Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya angka kejadian alergi selama 20 tahun terakhir dapat


menimbulkan masalah bagi dunia kesehatan. Alergi ditimbulkan karena
perubahan reaksi tubuh (menjadi rentan) terhadap suatu bahan yang ada dalam
lingkungan hidup kita sehari-hari. Alergi adalah suatu perubahan reaksi atau
respon pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang
sebenarnya tidak berbahaya. Ada berbagai cara alergi masuk kedalam tubuh yaitu
melalui saluran pernafasan (alergen inhalatif/alergi hidup), alergi kontak, melalui
suntikan atau sengatan, dan alergi makanan. Alergi sering ditemui dimasyarakat,
bahkan dapat menambah beban ekonomi keluarga, menggangu interaksi sosial,
kegiatan sekolah, pekerjaan serta menurunkan kualitas kesehatan hidup penderita.
(Menul Ayu Umborowati, Sawitri, Marsoedi Hoetomo, 2015).

Untuk mengetahui sakit apa yang kita alami, umumnya dokter akan
menghitung kadar eosinofil dalam tubuh. Eosinofil adalah sel darah putih didalam
tubuh, kadar eosinofil yang normal 0-450 eosinofil per milimeter darah. Sel ini
memiliki banyak fungsi, antara lain membasmi bakteri dan parasit, dan
mengendalikan sistem tubuh. Kadar eosinofil yang normal bisa nol atau tidak
sama sekali. Biasanya, apabila baru sekali melakukan tes darah ini dan
menemukan jenis sel darah putih rendah, biasanya belum tentu mengindikasikan
adanya masalah.

Namun, ada beberapa kondisi kesehatan yang menyebabkan kadar


eosinofil(sel darah putih) ini menjadi rendah. Kondisi ini disebut dengan
eosinopenia. Eosinopenia salah satunya bisa disebabkan karena mabuk atau terlalu
banyak mengonsumsi steroid. Kelebihan produksi kortisol dalam tubuh juga dapat
menahan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan eosinopenia. Rendahnya
jumlah eosinofil mungkin juga dapat disebabkan oleh perubahan waktu. Misalnya
saja, dalam kondisi normal dan sehat, eosinofil akan memiliki jumlah paling

1
rendah di pagi hari dan akan mencapai kadar tertingginya di malam hari. Namun,
apabila seluruh jenis sel darah putih terhitung rendah, mungkin patut waspada
sebab hal itu bisa menjadi penanda adanya masalah dengan susum tulang.

Tingkat eosinofil tinggi berkisar antara 500 dan 1.500 per mikroliter darah.
Ketika kadar eosin dalam tubuh menjadi tinggi, kondisi ini dikenal dengangan
eosinophilia. Eosinophilia adalah sel darah putih yang berperan dalam sistem
kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberapa infeksi pada
makhluk vertebrata. Munculnya alergi disebabkan oleh paparan terhadap alergen,
yaitu unsur asing yang secara keliru dianggap berbahaya oleh sistem kekebalan
tubuh, sehingga jika terpapar bisa mengakibatkan reaksi alergi. Pemeriksaan bisa
dilakukan dipuskesmas, kelinik, rumah sakit, atau lab kesehatan. Dengan cara
pengambilan sample darah dari lengan yang nantinya akan diperiksa. Hal tersebut
juga merupakan salah satu alasan penting untuk melakukan pemeriksaan eosinofil
pada pasien alergi. Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan pemeriksaan
untuk mengetahui gambaran pemeriksaan diff eosinofil pada pasien alergi.
Pemeriksaan eosinofil bisa dilakukan memakai alat manual dan juga bisa
diperiksa dengan alat otomatis.

2
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan


pengetahuan tentang gambaran pemeriksaan diff eosinofil pada pasien
alergi.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Menggambarkan pemeriksaan diff eosinofil pada pasien alergi.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanan Penelitan

1.3.1 waktu pelaksanaan

Waktu penelitian dilaksanakan pada Semester V (lima) selama 2


bulan yaitu mulai dari 15 Juli 2019 sampai 13 September 2019.

1.3.2 Tempat Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Medika Dramaga. Jalan


Raya Dramaga No.KM.7,3 Margajaya, Kec. Bogor Bar., Kota Bogor,
Jawa Barat 16680.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka dapat


dirumuskan permasalahan yaitu :

1. Bagaimana hasil gambaran pemeriksaan diff eosinofil pada pasien alergi?

1.5 Pembatasan Masalah

Penulis membatasi masalah hanya pada gambaran pemeriksaan diff


eosinofil pada pasuen alergi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alergi

2.1.1 Definisi

Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh manusia terhadap


benda tertentu. Reaksi alergi yang muncul juga tergantung dari jenis
alergennya karena pada tiap orang berbeda-beda. Alergi umumnya terjadi
pada anak-anak dan biasanyakan mereda seiring bertambahnya usia.
Namun pada beberapa orang, alergi yang diderita masih muncul meskipun
sudah memasuki usia dewasa. Benda yang dapat memicu respons alergi
dikenal dengan istilah alergen. Pada kebanyakan orang, alergen tidak
menimbulkan reaksi pada tubuh. Namun, pada orang yang memiliki
alergen tersebut, sistem imun akan mengeluarkan reaksi karena dianggap
berbahaya bagi tubuh. Reaksi alergi yang muncul pada setiap orang
berbeda-beda, dari reaksi yang ringan seperti bersin-bersin hingga reaksi
yang berat. Alergi adalah salah satu penyakit yang banyak dijumpai
dimasyarakat. Umumnya masyarakat menganggap bahwa penyakit alergi
hanya sebatas gatal-gatal dikulit. Alergi sebenarnya dapat terjadi pada
semua bagian tubuh, tergantung pada tempat terjadinya reaksi alergi
tersebut. Alergi merupakamanifestasi hiperrenfonsif dari organ yang
terkena seperti kulit, hidung, telinga, paru, atau saluran pencernaan.

