Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN KOMUNITAS

TERAPI TRADISIONAL DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS

DISUSUN OLEH :

RIA KARTINI PANJAITAN

(P05120318033)

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/ 2022


SUMBER 1

TINJAUAN PUSTAKA

TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN

Widyatuti *

Abstrak

Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi isu di banyak negara. Masyarakat menggunakan terapi
ini dengan alasan keyakinan, keuangan, reaksi obat kimia dan tingkat kesembuhan. Perawat
mempunyai peluang terlibat dalam terapi ini, tetapi memerlukan dukungan hasil-hasil penelitian
(evidence-based practice). Pada dasarnya terapi komplementer telah didukung berbagai teori,
seperti teori Nightingale, Roger, Leininger, dan teori lainnya. Terapi komplementer dapat digunakan di
berbagai level pencegahan. Perawat dapat berperan sesuai kebutuhan klien.

Kata kunci: keperawatan, terapi alternatif, terapi komplementer

Abstract

Complementary therapy has emerged as a common health issue in the countries worldwide. People
choose the complementary therapy based on many reasons such as belief, financial, avoiding the
chemical reaction from medicine, and positive healing outcome. Nurse has great opportunity to
deliver and develop complementary therapy supported by scientific evidences. Basically, the
complementary therapy theoretical justification has been established by several nursing theory, as
the Nightingale’s, Roger’s, Leininger’s and many others. Complementary therapy can be delivered
in various prevention level. In accordance to the purpose, nurse should perform his/her role based
on particular client’s needs.

Key words: alternative therapy, complementary therapy, nursing

PENDAHULUAN pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan


negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002).
Perkembangan terapi komplementer
Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang
akhir- akhir ini menjadi sorotan banyak
adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta
negara. Pengobatan komplementer atau
orang yang mengunjungi praktik
alternatif menjadi bagian penting dalam
konvensional (Smith et al., 2004). Data lain
menyebutkan terjadi peningkatan jumlah
pengguna terapi komplementer di Amerika dari pengambilan keputusan dalam pengobatan
33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun dan peningkatan kualitas hidup
1997 (Eisenberg, dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82%
1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002). klien melaporkan adanya reaksi efek
samping dari pengobatan konvensional yang
Klien yang menggunakan terapi
diterima menyebabkan memilih terapi
komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah
komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).
satu alasannya adalah filosofi holistik pada
terapi komplementer, yaitu adanya harmoni Terapi komplementer yang ada menjadi
dalam diri dan promosi kesehatan dalam salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di
terapi komplementer. Alasan lainnya karena berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak
klien ingin terlibat untuk sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas
kesehatan seperti dokter ataupun perawat.
Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternatif (Smith et al.,
2004). Hal ini terjadi karena klien ingin
mendapatkan pelayanan yang sesuai
dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan
terpenuhi akan berdampak ada kepuasan
klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi
perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer.
Peran yang dapat diberikan perawat dalam dengan pengobatan holistik. Pendapat ini
terapi komplementer atau alternatif dapat didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi
disesuaikan dengan peran perawat yang ada, individu secara menyeluruh yaitu sebuah
sesuai dengan batas kemampuannya. Pada keharmonisan individu untuk mengintegrasikan
dasarnya, perkembangan perawat yang pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi
memerhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh (Smith et al., 2004).
yaitu American Holistic Nursing Association
Pendapat lain menyebutkan terapi
(AHNA), Nurse Healer Profesional Associates
komplementer dan alternatif sebagai sebuah
(NHPA) (Hitchcock et al., 1999). Ada pula
domain luas dalam sumber daya pengobatan yang
National Center for
meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan
Complementary/Alternative Medicine (NCCAM)
ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara
yang berdiri tahun 1998 (Snyder & Lindquis,
2002).

Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan


berkembangnya penelitian terhadap terapi
komplementer menjadi peluang perawat untuk
berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat.
Perawat dapat berperan sebagai konsultan
untuk klien dalam memilih alternatif yang sesuai
ataupun membantu memberikan terapi langsung.
Namun, hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut
melalui penelitian (evidence-based practice)
agar dapat dimanfaatkan sebagai terapi
keperawatan yang lebih baik.

TERAPI KOMPLEMENTER

Terapi komplementer dikenal dengan terapi


tradisional yang digabungkan dalam pengobatan
modern. Komplementer adalah penggunaan
terapi tradisional ke dalam pengobatan modern
(Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal
sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam
pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001).
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya
berbeda dari sistem pelayanan kesehatan Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan
yang umum di masyarakat atau budaya yang dasar bagi perawat dalam mengembangkan
ada (Complementary and alternative terapi komplementer misalnya teori transkultural
medicine/CAM Research Methodology yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu
Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain.
2002). Terapi komplementer dan alternatif Hal ini didukung dalam catatan keperawatan
termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide Florence Nightingale yang telah menekankan
yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pentingnya mengembangkan lingkungan untuk
pencegahan atau pengobatan penyakit atau penyembuhan dan pentingnya terapi seperti
promosi kesehatan dan kesejahteraan. musik dalam proses penyembuhan. Selain itu,
terapi komplementer meningkatkan
Definisi tersebut menunjukkan terapi
kesempatan perawat dalam menunjukkan
komplemeter sebagai pengembangan
caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2002).
terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan
dengan terapi modern yang mempengaruhi
keharmonisan individu dari aspek biologis,
psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang
telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus
uji klinis sehingga sudah disamakan dengan
obat modern. Kondisi ini sesuai dengan
prinsip keperawatan yang memandang
manusia sebagai makhluk yang holistik (bio,
psiko, sosial, dan spiritual).

Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu


didukung kemampuan perawat dalam
menguasai berbagai bentuk terapi
keperawatan termasuk terapi
komplementer. Penerapan terapi
komplementer pada keperawatan perlu
mengacu kembali pada teori-teori yang
mendasari praktik keperawatan. Misalnya
teori Rogers yang memandang manusia
sebagai sistem terbuka, kompleks,
mempunyai berbagai dimensi dan energi.
Teori ini dapat mengembangkan
pengobatan tradisional yang menggunakan
energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki.
Hasil penelitian terapi komplementer yang mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, dan
dilakukan belum banyak dan tidak dijelaskan mengurangi kecemasan (Fontaine, 2005).
dilakukan oleh perawat atau bukan. Beberapa
Hasil-hasil tersebut menyatakan terapi
yang berhasil dibuktikan secara ilmiah misalnya
komplementer sebagai suatu paradigma baru
terapi sentuhan untuk meningkatkan
(Smith et al., 2004). Bentuk terapi yang
relaksasi, menurunkan nyeri, mengurangi
digunakan dalam terapi komplementer ini
kecemasan, mempercepat penyembuhan luka,
beragam sehingga disebut juga dengan terapi
dan memberi kontribusi positif pada perubahan
holistik. Terminologi kesehatan holistik mengacu
psikoimunologik (Hitchcock et al., 1999). Terapi
pada integrasi secara menyeluruh dan
pijat (massage) pada bayi yang lahir kurang
mempengaruhi kesehatan, perilaku positif,
bulan dapat meningkatkan berat badan,
memiliki tujuan hidup, dan pengembangan
memperpendek hari rawat, dan meningkatkan
spiritual (Hitchcock et al., 1999).
respons. Sedangkan terapi pijat pada anak
autis meningkatkan perhatian dan belajar. Terapi
pijat juga dapat meningkatkan pola makan,
meningkatkan citra tubuh, dan menurunkan
kecemasan pada anak susah makan (Stanhope,
2004). Terapi kiropraksi terbukti dapat
menurunkan nyeri haid dan level plasma
prostaglandin selama haid (Fontaine, 2005).

Hasil lainnya yang dilaporkan misalnya


penggunaan aromaterapi. Salah satu
aromaterapi berupa penggunaan minyak
esensial berkhasiat untuk mengatasi infeksi
bakteri dan jamur (Buckle, 2003). Minyak lemon
thyme mampu membunuh bakteri streptokokus,
stafilokokus dan tuberkulosis (Smith et al.,
2004). Tanaman lavender dapat mengontrol
minyak kulit, sedangkan teh dapat
membersihkan jerawat dan membatasi
kekambuhan (Key, 2008). Dr. Carl menemukan
bahwa penderita kanker lebih cepat sembuh dan
berkurang rasa nyerinya dengan meditasi dan
imagery (Smith et al., 2004). Hasil riset juga
menunjukkan hipnoterapi meningkatkan suplai
oksigen, perubahan vaskular dan termal,
Terapi komplementer dengan demikian dapat Cina yang telah memasukkan terapi tradisional
diterapkan dalam berbagai level pencegahan Cina atau traditional Chinese Medicine (TCM)
penyakit. ke dalam perguruan tinggi di negara tersebut
(Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer dapat berupa promosi
kesehatan, pencegahan penyakit ataupun Kebutuhan perawat dalam meningkatnya
rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya kemampuan perawat untuk praktik keperawatan
memperbaiki gaya hidup dengan juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari
menggunakan terapi nutrisi. Seseorang yang berkembangnya kesempatan praktik mandiri.
menerapkan nutrisi sehat, seimbang, Apabila perawat mempunyai kemampuan yang
mengandung berbagai unsur akan dapat dipertanggungjawabkan akan
meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi meningkatkan hasil yang lebih baik dalam
komplementer ini berkembang di tingkat pelayanan keperawatan.
pencegahan primer, sekunder, tersier dan
dapat dilakukan di tingkat individu maupun
kelompok misalnya untuk strategi stimulasi
imajinatif dan kreatif (Hitchcock et al., 1999).

Pengobatan dengan menggunakan


terapi komplementer mempunyai manfaat
selain dapat meningkatkan kesehatan secara
lebih menyeluruh juga lebih murah. Terapi
komplementer terutama akan dirasakan lebih
murah bila klien dengan penyakit kronis yang
harus rutin mengeluarkan dana. Pengalaman
klien yang awalnya meng- gunakan terapi
modern menunjukkan bahwa biaya membeli
obat berkurang 200-300 dolar dalam
beberapa bulan setelah menggunakan
terapi komplementer (Nezabudkin, 2007).

