Anda di halaman 1dari 10

NAMA : LULUK RATNA SARI

KELAS: A2 PEMROGRAMAN
NIM

: 11211248

MK

: Rangakaian Digital

Jl. K. H Amin Jasuta No. 15 C Kaloran Brimob Serang

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan dan menyusun
makalah Rangkaian Digital Dasar ini sesuai yang diharapkan . Shalawat serta
salam tercurahkan kepada nabi besar kita nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu matakuliah Rangkaian Digital.
Saya harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Rangkaian Digital
Dasar, khususnya bagi penulis. Jika ada suatu kesalahan dan kekurangan dalam isi
makalah ini saya sebagai penyusun memohon maaf dan tak lupa pula kritik dan
sarannya agar makalah ini lebih baik.
Terimakasih.

Serang, 22 Januari 2013

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 . LATAR BELAKANG
Pemrosesan sinyal digital adalah suatu bagian dari sains dan teknik yang berkembang pesat
selama 30 tahun terakhir. Perkembangan yang pesat ini merupakan hasil kemajuan teknologi
komputer digital dan industri rangkaian terintegrasi. Komputer dan hardware digital selama
tiga dekade yang lampau relatif besar dan mahal sehingga konsekuensinya perangkat tersebut
hanya digunakan untuk komputasi ilmiah dan aplikasi bisnis. Kemudian kemajuan yang
sangat signifikan dimulai dengan integrasi skala medium (MSI), besar (LSI), hingga sangat
besar (VLSI) dari rangkaian elektronik memacu perkembangan yang sangat kuat, lebih kecil,
lebih cepat, dan lebih murah dari komputer dan perangkat keras digital untuk maksud khusus.
Rangkaian digital yang murah dan relatif cepat ini memungkinkan untuk mengkonstruksi
sistem digital canggih yang dapat melakukan fungsi dan tugas pemrosesan sinyal yang
dilakukan secara konvensional dengan piranti analog kini dapat dilakukan dengan perangkat
keras digital yang lebih praktis dan ekonomis.
Rangkaian digital tidak hanya menghasilkan sistem yang lebih murah dan terpercaya untuk
pemrosesan sinyal, tetapi juga memiliki keuntungan-keuntungan lain. Terutama perangkat
keras pemrosesan digital memungkinkan operasi yang dapat diprogram (programmable).
Sehingga antara hardware dan software saling berkesinambungan menghasilkan suatu derajat
fleksibilitas desain sistem yang lebih besar. Juga acap kali ditemui suatu tingkat presisi yang
lebih tinggi dapat dicapai oleh hardware dan software digital dibanding perangkat analog.
1.2 . RUMUSAN MASALAH
Apa yang disebut Digital Signal Processor?
Bagaimana prinsip kerja Digital Signal Processor?
Apa aplikasi Digital Signal Processor?
Apa keuntungan dan kerugian penggunaan DSP?
1.3 . TUJUAN
Mengetahui pengertian Digital Signal Processor
Memahami cara kerja DSP.
Mengetahui aplikasi DSP.
Mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan DSP.
1.4 . BATASAN MASALAH
Pada makalah ini saya akan membahas mengenai pengertian Digital Signal Processor.
Kemudian dasar-dasar pengolahan sinyal digital yang merupakan prinsip kerja digital signal
processor. Setelah mengetahui prinsip kerja DSP, perlu juga dibahas mengenai aplikasi DSP.
Aplikasi yang akan saya angkat adalah peredaman noise akustik secara aktif menggunakan
DSP TMS320C50.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 . Digital Signal Processor

Lazimnya sinyal yang dijumpai dalam bidang sains dan teknologi merupakan sinyal analog,
dengan demikian sinyal tersebut merupakan fungsi dari satu atau beberapa pengubah kontinu.
Sinyal analog ada yang diproses secara langsung dengan menggunakan sistem pengolahan
sinyal analog khusus (misalnya untuk penapis, penganalisis frekuensi atau pengali frekuensi),
dalam hal ini masukan dan keluaran dari sistem tersebut berbentuk analog. Sistem tersebut
dapat dijelaskan dengan blok diagram gambar 2.1.