Alergi merupakan kepekaan tubuh terhadap benda asing (alergen)


didalam tubuh. Reaksi setiap individu terhadap alergen berbeda-beda,
sehingga individu yang satu bisa lebih peka dari pada individu yang lain.
Untuk mencegah reaksi alergi, selain menghindari kontak kimiawi cepat
menyembuhkan serta mudah diperoleh. Seiring dengan timbulnya
kesadaran akan dampak buruk produk-produk kimiawi, timbul pula
kesadaran akan pentingnya kembali kealam (back to nature). Masyarakat
mulai beralih pada pengobatan alami dengan menggunakan berbagai
tanaman obat dalam mengobati penyakit alergi. Salah satu tanaman obat

4
yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit alergi adalah pegagan
(centella asiatica).

Reaksi alergi yang muncul pada tiap orang berbeda-beda, dari


reaksi yang ringan seperti bersin-bersin hingga reaksi yang berat, yaitu
anafilaksis. Reaksi alergi yang muncul juga tergantung dari jenis
alergennya

Alergi umumnya terjadi pada anak-anak dan biasanya akan mereda


seiring bertambahnya usia. Namun pada beberapa orang, alergi yang
diderita masih muncul meskipun sudah memasuki usia dewasa.

Sistem kekebalan tubuh bertanggung jawab untuk


mempertahankan tubuh terhadap bakteri dan virus. Dalam beberapa kasus,
sistem kekebalan tubuh akan melawan zat yang biasannya tidak
menimbulkan ancaman bagi tubuh manusia. Zat ini dikenal sebagai
alergen, dan ketika tubuh bereaksi terhadap mereka, hal ini menyebabkan
reaksi alergi. Alergen yang menyebabkan reaksi dapat kontak dengan
kontak dengan, kulit, terhirup, atau dimakan. Alergen juga dapat
digunakan untuk mendiagnosis alergi dan bahkan disuntikan sebagai
bentuk pengobatan.

Dengan kata lain alergi adalah kondisi ketika sistem kekebalan


tubuh bereaksi terhadap sesuatu yang biasanya tidak berbahaya. Pemicu
alergi yang disebut alergen, dapat mencakup serbuk sari, jamur, bulu
binatang, makanan tertentu, dan hal-hal yang mengiritasi kulit. Alergi
disebabkan oleh reaksi sistem imun terhadap alergen yang berbeda-beda
pada tiap orang.

Gejala alergi pada tiap orang berbeda, bisa ringan atau berat.
Gejala bisa berupa bersin-bersin, hidung berair, mata memerah dan
gatal, ruam kulit yang terasa gatal, hingga sesak napas.

Untuk mendiagnosis alergi dan penyebabnya, dokter akan


menanyakan gejala yang muncul dan aktivitas yang dilakukan sebelum

5
munculnya gejala tersebut, serta melakukan pemeriksaan fisik. Dokter
juga dapat melakukan tes pada kulit serta tes darah pada penderita untuk
membuktikan terjadinya reaksi alergi.

Jika pemicu alergi sudah diketahui, penderita dapat menghindari


kontak dengan alergen untuk mencegah terjadinya reaksi alergi. Untuk
meredakan gejala alergi yang muncul, dokter dapat memberikan obat
antialergi, seperti antihistamin dan kortikosteroid. Penderita yang
mengalami reaksi alergi yang berat perlu segera ke IGD rumah sakit
terdekat untuk diberikan suntik epinephrin oleh dokter.( dr. Tjin
Willy,2019)

2.1.2 Etiologi Alergi

Reaksi alergi timbul akibat paparan terhadap bahan yang pada


umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan,
disebut alergen. Antibiotik dapat menimbulkan reaksi alergi anafilaksis
misalnya penisilin dan derivatnya, basitrasin, neomisin, tetrasiklin,
streptomisin, sulfonamid dan lain-lain. Obat-obatan lain yang dapat
menyebabkan alergi yaitu anestesi lokal seperti prokain atau lidokain serta
ekstrak alergen seperti rumput-rumputan atau jamur, Anti Tetanus Serum
(ATS), Anti Diphtheria Serum (ADS), dan anti bisa ular juga dapat
menyebabkan reaksi alergi. Beberapa bahan yang sering dipergunakan
untuk prosedur diagnosis dan dapat menimbulkan alergi misalnya zat
radioopak, bromsulfalein, benzilpenisiloilpolilisin. Selain itu, makanan,
enzim, hormon, bisa ular, semut, udara (kotoran tungau dari debu rumah),
sengatan lebah serta produk darah seperti gamaglobulin dan kriopresipitat
juga dapat merangsang mediator alergi sehingga timbul manifestasi alergi.
Alergi makanan biasanya terjadi pada satu tahun pertama kehidupan
dikarenakan maturitas mukosa usus belum cukup matang, sehingga
makanan lain selain ASI (Air Susu Ibu), contohnya susu sapi, jika
diberikan pada bayi 0-12 bulan akan menimbulkan manifestasi penyakit
alergi. Hal ini disebabkan makanan yang masuk masih dianggap asing
oleh mukosa usus di saluran pencernaan yang 13 belum matur sehingga

6
makanan tidak terdegradasi sempurna oleh enzim pencernaan kemudian
menimbulkan hipersensitivitas( Kay AB, 2014)

2.1.3 Epidemiologi Alergi

Prevalensi penyakit alergi terus meningkat secara dramatis di


dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang, terlebih selama
dua dekade terakhir. Diperkirakan lebih dari 20% populasi di seluruh
dunia mengalami manifestasi alergi seperti asma, rinokonjungtivitis,
dermatitis atopi atau eksema dan anafilaksis. WHO memperkirakan alergi
terjadi pada 5-15% populasi anak di seluruh dunia.3 Pada fase 3 dari studi
yang dilakukan oleh International Study of Asthma and Allergy in
Childhood (ISAAC) pada tahun 2002-2003 dilaporkan bahwa prevalensi
asma bronkial, rhinitis alergi dan dermatitis atopik cenderung meningkat
di sebagian besar lembaga dibandingkan data 5 tahun sebelumnya.4 Pada
tahun pertama kehidupan bayi dengan kadar IgE.

2.1.4 Mekanisme alergi

Mekanisme alergi terjadi akibat induksi oleh IgE yang spesifik


terhadap alergen tertentu, yang berikatan dengan mediator alergi yaitu sel
mast. Reaksi alergi dimulai dengan cross-linking dua atau lebih IgE yang
terikat pada sel mast atau basofil dengan alergen. Rangsang ini
meneruskan sinyal untuk mengaktifkan sistem nukleotida siklik yang
meninggikan rasio cGMP terhadap cAMP dan masuknya ion Ca++ ke
dalam sel. Peristiwa ini akan menyebabkan pelepasan mediator lain.
Mediator histamin dapat menyebabkan kontraksi otot polos bronkus yang
menyebabkan bronkokonstriksi. Pada sistem vaskular menyebabkan
dilatasi venula kecil, sedangkan pada pembuluh darah yang lebih besar
menyebabkan 15 konstriksi karena kontraksi otot polos. Selanjutnya
histamin meninggikan permeabilitas kapiler dan venula pasca kapiler.
Perubahan vaskular ini menyebabkan respon wheal-flare (triple respons
dari Lewis) dan bila terjadi sistemik dapat menimbulkan hipotensi,
urtikaria dan angioderma. Pada traktus gastrointestinalis histamin

7
meninggikan sekresi mukosa lambung dan bila penglepasan histamin
terjadi sistemik maka aktivitas otot polos usus dapat meningkat
menyebabkan diare dan hipermotilitas. Newly synthesized mediator terdiri
dari leukotrien, prostaglandin dan tromboksan. Leukotrien dapat
menimbulkan efek kontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas dan
sekresi mukus. Prostaglandin A dan F menyebabkan kontraksi otot polos
dan juga meningkatkan permeabilitas kapiler, sedangkan prostaglandin E1
dan E2 secara langsung menyebabkan dilatasi otot polos bronkus.
Eosinophyl chemotacting factor-anaphylazsis (ECF-A) dilepaskan segera
waktu degranlasi. ECF-A menarik eosinofil ke daerah tempat reaksi alergi
untuk memecah kompleks antigen-antibodi dan menghalangi aksi newly
synthesized mediator dan histamin. Plateletes Activating Factor (PAF)
menyebabkan bronkokonstriksi dan meninggikan permeabilitas pembuluh
darah. PAF juga mengaktifkan faktor XII yang akan menginduksi
pembuatan bradikinin. Bradikinin dapat menyebabkan kontraksi otot
bronkus dan vaskular secara lambat, lama dan hebat. Serotonin tidak
ditemukan dalam sel mast manusia tetapi dalam trombosit dan dilepaskan
waktu agregasi trombosit yang juga akan menyebabkan kontraksi otot
bronkus tapi hanya sebentar.

Alergen memasuki tubuh manusia melalui berbagai rute


diantaranya kulit, saluran nafas, dan saluran pencernaan. Ketika masuk,
alergen akan dijamu serta diproses oleh Antigen Presenting Cells (APCs)
di dalam endosom. Kemudian APC akan mempresentasikan Major
Histocompatibility Complex (MHC) kelas II kepada sel limfosit T helper
(Th0) di dalam limfe sekunder. Sel Th0 akan mengeluarkan Interleukin-4
(IL-4) yang merubah proliferasi sel Th menjadi Th2. Sel Th2 akan
menginduksi sel limfosit B (sel B) untuk memproduksi Imunoglobulin
(Ig).Pada orang dengan alergi, Th1 tidak cukup kuat menghasilkan
interferon gamma (IFN-ɤ) untuk mengimbangi aktivitas Th2, sehingga
Th2 akan lebih aktif memproduksi IL-4. Hal ini menyebabkan sel B
menukar produksi antibodi IgM menjadi IgE. IgE akan menempel pada
reseptor IgE berafinitas tinggi (FcƐRI) pada sel mast, basofil dan eosinofil.

8
Fase ini dimulai pada 2-6 jam setelah paparan alergen dan
puncaknya setelah 6-9 jam. Mediator inflamasi akan menginduksi sel imun
seperti basofil, eosinofil dan monosit bermigrasi ke tempat kontak dengan
paparan alergen. Selsel tersebut akan mengeluarkan substansi inflamasi
spesifik yang menyebabkan aktivitas imun berkepanjangan serta kerusakan
jaringan.

2.1.5 macam-macam alergi

a. Alergi makanan merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh setelah


konsumsi makanan tertentu.
b. Alergi kulit terjadi saat zat alergen yang memicu alergi bersentuhan
dengan kulit. Raksi alergi berupa kulit yang merah,gatal, hingga bengkak,
biasannya akan terjadi setelah kontak fisik terhadap zat terebut.
c. Alergi debu merupakan salah satu zat yang dapat menyebabkan
terjadinnya alergi.
d. Alergi obat merupakan reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh
terhadap obat yang dikonsumsi.

