Risnandar, Ph.D.
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UPN VETERAN JAKARTA
DASAR-DASAR AKUISISI DATA
Elemen-elemen dasar dari sistem akuisisi data berbasis komputer (PC),
terdiri dari :
Sebuah komputer PC; => data Acquition Hardware;
Transduser; => Analysis Hardware
=> signal conditioning; => Software.
2
https://adoc.tips/sistem-akuisisi-data-dan-monitoring-pembangkit-listrik-tenag.html
1. Personal Computer (PC)
• Komputer yang digunakan dapat mempengaruhi
kecepatan akuisisi data dan mempengaruhi unjuk-
kerja dari sistem akuisisi data secara keseluruhan.
• Faktor yang mempengaruhi jumlah data yang dapat
disimpan dan kecepatan penyimpanan adalah
kapasitas dan waktu akses terhadap hard disk.
• Aplikasi-aplikasi akuisisi data secara real-time (waktu-
nyata) membutuhkan prosesor yang cepat, sehingga
perlu prosesor khusus untuk pemrosesan sinyal digital
(DSP –Digital Signal Processor).
3
2. Transduser
• Transduser mendeteksi fenomena fisik (suhu,
tekanan, cahaya, dan lain-lain) kemudian
mengubahnya menjadi sinyal-sinyal listrik.
Misalnya termokopel, RTD (Resistive
Temperature Detectors), termistor, flow-meter
dan lain-lain.
• Pada masing-masing kasus, sinyal listrik yang
dihasilkan sebanding dengan parameter fisik
yang diamati.
4
3. Pengkondisi Sinyal (Signal Conditioning) (1)
• Sinyal-sinyal listrik yang dihasilkan oleh
transduser harus dikonversi ke dalam bentuk
yang dikenali oleh papan akuisisi data yang
dipakai.
• Tugas pengkondisi sinyal : penguatan
(amplification).
Misalnya sinyal-sinyal lemah yang berasal dari
termokopel, sebaiknya dikuatkan untuk
meningkatkan resolusi pengukuran. Dengan
menempatkan penguat dengan transduser, maka
interferensi atau gangguan yang timbul pada
kabel penghubung antara transduser dengan
komputer dapat diminimalkan.
5
3. Pengkondisi Sinyal (Signal Conditioning) (2)
• Tugas lain dari pengkondisi sinyal adalah melakukan linearisasi.
Beberapa alat pengkondisi sinyal dapat melakukan penguatan
sekaligus linearisasi untuk berbagai macam tipe transduser .
linearisasinya menggunakan perangkat lunak (program).
• Aplikasi umum dari pengkondisi sinyal lainnya adalah
melakukan isolasi sinyal dari transduser terhadap komputer
untuk keamanan.
Sistem yang diamati bisa mengandung perubahan-perubahan
tegangan-tinggi yang dapat merusak komputer atau bahkan
melukai operatornya.
• Selain itu pengkondisi sinyal bisa juga melakukan penapisan
sinyal (pemfilteran) : BPF , HPF, LPF
6
II. PERANGKAT KERAS AKUISISI DATA (DAQ)
1. Masukan Analog
Spesifikasi hardware akuisisi data meliputi:
• jumlah kanal,
• laju pencuplikan,
• resolusi,
• jangkauan,
• ketepatan (akurasi),
• derau dan ketidak-linearan,
Yang semuanya berpengaruh pada kualitas
sinyal yang sudah terdigitalisasi (terakuisisi
secara digital).
7
Masukan Analog
Jumlah kanal masukan analog menentukan
berapa tranduser yang dapat ditangani.
Laju pencuplikan (dalam Hz) menentukan
seberapa banyak nilai cuplikan yang diperoleh.
Laju pencuplikan yang tinggi akan
menghasilkan data yang lebih banyak dan
akan menghasilkan penyajian-ulang sinyal asli
yang lebih baik.
8
• Pemultipleksan merupakan cara yang sering
digunakan untuk menambah jumlah kanal
masukan ke ADC (papan akuisisi data).
• ADC yang bersangkutan mencuplik sebuah kanal,
kemudian berganti ke kanal berikutnya, kemudian
mencuplik kanal tersebut, berganti lagi ke kanal
berikutnya dan seterusnya.
