Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANAJEMEN RESIKO K3 DALAM KESELAMATAN PASIEN DAN PERAWAT


(Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 Dalam
Keperawatan)
Dosen Pengampu : Dra. Hj, Erna Mesra, M.Kes

Disusun Oleh
(Kelompok 3)

Amanda Recca M.F Lula Pangestu


Dian Rahmayani Rahma Kesuma Wardani
Elisa Fadillah Sendy Pratama
Gadis Intanovia Adinda Vani Septidian Sari

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang
kepada dosen mata kuliah K3 Dalam Keperawatan sehingga makalah ini
terselesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang lain atas segala bantuan dan dukungannya. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk makalah ini.
Akhirkata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

Tangerang, Juli 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................
E. Metode Penulisan.......................................................................................
F. Sistematika Penulisan................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hierarki Pengendalian Resiko ..................................................................
B. Manajemen K3 di Dalam Gedung.............................................................
C. Manajemen Risiko Dalam K3 Diluar Gedung ..........................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang dikategorikan tidak


aman dan berisiko terjadinya kejadian yang tidak diharapkan, baik dari ruang
lingkup yang paling kecil bahkan sampai dengan Rumah Sakit sekalipun.
Risiko mungkin saja dialami oleh setiap orang yang berada dalam sarana
pelayanan kesehatan. Risiko atau kejadian yang tidak diharapkan terjadi bukan
karena adanya unsur kesengajaan, tetapi karena rumitnya pelayanan
kesehatan.Banyak faktor yang berpengaruh, sebagai contoh tidak tersedianya
SDM yangkompeten, kondisi fasilitas, ketersediaan obat, dan peralatan
kesehatan yangtidak memenuhi standar.
Pasien, pengunjung, dan masyarakat dapat mengalami cidera yang tidak
diharapkan terkait dengan infeksi, kesalahan pemberian obat, kesalahan
identifikasi, kondisi fasilitas pelayanan yang tidak aman, maupun
akibat penyelenggaraan kegiatan pada upaya kesehatan masyarakat yang tidak
memperhatikan aspek keselamatan. Risiko-risiko yang mungkin terjadi
dalam pelayanan kesehatan perlu diidentifikasi dan dikelola dengan baik untuk
mengupayakan keselamatan pasien, pengunjung dan masyarakat yang dilayani.
Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian
memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahaya
nya menuju ke titik yang aman. Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara
eliminasi memiliki tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi tertinggi di
antara pengendalian lainnya. Dan pada urutan hierarki setelahnya, tingkat
keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun. Pengendalian resiko merupakan
suatu hierarki (dilakukan berurutan sampai dengan tingkat resiko/bahaya
berkurang menuju titik yang aman). Hierarki pengendalian tersebut antara lain
ialah eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan alat pelindung diri
(APD).
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Konsep rasional Total Safety Control adalah suatu pengintegrasian tindakan
manajemen dan tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk mempromosikan
suatu proses konstruksi yang aman (Suraji, 2014).
Keselamatan pasien di RS adalah suatu sistem dimana rumah
sakitmembuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment
resiko,identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implemntasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahanakibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yangseharusnya
dilakukan
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud melakukan
pembuatan makalah K3 Dalam Keperawatan untuk membahas terkait
Manajemen resiko K3 dalam keselamatan pasien dan perawat.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan adalah :
a. Apa pengertian dari pierarki Pengendalian Resiko
b. Bagaiamana manajemen K3 di Dalam Gedung
c. Bagaiamana manajemen Risiko Dalam K3 Diluar Gedung

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Makalah K3 Dalam Keperawatan ini dapat menggambarkan tentang
Manajemen resiko K3 dalam keselamatan pasien dan perawat.
2. Tujuan Khusus
Dengan disusunnya makalah K3 Dalam Keperawatan ini diharapkan
mahasiswa program profesi Ners dapat :
a. Dapat mengetahui pengertian dari pierarki Pengendalian Resiko
b. Dapat mengetahui bagaiamana manajemen K3 di Dalam Gedung
c. Dapat mengetahui bagaiamana manajemen Risiko Dalam K3 Diluar
Gedung

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai sarana referensi khususnya bagi mahasiswa program profesi Ners
dalam mengaplikasikan Manajemen resiko K3 dalam keselamatan pasien
dan perawat.
2. Sebagai bahan masukan khususnya bagi mahasiswa program profesi Ners
untuk meningkatkan pengetahuan dalam mengaplikasikan Manajemen
resiko K3 dalam keselamatan pasien dan perawat.