Minat masyarakat Indonesia terhadap


terapi komplementer ataupun yang masih
tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya pengunjung praktik
terapi komplementer dan tradisional di
berbagai tempat. Selain itu, sekolah-sekolah
khusus ataupun kursus- kursus terapi semakin
banyak dibuka. Ini dapat dibandingkan dengan
MACAM TERAPI KOMPLEMENTER manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya
pengobatan kiropraksi, macam-macam pijat,
Terapi komplementer ada yang invasif dan
rolfing, terapi cahaya dan warna, serta
non- invasif. Contoh terapi komplementer invasif
hidroterapi. Terakhir, terapi energi yaitu terapi
adalah akupuntur dan cupping (bekam basah)
yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh
yang menggunakan jarum dalam
(biofields) atau mendatangkan energi dari luar
pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif
tubuh misalnya terapetik sentuhan, pengobatan
seperti terapi energi (reiki, chikung, tai chi, prana,
sentuhan, reiki, external qi gong, magnet.
terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi
Klasifikasi kategori kelima ini biasanya dijadikan
nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin,
satu kategori berupa kombinasi antara biofield
hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas;
dan bioelektromagnetik (Snyder & Lindquis,
akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan
2002).
terapi lainnya (Hitchcock et al., 1999)

National Center for Complementary/


Alternative Medicine ( NCCAM) membuat
klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem
pelayanan dalam lima kategori. Kategori
pertama, mind-body therapy yaitu memberikan
intervensi dengan berbagai teknik untuk
memfasilitasi kapasitas berpikir yang
mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh
misalnya perumpamaan (imagery), yoga,
terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback,
humor, tai chi, dan terapi seni.

Kategori kedua, Alternatif sistem pelayanan


yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan
biomedis berbeda dari Barat misalnya
pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia,
pengobatan asli Amerika, cundarismo,
homeopathy, naturopathy. Kategori ketiga dari
klasifikasi NCCAM adalah terapi biologis, yaitu
natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya
misalnya herbal, makanan).

Kategori keempat adalah terapi manipulatif


dan sistem tubuh. Terapi ini didasari oleh
Klasifikasi lain menurut Smith et al (2004) Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat
meliputi gaya hidup (pengobatan holistik, bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien
nutrisi), botanikal (homeopati, herbal, membutuhkan informasi ataupun sebelum
aromaterapi); manipulatif (kiropraktik, mengambil keputusan. Sebagai pendidik
akupresur & akupunktur, refleksi, massage); kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik
mind-body (meditasi, guided imagery, bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan
biofeedback, color healing, hipnoterapi). Jenis seperti yang berkembang di Australia dengan
terapi komplementer yang diberikan sesuai lebih dahulu mengembangkan kurikulum
dengan indikasi yang dibutuhkan. Contohnya pendidikan (Crips & Taylor, 2001). Peran perawat
pada terapi sentuhan memiliki beberapa sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan
indikasinya seperti meningkatkan relaksasi, berbagai penelitian yang dikembangkan dari
mengubah persepsi nyeri, menurunkan hasil- hasil evidence-based practice.
kecemasan, mempercepat penyembuhan,
dan meningkatkan kenyamanan dalam proses
kematian (Hitchcock et al., 1999).

Jenis terapi komplementer banyak


sehingga seorang perawat perlu mengetahui
pentingnya terapi komplementer. Perawat perlu
mengetahui terapi komplementer diantaranya
untuk membantu mengkaji riwayat kesehatan
dan kondisi klien, menjawab pertanyaan
dasar tentang terapi komplementer dan
merujuk klien untuk mendapatkan informasi
yang reliabel, memberi rujukan terapis yang
kompeten, ataupun memberi sejumlah terapi
komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Selain
itu, perawat juga harus membuka diri untuk
perubahan dalam mencapai tujuan perawatan
integratif (Fontaine, 2005).

PERAN PERAWAT

Peran perawat yang dapat dilakukan dari


pengetahuan tentang terapi komplementer
diantaranya sebagai konselor, pendidik
kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan
langsung, koordinator dan sebagai advokat.
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pengembangan kebijakan, praktik keperawatan,
pelayanan langsung misalnya dalam praktik pendidikan, dan riset. Apabila isu ini berkembang
pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi dan terlaksana terutama oleh perawat yang
terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). mempunyai pengetahuan dan kemampuan
Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien tentang terapi komplementer, diharapkan
sehingga peran koordinator dalam terapi akan dapat meningkatkan pelayanan
komplementer juga sangat penting. Perawat kesehatan sehingga kepuasan klien dan
dapat mendiskusikan terapi komplementer perawat secara bersama-sama dapat meningkat
dengan dokter yang merawat dan unit manajer (HH, TH).
terkait. Sedangkan

* Staf Akademik Keperawatan Komunitas FIK UI


sebagai advokat perawat berperan untuk memenuhi
permintaan kebutuhan perawatan komplementer
yang mungkin diberikan termasuk perawatan alternatif (Smith et al.,2004).

PENUTUP

Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti jamu yang
telah berkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai jenjang pelayanan
kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat kimia) tetapi secara mandiri
memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi komplementer.

Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk didalamnya


orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya profesional kesehatan dan
terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat
meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang
dapat memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi
dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada.
Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan
peran perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi
keperawatan yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.

Kenyataan yang ada, buku-buku keperawatan membahas terapi komplementer sebagai


isu praktik keperawatan abad ke 21. Isu ini dibahas dari aspek
KEPUSTAKAAN

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis,


J. A., & Johnson, P.H. (1999). Nurse’s handbook of alternative and complementary
therapies. Pennsylvania: Springhouse.

Buckle, S. (2003). Aromatherapy. http//


. www. naturalhealthweb. com/ art icles, diperoleh 25 Januari 2008.

Fontaine, K.L. (2005). Complementary & alternative therapies for nursing practice. 2th
ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Hitchcock, J.E, Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing: Caring
in action. USA: Delmar Publisher.

Key, G. (2008). Aromatherapy beauty tips. http//


.www.naturalhealthweb. com/articles/ georgekey3.html, diperoleh 25 Januari
2008.

Nezabudkin, V. (2007). How to research alternatif treatment before using


them.http//
. www. naturalhealthweb. com/ art icles/ Nezabudkin1.html, diperoleh 25 Januari
2008.

Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004). Clinical nursing skills: Basic to advanced skills.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Snyder, M. & Lindquist, R. (2002). Complementary/alternative therapies in nursing. 4th ed.


New York: Springer.

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing. 6th ed. St. Louis:
Mosby Inc.
SUMBER 2

TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS


Written By Dana Andriana on Senin, 27 Mei 2013 | 07.28

Definisi Terapi Komplementer

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan


non- konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia,
jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman
dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina
misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan
komplementer. Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai Pengobatan
Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional. Berdasarkan data yang bersumber
dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk
dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran
pengobatan non-konvensional,termasuk pengobatan komplementer ini,bisa diperkirakan
dari mulai menjamurnya iklan – iklan terapi non – konvensional di berbagai media.

Jenis – Jenis Terapi Komplementer

1. Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti ayurweda dan


akupuntur.
2. Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.
3. Homeopati atau jamu-jamuan.
4. Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki
5. Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.
6. Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral
Fokus Terapi Komplementer
1. Pasien dengan penyakit jantung.
2. Pasien dengan autis dan hiperaktif
3. Pasien kanker

Peran Perawat dalam terapi komplementer


1. Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer selain dokter dan praktisi
terapi.
2. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam fungsinya secara
holistik dengan memberikan advocate dalam hal keamanan, kenyamanan dan secara
ekonomi kepada pasien.

Teknik Terapi Komplementer

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :

Akupuntur,
Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya. Metode
yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi
kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan
mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu
pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan
pada sistem tubuh.

Terapi hiperbarik,
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah
ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer
normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien
boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya
tekanan udara .

Terapi herbal medik, Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan
alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa
fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau
hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan
herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dari 3 jenis
teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya untuk mengatasi berbagai
jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing – masing
mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya
digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren supaya tidak perlu dilakukan
pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan
tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan
sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan serta
menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker itu
sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati.

Persyaratan Dalam Terapi Komplementer

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai


berikut : Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah
memiliki kompetensi .
Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan farmasi.
Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat izin dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus –menerus.
SUMBER 3.

TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN


9 Oktober 2015 Karya Ilmiah
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrewset al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapimodalitas
atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips
& Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan
holistik.Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara
menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan,
dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004). Pendapat lain menyebutkan terapi
komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan
yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan,
dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang
umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative medicine/CAM
Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002).Terapi
komplementer dengan demikian dapat diterapkan dalam berbagai level pencegahan
penyakit.
Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit ataupun
rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup dengan
menggunakan
terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai
unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi komplementer ini berkembang di
tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu maupun
kelompok
misalnya untuk strategi stimulasi imajinatif dan kreatif (Hitchcock et al., 1999). Pengobatan
dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain dapatmeningkatkan
kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah. Terapi komplementer terutama
akan dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit kronis yang harus rutin
mengeluarkan
dana. Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi modern menunjukkan bahwa
biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar dalam beberapa bulan setelah menggunakan
terapi komplementer (Nezabudkin, 2007). Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi
komplementer ataupun yang masih tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya pengunjung praktik terapi komplementer dan tradisional di berbagai tempat.
Selain itu, sekolah-sekolah khusus ataupun kursuskursus terapi semakin banyak dibuka. Ini
dapat dibandingkan dengan Cina yang telah memasukkan terapi tradisional Cina atau
traditional ChineseMedicine (TCM) ke dalam perguruan tinggi di negara tersebut (Snyder &
Lindquis, 2002). Kebutuhan perawat dalam meningkatnya kemampuan perawat untuk
praktik keperawatan juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari berkembangnya
kesempatan praktik mandiri. Apabila perawat mempunyai kemampuan yang dapat
dipertanggungjawabkan akan meningkatkan hasil yang lebih baik dalam pelayanan
keperawatan.
Jenis – jenis Terapi Komplementer
Terapi komplementer yang direkomendasikan untuk perawat adalah : masase, terapi musik,
diet, teknik relaksasi, vitamin dan produk herbal Di Amerika terapi komplementer kedokteran
dibagi empat jenis terapi : Chiropractic, Teknik Relaksasi (termasuk bagian dari
Hypnomedis), Terapi Masase dan Akupunktur.Menurut National Institute of Health (NIH),
terapi komplementer dikategorikan menjadi 5,yaitu :

-Biological Based Practice : herbal, vitamin, dan suplemen lain


-Mind-body techniques : meditasi, hypnomedis
-Manipulative and body-based practice : pijat, refleksi
-Energy therapies : terapi medan magnet
-Ancient medical systems : obat tradisional chinese, aryuvedic, akupuntur

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :
1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat
dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda
nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan
sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan
endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah
ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara
atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga
akibat tingginya tekanan udara.
3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa
herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal
terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik
terhadap keamanan maupun efektifitasnya.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :
1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi, mediasi,
penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,
aromaterapi, ayurveda
3. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat
urut
4. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik

PERAN PERAWAT

Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer
diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan langsung,
koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya,
konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil
keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di
sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu
mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips& Taylor, 2001). Peran perawat sebagai
peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari
hasilhasil evidence-based practice.
pengembangan kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini
berkembang dan terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan
kemampuan tentang terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama
dapat meningkat (HH, TH).
Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsip mind-body-spirit dan modalitas
(cara menyatakan sikap terhadap suatu situasi) dalam dalam kehidupan sehari-hari dan
praktek keperawatannya. Terapi komplementer menjadi salah satu cara bagi perawat untuk
menciptakan lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan diri sendiri sebagai alat atau
media penyembuh dalam rangka menolong orang lain dari masalah kesehatan. Terapi
komplementer digunakan bersama-sama dengan terapi medis conventional.
RINGKASAN

Definisi Terapi Komplementer

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan


non- konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk
Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan
pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang
sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu
negara.

Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi isu di banyak negara. Masyarakat


menggunakan terapi ini dengan alasan keyakinan, keuangan, reaksi obat kimia dan tingkat
kesembuhan. Perawat mempunyai peluang terlibat dalam terapi ini, tetapi memerlukan
dukungan hasil-hasil penelitian (evidence-based practice). Pada dasarnya terapi
komplementer telah didukung berbagai teori, seperti teori Nightingale, Roger, Leininger,
dan teori lainnya. Terapi komplementer dapat digunakan di berbagai level pencegahan.
Perawat dapat berperan sesuai kebutuhan klien.

Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi komplementer atau alternatif dapat
disesuaikan dengan peran perawat yang ada, sesuai dengan batas kemampuannya.

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam


pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi
modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan
kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya
dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk
mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).

Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah


domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas,
praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara
berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya
yang ada (Complementary and alternative medicine/CAM Research Methodology
Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer dan alternatif
termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai
pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan kesejahteraan.
Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit
ataupun rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup
dengan menggunakan terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang,
mengandung berbagai unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi
komplementer ini berkembang di tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan
dapat dilakukan di tingkat individu maupun kelompok misalnya untuk strategi stimulasi
imajinatif dan kreatif.
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain
dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah. Terapi
komplementer terutama akan dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit kronis
yang harus rutin mengeluarkan dana.
Jenis terapi komplementer banyak sehingga seorang perawat perlu mengetahui
pentingnya terapi komplementer. Perawat perlu mengetahui terapi komplementer
diantaranya untuk membantu mengkaji riwayat kesehatan dan kondisi klien, menjawab
pertanyaan dasar tentang terapi komplementer dan merujuk klien untuk
mendapatkan informasi yang reliabel, memberi rujukan terapis yang kompeten, ataupun
memberi sejumlah terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Selain itu, perawat juga
harus membuka diri untuk perubahan dalam mencapai tujuan perawatan integratif
(Fontaine, 2005.
Jenis – Jenis Terapi Komplementer

1. Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti ayurweda dan


akupuntur.
2. Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.
3. Homeopati atau jamu-jamuan.
4. Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki
5. Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.
Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral

Fokus Terapi Komplementer


4. Pasien dengan penyakit jantung.
5. Pasien dengan autis dan hiperaktif
6. Pasien kanker

Peran Perawat dalam terapi komplementer


3. Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer selain dokter dan praktisi
terapi.
4. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam fungsinya secara
holistik dengan memberikan advocate dalam hal keamanan, kenyamanan dan
secara ekonomi kepada pasien.
Teknik Terapi Komplementer

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :

Akupuntur,
Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya. Metode
yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai
kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah
dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel.
Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak
berperan pada sistem tubuh.

Terapi hiperbarik,
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah
ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara
atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi,
pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat
tingginya tekanan udara .

Terapi herbal medik, Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan
alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa
fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau
hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan
herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dari 3
jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya untuk mengatasi
berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena
masing – masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik
misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren supaya tidak perlu
dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya
tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum,
meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu
makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat dari
pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati.
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrewset al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapimodalitas
atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips
& Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan
holistik.Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara
menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan,
dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004). Pendapat lain menyebutkan terapi
komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan
yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan,
dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang
umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative medicine/CAM
Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002).Terapi
komplementer dengan demikian dapat diterapkan dalam berbagai level pencegahan
penyakit.
Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit ataupun
rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup dengan
menggunakan
terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai
unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi komplementer ini berkembang di
tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu maupun
kelompok
misalnya untuk strategi stimulasi imajinatif dan kreatif (Hitchcock et al., 1999). Pengobatan
dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain dapatmeningkatkan
kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah. Terapi komplementer terutama
akan dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit kronis yang harus rutin
mengeluarkan
dana. Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi modern menunjukkan bahwa
biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar dalam beberapa bulan setelah menggunakan
terapi komplementer (Nezabudkin, 2007). Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi
komplementer ataupun yang masih tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya pengunjung praktik terapi komplementer dan tradisional di berbagai tempat.
Selain itu, sekolah-sekolah khusus ataupun kursuskursus terapi semakin banyak dibuka. Ini
dapat dibandingkan dengan Cina yang telah memasukkan terapi tradisional Cina atau
traditional ChineseMedicine (TCM) ke dalam perguruan tinggi di negara tersebut (Snyder &
Lindquis, 2002). Kebutuhan perawat dalam meningkatnya kemampuan perawat untuk
praktik keperawatan juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari berkembangnya
kesempatan praktik mandiri. Apabila perawat mempunyai kemampuan yang dapat
dipertanggungjawabkan akan meningkatkan hasil yang lebih baik dalam pelayanan
keperawatan.
Jenis – jenis Terapi Komplementer
Terapi komplementer yang direkomendasikan untuk perawat adalah : masase, terapi musik,
diet, teknik relaksasi, vitamin dan produk herbal Di Amerika terapi komplementer kedokteran
dibagi empat jenis terapi : Chiropractic, Teknik Relaksasi (termasuk bagian dari
Hypnomedis), Terapi Masase dan Akupunktur.Menurut National Institute of Health (NIH),
terapi komplementer dikategorikan menjadi 5,yaitu :

-Biological Based Practice : herbal, vitamin, dan suplemen lain


-Mind-body techniques : meditasi, hypnomedis
-Manipulative and body-based practice : pijat, refleksi
-Energy therapies : terapi medan magnet
-Ancient medical systems : obat tradisional chinese, aryuvedic, akupuntur
Terapi komplementer setiap jenisnya memiliki teknik tertentu.
Berikut ini dijelaskan beberapa teknik Lima tipe berikut sesuai klasifikasi NCCAM tahun
2012 yaitu: pikiran dan tubuh (mind body therapies); manipulasi dan sistem tubuh; dan terapi
energi (Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014). Klasifkasi terapi pikiran dan tubuh (mind body
therapies), contohnya seni, imagery, journaling (menulis jurnal/ sebuah dari yang berbentuk
formal), 13 biofeedback, humor, dan tai-chi. Alternatif sistem pemeliharaan kesehatan
contohnya pengobatan tradisional cina, ayuvedia (pengobatan india), dan curanderismo
(pengobatan asli Amerika). Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologikal dan hasil-
hasilnya misalnya herbal, terapi diet, pengobatan orthomolekular (suplemen nutrisi dan
makanan). Terapi energi misalnya reiki, healing touch dan magnet. Di bawah ini akan
dibahas beberapa teknik sesuai klasifikasi tersebut. Perawat yang akan melakukan tindakan
dari semua teknik hendaknya menggunakan tahapan komunikasi yang telah dipelajari
mencakup Tahap pertama pra interaksi, tahap kedua orientasi, tahap ketiga kerja dan tahap
keempat terminasi. Selain itu, tahap tindakan septik dan aseptik selalu dilakukan untuk
keamanan klien dan dirinya. Adapun setiap tindakan dilakukan melalui persiapan diri, alat,
klien dan lingkungan. Persiapan yang sesuai akan mendapatkan hasil yang optimal,
demikian pula setiap tindakan hendaknya dievaluasi sampai diyakini bahwa tidak ada
keluhan dari efek terapi. Berikut ini beberapa teknik terapi yang banyak digunakan, antara
lain:
1. Meditasi
Meditasi adalah suatu teknik yang memungkinkan seseorang mampu menggunakan
kesadaran dan pengalamannya sehingga membuat seseorang lebih sadar akan
dirinya (Snyder & Lindquist). Meditasi dapat menjadikan seseorang santai, menurun
konsumsi oksigen, mengurangi frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Hal ini
menjadikan tubuh merasa rileks, pikiran lebih tenang, meningkatkan kesejahteraan
fisik dan emosional dengan kondisi lingkungan tenang, posisi yang nyaman dan
kadangkala menggunakan sebuah alat pengukuran mental seperti mantra (Fontaine,
2005; Mantle & Tiran, 2009). Meditasi merupakan sarana seseorang untuk fokus
terhadap suatu objek. Terapi ini menggunakan sikap tubuh yang spesifik.
Memfokuskan perhatian atau sikap terbuka terhadap gangguan. Indikasi meditasi
dilakukan pada saat stress, Cemas, denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
Kontra indikasi melakukan meditasi adalah klien yang kurang 14 mampu menyimpan
emosi dan kurang mampu menganalisis sebab akibat yang kompleks. Cara
melakukan meditasi ada berbagai macam teknik, proses sederhana yang dapat
dilakukan misalnya melatih napas klien. Tahap pertama diawali dengan persiapan:
ruangan yakni tempat yang tenang dan waktu yang diaggap paling sesuai oleh klien;
gunakan pakaian yang longgar dan nyaman; serta dapat menggunakan musik
(misalnva musik klasik). Tahap kedua menyiapkan posisi yang nyaman, misalnya
dengan mengambil posisi duduk atau berbaring asalkan tulang belakang tetap
terjaga dalam posisi lurus. Tahap ketiga memulai meditasi dengan mata ditutup atau
dibuka, fokus pada keluar masuknya napas terutama gunakan pernapasan perut,
