ke kanan. Menetapkan spesifikasi teknis harus jelas dan
terbuka bagi seluruh produk berkualitas, tidak boleh mengarah ke satu jenis produk.

Proses bisnis
P bi i lainnya
l i yang harus
h b ih adalah:
bersih d l h proses pelelangan,
l l pengawasan konstruksi,
k t k i penerimaan
i
barang, pengujian operasi peralatan sebelum dioperasikan sampai ke proses pembayaran tagihan
kontraktor yang tidak boleh ditahan‐tahan kalau memang persyaratan pembayaran sudah terpenuhi. Ini
pada proses pengadaan barang dan jasa.

Proses bisnis lainnya yang juga harus bersih dan masih harus terus diintensifkan adalah proses pelayanan
pelanggan walaupun sudah menerapkan contact center 123 & call back, pembayaran via ATM, pelayanan
teknik dan lain‐lain.

Untuk menjawab pertanyaan siapa yang harus memulai menerapkan PLN Bersih, No‐Suap, saya sampaikan
cerita kecil di bawah ini.

Suatu hari ketika saya masih bertugas sebagai General Manager (GM) di Bali, saya menerima tamu yang
sengaja datang ke Denpasar ingin bertemu. Memang sebelumnya sudah janji. Setelah bincang‐bincang
tentang berbagai hal, di akhir pertemuan si tamu bertanya sambil malu‐malu:
"Pak, kenapa ya di ruang tamu Bapak tidak banyak tamu ?"
Karena pertanyaannya datar, saya jawab juga dengan datar sambil bertanya‐tanya arah pertanyaannya:
"Tamu ya ada saja, tapi kan tidak selalu harus banyak."
Si tamu kelihatannya penasaran dengan jawaban saya.
saya Dia melanjutkan bertanya:
bertanya
"Maksud saya di tempat lain kok tamunya selalu banyak Pak ?"
Saya jawab lagi: "Memangnya tamu harus sama banyak di satu daerah dengan daerah lain ?"
Si tamu tambah penasaran, sampai akhirnya dia langsung ke pokok penasarannya:
"Maksud saya kok nggak ada para kontraktor dan pemasok (supplier) yang mengantre mau ketemu
Bapak?“

Setelah
l h pertanyaan terakhir
kh ini, saya baru
b paham
h maksud
k d pertanyaan si tamu. Kemudian d saya jelaskan
l k
bahwa kalau disini pekerjaan pada tahun berjalan sudah ditetapkan pada awal tahun siapa yang harus
mengeksekusi. Yang mengeksekusi pekerjaan ada di unit pelaksana, ada juga di unit induk. Kalau di unit
induk, ditetapkan lagi bidang mana yang harus mengeksekusi dan kapan harus tereksekusi. Semua
ditetapkan di awal tahun. GM tidak mempunyai tugas mengeksekusi proyek karena sudah dibagi habis ke
manajer bidang dan unit pelaksana.
Waktu pelelangan pun diserahkan sepenuhnya kepada Panitia Pelelangan dan tidak ada intervensi dari
eksekutif. "Bunda Putri‐Bunda Putri" tidak boleh bermain dalam proses pelelangan ini.
Jadi tugas GM itu hanya mengawasi pelaksanaan eksekusinya, apakah spesifikasi teknisnya sudah terbuka,
apakah sesuai skedul atau ada keterlambatan, dan seterusnya. Dengan model ini tidak ada perlunya
kontraktor atau supplier bertamu dan otomatis tidak banyak tamu yang perlu diterima GM. Dan GM pun
punya banyak waktu untuk memikirkan hal‐hal yang strategis dan banyak waktu turun ke lapangan
menyentuh semangat pegawai di Unit‐unit.

Akhirnya si tamu berkomentar "Oh, begitu ya Pak. Pantesan tidak banyak tamu mengantre di ruang tamu
Bapak."

Dari cerita ini kita bisa menjawab pertanyaan, PLN bersih harus dimulai dari top manajemen (GM atau
Manajer). Kalau sudah top menajemen memberi contoh, level yang di bawahnya akan berpikir seribu kali
untuk mencoba mengakali eksekusi suatu pekerjaan. Kalaupun masih ada yang berani dan terbukti, GM
sudah tidak punya beban untuk menindak yang nakal.
nakal Lebih baik lagi kalau upaya mewujudkan PLN Bersih
ini didukung oleh stakeholder PLN, mulai dari peserta lelang, kontraktor, pemasok, pabrikan dan
stakeholder lainnya seperti cerita pertama di atas. Akhirnya semuanya menjadi bersih.

Tapi yang paling utama membangun "Bersih" mulainya harus dari NIAT masing‐masing. Niat kita sendiri.
Niat itu sangat menentukan apakah kita akan menjadi bersih atau kotor.

Ayo teman‐teman
teman teman yang ingin berbagi (sharing) pengalaman membangun PLN bersih,
bersih No‐Suap
No Suap silahkan
dikirim ke bodnote@pln.co.id.

Anda mungkin juga menyukai