E. Metode Penulisan
Data-data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan teknik
pengumpulan data Studi kepustakaan yaitu usaha memperoleh data secara
teori yang berhubungan dengan Manajemen resiko K3 dalam keselamatan
pasien dan perawat.

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan makalah sistem informasi
keperawatani ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hierarki Pengendalian Resiko

Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian


memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat
resiko/bahaya-nya menuju ke titik yang aman. Pengendalian
Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan,
kehandalan dan proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya. Dan
pada urutan hierarki setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan
proteksi menurun. Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki
(dilakukan berurutan sampai dengan tingkat resiko/bahaya berkurang
menuju titik yang aman). Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialah
eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan alat pelindung diri
(APD).

a. Eliminasi
memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya; misalnya,
memperkenalkan perangkat mengangkat mekanik untuk
menghilangkan penanganan bahaya manual :
b. Subtitusi
pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi energi sistem
(misalnya, menurunkan kekuatan, ampere, tekanan, suhu, dll)
c. Kontrol teknik / Perancangan
menginstal sistem ventilasi, mesin penjagaan, interlock, dll
d. Kontrol administratif
tanda-tanda keselamatan, daerah berbahaya tanda, tandatanda foto-
luminescent, tanda untuk trotoar pejalan kaki, peringatan sirene /
lampu, alarm, prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol
akses, sistem yang aman, penandaan, dan izin kerja, dll
e. Alat Pelindung Diri (APD) – kacamata safety, perlindungan
pendengaran, pelindung wajah, respirator, dan sarung
tanganUmumnya tiga tingkat pertama adalah paling diinginkan,
namun tiga tingkat tersebut tidak selalu mungkin untuk diterapkan.

B. Manajemen K3 di Dalam Gedung

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah


bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif. Konsep rasional Total Safety Control
adalah suatu pengintegrasian tindakan manajemen dan tindakan
pelaksanaan yang sinergis untuk mempromosikan suatu proses konstruksi
yang aman (Suraji, 2014). Ada banyak pendekatan dalam manajemen K3,
diantaranya menurut OHSAS 18001, dan menurut TQM di mana
keselamatan merupakan suatu pusat dan fokus integral dalam program
pengendalian mutu terpaduyang harus ditingkatkan secara terus - menerus
untuk memenuhi kepuasan pelanggan (intern-ekstern).

1. Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko Dalam K3 Didalam


Rumah Sakit
a. Planning/ (Perencanaan) Fungsi perencanaan adalah suatu
usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa
mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
hal ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit
dan instansi kesehatan.perencanaan ini dilakukan untuk
memenuhi standarisasi kesehatan pacsa perawatan dan
merawat (hubungan timbal balik pasien – perawat / dokter,
serta masyarakat umum lainnya). Dalam perencanaan tersebut,
kegiatan yang ditentukan meliputi:
1) Hal apa yang dikerjakan
2) Bagaimana cara mengerjakannya
3) Mengapa mengerjakan
4) Siapa yang mengerjakan
5) Kapan harus dikerjakan
6) Dimana kegiatan itu harus dikerjakan
7) hubungan timbal balik ( sebab akibat)

Kegiatan kesehatan ( rumah sakit / instansi kesehatan )


sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah
mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian,
juga metode-metode yang dipakai makin banyak ragamnya.
Semuanya menyebabkan risiko bahaya yang dapat terjadi dalam
( rumah sakit / instansi kesehatan ) makin besar. Oleh karena itu
usahausaha pengamanan kerja di rumah sakit / instansi kesehatan
harus ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja
rumah sakit / instansi kesehatan.