2.1.6 Penyebab alergi

Alergi disebabkan oleh reaksi sistem imun terhadap alergen yang


berbeda-beda pada tiap orang. Alergi dapat dipicu oleh beberapa
penyebab. Munculnya alergi disebabkan oleh paparan terhadap alergen,
yaitu unsur asing yang secara keliru dianggap berbahaya oleh sistem
kekebalan tubuh, sehingga jika terpapar bisa mengakibatkan reaksi alergi.
Reaksi alergi timbul ketikasistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap
benda-benda yang tidak menimbulkan reaksi pada orang lain. Normalnya
sistem imun akan bereaksi terhadap benda-benda yang berbahaya bagi
tubuh seperti virus, bakteri, dan zat racun. Reaksi ini akan terjadi pada
semua orang yang tidak memiliki kelainan sistem kekebalan tubuh. Akan
tetapi pada penderita alergi, sistem kekebalan tubuh tidak hanya bereaksi
terhadap benda atau zat yang berbahaya, juga bereaksi terhadap zat khusus

9
yang tidak menimbulkan reaksi apa-apa terhadap orang lain. Zat tersebut
pada penderita alergi menjadi alergen. Sistem imun akan menganggap
benda-benda pemicu alergi atau alergen tersebut sebagai zat berbahaya,
sehingga sistem kekebalan tubuh akan bereaksi dan menimbulkan reaksi
alergi. Seseorang lebih mudah mengalami alergi jika ada anggota
keluarganya yang memiliki alergi, meski jenis alerginya tidak selalu sama.
Faktor lingkungan juga dapat memengaruhi risiko alergi. Menurut
penelitian, makin lama dan sering seseorang terkena alergen tertentu, maka
risikonya untuk memiliki alergi akan makin tinggi.

Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang dapat


mengalami alergi adalah :

1. Tinggal dilingkungan yang memiliki tingkat polusi tinggi.


2. Merokok.
3. Menderita penyakit infeksi.
4. Memiliki sistem imun yang lebih lemah, misalnya anak-anak.

10
2.2 Leukosit

(Gambar 2.2 leukosit)

Leukosit merupakan sel darah putih yang diperoduksi oleh jaringan


hemopoetik untuk jenis bergranula (mononuklear), berfungsi dalam sistem
pertahanan tubuh terhadap infeksi. Leukosit paling sedikit dalam tubuh
jumblahnya sekitar 4.000-11.000/mm. Berfungsi melindungi tubuh dari
infeksi. Karena itu jumblah leukosit tersebut berubah-ubah dari waktu
kewaktu, sesuai dengan jumblah benda asing yang dihadapi dalam batas-
batas yang masih dapat ditoleransi tubuh tanpa menimbulkan gangguan
fungsi. Meskipun leukosit adalah sel darah, tapi fungsi leukosit lebih
banyak dilakukan dalam jaringan. Leukosit hanya bersifat sementara
mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Apabila terjadi peradangan pada
jaringan tubuh leukosit akan pindah menuju jaringan yang mengalami
radang dengan cara menembus dinding kapiler.

11
2.2.1 jenis-jenis leukosit

1. Netrofil

a. Netrofil segmen

(Gambaran 2.2.1 netrofil segmen)

b. Netrofil batang

(Gambar 2.2.1 netrofil batang)

Netrofil berukuran sekitar 14um, granulannya berbentuk butiran


halus tipis dengan sifat netral sehingga terjadi pencampuran warna asam

12
(eosin) dan warna basa (metilen biru), sedang pada granula menghasilkan
warna ungu atau merahmuda yang samar (Nugraha,2015).

Netrofil berfungsi sebagai garis pertahanan tubuh terhadap zat


asing terutama terhadap bakteri. Bersifat fagosit dan dapat masuk kedalam
jaringan yang terinfeksi. Sirkulasi netrofil dalam darah yaitu sekitar 10
jam dan dapat hidup selam 1-4 hari saat berada dalam jaringan
ekstravakuler. Neutrofil adalah jenis sel leukosit yang paling banyak yaitu
sekitar 50-70% diantara sel leukosit yang lain. Ada dua macam netrofil
yaitu netrofil batang (stab) dan netrofil segmen (polimorfonuklear).
Perbedaan dari keduannya yaitu netrofil batang merupakan bentuk muda
dari netrofil segmen sering disebut sebagai netrofil tapal kuda karna
mempunyai inti berbentuk seperti tapal kuda. Seiring dengan proses
pematangan, bentuk intinya akan bersegmen dan akan menjadi netrofil
segmen. Sel netrofil mempunyai sitoplasma luas berwarna pink pucat dan
bergranula halus berwarna ungu, netrofil segmen mempunyai granula
sitoplasma yang tampak tipis (pucat), sering juga disebut netrofil
polimorfonuklear karena inti selnya terdiri atas 2-5 segmen (lobus) yang
bentuknya bermacam-macam dan dihubungkan dengan benang kromatin.
Jumblah netrofil segmen yaitu sebanyak 3-6, dan bila lebih dari 6
jumblahnya maka disebut dengan netrofil hipersegmen. Peningkatan
jumblah netrofil disebut netrofilia. Netrofilia dapat terjadi karena respon
fisiologik terhadap stres, misalnya karena olah raga, cuaca yang ekstrim,
perdarahan atau hemolisis akut, radang atau inflamasi, kerusakan jaringan,
gangguan metabolik, apendisitis dan leukimia, granolositosis, anemia,
pengaruh obat-obatan.

Basofil adalah jenis sel darahh putih. Basofil adalah yang paling
umum dari granulosit, mewakili sekitar 0,5 hingga 1% dari sel darah putih
yang beredar. Namun mereka adalah serta dalam pembentukan penyakit
alergi akut dan kronis, termasuk anafillaksis, asma, dermatitis atopik dan
demam. Mereka juga menghasilkan senyawa yang mengoordinasikan
respon imun, termasuk histamin dan serotonin yang menyebabkan

13
peradangan, heparin yang mencegah pembekuan darah, meskipun ada
lebih sedeikit dari yang ditemukan pada butiran sel mast. Dulu dianggap
bahwa basofil yang telah berimigrasi dari darah kejaringan residen mereka
(jaringan ikat) dikenal sebagai jaringan mast, tetapi ini tidak lagi dianggap
sebagai kasus.

2. Basofil

(Gambar 2.2.1 basofil)

Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumblahnya yaitu kira-
kira kurang dari 2% dari jumblah keseluruhan leukosit. Sel ini memiliki ukuran
sekitar 14ul, granula memiliki ukuran bervariasi dengan susunan tidak teratur
hingga menutuoi nukleas dan bersifat azofilik sehingga berwarna gelap jika
dilakukan pewarnaan giensa. Basofil memiliki granula kasar berwarna ungu atau
biru tua dan sering kali menutupi inti sel, dan bersegmen. Warna kebiruan
disebabkan karena banyaknya granula yang berisi histamin, yaitu sewatu senyawa
amina biogenik yang merupakan metabolit dari asam amino histidin. Basofil
jarang ditemukan dalam darah normal. Selama peroses peradangan akan
menghasilkan senyawa heparin, histamin, bradikinin, dan serotonin. Basofil
berperan dalam reaksi hipersensifitas yang berhubungan dengan imunoglobulin E
(IgE).

14
3. Monosit

( Gambar 2.2.1 monosit )

Jumlah monosit kira-kira 3-8% dari total jumblah leukosit.


Monosit memiliki dua fungsi yaitu sebagai fagosit mikroorganisme
(khususnya jamur dan bakteri) serta berperan dalam reaksi imun.

Monosit merupakan sel leukosit yang memiliki ukuran yang paling


besar yaitu sekitar 18 µm, berinti padat dan melekuk seperti ginjal atau biji
kacang, sitoplasma tidak mengandung granula dengan masa hidup 20-40
jam dalam sirkulasi. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam
berbentuk tapal kuda. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih
banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulum endoplasma sedikit. Juga
ribosom, pliribosom sedikit , banyak mitokondria. Aparatus Golgi
berkembang dengan baik. ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada
daerah indentasi inti. Monosit terdapat dalam darah, jaringan ikat dan
rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system
retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan
membrannya.

15
4. Limfosit

(Gambar 2.2 limfosit)

Limfosit adalah jenis leukosit kedua paling banyak setelah netrofil


(20-40% dari total leukosit). Jumblah limfosit pada anak-anak relatif lebih
banyak dibandingkan orang dewasa, dan jumblah limfosit ini akan
meningkat bila terjadi infeksi virus. Berdasarkan fungsinya limfosit dibagi
atas limfosit B dan limfosit T. Limfosit B matang pada sumsum tulang
sedangkan limfosit T matang dalam timus. Keduannya tidak dapat
dibedakan dalam pewarnaan giensa karena memiliki morfologi yang sama
dalam bentuk bulat dengan ukuran 12um. Sitoplasma sedikit karena semua
bagian tidak bergranula (Nugraha,2015).

Limfosit B berasal dari sel stem didalam sumsum tulang pindah


kekelenjar thymus yang akan mengalami pembelahan dan pematangan.
Didalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda
asing dan yang mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan
kelenjar thymus dan masuk kedalam pembuluh getah bening dan berfungsi
dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan.

16
2.3 EOSINOFIL
2.3.1 Pengertian Eosinofil

(Gambar Eosinofil 2.3.1)

Pengertian eosinofil adalah dalam bahasa inggris : (eosinophil,


acidophil) adalah sel darah putih dari kategori garanulosit yang berperan
dalam sistem kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberapa
infeksi pada makhluk vertebrata. Bersama-sama dengan sel biang,
eosinofil juga ikut mengendalikan mekanisme alergi. Eosinofil terbentuk
pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang sebelum
bermigrasi kedalam sirkulasi darah. Eosinofil mengandung sejumlah zat
kimiawi antara lain histamin, eosinofil peroksidase, ribonuklease,
deoksiribonuklease, lipase, plasminogen, dan beberapa asam amino yang
dirilis melalui proses degranulasi setelah eosinofil teraktivasi. Zat-zat ini
bersifat toksin terhadap parasit dan jaringan tubuh. Eosinofil merupakan
sel substrat perdagangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan pelepasan racun
oleh eosinofil diatur dengan ketat untuk mencegah penghancuran jaringan
yang tidak diperlukan. Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar
1 hingga 6% terhadap sel darah putih dengan ukuran sekitar 12 – 17
mikrometer. Eosinofil dalam tubuh yaitu sekitar 1-6% berukuran 16um.
Berfungsi sebagai fagositosis dan mengasilkan antibodi terhadap antigen

17
yang dikeluarkan oleh parasit. Masa hidup eosinofil lebih lama dari
netrofil yaitu sekitar 8-12 jam. (kiswari,2014).

Eosinofil hampir sama dengan netrofil tapi pada eosinofil, granula


sitoplasma lebih kasar dan berwarna merah orange. Warna kemerahan
disebabkan adanya senyawa protein kanion (yang bersifat basa) mengikat
zat warna golongan anilin asam seperti eosin, yang terdapat pada
pewarnaan giemsa. Granulanya sama besar dan teratur seperti gelembung
dan jarang ditemukan lebih dari 3 lobus inti eosinofil lebih lama dalam
darah dibandingkan netrofil.

2.3.2 Manfaat pemeriksaan eosinofil


1. membasmi parasit, virus dan bakteri,serta menciptakan respons
inflamasi yang mampu mengontrol respons imun, terutama
terhadap alergi.
2. Berperan penting dalam peradangan yang berhubungan dengan
penyakit asma dan alergi.
2.3.3 Hubungan eosinofil dengan alergi

hubungan antara eosinofil dan penyakit alergi telah diketahui


selama beberapa tahun. Sel darah putih yang berperan dalam sistem
kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberapa infeksi pada
makhluk vertebrata. Munculnya alergi disebabkan oleh paparan terhadap
alergen, yaitu unsur asing yang secara keliru dianggap berbahaya oleh
sistem kekebalan tubuh, sehingga jika terpapar bisa mengakibatkan reaksi
alergi.

2.3.4 Pemeriksaan eosinofil

saat cek darah untuk mendeteksi sakit apa yang anda alami,
umumnya dokter akan menghitung kadar eosinofil dalam tubuh. Eosinofil
adalah sel darah yang bisa menjadi penentu sakit atau tidaknya, serta
keberadaan infeksi virus atau bakteri ditubuh. Kadar eosinofil yang normal
bisa nol atau tidak ada sama sekali melakukan tes darah ini dan
menemukan bahwa jenis sel darah putih yang ini rendah, biasanya belum

18
mengindikasi adanya masalah. Namun, ada beberapa kondisi kesehatan
yang menyebabkan kadar sel darah putih ini menjadi rendah. Kondisi ini
disebut dengan eosinopenia. Eosinopenia salah satunya bisa disebabkan
karena mabuk atau terlalu banyak mengkonsumsi obat steroid. Kelebihan
produksi kortisol dalam tubuh juga dapat menahan sistem kekebalan tubuh
dan menyebabkan eosinopenia. Rendahnya jumblah eosinofil mungkin
juga dapat disebabkan oleh perubahan waktu. Misalnya saja, dalam
kondisi normal dan sehat, eosinofil akan memiliki jumlah yang paling
rendah dipagi hari dan akan mencapai kadar tertingginya dimalam hari.
Untuk melakukan tes darah ini, tidak harus ada persiapan khusus. Namun
baiknya katakan pada dokter jika anda mengkonsumsi obat jenis apapun.
Terlebih jika anda mengkonsumsi obat pengencer darah. Dokter mungkin
akan menyarankan untuk berhenti minum obat tertentu. Tes darah ini
umumnya bisa dilakukan dipuskesmas, rumah sakit, klinik, atau lab
kehatan. Nantinya dokter akan mengambil sample darah dari lengan.
Setelah mengambil cukup banyak darah, kemudian sample darah tersebut
dibawa kelaboratorium untuk diperiksa. pemeriksaan eosinlakukan dengan
cara manual dan otomatis

CARA MANUAL:

prinsip : sample darah diencerkan dengan pelarut


mengandug eosin yang dapat mewarnai granula dalam sel
eosinofil. Sehingga dengan mudah dapat dikenal jumlah eosinofil
dihitung dalam kamar hitung dibawah mikroskop.

Cara kerja :
a) Pipet larutan von dungern sebanyak 180ul dan sample darah
sebanyak 20ul.
b) Homogenkan dan istilah kamar hitung lalu tunggu 15 menit.
c) Hitung eosinofil pada semua kotak di bawah mikroskop
pergitungan : semua kotak x 11. Nilai normal 50-300/ul.
Darah. Pengencerannya 10 kali

19
CARA OTOMATIS

a) Dari MENU QC RUN Pilih Lot No. START


b) Tunggu hingga keluar hasil.
c) Jika hasil QC tidak bagus lakukan CALIBRASI.

20
2.3.5 faktor-faktor yang mempengaruhi kadar eosinofil pada darah

Normal tidaknya kadar sel darah putih, termasuk eosinofil, menjadi


indikator ada tidaknya penyakit yang sedang diidap seseorang. Umumnya,
kadar eosinofil tersebut ditemukan saat dokter menerapkan pemeriksaan
darah lengkap pada pasien.

Kadar normal eosinofil dalam tubuh adalah 350 sel eosinofil tiap
mikrofilter darah. Atau 0,0%-0,6% pada pemeriksaan hitung jenis
(differential count), namun rentang normal ini bervariasi antara beberapa
laboratorium. Kondisi saat kadar eosinofil lebih tinggi dari normal disebut
eosinofilia, yang mengindikasikan adanya reaksi alergi, kanker, ataupun
infeksi parasit. Orang dewasa disebut mengalami eosinofilia saat kadar
eosinofilnya lebih dari 500 per mikroliter darah.

Penanganan kemudian dapat diberikan setelah  gangguan kesehatan


yang dialami pasien terdeteksi. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa seseorang memiliki lebih dari 350 sel eosinofil, maka kondisi ini
dapat merujuk pada beberapa penyebab antara lain:

a. Eksim.
b. Asma.
c. Alergi.
d. Scarlett Fever.
e. Lupus
f. Leukemia.
g. Kolitis ulserativa.
h. Penyakit crohn.
i. Peradangan kandung empedu.
j. Sindrom Hipereosinfilia.
k. Lymphatic filariasis.
l. Kanker ovarium, kanker paru, atau pun kanker lambung.
m. Infeksi cacing atau Trichinosis.

21
n. Penyakit yang menyerang jaringan penghubung: sindrom
Chrug, eosinophilic fasciitis, polyarteritis nodosa.
o. Rheumatoid arthritis.
p. Sindrom myalgia eosinophilia. 
q. Emboli kolesterol.