rasakan sensasinya, tahap ini dilakukan dengan hati ikhlas sehingga tercapai tujuan
untuk mengatasi masalah. Langkah ini dapat dilakukan bertahap sesuai proses yang
dilalui dan kemampuan yang didasari dari evaluasi setiap kali tindakan. Meditasi
yang sukses biasanya membutuhkan latihan setidaknya satu kali perhari selama 10-
20 menit.
2. Akupresur
Jenis terapi ini termasuk dalam salah satu pengobatan tradisional cina yang dikenal
dengan traditional chinese medicine disingkat dengan TCM (Mantle & Tiran,2009).
Tindakannya melibatkan stimulasi dari titik-titik spesifik pada tubuh. Akupresur
menggunakan jari atau alat (kayu,magnet) yang ditekan pada titik-titik spesifik pada
tubuh. Akupresur menggunakan jari atau alat (kayu,magnet) yang ditekan pada titik
di permukaan kulit tersebut sedangkan pada akupunktur menggunakan jarum yang
kemudian dimanipulasi dengan tangan atau stimulasi elektrik.
3. Terapi Masase
Teknik ini dengan cara menekan, mengusap, dan memanipulasi otot dan jaringan
lunak lainnya pada tubuh. Pengertian massase telah mengalami proses
penyempurnaan berdasarkan ilmu-ilmu mengenai tubuh manusia serta gerakan-
gerakan tangan yang bersifat mekanis terhadap tubuh manusia yang dilakukan
dengan berbagai teknik (Synder & Lindquist, 2010). Massase dapat berfungsi
sebagai salah satu terapi untuk meredakan berbagai keluhan fisik seperti rasa
kembung, menghilangkannyeri dan meredakan stres serta kelelahan fisik. Massase
membantu mengurangi ketegangan otot dengan menstimulasi sirkulasi darah dalam
tubuh, relaksasi, mengurangi nyeri, sedangkan pada bayi melancarkan sirkulasi
sehingga efektif meningkatkan berat badan (Synder & Lindquist; Mantle & Tiran,
2009). Tindakan massase untuk dewasa dan anak-anak caranya berbeda-beda.
Teknik massase ada berbagai macam cara gerakan. Misalnya menggunakan cara
mengusap, friction (gerakan melingkar kecil-kecil menggunakan jari dengan
penekanan), meremas, mencincang, memukul, dan menggetar (vibrasi) merupakan
gerakan dasar.
4. Yoga
Yoga merupakan suatu sarana untuk mencapai suatu tingkat aktivitas untuk pikiran
dan jiwa agar berfungsi bersama secara harmonis (Shindu, 2013). Yoga merupakan
salah satu terapi yang memiliki dasar pengetahuan mengenai seni pernapasan,
anatomi tubuh manusia, pengetahuan tentang cara mengatur napas disertai gerakan
anggota badan, cara melatih konsentrasi dan kedamaian pikiran.
5. Bekam
Bekam dikenal dari masa kuno, cina dan timur tengah sebagai salah satu teknik
pengobatan tertua didunia. Pengertian bekam adalah melakukan suction pada
bagian tertentu (local) dengan menggunakan cups pada area yang telah dipilih pada
tubuh. Setelah beberapa menit, cup akan dipindahkan dan dilakukan penyayatan
kecil dengan menggunakan scalpel. Suction kedua menggunakan cup pada bagian
tersebut akan mengeluarkan darah dari dalam tubuh dengan kuantitas kecil yang
berfungsi untuk mengeluarkan racun dari tubuh Tujuan utama dari terapi ini adalah
untuk mempercepat aliran darah dan membantu mengeluarkan darah yang sudah
tidak memiliki manfaat bagi tubuh. Bekam juga berguna untuk mengeluarkan racun
dari sirkulasi kulit dan kompartemen interstisial.
6. Hipnoterapi .
Teknik terapi ini digunakan untuk membantu orang lain dalam menciptakan
kemungkinan hidupnya lebih berarti melalui cara mengekspresikan diri dalam
berbagai hal (Stanley, 2014). Hypnosis secara tradisional dianggap sebagai
kesadaran yang berubah, mirip dengan keadaan yang dialami saat mendengarkan
music, menonton tv, melamun atau berkonsentrasi pada tugas .

Jenis terapi komplementer tradisional lainnya adalah pijat, yang berkembang


saat ini dipraktekkan dalam pelayanan SPA adalah pijat Jawa dan Bali sedangkan
shiatsu, tuina, lomilomi, Swedish, akupresur, refleksi termasuk yang berasal dari
negara lain (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Hal ini menunjukkan jamu dan pijat
termasuk pengobatan atau pelayanan tradisional khas Indonesia. 1. Jamu Tahun
1988 merupakan awal dimulainya program pengembangan potensi obat tradisonal
sebagai alternatif pelayanan kesehatan (Chaudhury &Rafei, 2001). Obat tradisional
Indonesia dikenal dengan istilah jamu (WHO, 2010). Perkembangan jamu saat ini
dikelola secara tradisional dan modern, beberapa pabrik jamu di Indonesia bahkan
sudah sampai dimancanegara. Jamu tradisional yang dikelola secara manual dapat
ditemukan di masyarakat Indonesia dengan membuat sendiri dan masih banyak
ditemukan yang dijual keliling kampung misalnya jamu gendong (Wulandari dan
Azrianingsih, 2014). Perkembangan jamu dikelola secara modern sudah semakin
maju dengan adanya pabrik yang diproduksi secara masal da nada yang telah
menggunakan resep dokter. 2. Pijat Tindakan pijat memiliki prinsip yang hampir
sama dengan masase, penekanan pada bagian ini adalah, banyaknya jenis pijat
yang ada di Indonesia tergantung wilayah tempat tinggal masyarakat. Istilah yang
banyak beredar dimasyarakat pijat bermacam-macam, misalnya pijat dan urut. Pijat
memiliki tujuan untuk rileks, melemaskan otot dan memperlancar peredaran darah.
Terapi komplementer merupakan pelengkap dalam intervensi keperawatan.
Setiap individu akan berusaha untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
keinginan dan kemampuan dirinya. Perawat sebagai professional kesehatan yang
kompeten akan berusaha mengembangkan kemampuan terhadapi keilmuan yang
menunjang dalam praktik keperawatan, melakukan atau menggunakan sebagai hasil
penelitian yang membahas terapi komplementer. Jenis terapi komplementer begitu
banyak, penggunaannya dipilih sesuai dan tidak bertentangan dengan pengobatan
konfensional yang telah digunakan klien. Perawat perlu mengetahui tehnik yang ada,
untuk dapat mempersiapkan klien yang akan mendapatkan tindakan komplementer
dan membantu memberikan intervensi yang sesuai kebutuhannya. Prinsip
perlindungan dan keamanan serta kenyamanan tindakan untuk perawat dan klien
harus diperhatikan, misalnya tindakan antiseptik, komunikasikan terapi, tempat yang
tenang dan nyaman sesuai kebutuhan serta mengikuti langkah yang tepat sesuai
tahapan intervensi dan dilakukan untuk melengkapi tindakan keperawatan dalam
asuhan keperawatan.
Perawat dalam memenuhi kebutuhan tersebut membutuhkan pengetahuan
dan ketrampilan untuk dapat memberikan intervensi pada klien. Tindakan yang
dilakukan perawat harus menjadi bagian dari asuhan keperawatan serta
memperhatikan prinsip holistik, komprehensif, dan kontinum. Apabila perawat
mampu memahami dan melaksanakan konsep tersebut, diharapkan pelayanan
kesehatan terbaik untuk klien dapat diberikan karena masyarakat Indonesia saat ini
banyak yang sangat mempercayai kombinasi terapi tradisional dan konvensional
dalam pemenuhan kesehatannya.
Prinsip keperawatan yang perlu diaplikasikan dalam melaksanakan terapi
komplementer dan alternatif adalah holistik, komprehensif, dan kontinum. Prinsip
holistik pada terapi komplementer sesuai dengan pendekatan perawat yang
mengacu pada kebutuhan biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual, Artinya
perawat dalam melaksanakan terapi komplementer perlu berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosial kultular dan spiritual klien. Perawat dapat
menggunakan prinsip ini karena mengakui adanya kemampuan alami dalam
pemulihan tubuh dengan menggabungkan berbagai intervensi sebagai
komplementer termasuk memberikan terapi musik, life review, relaksasi, healing
touch, dan guided imaginery (imajinasi tertuntun) karena terapi tersebut
menyesuaikan kondisi dan kemampuan klien, non invasif yang ekonomis, dan non
farmakolog.
Terapi komplementer juga dapat digunakan dalam membantu kllien untuk
memenuhi kebutuhan psikososial tersebut. Sebagai contoh terapi relaksasi yang
dipadukan dengan hipnotis dapat membantu kondisi rileks pada klien, keluarga
ataupun kelompok dengan masalah psikososial tersebut. Artinya terapi
komplementer dapat digunakan diberbagai level pencegahan dengan
memperhatikan sistem yang ada pada klien.
layanan kesehatan terintegrasi menekankan petingnya hubungan antara
terapis atau praktisi dengan klien, fokus pada individu secara menyeluruh,
menginformasikan berdasarkan bukti, dan menggunakan pendekatan terepeutik
yang tepat, pelayanan kesehatan professional dan lintas disiplin sehingga mencapai
kesehatan yang optimal (Kreitzer et al, 2009 dalam Potter, Perry, Stockert & Hall,
2013). Pemberian terapi yang berkelanjutan baik di rumah ataupun di pelayanan
kesehatan secara konvensional maupun komplementer diharapkan dapat
memberikan intervensi terbaik untuk kebutuhan klien (Stanhope & Lancaster, 2014).
Artinya terapi komplementer dapat diberikan diberbagai level layanan sesuai
dengan kebutuhan dan ketersediaannya, hal ini menunjukkan bahwa terapi
komplementer apabila di berikan pada seseorang telah sesuai dengan prinsip dan
konsep keperawatan.
Umumnya masyarakat yang menggunakan komplementer banyak
dipengaruhi oleh nilai budaya, adat isitiadat dan ingkungan tempat tinggalnya,
sehingga hal ini sesuai dengan kode etik keperawatan. Intervensi ini juga harus
memberikan aspek manfaat dan menghindari dampak buruk (maleficience) pada
klien. Perawat harus menerapkan informed consent sebelum melakukan terapi
komplementer dan juga mengacu pada prinsip beneficience (kemanfaatan) yang di
dasari hasil kajian dan evaluasi respons terhadap terapi yang dilakukan sebelumnya
Proses keperawatan berfokus pada lim alangkah utama, pengakjian,
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Potter, Perry, stockert & Hall,
2013). Proses ini membantu perawat untuk memahami klien, dengan
memperlakukannya secara holistik. Saat melakukan tindakan terapi komplementer
yang perlu diindentifikais tidak hanya kesehatan emosional dan mental serta fisik
klien, tetapi juga latar belakang klien seperti, nilai-nilai, keyakinan, etnis, agama,
dan budaya; serta mengidentifikasi berbagai factor ini penting untuk ksehatan klien.
Perawat menggunakan proses keperawatan dengan mempertimbangkan klien
menjadi mampu mengenali kesehatannya sendiri dan meghormati pengalaman
subjektifnya yang relavan dalam mmlihara kesehatan atau pendamping dalam
pemulihan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/409245223/TERAPI-TRADISIONAL-DALAM-
KEPERAWATAN-KOMUNITAS-WORD-docx
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/200/311
https://pdfcookie.com/download/terapi-komplementer-dalam-keperawatan-komunitas-
mlxz3q798k27
http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/terapi-komplementer-dalam-keperawatan/
file:///C:/Users/asus/Downloads/pdfcoffee.com_terapi-komplementer-dalam-keperawatan-
komunitas-5-pdf-free.pdf

Anda mungkin juga menyukai