Format output rekaman dapat berupa softcopy maupun hardcopy. Materi berikut lebih
banyak akan menjelaskan bagaimana cara melakukan pembacaan DFR melalui software,
disamping juga akan menjelaskan secara singkat bagaimana pembacaan hasil record
berupa hardcopy.
Penempatan dari garis gangguan pada rekaman output sangat bervariasi, tergantung
apakah sebuah kejadian atau sensor input berubah atau tidak. Untuk suatu sensor-
triggered fault, garis gangguan akan menjadi 14,2 msec dari event trigger. Waktu ini
allows for debouncing dari event.
Catatan :
Sejumlah besar tanda perubahan event mungkin terjadi pada awal record. Hal ini
disebabkan kesalahan memilih dari pernyataan event (normally open atau normally
closed).
2 9 1 3 5 10 11 6 4 14
7 8 12 13
HardCopy
0.5cm
1cm
ANALOG
PARAMETER
EVENT
PARAMETER
SENSOR
PARAMETER
TEGANGAN
ARUS
- Menentukan besarnya nilai arus atau nilai tegangan (peak maupun rms) dengan
menggeser kursor. Apabila kursor digeser, maka besaran arus maupun tegangan
akan ikut berubah.
- Untuk melihat kondisi Event yang bekerja, baik dari status CB, indikasi relay,
maupun input event yang ditarik ke DFR.
Masukkan Nilai Impedansi dan Panjang penghantar, kemudian klick OK, maka
akan muncul lokasi gangguan.
Gambar 3.2
CB terbuka tidak selalu disebabkan oleh terjadinya gangguan pada sistem, dapat saja CB
terbuka oleh karena relai yang bekerja sendiri atau kabel kontrol yang terluka atau oleh
sebab interferensi dan lain sebagainya. Gangguan seperti ini disebut gangguan bukan
pada sistem, selanjutnya disebut gangguan non–sistem (Non System Fault).
Jenis gangguan non-sistem antara lain :
kerusakan komponen relai,
kabel kontrol terhubung singkat,
interferensi / induksi pada kabel kontrol.
Differential Rele :
Generator
Trafo : Step-up/IBT/Distribusi
Transmisi : SUTET/SUTT/SKTT.
Diameter (Circulating Current Protection/CCP).
Busbar.
Directional Earth Fault/DEF Main (DEF dengan fasilitas Tele Proteksi).
Distance Rele :
Transmisi : SUTET/SUTT/SKTT.
Zone-3
Zone-2
Zone-1
Zone-1
Oleh karena adanya kesalahan pengukuran jarak akibat kesalahan CT,PT dan relainya
sendiri tidak mungkin menset relai sampai ujung saluran yang diamankan yang lazim
disebut Zone-1.
Zone-2
Untuk mengamankan sisa yang tidak diamankan Zone 1, diamankan oleh Zone 2
dengan perlambatan waktu
Zone 2 juga sebagai pengaman rel ujung seksi yang diamankan bila tidak
mempunyai proteksi rel.
Zone-3.
Sebagai pengaman cadangan ditambah relai yang lazim disebut Zone 3, dalam hal ini
harus dapat menjangkau ujung seksi berikutnya, dengan waktu tunda lebih lambat dari
Zone 2 seksi berikutnya
Waktu pemutusan gangguan (fault clearing time) merupakan durasi terjadinya arus
gangguan sampai arus tersebut hilang atau (sampai PMT Terbuka). Fault clearing time
system proteksi meliputi :
1 500 kV 90 milidetik
120 milidetik
2 150 kV
150 milidetik.
3 70 kV
5 DEF Back-Up
3.2.3.4 Autoreclose
- Dead Time Autorecloser SPAR :
Dead time merupakan durasi pada saat PMT terbuka atau kondisi open.
Sama halnya dengan DFR II , output dari DFR type IDM tidak jauh berbeda, sehingga
analisis dari output pun sama dengan DFR II 32/16.
Analisa rekaman merupakan langkah untuk melihat kondisi sistem sebelum, saat,
maupun pasca gangguan.
1. Pada kondisi normal, arus dan tegangan akan menggambarkan sinusoidal (50Hz)
yang sempurna.
2. Besaran arus dan tegangan tersebut dapat diukur dengan memperhatikan skala
rekaman, serta ratio CT & PT.
3. Setiap trigger karena besaran analog yang diluar normal, DFR akan digambarkan
pada bagian sensor digital, serta bentuk sinusoidal arus/tegangan akan berubah
menjadi lebih besar atau Lebih kecil.
4. Apabila perubahan besaran analog ini diikuti dengan bekerjanya proteksi maka
diikuti dengan perubahan status input digital, hal ini dimungkinkan dipantau
apabila status rele ditarik sebagai binary input ke DFR.
5. Bila PMT juga bekerja, maka dapat dilihat status PMT sebagai input digital yang
berubah. Agar dapat melakukan analisa fungsi proteksi, maka berikut data acuan
waktu kerja yang diaplikasikan dalam setting proteksi :
6. Setiap trigger karena perubahan status input digital, DFR akan
menggambarkannya pada bagian digital, dimana garisnya akan berubah menjadi
terputus atau pun menjadi terisi/bold.
Gangguan yang terjadi tidak solid karena drop tegangan tidak terlalu rendah. Hasil
temuan dilapangan terjadi Backflash over pada tower 3 dari GITET Suralaya,
Penurunan Tegangan
KenaikanArus
Berdasarkan record gangguan terlihat bahwa, PMT di GITET Balaraja bay Suralaya 1
sudah sempat close, namun trip kembali. Sedangkan PMT di GITET Suralaya bay
Balaraja-1 close. Pada kondisi seperti ini Gangguan cenderung bersifat temporer
karena PMT di GITET Suralaya sudah close. Setelah melihat kondisi peralatan,
gangguan kategori ini bisa langsung dinormalkan
b. Gangguan Permanen.
Gangguan Krian-Ungaran 1 (25 November 2010).
Kondisi sebelum gangguan :
- Besar Arus :
- Besar Tegangan :
- Arah daya : (kirim / terima)
Phasa yang terganggu : T
- Besar Arus Gangguan : 2.7 kA
- Besar Tegangan : 405 kV
Rele yang bekerja : Main (Distance Zone-1)
Kerja Auto Reclose (AR) : Ya
- Dead Time : …. ms
- Locked Out : Ya
Durasi Gangguan : 116 ms
PMT yang trip (phasa) : T ; R,S,T (Locked out)
Jenis Gangguan : System Fault (Temporer)
Indikasi Penyebab Gangguan : Terkena pohon
Rekomendasi Tindak lanjut : Perlu diinvestigasi
Gangguan yang terjadi tidak bersifat solid (hight resistance) karena drop tegangan
tidak terlalu besar, gangguan terjadi selama 3 cycle (60 ms), PMT close kemudian trip
kembali karena gangguan yang dirasakan masih ada. Pada kasus seperti ini
penyebab gangguan harus diinevstigasi terlebih dahulu.
Tegangan
CB OPEN
Arus
CB Close
Arus
Gangguan pada kondisi ini menunjukkan DFR kondisi tidak normal karena Tegangan
phasa T hilang. Umumnya karean permasalahan internal DFR atau permasalahan
pada sistem wirring/probe.
Arus gangguan R-N If=8.6 Arus gangguan R-N If=8.6 Di duga PMT open dg durasi
kA (peak) dg durasi 58 ms. kA (peak) dg durasi 58 ms. 375 ms
Sebelum proses download dilakukan, proses untuk melihat kesiapan perangkat DFR baik
Pada DFR type II/IIB proses ini dapat dilihat pada view task history
a. Modem.
b. Jaringan.
Note : Apabila pada comtrace DFR II/IIB muncul indikasi /pesan ”ASDLC-Error receiving
2. Kondisi DFR.
Fungsi keypad pada DFR adalah untuk melakukan eksekusi, maupun untuk pengisian
input data ke DFR, gambar 3.6.1a untuk DFRII/IIB dan 3.6.1b untuk IDM adalah
Select : memilih/merubah
pilihan dilayar
Cancel : membatalkan
pilihan dan kembali ke
bagian sebelumnya
Alphanumerik : memasukkan
karakter,atau juga digunakan
untuk memilih menu.Pada
perincian dari Menu, tombol
ini dapat digunakan untuk
memasukkan karakter.
ENTER
ESC RESET
1. Tombol Enter
Tombol ini digunakan untuk mengeksekusi atau menentukan menu yang akan
dipilih.
2. Tombol Panah
Ada empat tanda panah yang terdapat pada front panel IDM T3, yaitu kanan, kiri,
atas, bawah. Dipergunakan untuk mengarahkan menu atau memasukan nilai
settingan yang diinginkan.
3. Tombol Esc
Tombol ini dipergunakan untuk membatalkan eksekusi atau kembali ke menu
awal.
4. Tombol Reset
Tekan tombol reset untuk meng”clear” alarm yang timbul pada IDM T3.