b. Organizing/ (Organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit /
instansi kesehatan dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai
dari tingkat rumah sakit / instansi kesehatan daerah (wilayah)
sampai ke tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah
dalam organisasi ini baik secarapusat (nasional) perlu dibentuk
Komisi Keamanan Kerja rumah sakit / instansi yang tugas dan
wewenangnya dapat berupa :
1) Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah
sakit / instansi kesehatan
2) Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana-
an keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan
3) Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah
sakit / instansi kesehatan
4) Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan
penerbitan izin rumah sakit / instansi kesehatan
5) mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul
dari suatu rumah sakit / instansi kesehatan

Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi


/Cermin Dunia Kedokteran No. 154, 2007 5/ background image
Manajemen keselamatan kerja profesi (PDSPatklin) ataupun
organisasi seminat (Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasi
keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan
ini. Anggota organisasi profesi atau seminat yang terkait dengan
kegiatan rumah sakit / instansi kesehatan dapat diangkat menjadi
anggota komisi di tingkat daerah (wilayah) maupun tingkat pusat
(nasional). Selain itu organisasi-organisasi profesi atau seminar
tersebut dapat juga membentuk Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit / Instansi Kesehatan

c. Actuating/ (Pelaksanaan)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong
semangat kerja, mengerahkan aktivitas, mengkoordinasikan
berbagai aktivitas yang akan menjadi aktivitas yang kompak
(sinkron), sehingga semua aktivitas sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan program kesehatan dan
keselamatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan sasarannya ialah
tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang
bekerja maupun masyarakat dalam rumah sakit / instansi kesehatan
wajib mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan
akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam rumah sakit /
instansi kesehatan, serta memiliki kemampuan dan pengetahuan
yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi berbagai peraturan
atau ketentuan dalam menangani berbagai specimen reagensia dan
alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul
permasalahan, keraguraguan atau pertentangan, maka menjadi
tugas semua untuk mengambil keputusan penyelesaiannya adanya
rencana

2. Faktor Risiko K3 Didalam Rumah Sakit


Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan
pada bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia
yang toksik , peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara
garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau instansi
kesehatan dapat digolongkan dalam :
a. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah
terbakar atau meledak (obat– obatan)
b. Bahan beracun, korosif dan kaustik
c. Bahaya radiasi
d. Pencahayaan
e. Syok akibat aliran listrik .
f. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam,
Contoh : Ampul Obat, Jarum Suntik
g. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

C. Manajemen Risiko Dalam K3 Diluar Gedung


1. Eliminasi – memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya;
misalnya, memperkenalkan perangkat mengangkat mekanik untuk
menghilangkan penanganan bahaya manual
2. Subtitusi – pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi energi
sistem (misalnya, menurunkan kekuatan, ampere, tekanan, suhu, dll)
3. Kontrol teknik / Perancangan – menginstal sistem ventilasi, mesin
penjagaan, interlock, dll
4. Kontrol administratif – tanda-tanda keselamatan, daerah berbahaya
tanda, tanda-tanda foto-luminescent, tanda untuk trotoar pejalan kaki,
peringatan sirene / lampu, alarm, prosedur keselamatan, inspeksi
peralatan, kontrol akses, sistem yang aman, penandaan, dan izin kerja,
dll
5. Alat Pelindung Diri (APD) – kacamata safety, perlindungan
pendengaran, pelindung wajah, respirator, dan sarung tangan.
Umumnya tiga tingkat pertama adalah paling diinginkan, namun tiga
tingkat tersebut tidak selalu mungkin untuk diterapkan. Dalam
menerapkan hirarki, Anda harus mempertimbangkan biaya relatif,
manfaat pengurangan risiko, dan keandalan dari pilihan yang tersedia.
Dalam membangun dan memilih kontrol, masih banyak hal yang perlu
dipertimbangkan, diantaranya:
a. Kebutuhan untuk kombinasi kontrol, menggabungkan unsur-
unsur dari hirarki di atas (misalnya, perancangan dan kontrol
administratif)
b. Membangun praktik yang baik dalam pengendalian bahaya
tertentu yang dipertimbangkan, beradaptasi bekerja untuk
individu (misalnya, untuk memperhitungkan kemampuan mental
dan fisik individu)
c. Mengambil keuntungan dari kemajuan teknis untuk meningkatkan
kontrol
d. Menggunakan langkah-langkah yang melindungi semua orang
(misalnya, dengan memilih kontrol rekayasa yang melindungi
semua orang di sekitar bahaya daripada menggunakan Alat
Pelindung Diri)
e. Perilaku manusia dan apakah ukuran kontrol tertentu akan
diterima dan dapat dilaksanakan secara efektif
f. Tipe dasar kegagalan manusia/human error (misalnya, kegagalan
sederhana dari tindakan sering diulang, penyimpangan memori
atau perhatian, kurangnya pemahaman atau kesalahan penilaian,
dan pelanggaran aturan atau prosedur) dan cara mencegahnya
g. Kebutuhan untuk kemungkinan peraturan tanggap darurat bila
pengendalian risiko gagal
h. Potensi kurangnya pengenalan terhadap tempat kerja, contoh:
visitor atau personil kontraktor