• Karena menggunakan sebuah ADC untuk
mencuplik beberapa kanal, maka laju efektif
pencuplikan pada masing-masing kanal
berbanding terbalik dengan jumlah kanal yang
dicuplik.
9
• Misalnya sebuah papan akuisisi data mampu
mencuplik dengan laju 100Kcuplik/detik pada 10
kanal, maka masing-masing kanal secara efektif
memiliki laju pencuplikan :
10
• Resolusi (dalam satuan bit) adalah istilah
untuk jumlah atau lebar bit yang digunakan
oleh ADC dalam penyajian-ulang sinyal analog.
11
Konverter mempunyai resolusi 3 bit
sehingga pembagian jangkauan sinyal analog
menjadi 23 atau 8 bagian. Masing-masing
bagian disajikan dalam kode-kode biner
antara 000 hingga 111.
Dengan meningkatkan resolusi hinggga 16 bit,
misalnya, maka jumlah kode-kode bilangan
ADC meningkat dari 8 menjadi 65.536.
Dengan demikian, penyajian-ulang digitalnya
lebih akurat dibanding 3-bit.
12
• Jangkauan berkaitan dengan tegangan
minimum dan maksimum yang bisa ditangani
oleh ADC yang bersangkutan.
• Papan akuisisi data yang baik memiliki
jangkauan yang bisa dipilih sedemikian rupa
hingga mampu dikonfigurasi untuk menangani
berbagai macam jangkauan tegangan yang
berbeda-beda.
13
• Spesifikasi jangkauan, resolusi dan penguatan (gain)
pada papan akuisisi data menentukan seberapa kecil
perubahan tegangan yang mampu dideteksi.
• Perubahan tegangan ini menyatakan 1 LSB (Least
Signifincant Bit ) pada nilai digital dan sering
dinamakan sebagai Lebar Kode (code width).
• Lebar kode yang ideal ditentukan menggunakan
persamaan berikut :
14
• Jika diketahui jangkauan tegangannya antara 0
sampai dengan 5 V dan penguatan 500 dan
resolusi 16 bit, maka diperoleh :
15
•
Keluaran Analog
Rangkaian keluaran analog dibutuhkan untuk menstimulus suatu proses atau
unit yang diuji pada sistem akuisisi data.
• Beberapa spesifikasi DAC yang menentukan kualitas sinyal keluaran yang
dihasilkan adalah
– settling time,
– slew rate dan
– resolusi.
• Settling time dan slew rate bersama-sama menentukan seberapa cepat DAC
dapat mengubah aras sinyal keluaran.
• Settling time adalah waktu yang dibutuhkan oleh keluaran agar stabil dalam
durasi tertentu.
• Slew rate adalah laju perubahan maksimum agar DAC bisa menghasilkan
keluaran.
• Dengan demikian, settling time yang kecil da slew rate yang besar dapat
menghasilkan sinyal-sinyal dengan frekuensi tinggi karena hanya dibutuhkan
waktu sebentar untuk mengubah keluaran ke aras tegangan baru secara
akurat.
16
• Resolusi keluaran mirip dengan resolusi
masukan.
– Yaitu jumlah bit kode digital yang (nantinya) akan
menghasilkan keluaran analog.
– Semakin banyak jumlah bit resolusinya semakin
besar kenaikan tegangan nya (semakin kecil
perubahan tegangan yang mampu dideteksi),
sehingga dimungkinkan untuk menghasilkan
perubahan sinyal yang halus.