Selain kondisi di atas, kelebihan jumlah eosinofil dapat juga terjadi


pada esofagitis eosinofilia, yaitu reaksi inflamasi pada kerongkongan yang
menyebabkan mual, sulit menelan, dan sakit perut. Kondisi ini dapat terjadi
pada anak-anak dan dewasa.Pria berusia 30-50 tahun dikatakan lebih sering
terkena.

Penyebab kadar eosinofil berlebih pada intinya didasari oleh penyakit


penyerta atau kondisi yang mendasarinya. Kadar eosinofil ekstrim, seperti
pada sindrom hipereosinofilia, dapat menjadi kondisi yang berbahaya jika
tidak ditangani secara tepat. Kondisi ini terjadi saat seseorang memiliki lebih
dari 1500 eosinofil per mikroliter darah, dengan adanya kerusakan organ
tertentu akibat aktivitas sel eosinofil tersebut. Hingga saat ini penyebabnya
belum diketahui secara pasti, namun diduga karena terdapat mutasi genetik
pada sel-sel di sumsum tulang pembuat sel darah putih. Kelompok usia 20-50
tahun dikatakan lebih sering terserang kondisi ini, meskipun jarang, namun
anak-anak juga bisa terkena.

Penggunaan obat tertentu seperti penekan nafsu makan (amphetamine)


dan beberapa laksatif yang mengandung psyllium atau pun antibiotik ternyata
juga dapat meningkatkan kadar eosinofil.

Tingginya kadar eosinofil dalam darah hanya dapat terdeteksi melalui


pemeriksaan darah. Biasanya dokter akan menganjurkan pemeriksaan darah
sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan dan untuk memasatikan diagnosis.
Terutama bagi Anda yang memiliki gejala-gejala yang mengarah kepada
kondisi tertentu, dengan salah satu indikasinya adalah kelainan pada kadar
eosinofil dalam tubuh. Untuk menghindari risiko komplikasi, dokter dapat
memberikan obat-obatan seperti kortikosteroid dan pemeriksaan berkala untuk
pasien yang mengalami sindrom hipereosinofili.(dr. Kevin Adrian,2017)

22
23
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 METODE

Adapun metode yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah otometik optik.

3.2 TUJUAN

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui nilai eosinofil

3.3 PRINSIP

Prinsip dari alat ini adalah “flow cytometry (FCM) semikonduktor. Laser semi
konduktor, Metode pewarna kimia, metode imdansi saluran bashopil
independen untuk WBC, RBC, PLT menghitung reagen bebas sianida untuk
hemoglobin.

3.4 Alat-alat

Alat yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah Midray BC-5300.

3.5 Bahan

Bahan yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah darah EDTA

3.6 Cara kerja


1. Cara menjalankan control (QC)
d) Dari MENU QC RUN Pilih Lot No. START
e) Tunggu hingga keluar hasil.
f) Jika hasil QC tidak bagus lakukan CALIBRASI.

24
2. Cara melakukan KALIBRASI
a) DARI MENU CALIBRASI CALIBRATION FACTOR
b) Ubah faktor sesuai dengan parameter mana yang ketinggian atau
kerendahan.
3. Cara Menjalankan Sample :
a) MENU WORK LIST NEW MASUKAN ID
pasien, nama pasien dan sebagai nya.
b) Lalu chek SAVE Lalu klick NEW untuk pasien berikutnya,
c) Jika sudah selesai lalu klick RUN untuk menjalankannya.
d) Masukan sample pada probe penghisapan, lalu tekan tombol START
(Aspiration).
4. Cara Mematikan Alat :
a) Dari MENU SHUTDOWN Tunggu hingga alat selesai
melakukan shutdown, lalu Click YES.
b) Matikan power swicth warna hijau pada ANALYZER.
c) SHUTDOWN komputer.

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Jenis Kadar
No Nama Umur
Kelamin Eosinofil
1. Tn. Lb 40 th L 10%
2. Tn. Za 45 th L 4%
3. Ny. St 30 th P 9%
4. Tn. Sa 50 th L 7%
5. Ny. Ma 34 th P 9%
6. Ny. Wa 40 th P 10%
7. Ny. Za 33 th P 2%
8. By. Ny. Av 4 bln L 10%
9. Ny. Ea 37 th P 2%
Nilai normal
10. Tn. An 63 th L 6%
eosinofil :
11. Ny. Sa 54 th P 5%
0–4
12. Nn. Nurul 17 th P 5%
13. An. Ra 4 th P 3%
14. Ny. Aa 39 th P 8%
15. Ny. Wa 44 th P 7%
16. Ny. Di 51 th P 10%
17. An. Fa 5 th L 5%
18. Ny. As 47 th P 8%
19. An. Ha 9 th P 7%
20. By. Ny. Sk 8 bln L 6%
Table 4.1 : hasil eosinofil pada pasien alergi

26
DATA HASIL PEMERIKSAAN EOSINOFIL PADA
PASIEN ALERGI

Tinggi
40% Rendah

60%

diagram 4.1 : hasil eosinofil pada pasien alergi

4.2 Pembahasan
Pasien yang menjadi objek penelitian saya merupakan pasien
alergi. Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh manusia terhadap
benda tertentu.Untuk mengetahui tingkat keparahan alergi dokter akan
meminta pemeriksaan paket, salah satunya pemeriksaan eosinofil.eosinofil
adalah sel darah putih dari kategori garanulosit yang berperan dalam
sistem kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberapa
infeksi pada makhluk vertebrata. Bersama-sama dengan sel biang,
eosinofil juga ikut mengendalikan mekanisme alergi. Eosinofil terbentuk
pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang sebelum
bermigrasi kedalam sirkulasi darah. Hasil pemeriksaan eosinofil pada
pasien alergi yang saya lakukan di RS. Medika Dramaga Bogor, yaitu
sebanyak 20 pasien, 60% diantaranya memiliki kadar eosinofil tinggi dan
40% lainnya memiliki kadar yang rendah. Pasien alergi yang menunjukan
kadar eosinofil tinggi menandakan adanya infeksi pada sistem kekebalan
tubuh akibat alergen. sedangkan pasien dengan nilai eosinofil normal
berkisaran 0-4% cenderung menandakan sistem kekebalan tubuh berjalan
dengan normal. Hasil tersebut merupakan penelitian yang saya lakukan
dalam rentan waktu 2 bulan yaitu ( 15 juli 2019 – 13 september 2019 ).