Setelah kontrol telah ditentukan, organisasi dapat memprioritaskan


tindakan untuk melaksanakannya. Dalam prioritas tindakan, organisasi
harus memperhitungkan potensi pengurangan risiko kontrol direncanakan.
Dalam beberapa kasus, perlu untuk memodifikasi aktivitas kerja sampai
pengendalian risiko di tempat atau menerapkan pengendalian risiko
sementara sampai tindakan yang lebih efektif diselesaikan – misalnya,
penggunaan mendengar perlindungan sebagai langkah sementara sampai
sumber kebisingan dapat dihilangkan, atau aktivitas kerja dipisahkan
untuk mengurangi paparan kebisingan. kontrol sementara tidak harus
dianggap sebagai pengganti jangka panjang untuk langkah-langkah
pengendalian risiko yang lebih efektif.

Seleksi dan pelaksanaan kontrol adalah bagian paling penting dari


Sistem Manajemen K3, tapi itu tidak cukup untuk membuatnya bekerja.
Efek dari implementasi kontrol harus dipantau untuk menentukan apakah
sudah mencapai hasil yang diinginkan, dan organisasi harus selalu
mengejar kemungkinan adanya kontrol baru yang lebih efektif dan lebih
low cost.

Faktor Risiko K3 Diluar Rumah Sakit

Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau
instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :

a. Ruang bangunan dan halaman RS


b. Lingkungan bangunan RS
c. Lingkungan bangunan RS harus bebas dari banjir
d. Lingkungan RS harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu, tidak
becek, atau tidak terdapat genangan air, dan dibuat landai menuju ke
saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk
dan disesuaikan dengan luas halaman
e. Pencahayaan Faktor-Faktor Risiko K3 di Luar Gedung
f. Kebisingan
g. Kebersihan
h. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah
i. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas
lahan keseluruhan
j. Tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan
tempat sampah
k. Selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara
kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan
l. Jalur lalu lintas pejalan kaki dan jalur kendaraan harus dipisahkan
m. Ketetapan yang diatur oleh the environment protection act 1990
mendefinisikan : Polutan, Limbah terkendali, Limbah khusus
n. Kriteria limbah berbahaya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Kuswana. 2017. Ergonomi dan K3. Bandung : Rosada


Rachmatiah.2015. Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja. Yogyakarta :
Gadjah Mada University press
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Depnakertrans, 2011. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan
Kesehatan. Jakarta.
Kurniawan .B. 2009. Panduan Praktikum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
UNDIP. Semarang: Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) UNDIP
Kurniawidjaja, Meily. L. 2011. Teori dan aplikasi kesehatan kerja. Jakarta :
Universitas Indonesia.
DITJEN. Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. 2006. Himpunan Peraturan Perundang – undangan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai