Kelas : Elektro A
NPM : 1710631160026
Dalam pemrosesan data oleh DSP mula – mula data yang berupa sinyal analog diubah
menjadi sinyal elektronik oleh tranduser (microphone) kemudian dilakukan proses pencuplikan
sinyal masukan yang berupa sinyal kontinyu. Proses ini mengubah representasi sinyal yang tadinya
berupa sinyal kontinyu menjadi sinyal diskrit. Proses ini dilakukan oleh suatu unit ADC (Analog
to Digital Converter). Unit ADC ini terdiri dari sebuah bagian Sample/Hold dan sebuah bagian
quantiser. Unit sample/hold merupakan bagian yang melakukan pencuplikan orde ke-0, yang
Nama : Adis Galih Firdaus
Kelas : Elektro A
NPM : 1710631160026
berarti nilai masukan selama kurun waktu T dianggap memiliki nilai yang sama. Pencuplikan
dilakukan setiap satu satuan waktu yang lazim disebut sebagai waktu cuplik (sampling time).
Bagian quantiser akan merubah menjadi beberapa level nilai.
Sinyal input asli yang tadinya berupa sinyal kontinyu, x(T) akan dicuplik dan diquantise
sehingga berubah menjadi sinyal diskrit x(kT). Dalam representasi yang baru inilah sinyal diolah.
Keuntungan dari metode ini adalah pengolahan menjadi mudah dan dapat memanfaatkan program
sebagai pengolahnya. Dalam proses sampling ini diasumsikan kita menggunakan waktu cuplik
yang sama dan konstan, yaitu Ts. Parameter cuplik ini menentukan dari frekuensi harmonis
tertinggi dari sinyal yang masih dapat ditangkap oleh proses cuplik ini. Frekuensi sampling
minimal adalah 2 kali dari frekuensi harmonis dari sinyal.
Untuk mengurangi kesalahan cuplik maka lazimnya digunakan filter anti-aliasing sebelum
dilakukan proses pencuplikan. Filter ini digunakan untuk meyakinkan bahwa komponen sinyal
yang dicuplik adalah benar-benar yang kurang dari batas tersebut. Sebagai ilustrasi, proses
pencuplikan suatu sinyal digambarkan pada gambar berikut ini.
Setelah sinyal diubah representasinya menjadi deretan data diskrit, selanjutnya data ini
dapat diolah oleh prosesor menggunakan suatu algoritma pemrosesan yang diimplementasikan
dalam program. Hasil dari pemrosesan akan dilewatkan ke suatu DAC (Digital to Analog
Converter) dan LPF (Low Pass Filter) untuk dapat diubah menjadi sinyal kontinyu kembali. Secara
garis besar, blok diagram dari suatu pengolahan sinyal digital adalah sebagai berikut
Chip-chip DSP memiliki arsitektur khusus yang lazim dikenal dengan arsitektur Harvard,
yang memisahkan antara jalur data dan jalur kode. Arsitektur ini memberikan keuntungan yaitu
adanya kemampuan untuk mengolah perhitungan matematis dengan cepat, misal dalam satu siklus
dapat melakukan suatu perkalian matrix. Untuk chip-chip DSP, instruksi yang digunakan berbeda
pula. Lazimnya mereka memiliki suatu instruksi yang sangat membantu dalam perhitungan matrix,
yaitu perkalian dan penjumlahan dilakukan dalam siklus (bandingkan dengan 80×86, proses
penjumlahan saja dilakukan lebih dari 1 siklus mesin).
Sebenarnya perhitungan yang dilakukan untuk chip jenis DSP ini tidaklah terlalu komplek,
namun volume data yang diolahnya sangat besar dan bekerja terus menerus mengingat data yang
Nama : Adis Galih Firdaus
Kelas : Elektro A
NPM : 1710631160026
diolah tersebut adalah berupa data streaming, atau selalu mengucur melewati chip tersebut,
sehingga general purpose processor sering tidak mampu untuk melakukannya.
Kelebihan penggunaan DSP :
1. Suatu sistem digital terprogram memiliki fleksibilitas dalam merancang ulang operasi-operasi
pengolahan sinyal digital hanya dengan melakukan pengubahan pada program yang
bersangkutan, sedangkan proses merancang ulang pada sistem analog biasanya melibatkan
rancang ulang perangkat keras, uji coba dan verifikasi agar dapat bekerja seperti yang
diharapkan.
2. Masalah ketelitian atau akurasi juga memainkan peranan yang penting dalam menentukan
bentuk dari pengolah sinyal. Pengolahan sinyal digital menawarkan pengendalian akurasi
yang lebih baik. Faktor toleransi yang terdapat pada komponen-komponen rangkaian analog
menimbulkan kesulitan bagi perancang dalam melakukan pengendalian akurasi pada sistem
pengolahan sinyal analog. Di lain pihak, sistem digital menawarkan pengendalian akurasi
yang lebih baik.
3. Untuk menyimpan hasil pengolahan, sinyal digital lebih mudah dibandingkan sinyal analog.
4. Sinyal digital kebal terhadap noise, karena bekerja pada level tegangan logika “1” dan “0”.
5. Lebih mudah memprosesnya, secara teori tidak ada batasannya, tergantung dari kreativitas
dan inovasi perancang.
Kekurangan penggunaan DSP :
1. Bertambahnya sistem yang komplek dalam pengolahan digital untuk sinyal analog karena
diperlukan alat sebelum dan sesudah pengolahan seperti konverter A/D dan D/A, beserta
penapis dan rangkaian digital lainnya.
2. Terbatasnya jangkauan frekuensi yang dapat diproses: pada umumnya sinyal analog kontinyu
harus disampel pada frekuensi paling sedikit dua kali komponen frekuensi terbesarnya yang
ada pada sinyal tersebut, apabila kondisi ini tidak dipenuhi maka komponen sinyal dengan
frekuensi di atas setengah dari frekuensi sampling muncul sebagai komponen sinyal di bawah
frekuensi sebenarnya.
3. Kerugian ketiga berawal dari kenyataan bahwa sistem digital disusun dengan menggunakan
alat aktif yang mengkonsumsi power listrik, sedangkan algoritma pengolahan analog
diimplementasikan dengan rangkaian pasif. Dalam hal ini alat aktif kurang dapat dipercaya
daripada alat pasif untuk mengolah sinyal karena dapat mempengaruhi sinyal yang diolahnya.
Aplikasi Digital Signal Processing
Ada banyak varian prosesor sinyal digital yang bisa melakukan berbagai hal, tergantung
dari aplikasi yang sedang dilakukan. Beberapa varian ini adalah pemrosesan sinyal audio,
kompresi audio dan video, pemrosesan ucapan dan pengakuan, pemrosesan gambar digital, dan
aplikasi radar. Perbedaan antara masing-masing aplikasi ini adalah bagaimana prosesor sinyal
digital dapat menyaring setiap input. Ada lima aspek berbeda yang bervariasi dari masing-masing
DSP: frekuensi clock, ukuran RAM, lebar bus data, ukuran ROM, dan tegangan I / O. Semua
komponen ini benar-benar hanya akan mempengaruhi format aritmatika, kecepatan, organisasi
memori, dan lebar data prosesor.
Nama : Adis Galih Firdaus
Kelas : Elektro A
NPM : 1710631160026
• ASP (Analog Signal Processing)
Dalam proses pengolahan sinyal analog, sinyal input masuk ke Analog Signal Processing
(ASP), diberi berbagai perlakukan (misalnya pemfilteran, penguatan,dsb.) dan outputnya berupa
sinyal analog. Dalam penggunaannya ASP (Analog Signal Processing) biasanya memanfaatkan
komponen – komponen analog semisal : dioda, transistor, op – amp dan lainnya. Gambar blok
diagram ASP :
Jika input (+) lebih tinggi dari input (-) maka op amp akan mengeluarkan tegangan positif
dan jika input (-) lebih tinggi dari input (+) maka op amp akan mengeluarkan tegangan negatif.
Dengan demikian op amp dapat dipakai untuk membandingkan dua buah tegangan yang berbeda.
2. Penguat Pembalik (Inverting)
Penguat pembalik adalah penggunanan op amp sebagai penguat sinyal dimana sinyal
outputnya berbalik fasa 180 derajat dari sinyal input.
3. Penguat tidak membalik (Non Inverting)
Penguat tidak membalik adalah penggunanan op amp sebagai penguat sinyal dimana sinyal
outputnya sefasa dengan sinyal input.
Nama : Adis Galih Firdaus
Kelas : Elektro A
NPM : 1710631160026
4. Penguat differensial
Penguat differensial adalah penggunaan op amp untuk mencari selisih antara dua buah titik
tegangan yang berbeda.
5. Penguat penjumlah (Summing Amplifier)
Penguat penjumlah berfungsi menjumlahkan level masing masing sinyal input yang masuk
ke op amp. Penggunanan op amp sebagai penjumlah sering dijumpai pada rangkaian mixer audio.
6. Integrator (atau LPF)
Penjelasan Gambar
Ketika kita sedang duduk dikursi, benang yang terpasang di jempol kaki (A) digoyangkan atau
ditarik sehingga benangnya (B) akan tertarik dan menyebabkan kaitnya (C) akan terangkat dan
melepaskan pegasnya (D) sehingga palu pun (E) menghantam papan (F) dan melemparkan arabian
kecil (G) ke rekstok gantung (H). Berat dari arab menyebabkan bar (I) miring dan menarik talinya
(J) sehingga menyebabkan poci yang berisi sirup (K) tumpah menetes di bola (bulb) kamera (L)
yang akan mengundang dan menarik lalat yang lapar (M) terbang ke bawah dan memungkinkan
beban yang ada di ujung bar (N) untuk mengangkat layar (O) yang mana didalamnya terdapat tikus
yang terhalang pandangannya (P) oleh layar tersebut, ketika layar tersebut sedikit terangkat tikus
melihat adanya keju (Q) dibawah dan langsung melompat kebawah, jebakan (R) mengunci dan
menyebabkan pemukul (S) bergerak terbang dan memukul atau meremas bola (bulb) kameranya
sehingga foto akan terambil otomatis.