27
28
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pemeriksaan yang sudah saya lakukan di RS Medika


Dramaga Bogor, didapatkan data dari 20 pasien alergi, sebanyak 40%
memiliki kadar yang rendah, dan 60% lainnya dengan kadar eosinofil
melebihi nilai normal.

5.2 Saran
1. Disarankan kepada penderita alergi agar melakukan hal berikut ;
a) Kenakan pakaian tertutup atau mengoleskan losion penolak
serangga saat bepergian.
b) Hindari memakai parfum yang bisa menarik perhatian serangga.
c) Gunakan masker saat keluar rumah.
d) Bersihkan rumah secara rutin, terutama ruangan yang sering
digunakan, seperti kamar tidur serta ruang keluarga, agar terhindar
dari tungau debu.
e) Hindari penggunaan kemoceng karena dapat menyebarkan alergen.
f) Bersihkan permukaan perabotan dengan kain bersih yang dibasahi
air atau cairan pembersih atau gunakan alat penyedot debu.
g) Buka jendela atau pintu agar sirkulasi udara lebih lancar sehingga
ruangan tidak terasa
h) Tempatkan hewan peliharaan di luar rumah atau di satu ruangan
tertentu saja.
i) Mandikan hewan peliharaan seminggu sekali dan bersihkan
kandangnya secara rutin.
j) Catat jenis makanan yang kemungkinan menjadi sumber alergi
sehingga dapat dihindari.
k) Baca label kemasan untuk mengetahui bahan-bahan yang
digunakan sebelum membeli makanan.

29
l) Bersihkan dapur agar terhindar dari lumut, terutama tempat cuci
piring dan cuci pakaian.
m) Jangan menjemur pakaian di dalam rumah.

2. Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk menyertakan pemeriksaan


lengkap ketika telah mengetahui tanda dan gejala awal adanya alergi
pada pasien, serta perbaikan dan pencatatan rekam medik pasien
sehingga dapat dilakukan pencegahan dini.
3. Bagi peneliti selanjutnya penulis mengharapkan agar lebih teliti dalam
meneliti jumlah eosinofil pada penyakit alergi, penulis mereferensikan
judul untuk peneliti selanjutnya yaitu hubungan eosinofil pada
penderita alergi.

30
LAMPIRAN

31
DAFTAR PUSTAKA

Antonius HP, Badriul H, Setyo H, Nikmah SI, Ellen PG, Eva DH. Pedoman
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. IDAI; 2015

Arwin AP, Zakiudin M, Nia K. Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak Edisi


Kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015

Baratawidjaja KG, Rengganis I. Gambaran umum penyakit alergi. Dalam :


Alergi Dasar. Edisi ke-1. Jakarta: Interna Publishing; 2014. (Disitasi oleh:
Wistiani, Harsoyo Notoatmojo. Hubungan Pajanan Alergen Terhadap
Kejadian Alergi pada Anak. Sari Pediatri. 2016;13(3):186)

Coico R, Sunshine G. Immunology: A Short Course [Internet]. Amerika


Serikat: John Wiley & Sons; 2009 [cited 2014 October 20].

Halkjaer LB, Loland L, Buchvald FF, Agner T, Skov L, Strand M, Bisgaard


H. Development of atopic dermatitis during the first 3 years of life - The
Copenhagen Prospective Study on Asthma in Childhood cohort study in high-risk
children. Archives of Dermatology. COPSAC [Internet]. 2014 [cited 2014
October 15];142:561-566.

Kay AB. The New England Journal of Medicine ALLERGY AND


ALLERGIC DISEASES First of Two Parts. N Engl J Med [Internet]. 2015
[cited 2014 October 15];344(1):30-37. Avilable from: New England Journal of
Medicine.

Kiswari Rukman. (2014) Hematologi & Transfusi.Jakarta : Erlangga..

Martien LK, Catharien MUH, Tineke CMT, van der Pouw K, Eddy AW,
Pawel K. Atopic Allergy: A Failure of Antigen-Presenting Cells to Properly
Polarize Helper T Cells?. Am J Respir Crit Care Med [Internet]. 2014 [cited
2014 October 15]:162 ppS76-S80.

Nugraha, G. 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Jakarta.


Trans Info Media.

Scurlock AM, Lee LA, Burks AW. Food allergy in children. Immunol Allergy
Clin N Am [Internet]. 2014 [cited 2014 October 2];25:369-88

Sybilski AJ, Doboszynska A, Samolinski B. Prediction of Atopy in the First


Year of Life Using Cord Blood IgE Levels and Family History. Eur J Med

32
Res [Internet]. 2015 [cited 2014 October 15]; 15(Suppl. IV):227-232.

Wahn U, von Mutius E. Childhood risk factors for atopy and the importance
of early intervention. J Allergy Clin Immunol [Internet]. 2016 Apr [cited 2014
October 15];107(4):567-74.
Wardlaw, G.M. & Jeffrey, S. H. 2007. Perspectives in Nutrition. Seventh Edition.
Mc Graw Hill Companies Inc, New York.
World Health Organization. Prevention of Allergy and Allergic Asthma.
Geneva: WHO; 2014

33

Anda mungkin juga menyukai