17
Sinyal Analog Vs Sinyal Digital
• Sinyal Analog :
– Kontinu, dinyatakan dalam sistem desimal
– Tidak ada batasan pada nilai maksimum/minimum
– Tidak bisa diproses oleh computer
18
PEMROSESAN SINYAL DIGITAL
Sejarah Perkembangan DSP
Sinyal, Sistem dan Pemrosesan sinyal
Elemen-Elemen Dasar DSP
Klasifikasi Sinyal
Konsep Frekuensi
Analog to Digital Conversion (A/D C)
Digital to Analog Conversion (D/A C)
19
SEJARAH PERKEMBANGAN
Kemajuan-kemajuan pesat di bidang :
Teknologi komputer digital
Pabrikasi rangkaian terintegrasi
Komputer digital + perangkat kerasnya
(30 tahun yang lalu)
Besar dan mahal
Aplikasi bisnis
General purpose scientific computation
Teknologi rangkaian terintegrasi :
Medium-scale integration (MSI)
Large-scale integration (LSI)
Very-large-scale integration (VLSI)
20
Komputer digital + perangkat kerasnya (sekarang)
Lebih kecil, lebih cepat dan lebih murah
Special purpose scientific computation
Kelebihan pemrosesan sinyal digital
Lebih presisi
Lebih fleksibel dalam perancangan sistem
Perangkat lunak dapat mengendalikan perangkat keras
Operasi-operasi terprogram (algoritma)
Kekurangan pemrosesan sinyal digital
Untuk sinyal dengan bandwidth sangat lebar
Real-time processing (Analog)
Optical signal processing
Terjadi distorsi
Proses pencuplikan (sampling)
Proses kuantisasi (quantization)
21
Gelombang
• Untuk bentuk gelombang periodik, durasi
bentuk gelombang sebelum berulang disebut
periode bentuk gelombang
22
Frekuensi
• tingkat di mana pola getaran biasa berulang
(frekuensi = 1 / periode) F = 1/T
23
Frekuensi pada Gelombang
• Satuan frekuensi adalah 1 putara/detik,
disebut juga Hertz (Hz).
• Frekuensi bentuk gelombang sama dengan
kebalikan dari periode.
F= 1/T
Maka:
T = 1/F
24
Frekuensi pada Gelombang
• Contoh Kasus:
frekuensi = 10 Hz
periode = 1/10 = 0,1 seconds
frekuensi = 100 Hz
periode = 1/100 = 0,01 seconds
30
ELEMEN-ELEMEN DASAR DARI DSP
Sistem pemrosesan sinyal analog
Sinyal Pemroses Sinyal
input sinyal output
analog analog analog
Vektor
S1 ( t )
S( t ) S 2 ( t )
S3 ( t )
33
Sinyal satu dimensi
Hanya fungsi dari satu variabel bebas
Multi-dimensional signal
Fungsi lebih dari satu variabel bebas
S I( x , y )
34
Sinyal tiga dimensi
Gambar televisi hitam-putih
S I( x , y, t )
I r ( x , y, t )
I( x , y, t ) I g ( x , y, t )
I ( x , y, t )
b
35
Sinyal waktu kontinu
Speech signal
Sinyal waktu diskrit
Hanya ada pada waktu-waktu tertentu saja
0,8 n n 0
x (n )
0 lainnya
0,8
0,64
36
Sinyal berharga kontinu (Continuous-valued signal)
Dapat berharga berapa saja
38
Sinyal deterministik
Harganya dapat diprediksi
Sinyal acak (random signal)
Harganya tidak dapat diprediksi
39
KONSEP FREKUENSI
Sinyal sinusoidal waktu kontinu
x a ( t ) A cos(t ) t
t = waktu
A = amplituda
= frekuensi sudut[radian/detik]
= fasa [radian]
2F x a ( t ) A cos(2 F t )
F = frekuensi [siklus/detik, hertz (Hz)]
40
x a ( t ) A cos(t )
2 f x ( n ) A cos(2 f n )
f = frekuensi [siklus/sampel]
42
x (n ) A cos(2 f o n )
1
o fo
6 12
3
x (n) periodik hanya bila frekuensi f merupakan
bilangan rasional
x (n N ) x (n )
cos[2 f o ( n N ) ] cos[2 f o n 2 f o N ] cos(2 f o n )
k
2 f o N 2 k fo
N
Harga terkecil dari N disebut perioda dasar
43
Sinyal-sinyal sinusoidal waktu diskrit dengan frekuensi-
frekuensi yang berbeda sebanyak 2 k adalah identik
(tidak dapat dibedakan)
cos[(o 2)n ] cos[o n 2n ] cos(o n )
x k ( n ) A cos( k n ) k 0,1, 2
k o 2 k
1 1
f
2 2
44
x (n ) cos(o n )
45
x ( n ) cos( n ) 2
x 1 ( n ) A cos(1n ) 1 o
x 2 ( n ) A cos( 2 n ) 2 2 o
x 2 ( n ) A cos( 2 n ) A cos(2 o ) n
A cos(2 n o n ) A cos( o n )
A cos(o n ) x 1 ( n )
2 adalah alias dari 1
46
ANALOG TO DIGITAL CONVERSION (ADC)
Sampling (pencuplikan)
Quantization (kuantisasi)
Digital signal
Coding (pengkodean)
Analog signal
Discrete-time signal
Quantized signal
47
SINYAL DIGITAL DAN ANALOG
• Dalam komunikasi data, data ditransfer dari satu komputer
ke komputer lainnya melalui media transmisi. Data yang
dilewatkan haruslah dalam bentuk yang dapat diterima
media transmisi, yaitu energi elektromagnetik (dalam
bentuk sinyal).
• Sinyal adalah energi elektromagnetik yang melewati
kabel/saluran transmisi. Sinyal yang melewati saluran
transmisi bisa terdiri dari sinyal digital dan sinyal analog.
48
Sinyal Digital
• Data (baik data digital maupun data analog) dapat
direpresentasikan oleh sinyal digital. Misalnya, suatu 1 dapat
di-enkode sebagai suatu tegangan positif dan 0 sebagai tidak
adanya tegangan.
50
Signal Analog (2)
• Amplitudo adalah nilai dari sinyal tersebut di suatu titik pada gelombang.
Merupakan jarak vertical dari sumbu horizontalnya.
• Periode adalah jumlah waktu yang dibutuhkan (dalam detik) oleh suatu sinyal,
untuk melengkapi satu cycle.
• Frekuensi adalah jumlah dari cycle dalam satu detik. Frekuensi = 1/Periode
• Fasa adalah posisi dari gelombang relatif saat waktu (t) = 0. Jika kita asumsikan
gelombang adalah sesuatu yang dapat dipindahkan ke depan atau ke belakang
sepanjang sumbu waktu, fasa mendeskripsikan jumlah dari perpindahan tersebut,
mengindikasikan status dari cycle yang pertama. Fasa diukur dalam derajat, atau
radian (360 derajat adalah 2p radian).
51
Digitalisali Data Analog
52
Mengubah Data Menjadi Sinyal
• Dalam pengiriman data, ada empat skenario yang dapat
terjadi sebagai berikut:
Mengirimkan data digital menggunakan sinyal digital
Mengirimkan data digital menggunakan sinyal analog
Mengirimkan data analog menggunakan sinyal digital
Mengirimkan data analog menggunakan sinyal analog
• Bila data yang akan dikirim dalam bentuk digital (dalam
bentuk 0 dan 1), dan media transmisinya mampu untuk
menangani sinyal digital (memiliki bandwidth yang lebar)
maka physical layer mampu untuk untuk meng-enkode data
digital ke sinyal digital utnuk pentransmisian.
53
Modulasi - Konversi Digital ke Analog
• Kadangkala physical layer perlu merubah data digital menjadi
sinyal analog, misalnya saat penggunaan telepon konvensional
untuk mengirim data digital via Internet. Jalur yang digunakan
adalah jalur analog dengan bandwidth yang sempit, sekitar 4
kHz yang tidak memungkinkan untuk dilewati sinyal digital
dalam pengiriman data yang reliable.
• Pada kasus ini diperlukan konversi digital ke analog, yang
dikenal sebagai modulasi. Suatu piranti yang disebut modem
(modulator/demodulator) diperlukan untuk memodulasi dan
mendemolasi data.
54
Sampling (pencuplikan)
Sinyal waktu kontinu sinyal waktu diskrit
T = sampling interval
Fs = sampling rate (sampel/detik)
55
x a ( t ) A cos(2 Ft )
x a ( nT ) A cos(2 FnT )
2 nF
A cos
Fs
F
x ( n ) A cos(2 f n ) f
Fs
1 Fs 1
f max Fmax
2 2 2T
Fs
F ?
2
56
x 1 ( t ) cos[2 (10 ) t ] F1 10 Hz
x 2 ( t ) cos[2 (50 ) t ] F2 50 Hz
Fs 40 Hz
10
x 1 ( n ) cos[2 n ] cos( n )
40 2
50 5
x 2 ( n ) cos[2 n ] cos( n )
40 2
cos(2 ) n cos(2 n n ) cos( n ) x 1 ( n )
2 2 2
x2(n) identik dengan x1(n) F2 (50 Hz) = alias dari F1(10 Hz)
90 Hz, 130 Hz, …. juga alias 10 Hz
57
x a ( t ) A cos(2 Fo t )
x ( n ) A cos(2 f o n )
x a ( t ) A cos(2 Fk t )
Fk Fo kFs k 1, 2,
x ( n ) x a ( nT ) A cos(2 Fk nT )
Fo kFs
x ( n ) A cos 2 n
Fs
x ( n ) A cos(2 f o n 2 k )
x ( n ) A cos(2 f o n )
Alias dari Fo
58
Hubungan antara f dan F
Fs/2 folding frequency
59
1 7
F2 Hz F1 Hz Fs 1 Hz
8 8
7 1
F1 ( 1) F2 kFs k 1
8 8
60
Contoh Kasus Sampling Rate (Fs)
Diketahui sebuah sinyal analog
xa(t) = 3 cos 100t
a) Tentukan Fs minimum
b) Bila Fs = 200 Hz, tentukan x(n)
c) Bila Fs = 75 Hz, tentukan x(n)
d) Berapa 0 < F < Fs/2 yang menghasilkan x(n) sama dengan c)
Jawab:
a) F = 50 Hz Fs minimum = 100 Hz
100
b) x ( n ) 3 cos n 3 cos n
200 2
61
c) 100 4
x ( n ) 3 cos n 3 cos n
75 3
2 2
3 cos(2 ) n 3 cos( ) n
3 3
2 1 1
d) x ( n ) 3 cos( ) n 3 cos(2 ) n f
3 3 3
Fo 1
f Fo f Fs (75 ) 25 Hz
Fs 3
64
Ringkasan Teori Sampling (2)
• Sampling: Nilai numerik yang akan mengevaluasi
sebuah sinyal dalam bentuk diskrit dalam satuan
waktu [ yk=y(kDt) ]
• Sinyal Digital: sebuah urutan nilai “perkiraan” pada
sinyal analog
• Sampling time/Period: durasi waktu di antara dua
buah sampel yang berurutan [Dt]
• Sampling rate (SR): 1/Dt (Hz)
• Frekuensi Nyquist : 2.fmax
• Teori Sampling : fs > Frekuensi Nyquist
65
Teorema Nyquist dan Aliasing (1)
• Teorema Nyquist:
Merepresentasikan frekuensi setengah laju pengambilan
sampel (sampling rate) secara digital.
– Contoh 1:
CD Audio memiliki Sampling Rate (SR)=44,100 Hz
Maka, frekuensi Nyquist = SR/2 = 22,050 Hz
– Contoh 2:
SR=22,050 Hz
Maka, frekuensi Nyquist = SR/2 = 11,025 Hz
66
Teorema Nyquist dan Aliasing (2)
• Frekuensi yang berada di atas frekuensi
Nyquist berupa "lipatan" (foldover) agar
terdengar seperti frekuensi yang lebih
rendah.
• Lipatan (foldover) ini disebut aliasing.
• Freskuensi aliasing f dituliskan dengan [SR/2,
SR] menjadi | f’ |:
f' = |f - SR|
67
Teorema Nyquist dan Aliasing (3)
f' = |f - SR|
• Contoh:
SR = 20.000 Hz
Maka, frekuensi Nyquist = SR/2 = 10.000 Hz
Sehingga, nilai frekuensi aliasing f' saat:
f = 12.000 Hz f’ = |12.000-20.000|=8.000 Hz
f = 18.000 Hz f' = | 18.000-20.000 |= 2.000 Hz
f = 20.000 Hz f' = | 20.000-20.000 |= 0 Hz
68
Teorema Nyquist dan Aliasing (4)
• Contoh Grafik 1:
SR = 20.000 Hz
Frekuensi Nyquist = 10.000 Hz
f = 2.500 Hz (tidak ada aliasing)
69
Teorema Nyquist dan Aliasing (5)
• Contoh Grafik 2:
– SR = 20.000 Hz
– Frekuensi Nyquist = 10.000 Hz
– f = 5.000 Hz (tidak ada aliasing)
71
Teorema Nyquist dan Aliasing (7)
• Contoh Grafik 4:
– TAPI, jika titik sampel jatuh pada persilangan nol,
suara sepenuhnya dibatalkan
72
Teorema Nyquist dan Aliasing (7)
• Contoh Grafik 5:
– SR = 20.000 Hz
– Frekuensi Nyquist = 10.000 Hz
– f = 12.500 Hz, f' = 7.500 Hz (aliasing)
73
Teorema Nyquist dan Aliasing (8)
• Contoh Grafik 6:
– Fitting (penyesuaian) gelombang sinus paling
sederhana ke titik sampel menghasilkan bentuk
gelombang aliasing (garis putus-putus di bawah):
74
Aliasing (pada Audio) (1)
• [i:33] gelombang sinus dengan variabel
frekuensi, SR = 22.050 Hz
75
Aliasing (pada Audio) (2)
• Misalnya musik terompet:
– [i:34] SR=22050, frekuensi tertinggi pada musik
adalah sekitar 7000 Hz. (tidak ada aliasing)
– [i:35] SR=11025 (Sebagian aliasing;
menambahkan sedikit kualitas bahan metalik dari
terompet)
– [i:36] SR=4410 (banyak aliasing; suara terdengar
seperti video game yang buruk)
76
Anti-Aliasing
• Salah satu cara untuk menghindari masalah aliasing
adalah dengan menerapkan filter anti-aliasing ke
sinyal, sebelum tahap pengambilan sampel, untuk
menghilangkan komponen frekuensi di atas frekuensi
"lipatan" (foldover) atau Nyquist (setengah frekuensi
pengambilan sampel).
• Filter anti-aliasing adalah filter low-pass.
77
Contoh Kasus Nyquist
Diketahui sebuah sinyal analog
xa(t) = 3 cos (2000 t) + 5sin(6000 t) + 10 cos (12000 t)
a) Tentukan frekuensi Nyquist-nya
b) Bila Fs = 5000 Hz, tentukan x(n)
c) Tentukan xa(t) dari x(n) pada b) bila proses D/A Cnya sempurna
Jawab:
a) F1 1 kHz F2 3 kHz F3 6 kHz
B Fmaks 6 kHz FN 2 B 12 kHz
78
Fs
b) Fs 5 kHz 2,5 kHz
2
2000 6000 12000
x ( n ) 3 cos n 5 sin n 10 cos n
5000 5000 5000
1 3 6
3 cos(2 ) n 5 sin( 2 ) n 10 cos(2 ) n
5 5 5
1 2 1
x ( n ) 3 cos[2 ( ) n ] 5 sin[ 2 (1 ) n ] 10 cos[2 (1 ) n ]
5 5 5
1 2 1
x ( n ) 3 cos[2 ( ) n ] 5 sin[ 2 ( ) n ] 10 cos[2 ( ) n ]
5 5 5
1 2 1
x ( n ) 3 cos[2 ( ) n ] 5 sin[ 2 ( ) n ] 10 cos[2 ( ) n ]
5 5 5
79
b) Lanjutan
1 2 1
x ( n ) 3 cos[2 ( ) n ] 5 sin[ 2 ( ) n ] 10 cos[2 ( ) n ]
5 5 5
1 2
x ( n ) 13 cos[2 ( ) n ] 5 sin[ 2 ( ) n ]
5 5
80
DIGITAL TO ANALOG TO CONVERSION (DAC)
Kuantisasi sinyal amplitudo kontinu
xq ( n ) Q[ x ( n )] eq ( n ) x q ( n ) x ( n )
81
0,9 t t0
x a (t ) FS 1 Hz T 1s
0 t0
0,9 n n0
x(n)
0 n0
82
n x(n) xq(n) xq(n) eq(n)
(Truncation) (Rounding) (Rounding)
0 1 1,0 1,0 0,0
1 0.9 0,9 0,9 0,0
2 0.81 0,8 0,8 - 0,01
3 0,729 0,7 0,7 - 0,029
4 0,6561 0,6 0,7 0,0439
5 0,59049 0,5 0,6 0,00951
6 0,5311441 0,5 0,5 - 0,031441
7 0,4782969 0,4 0,5 0,0217071
8 0,43046721 0,4 0,4 - 0,03046721
9 0,387420489 0,3 0,4 0,012579511
83
L = level kuantisasi L = 11
D = Quantization step D = 0,1
xmaks xmin 1 0 D D
D 0,1 eq ( n )
L 1 11 1 2 2
84
Kuantisasi sinyal sinusoidal
x(n) A cos( 0t )
85
FS 2 B eq (t ) x a (t ) x q (t )
xa(t) dianggap linier diantara level-level kuantisasi
= waktu selama xa(t) berada di dalam level kuantisasi
1 1
Pq e (t )dt q (t )dt
2 2
Error power (rms) e
2
q
0
86
2
D 1 D 2 D 2
eq (t ) t Pq t dt
2 0 2 2
b = jumlah bit L = 2b + 1
Xmaks-xmin = 2A
2A A2
D b Pq
2 3( 2 2 b )
Tp 2
1 A
Px A cos ot dt
2
Tp 0 2 Px 3 2b
Signal-to-quantization ratio SQNR (2 )
Pq 2
87
SQNR ( dB ) 10 log SQNR 1,76 6,02 b
Word length (jumlah bit) ditambah satu
Level kuantisasi menjadi dua kali lipat
SQNR bertambah 6 dB
Contoh :
Compact disk player
Sampling frequency 44,1 kHz
16-bit sample resolution
SQNR =96 dB
88
Coding of Quantized Samples
Level kuantisasi L L bilangan biner yang berbeda
Word lengh b 2b bilangan biner berbeda
2b L b 2 log L
L = 11 b = 4 bits
89
Contoh Kasus DAC:
Diketahui sinyal waktu diskrit : x ( n ) 6,35 cos( ) n
10
Tentukan jumlah bit yang diperlukan oleh A/D
converter agar resolusinya :
a) D = 0,1
b) D = 0,02
Jawab:
a) x(n) maksimum pada saat : cos( ) n 1 n0
10
x(n) minimum pada saat : cos( ) n 1 n 10
10
90
xmaks xmin xmaks xmin
D L 1
L 1 D
2b 128 b 7 bit
b)
2 636
b
b 10 bit
91
Contoh Kasus :
Diketahui sinyal seismik analog dengan dynamic range sebesar 1
Volt. Bila sinyal analog ini dicuplik dengan frekuensi sebesar 20
sample/s menggunakan 8-bit A/D konverter,
Tentukan :
a) Bit rate (bps)
b) Resolusi
c) Frekuensi sinyal maksimum yang ada pada digital seismic
signal
Jawab:
8 bit 20 sample
a) bps 160 bit / s
sample s
92
Dynamic range = xmaks - xmin
FS 20
c) Fmaks 10 Hz
2 2
93
Contoh Kasus:
Suatu jaringan komunikasi digital akan digunakan untuk
mentransmisikan sinyal analog :
xa (t ) 3 cos(600t ) 2 cos(1800 t )
Jaringan ini beroperasi pada 10000 bit/s dan setiap sampel dikuantisasi
menjadi 1024 level tegangan yang berbeda.
a) Tentukan frekuensi pencuplikan dan frekuensi folding
b) Tentukan frekuensi Nyquist dari sinyal analog xa(t)
c) Tentukan frekuensi-frekuensi pada sinyal waktu diskrit x(n)
d) Hitung resolusinya
94
Jawab:
a) 1024 2 b
b 10 bit
bps 10000
FS 1000 Hz
b 10
FS
FD 500 Hz
2
96
Referensi
1) Tinku Acharya, Ping-Sing Tsai. JPEG2000 Standard for Image Compression:
Concepts, Algorithms and VLSI Architectures. John Wiley & Sons, inc.,
Publication, 2004.
2) K. R. Rao, Do Nyeon Kim, and Jae Jeong Hwang. Video Coding Standards
AVS China, H.264/MPEG-4 PART 10, HEVC, VP6, DIRAC and VC-1. Springer,
2014.
97