GAMBARAN UMUM
2.2.2 Misi
1. Menambah jenis akreditasi laboratorium dan meningkatkan jumlah
parameter pemeriksaan yang terakreditasi.
2.2.3 Motto
“Ramah, Akurat, Profesional, dan Inovatif (RAPI)”.
b. Tata Usaha
Penanggung jawab bagian ini adalah Kasubag Tata Usaha. Adapun
tugas pokok dan fungsi dari Kasubag Tata Usaha yaitu :
Memimpin pelaksanaan tugas Sub Bagian Tata Usaha UPTD
Labkesda Kota Bogor
Menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian Tata Usaha UPTD
Labkesda Kota Bogor
Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan bawahan.
Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk tugas kepada
bawahan.
Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan
dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.
Mengkoordinasikan pelaksanaan pengawasan pelayanan umum.
Menyelenggarakan ketatausahaan yang meliputi administrasi umum,
administrasi keuangan, administrasi kepegawaian, perlengkapan,
perencanaan, dan pengolahan data.
Menyelenggarakan urusan rumah tangga lingkup UPTD Labkesda
Kota Bogor.
Melaksanakan pengelolaan administrasi naskah dinas masuk/keluar
dan menata serta memelihara semua arsip/naskah dinas.
Memfasilitasi berbagai macam pengaduan masyarakat baik melalui
kotak sran, media cetak/elektronik maupun yang datang secara
langsung sesuai dengan bidang kewenangannya.
Menyiapkan data, informasi, dan dokumentasi sebagai bahan
penyusunan laporan UPTD Labkesda Kota Bogor.
Memberikan saran pertimbangan kepada atasan.
Melaksanakan tugas kedinasan lain
Bila diperlukan dapat berhubungan dan berperan secara efektif dengan
pejabat pemerintah terkait, komunitas pelayanan kesehatan, populasi
pasien yang dilayani, dan penyedia perjanjian formal.
Menjamin kecukupan jumlah staf dengan pelatihan, pendidikan dan
kompetensi yang dipersyaratkan untuk memberikan pelayanan
laboratorium medik yang memenuhi kebutuhan dan persyaratan
pengguna jasa laboratorium.
Memilih dan memantau pemasok laboratorium
Mengkaji setiap keluhan, permintaan atau saran dari pengguna jasa
laboratorium.
Merancang dan menerapkan rencana darurat untuk memastikan
bahwa layanan utama tersedia selama situasi darurat atau kondisi lain
ketika layanan laboratorium terbatas atau tidak tersedia.
Bagian Tata Usaha terdiri atas beberapa staf diantaranya : Staf Kebersihan,
Staf Administrasi, Staf Keuangan dan Staf Pengurus Barang.
1. Staf Administrasi
o Melakukan administrasi permohonan pemeriksaan
o Menerima dan bertanggung jawab terhadap sampel
o Melakukan transkrip hasil pemeriksaan
o Melakukan penyerahan hasil pemeriksaan
o Mencatat setiap kegiatan layanan konsultasi pada
pasien/konsumen
o Bertanggung jawab terhadap Kepala Sub Bagian Tata
Usaha
2. Staf Keuangan
o Menerima dan mencatat keadministrasian keuangan
o Melakukan penyetoran retribusi
o Membuat laporan bulanan setoran retribusi
o Bertanggung jawab terhadap Kepala Sub Bagian Tata
Usaha
3. Staf Kebersihan
o Bertanggung jawab terhadap kebersihan dan keindahan di
dalam an diluar laboratorium
o Memegang kunci laboratorium
o Mengatur pemakaian dan penggunaan sarana dan fasilitas
kebersihan
o Bertanggung jawab terhadap Kepala Sub Bagian Tata
Usaha
c. Tim K3
Mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di laboratorium dan
melakukan langkah pencegahannya.
Membuat perencanaan kebutuhan K3 ( bahan kimia untuk
operasional IPAL, isi ulang APAR, rambu keselamatan, dan lain-
lain )
Melakukan pengecekan kelaikan fungsi eye wash dan emergency
shower
Melakukan pengecekan kelaikan fungsi alat pemadam kebakaran
(APAR) serta melakukan isi ulang cairan kimia yang digunakan.
Mengoperasionalkan IPAL
Memonitor kualitas limbah cair
Melakukan pengelolaan limbah padat infeksius
Membuat dan memelihara tanda/rambu keselamatan
Bertanggung jawab atas kerapihan ruangan pemeriksaan dan
instalasi listrikBertanggung jawab terhadap Kepala Sub Bagian
Tata Usaha
d. Tim Mutu
Mengelola dokumen sistem manajemen mutu ( penerbitan
dokumen baru, perubahan, penarikan, pendistribusian,
penyimpanan, proteksi dokumen )
Memastikan implementasi, pemeliharaan dan peningkatan sistem
manajemen mutu
Mengidentifikasi penyimpangan dari sistem manajemen mutu
Menginisiasi tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
penyimpangan
Merencanakan dan melakukan tindakan perbaikan dari sisi
manajemen/prosedur terhadap ketidaksesuaian yang terjadi
Melaporkan kepada Kepala UPTD mengenai kebijakan
laboratorium, sasaran, sumber daya, dan kinerja sistem manajemen
mutu serta kebutuhan untuk perbaikan.
Memastikan seluruh personel laboratorium memahami kebutuhan
dan persyartaan dari pengguna jasa laboratorium
Merencanakan dan melakasanakan audit internal dan audit
eksternal ( surveilen, reasesmen )
Menjadi personel penghubung dengan badan akreditasi dan badan
regulasi
Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan bagi personel
laboratorium
Merencanakan dan melkasanakan program kalibrasi eksternal
peralatan laboratorium
Mengelola umpan balik dari customer ( melaksanakan survey
kepuasan pelanggan, kotak saran, dan lain-lain)
Menetapkan, menerapkan dan memantau standar kinerja dan
peningkatan mutu pelayanan laboratorium
1. Ruang penerimaan terdiri: dari ruang tunggu pasien dan ruang pengambilan
spesimen. Masing-masing sekurang- kurang nya mempunyai luas 6 m²
2. Ruang pemeriksaan/teknis: luas ruangan tergantung jumlah dan jenis
pemeriksaan yang dilakukan (beban kerja), jumlah, jenis dan ukuran peralatan,
jumlah karyawan, faktor keselamatan dan keamanan kerja serta kelancaran
lalu lintas spesimen, pasien, pengunjung dan karyawan, sekurang-kurangnya
mempunyai luas 15 m²
3. Ruang administrasi/pengolahan hasil : sekurang-kurangnya mempunyai luas 6
m2.
Persyaratan umum, konstruksi ruang laboratorium sebagai berikut:
1. Dinding terbuat dari tembok permanen warna terang, menggunakan cat yang
tidak luntur. Permukaan dinding harus rata agar mudah dibersihkan, tidak
tembus cairan serta tahan terhadap desinfektan.
2. Langit-langit tingginya antara 2,70-3,30 m dari lantai, terbuat dari bahan yang
kuat, warna terang dan mudah dibersihkan.
3. Pintu harus kuat rapat dapat mencegah masuknya serangga dan binatang
lainnya, lebar minima11,20 m dan tinggi minimal 2,10 m.
4. Jendela tinggi minimal 1,00 m dari lantai.
5. Semua stop kontakdan saklardipasang minimal 1,40 m dari lantai.
6. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan; berwarna terang dan
tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia, kedap air, permukaan rata dan
tidak licin. Bagian yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup kearah saluran pembuanga air limbah. Antara lantai
dengan dinding harus berbentuk lengkung agar mudah dibersihkan.
7. Meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan mudah
dibersihkan dengan tinggi 0,80-1,00 m. Meja untuk instrumen elektronik harus
tahan getaran.
Standar Fasilitas
Laboratorium Kesehatan Daerah merupakan laboratorium pratama yang
memiliki peralatan sebagai berikut:
1. Alat Umum
a. Komputer yang tersambung dengan
SIL (Sistem Informasi Laboratorium : 6 Unit
b. Printer : 11 Unit
2. Alat Penunjang Pemeriksaan
a. Kulkas reagen/sampel :7
b. Mikropipet :5
c. Rotator :1
d. Mikroskop binokuler :2
e. Sentrifuge :3
f. Eye washer :4
g. Shower :2
3. Alat gelas
a. Beaker glass :3
b. Gelas ukur :3
c. Kamar hitung Improved New Bauer :1
4. Alat analitik
a. Hematologi Analyzer (Sysmex) :1
b. Kimia Analyzer (Selectra) :1
c. UrineAnalyzer (Urometer) :2
d. HbA1c :1
e. POCT Glukosa (Prodigy) :1
Fasilitas pelayanan pemeriksaan laboratorium:
1. Hematologi Lengkap
2. Hapusan Darah Tepi
3. Klinik rutin ( Urine Lengkap)
4. Kimia Klinik (Cholesterol Lengkap, SGOT, SGPT, Glukosa Darah,
Ureum, Creatinine, Asam Urat, Protein Total, Albumin, Bilirubin).
5. Hba1c
6. PCR untuk Covid 19
7. Swab Antigen
PASIEN
PENDAFTARAN
PELANGGAN
PENDAFTARAN
VALIDASI HASIL
Tidak VERIFIKASI
SAMPEL
ANALISIS SAMPEL
Ya
1. Persiapan Pasien :
a. Pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam post prondial.
1) Sebelum pemeriksaan pasien harus berpuasa selama 10 - 12 jam.
Pagi hari pasien diambil darah untuk pemeriksaan glukosa
puasa, kemudian pasien makan dan minum seperti biasa, selesai
makan pasien puasa lagi selama 2 jam.
2) Pasien diambil darah yang kedua untuk pemeriksaan glukosa 2
jam pp.
b. Pemeriksaan Profil Lipid.
2. Persiapan Alat :
a. Needle vacutainer, Tube vacutainer.
b. Spuit, Lancet, Wing needle, Tourniquet.
c. Pot urine
d. Objek glass, cover glass.
3. Persiapan Bahan :
a. Kapas alcohol
b. Anti koagulant
4. Teknik Pengambilan Spesimen :
a. Darah Vena
1) Gunakan sarung tangan sebelum pengambilan darah.
2. Limbah Padat
Limbah padat di UPTD Labkesda Kota Bogor dilakukan oleh pihak ketiga.
Semua limbah padat laboratorium dikumpulkan terlebih dahulu di tempat
penampungan limbah lalu akan dibawa oleh pihak ketiga.
2.5.8
2.5.9 Laporan Hasil dan Arsip
2.5.9.1 Tahap pencatatan dan pelaporan hasil
Kegiatan pencatatan dan pelaporan harus dilaksanakan dengan cermat dan
teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat mengakibatkan
kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan. Pemakaian Sistem Informasi
Laboratorium (SIL) untuk pemeriksaan yang dilakukan pada alat otomatis sangat
dianjurkan karena dapat mengurangi kesalahan pelaporan hasil karena kesalahan
identifikasi sampel atau kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:
1) Kesesuaian aturan pencatatan dan pelaporan hasil dengan pasien/ spesimen
yang sesuai
2) Penulisan angka dan satuan yang digunakan
Umumnya hasil pemeriksaan berupa kalimat-kalimat singkat. Khusus
mengenai angka, pada pelaporannya perlu disesuaikan mengenai desimal angka
dan satuan yang digunakan terhadap keperluan pasien maupun terhadap nilai
normal. Bila diperlukan suatu angka bulat, cukup dilaporkan dalam angka bulat,
tanpa desimal di belakang koma. Satuan yang digunakan sebaiknya adalah satuan
Internasional.
2.5.9.2 Pencantuman nilai normal
Pada pelaporan juga perlu dicantumkan nilai normal, yaitu rentang nilai
yang dianggap merupakan hasil pemeriksaan orang-orang normal. Pada
pencantuman hasil normal perlu dicantumkan metode pemeriksaan serta kondisi-
kondisi lain yang harus diinformasikan seperti batas usia dan jenis kelamin.
Satuan pelaporan juga harus sama antara hasil pemeriksaan dengan hasil normal.
Pencantuman keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksaan
dilakukan dua kali, keadaan sampel seperti lisis, ikterik atau lipemik atau kondisi
lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi hasil dan sebagainya.
2.5.9.3 Penyampaian hasil
Hasil yang boleh dikeluarkan oleh Laboratorium adalah hasil yang telah
diverifikasi dan divalidasi oleh penanggung jawab atau koordinator Laboratorium
atau penanggung jawab Laboratorium, ditandai dengan adanya paraf pada bagian
bawah lembaran hasil.
Waktu pemeriksaan sangat menentukan manfaat laporan tersebut untuk
kepentingan diagnosis penyakit dan pengobatan pasien, oleh karena itu hasil
pemeriksaan perlu disampaikan secepat mungkin segera setelah pemeriksaan
selesai dilaksanakan.
Petugas Laboratorium harus memberitahukan segera kepada dokter atau
Laboratorium petunjuk untuk hasil yang berada dalam nilai kritis sesuai standar
prosedur yang berlaku. Setiap pemberitahuan yang dilakukan harus
didokumentasikan. Untuk hasil yang dikirim sebagai suatu laporan sementara
akhir harus selalu disampaikan kepada peminta pemeriksaan. Petugas
Laboratorium harus menghubungi dokter yang meminta pemeriksaan apabila
terjadi penundaan penyerahan hasil terutama jika penundaan berdampak kepada
perawatan pasien. Hasil dapat diberitahukan melalui telepon atau sarana
elektronik lain, diterima oleh yang berwenang dan hasil lisan diikuti dengan hasil
tertulis.
2.5.9.4 Pelaporan Nilai Kritis
Petugas Laboratorium harus memberitahukan segera kepada dokter atau
Laboratorium petunjuk untuk hasil yang berada dalam nilai kritis sesuai standar
prosedur yang berlaku. Setiap pemberitahuan yang dilakukan harus
didokumentasikan. Untuk hasil yang dikirim sebagai suatu laporan sementara
akhir harus selalu disampaikan kepada peminta pemeriksaan. Petugas
Laboratorium harus menghubungi dokter yang meminta pemeriksaan apabila
terjadi penundaan penyerahan hasil terutama jika penundaan berdampak kepada
pasien. Hasil dapat diberitahukan melalui telepon atau sarana elektronik lain,
diterima oleh yang berwenang dan hasil lisan diikuti dengan hasil tertulis.
Petugas yang melaporkan adalah analis Laboratorium yang jaga pada
dinas tersebut dengan berkoordinasi dengan penanggung jawab . Apabila nilai
kritis dilaporkan ke dokter umum yang bertugas pada saat itu, maka dokter
tersebut harus mendokumentasikan hasil pelaporan tersebut dalam buku laporan
nilai kritis pasien. Petugas Laboratorium harus mencatat pelaporan hasil kritis
pemeriksaan, mencakup nama petugas Laboratorium yang melaporkan, jam dan
tanggal pelaporan, nama dokter yang meminta pemeriksaan. Petugas
Laboratorium yang akan melaporkan nilai kritis kepada dokter yang meminta
pemeriksaan terlebih dahulu harus melakukan verifikasi dan validasi
terhadap hasil pemeriksaan tersebut antara lain dengan mengecek kelayakan/
kondisi sampel, melihat keterangan klinis pasien, hasil pemeriksaan sebelumnya,
pengerjaan in duplo, konfirmasi manual atau konsultasi dengan dokter
penanggung jawab Laboratorium (SpPK). Setelah proses verifikasi selesai
dilakukan, maka petugas Laboratorium yang melakukan pemeriksaan wajib
melaporkan nilai kritis tersebut kepada dokter yang meminta atau kepada dokter
jaga dalam waktu segera mungkin (as soon as possible/ ASAP) dengan
menggunakan prinsip “SBAR” situation, background, assesment and
recommendation. Pelaporan nilai kritis oleh petugas Laboratorium diawali dengan
menyebutkan salam dan menyebutkan identitas diri petugas (nama, jabatan, dari
bagian Laboratorium) dan menyebutkan nama tes Laboratorium yang akan
dilaporkan. Petugas Laboratorium menyebutkan nama pasien, umur, keterangan
klinis pasien yang signifikan secara singkat dan jelas dan dilanjutkan dengan
pembacaan hasil tes, lengkap dengan satuan dan nilai rujukan. Petugas
Laboratorium dan dokter atau perawat yang menerima laporan melaksanakan
prosedur read back. Read back yaitu membacakan kembali hasil kritis
Laboratorium yang mempengaruhi suatu pengobatan. Lakukan stempel read back
yang diisi lengkap dan telah diparaf oleh yang melakukan read back pada formulir
permintaan Laboratorium. Petugas Laboratorium wajib mencatat saran atau
rekomendasi yang diberikan oleh dokter yang menerima laporan di formulir
permintaan seperti permintaan pengulangan pemeriksaan dengan sampel baru,
pemeriksaan tambahan sebagai lanjutan hasil pemeriksaan atau permintaan
konfirmasi ke Laboratorium rujukan.