Pada masa sekarang ini, pengolahan sinyal secara digital yang merupakan alternatif dalam
pengolahan sinyal analog telah diterapkan begitu luas. Dari peralatan instrumentasi dan
kontrol, peralatan musik, peralatan kesehatan dan peralatan lainnya. Istilah pengolahan sinyal
digital sebenarnya kurang begitu tepat, yang lebih tepat adalah pengolahan sinyal diskrit.
Tetapi karena istilah ini sudah luas digunakan, maka istilah pengolahan sinyal digital tetap.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 . PRINSIP KERJA
DSP (Digital signal processor) merupakan suatu rangkaian terintegrasi yang menyerupai
mikroprosessor, tetapi arsitekturnya memiliki spesialisasi untuk melakukan pemrosesan data
diskrit dengan kecepatan tinggi seperti proses filtering dan fast fourier transform. Kelebihan
itulah yang membuat DSP lebih baik dari mikrokomputer ataupun mikrokontroler dalam hal
memproses sinyal.
Dalam pemrosesan data oleh DSP mula mula data yang berupa sinyal analog diubah
menjadi sinyal elektronik oleh tranduser (microphone) kemudian dilakukan proses
pencuplikan sinyal masukan yang berupa sinyal kontinyu. Proses ini mengubah representasi
sinyal yang tadinya berupa sinyal kontinyu menjadi sinyal diskrit. Proses ini dilakukan oleh
suatu unit ADC (Analog to Digital Converter). Unit ADC ini terdiri dari sebuah bagian
Sample/Hold dan sebuah bagian quantiser. Unit sample/hold merupakan bagian yang
melakukan pencuplikan orde ke-0, yang berarti nilai masukan selama kurun waktu T
dianggap memiliki nilai yang sama. Pencuplikan dilakukan setiap satu satuan waktu yang
lazim disebut sebagai waktu cuplik (sampling time). Bagian quantiser akan merubah menjadi
beberapa level nilai.

Gambar 3.1 Sampling & Quantizing

Sinyal input asli yang tadinya berupa sinyal kontinyu, x(T) akan dicuplik dan diquantise
sehingga berubah menjadi sinyal diskrit x(kT). Dalam representasi yang baru inilah sinyal
diolah. Keuntungan dari metode ini adalah pengolahan menjadi mudah dan dapat
memanfaatkan program sebagai pengolahnya. Dalam proses sampling ini diasumsikan kita
menggunakan waktu cuplik yang sama dan konstan, yaitu Ts. Parameter cuplik ini
menentukan dari frekuensi harmonis tertinggi dari sinyal yang masih dapat ditangkap oleh
proses cuplik ini. Frekuensi sampling minimal adalah 2 kali dari frekuensi harmonis dari
sinyal.
Untuk mengurangi kesalahan cuplik maka lazimnya digunakan filter anti-aliasing sebelum
dilakukan proses pencuplikan. Filter ini digunakan untuk meyakinkan bahwa komponen
sinyal yang dicuplik adalah benar-benar yang kurang dari batas tersebut. Sebagai ilustrasi,
proses pencuplikan suatu sinyal digambarkan pada gambar berikut ini.

Gambar 3.2. Pengubahan dari sinyal kontinyu ke sinyal diskrit


Setelah sinyal diubah representasinya menjadi deretan data diskrit, selanjutnya data ini dapat
diolah oleh prosesor menggunakan suatu algoritma pemrosesan yang diimplementasikan
dalam program. Hasil dari pemrosesan akan dilewatkan ke suatu DAC (Digital to Analog
Converter) dan LPF (Low Pass Filter) untuk dapat diubah menjadi sinyal kontinyu kembali.
Secara garis besar, blok diagram dari suatu pengolahan sinyal digital adalah sebagai berikut :

Gambar 3.3. Blok diagram sistem pemrosesan


sinyal pada DSP
Chip-chip DSP memiliki arsitektur khusus yang lazim dikenal dengan arsitektur Harvard,
yang memisahkan antara jalur data dan jalur kode. Arsitektur ini memberikan keuntungan
yaitu adanya kemampuan untuk mengolah perhitungan matematis dengan cepat, misal dalam
satu siklus dapat melakukan suatu perkalian matrix. Untuk chip-chip DSP, instruksi yang
digunakan berbeda pula. Lazimnya mereka memiliki suatu instruksi yang sangat membantu
dalam perhitungan matrix, yaitu perkalian dan penjumlahan dilakukan dalam siklus
(bandingkan dengan 8086, proses penjumlahan saja dilakukan lebih dari 1 siklus mesin).
Sebenarnya perhitungan yang dilakukan untuk chip jenis DSP ini tidaklah terlalu komplek,
namun volume data yang diolahnya sangat besar dan bekerja terus menerus mengingat data
yang diolah tersebut adalah berupa data streaming, atau selalu mengucur melewati chip
tersebut, sehingga general purpose processor sering tidak mampu untuk melakukannya.
Anggaplah prosesor ini dapat mengerjakan beragam pekerjaan, namun hanya untuk aplikasi
tertentu. Karena strukturnya yang sangat sederhana, maka tentu saja chip ini dapat
menterjemahkan pekerjaannya dengan kecepatan tinggi.

3.2 . APLIKASI
Pada makalah ini akan saya kemukakan aplikasi DSP yang digunakan untuk peredaman noise
akustik secara aktif menggunakan DSP TMS320C50.
Metode peredaman suara secara aktif bekerja berdasarkan prinsip superposisi yang destruktif,
dimana sumber suara bising (noise), dilawan dengan sumber suara anti-noise. Sumber suara
anti-noise ini memiliki amplitudo yang sama besar dengan sumber noise utama, namun
phasenya berbeda 180o. Akibatnya kedua sumber suara ini akan saling melemahkan. Konsep
ini dapat dilihat dengan jelas seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.4. Ilustrasi sumber suara yang saling


melemahkan
Sebagai media simulasi, digunakan saluran pipa PVC sebagai tempat perambatan gelombang
suara. Pipa ini dilengkapi dengan speaker noise, speaker anti-noise, microphone input, dan
microphone error. Dalam hal ini, speaker berfungsi sebagai sumber suara, baik noise maupun
anti-noise. Sedangkan microphone berfungsi sebagai sensor penangkap sinyal suara.

Gambar 3.5 Simulasi peredaman aktif


Kondisi real dari jalur-jalur akustik tempat perambatan gelombang suara diimplementasikan
dalam bentuk filter-filter digital. Sedangkan untuk membantu pemroses sinyal-sinyal digital
tersebut, digunakan Digital Signal Processing (DSP) TMS320C50. Processor ini memiliki
kecepatan pemrosesan yang cukup tinggi dengan mnemonic-mnemonic yang dikhususkan
untuk pemrosesan sinyal digital.
Dalam penerapannya, sistem diuji dengan berbagai variasi step size, frekwensi noise, orde
filter dan level sinyal noise. Selain itu juga dilakukan pengujian respon sistem terhadap sinyal
noise multiple frekwensi dan pengujian respon parameter akustik yang terdapat pada saluran
pipa PVC.
Dari pengujian terhadap masing-masing variasi tersebut, ternyata sistem yang dibuat ini
cukup efektif untuk meredam sinyal noise yang frekwensinya narrow-band. Frekwensifrekwensi sinyal noise yang dapat diredam bernilai 428, 476, 502, 550, 569, 600, 625 dan 643
Hz. Dari nilai-nilai tersebut, diperoleh nilai reduksi yang optimal sebesar 21.03 dBV, pada

frekwensi noise 569 Hz. Sedangkan untuk sinyal noise multiple frekwensi, sistem efektif
untuk meredam hingga 4 frekwensi sinyal input (quadruple-tone signal). Pada variasi level
sinyal input, diperoleh hasil reduksi yang maksimal sebesar 33.86 dBV pada level sinyal
input 5.99 dBV dengan frekwensi 428 Hz.
Akhirnya, pemanfaatan dan pengembangan peredaman suara secara aktif ini diharapkan
dapat menjadi dasar bagi pengembangan metode peredaman noise multiple frekwensi secara
aktif yang banyak dijumpai pada pabrik, pada interior pesawat, mobil dan lain-lain.

Gambar 3.6. Hardware Active Noise Control


Keterangan Gambar :
PRE-AMP MIC. = Penguat Depan
POWER AMP. = Penguat Akhir
AIC EX = AIC Expansion
STPC = Serial Communication to PC
IM = Input Microphone
EM = Error Microphone
SN = Speaker Noise
SA = Speaker Anti-Noise
SI = Sinyal Input
SM = Saklar Mute

Gambar 3.7. Spectrum Analyzer yang


digunakan sebagai alat ukur.

Gambar 3.8. Contoh grafik hasil pengukuran.


BAB IV
PENUTUP
4.1 . KESIMPULAN
DSP (Digital signal processor) merupakan suatu rangkaian terintegrasi yang menyerupai
mikroprosessor yang digunakan untuk melakukan pemrosesan data diskrit dengan kecepatan
tinggi.
Prinsip kerja DSP adalah mengubah sinyal analog menjadi sinyal diskrit oleh ADC (Analog
to Digital Converter) sebelum diolah dalam DSP itu sendiri. Kemudian keluaran DSP
dikonversikan lagi dalam bentuk analog oleh DAC (Digital to Analog Converter).
DSP dapat diaplikasikan untuk peredaman noise akustik secara aktif dengan menggunakan
DSP TMS320C50 untuk membantu dalam pengolahan sinyal digital.
Kelebihan penggunaan DSP :
1. Suatu sistem digital terprogram memiliki fleksibilitas dalam merancang ulang operasioperasi pengolahan sinyal digital hanya dengan melakukan pengubahan pada program yang
bersangkutan, sedangkan proses merancang ulang pada sistem analog biasanya melibatkan
rancang ulang perangkat keras, uji coba dan verifikasi agar dapat bekerja seperti yang
diharapkan.
2. Masalah ketelitian atau akurasi juga memainkan peranan yang penting dalam menentukan
bentuk dari pengolah sinyal. Pengolahan sinyal digital menawarkan pengendalian akurasi
yang lebih baik. Faktor toleransi yang terdapat pada komponen-komponen rangkaian analog
menimbulkan kesulitan bagi perancang dalam melakukan pengendalian akurasi pada sistem
pengolahan sinyal analog. Di lain pihak, sistem digital menawarkan pengendalian akurasi
yang lebih baik.
Kekurangan penggunaan DSP :
1. Bertambahnya sistem yang komplek dalam pengolahan digital untuk sinyal analog karena
diperlukan alat sebelum dan sesudah pengolahan seperti konverter A/D dan D/A, beserta
penapis dan rangkaian digital lainnya.
2. Terbatasnya jangkauan frekuensi yang dapat diproses: pada umumnya sinyal analog
kontinyu harus disampel pada frekuensi paling sedikit dua kali komponen frekuensi
terbesarnya yang ada pada sinyal tersebut, apabila kondisi ini tidak dipenuhi maka komponen

sinyal dengan frekuensi di atas setengah dari frekuensi sampling muncul sebagai komponen
sinyal di bawah frekuensi sebenarnya.
3. Kerugian ketiga berawal dari kenyataan bahwa sistem digital disusun dengan
menggunakan alat aktif yang mengkonsumsi power listrik, sedangkan algoritma pengolahan
analog diimplementasikan dengan rangkaian pasif. Dalam hal ini alat aktif kurang dapat
dipercaya daripada alat pasif untuk mengolah sinyal karena dapat mempengaruhi sinyal yang
diolahnya.
Walaupun demikian keunggulan pengolahan sinyal digital jauh lebih banyak daripada
kerugiannya dalam banyak aplikasi. Dengan terus berlangsungnya pengurangan biaya
perangkat keras pengolahan digital, karena berkembangnya teknologi, aplikasi pengolahan
sinyal digital bertambah dengan pesat.

4.2 . SARAN
Peningkatan kinerja DSP dengan meminimalkan kerugian
Dengan peningkatan teknologi yang bersifat kontinu maka diharapkan pengembangan
DSP menjadi lebih efektif, efisien, dan ekonomis.
Pemanfaatan DSP dengan baik untuk kemaslahatan umat manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Proakis, John G dan Dimitris G. Manolakis, 1995. Digital Signal Processing. Prentice-Hall
Inc, New Jersey
Patrick, Marco. 1999. Asia Pasific International Congress on Engineering computational
modeling and Signal processing.

Anda mungkin juga menyukai