Switch on/off dilakukan melihat kemampuan DFR pada saat kondisi sistem padam
kemudian normal kembali, serta melihat kemampuan batere memory, prosedur on/off
hanya perlu memperhatikan semua koneksi card DFR sudah terinstal dengan baik
Pertama kali dinyalakan DFR II akan memeriksa keadaan didalam rangkaian
elektroniknya dan menghitung Memorinya sampai 4096 kB. Setelah semuanya dalam
kondisi baik, maka secara otomatis display/peragaan di DFR II akan menampilkan Jam
dan Nomor Record yang ada didalam DFR.
Apabila kita ingin mempercepat pemeriksaan dan test memory, tekan tombol Panah ke
bawah dan display akan menampilkan Jam dan Rec No.
Contoh :
JJ : MM:SS REC ….
15 : 06:32 REC 041
Setelah itu tekan tombol Reset Alarm Indicator, maka seluruh lampu Alarm Indicator
harus padam/tidak menyala. Apabila ada Alarm Indicator yang menyala, maka lihat
petunjuk bagian Trouble Shooting.
Pada kondisi Jam dan Nomor Record tampil di layar, dan status indicator Led Auto
menyala, kondisi ini disebut Automatic Mode.
Dalam kondisi ini semua key kecuali Manual Mode dan Reset Alarm dan Sensor Target
tidak dapat difungsikan.
Tujuan pada posisi ini DFR dalam keadaan siap akan merekam data gangguan/fault
secara otomatis.
Dalam kondisi ini Lampu Status Indicator yang menyala adalah: “Auto” dan “Data
Memory” (bila ada data ).
Apabila lampu status indicator lain ada yang menyala, berarti ada gangguan didalam
DFR, contoh lampu Off Line, artinya DFR dalam keadaan tidak siap merekam. Lihat
bagian Trouble Shooting.
Pada kondisi Automatic kita dapat merubah ke kondisi manual dengan cara :
Tekan tombol Manual, pada display akan tampil “Manual Mode” berarti kita sudah ada
pada posisi manual dan Lampu Status Manual akan menyala.
Tujuan pada posisi manual operation ini kita dapat :
- Merubah Parameter dari DFR.
- Melakukan pengetesan/pemeriksaan komponen elektronis.
- Meminta rekaman data ataupun memanipulasikan data rekaman.
Untuk kembali ke posisi Automatic mode, setelah kita selesai dengan posisi Manual
mode, kita harus kembali ke tampilan layar Manual Mode, yaitu dengan menekan tombol
Cancel beberapa kali (tergantung diposisi mana kita sedang berada). Lalu tekan tombol
Auto, maka pada layar akan tampil JAM dan Record No untuk mempercepat peragaan,
tekan tombol Panah kebawah atau Cancel.
DFR dapat mencetak ulang hasil record gangguan dalam bentuk hardcopy.
- DFR II harus dalam kondisi “Manual Mode”.
- Tekan tombol Record Select display akan tampil : “Record Select”.
- Tekan kunci panah kebawah, display tampil : “Rec No ….”.
- Setelah ini tekan/masukkan nomor yang diinginkan kemudian tekan tombol
“Enter” Printer akan bekerja, dan layar akan terbaca ”Printing”.
- Tunggu sampai selesai mencetak, atau tekan tombol “Cancel” untuk
membatalkan.
- Jangan lupa kembali ke ”Auto” setelah selesai, dengan tombol Auto
Nomor record dapat juga dipilih dengan menggunakan tombol Panah keatas atau
kebawah. Apabila nomor record yang akan dicetak sudah diperagakan, maka kita cukup
menekan tombol Enter.
Mencetak Setup parameter bertujuan untuk, memperoleh data setting dalam bentuk hard
copy.
Trauble shoting merupakan langkah awal yang harus dilakukan berdasarkan informasi
kondisi DFR.
a. Normal Operasi.
Pada kondisi Normal Display IDM akan menunjukan parameter sebagai
berikut;
Baris-1 : <JAM><MENIT><SECOND>
<TANGGAL><BULAN><TAHUN>
Baris-2 : <IP ADDRESS IDM>
Berbagi & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-nilai Perusahaan. Hal - 30
PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DFR UNTUK DISPATCHER
6. Enter.
g. Disable Trigger/Menghilangkan Trigger.
1. Enter.
2. Panah Atas
3. Panah Atas
4. Panah Atas
5. Enter
6. Enter (Untuk Meng-cancel Disable Trigger) atau Esc (Untuk Memilih
Lamanya Disable Triger )
7. Enter (Untuk memilih 60 min) atau Esc (Untuk Meng-Enable Trigger)
8. Panah Atas/Bawah (Untuk Menambah atau Mengurangi Step Disable
Trigger dalam Range 30min).
Langkah pemeriksaan yang dilaksanakan apabila muncul alarm seperti gambar 1.6.11
berikut.