Nama : Adis Galih Firdaus
Kelas : Elektro A
NPM : 1710631160026
CARA MUDAH MENGAMBIL FOTO SENDIRI
Dari tugas sebelumnya, saya mengambil contoh ilustrasi sistem instrumentasi
konvensional tentang cara mudah mengambil foto sendiri, seperti pada gambar dibawah ini :
Dari Gambar tersebut dibuat sebuah tugas yang kedua, dimana diperintahkan untuk
membuat sistem tersebut secara modern-nya dengan maksimal 3 langkah (step) dan dirancang pula
desain rangkaian serta spesifikasi dari setiap komponennya.
Dari apa yang saya lihat pada gambar tersebut, saya terpikir untuk membuat sebuah remot
kamera DSLR secara wireless dengan menggunakan infrared, kemudian infrared tersebut akan
dikontrol oleh sensor gerakan PIR (Passive Infra Red) melalui Arduino UNO.
• Remot Kamera DSLR Wireless dengan Infrared yang dikontrol dengan sensor
gerakan PIR (Passive Infra Red) melalui Arduino UNO
Desain rancangan awal Remot kamera wireless dalam proteus :
Nama : Adis Galih Firdaus
Kelas : Elektro A
NPM : 1710631160026
1. #include <multiCameraIrControl.h>
2. #define PIR_PIN 2
3. #define LED_PIN 13
4. Canon myCamera(9);
5. long int
6. // jeda waktu indikator hidup ketika sensor PIR mendeteksi
7. // gerakan dalam milidetik
8. ledOn = 10000,
9. lastTime = -ledOn; // penghitung waktu (default led mati)
10.
11. void setup() {
12. Serial.begin(9600);
13. pinMode(LED_PIN, OUTPUT); // Atur pin 13 menjadi mode Output
14. pinMode(PIR_PIN, INPUT); // Atur pin 2 menjadi mode input
15.
16. digitalWrite(LED_PIN, LOW); // matikan led indikator
Nama : Adis Galih Firdaus
Kelas : Elektro A
NPM : 1710631160026
17.
18. delay(100); // Jeda sebentar
19. }
20.
21. void loop() {
22. if(digitalRead(PIR_PIN) == HIGH){
23. lastTime = millis();
24. Serial.println("Motion Detected");
25. delay(100);
26. }else{
27. Serial.println("No Motion");
28. delay(100);
29. }
30. if ((millis() - lastTime) < ledOn)
31. digitalWrite(LED_PIN, HIGH);
32. else
33. digitalWrite(LED_PIN, LOW);
34. if(digitalRead(PIR_PIN) == HIGH){
35. myCamera.shutterNow();
36. delay(10000);
37. }
38. }
Cara kerja dari Remot Kamera DSLR Wireless dengan Infrared yang dikontrol dengan
sensor gerakan PIR (Passive Infra Red) melalui Arduino UNO :
Ketika Arduino diberi tegangan input sebesar 7 – 12v (disini saya menggunakan tegangan
9v), maka sensor gerakan PIR (Passive Infra Red) akan bekerja dan mulai mendeteksi adanya
manusia ataupun pergerakkan manusia dalam jarak jangkauan sensornya, berdasarkan datasheet
dari PIR sensor HC-SR 501, sensor ini memiliki jarak efektif pendeteksian sekitar 3 – 7 meter
dengan sudut pendeteksian kurang dari 120 derajat. Jika sensor PIR tersebut mendeteksi adanya
pergerakan manusia maka sensor tersebut akan mengirim sinyal HIGH pada arduino, sedangkan
jika tidak adanya gerakan, maka sensor akan mengirimkan sinyal LOW. Dalam arduino tersebut,
diatur delay dari waktu pendeteksian gerakan dalam waktu sekitar 10 detik bersamaan dengan
Nama : Adis Galih Firdaus
Kelas : Elektro A
NPM : 1710631160026
delay pengambilan gambar pada kamera DSLR nya. Disaat Sensor mengirimkan sinyal HIGH
pada arduino, maka lampu LED indikator akan menyala dan Infrared Transmitter akan bekerja
mengirimkan sinyal infrared yang kemudian akan ditangkap oleh Infrared Sensor pada kamera
DSLR sehingga menyebabkan kamera mengambil gambar secara otomatis dan delay untuk
pengambilan gambar berikutnya adalah sekitar 10 detik, jadi walaupun sensor sudah menangkap
adanya gerakan disaat delay dari pengambilan gambar ini berjalan, maka kamera tidak akan
memotret lagi, sebelum delay tersebut selesai. Remot ini hanya akan bekerja pada kamera yang
memiliki sensor infrared didalamnya, seperti contohnya kamera Canon EOS 60D.