Daftar Nilai Kritis Pemeriksaan Hematologi
No Nilai Kritis
Pemeriksaan Satuan
. Kurang dari Lebih dari
1. Hemoglobin g/dL 7 18
Hemoglobin (neonatus) g/dL 8,5 23
2. Hematokrit % 20 60
Hematokrit (neonatus) % 40 65
3. Jumlah leukosit / mm³ 2.000 50.000
Jumlah netrofil absolut /mm³ 1500 Tidak ada
(ANC)
5. Trombosit / mm³ 50.000 1.000.000
Trombosit (pasien / mm³ 10.000 Tidak ada
keganasan)
2) Analitik
Proses analitik adalah proses pengolahan bahan sampel setelah melalui
proses pre analitik sesuai dengan jenis pemeriksaan.
Melakukan analisis atau pemeriksaan laboratorium kesehatan:
a. Persiapan Reagen
- Mengecek reagen
- Mengecek tanggal kadaluarsa reagen
- Mengecek bahan kontrol apakah masih memenuhi syarat
- Mengecek tanggal kadaluarsa bahan kontrol
b. Persiapan alat/instrument
- Mengecek cara kerja alat
- Menjaga kebersihan alat
- Melakukan kalibrasi berkala (dilakukan oleh teknisi alat)
- Melakukan perawatan harian alat
c. Pemeriksaan QC
- Melaksanakan QC harian, dengan kontrol normal dan patologis
- Menghitung QC untuk mengetahui apakah alat layak digunakan atau tidak
mengikuti aturan westgard
- Mempersiapkan, memelihara, dan menangani kerusakan sederhana alat-
alat laboratorium. Setiap peralatan dilengkapi dengan petunjuk
penggunaan yang disediakan oleh pabrikan yang memproduksi alat
tersebut
- Setiap proses analitik dilakukan berdasarkan urutan SOP yang dipasang
didekat alat dari tiap-tiap jenis pemeriksaan
Quality Control UPTD Labkesda Kota Bogor dilakukan setiap hari
sebelum pemeriksaan sampel dan dengan memenuhi kontrol kualitas parameter
yang memenuhi syarat.
3) Post Analitik
Kegiatan post analitik adalah kegiatan yang meliputi verifikasi hasil,
validasi hasil, pelaporan, dan pendokumentasian hasil. Verifikasi hasil adalah
tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dalam melakukan pemeriksaan
laboratorium mulai tahap pra analitik sampai dengan melakukan kegiatan
pencegahan ulang setiap proses pemeriksaan. Validasi hasil adalah proses
pengeluaran hasil yang sudah dapat dipercaya karena sudah diverifikasi.
Tahapan kegiatan post analitik:
1. Melaksanakan kegiatan administrasi dan pelaporan hasil pemeriksaan. Proses
pencatatan dimulai dari penerimaan spesimen yang berisi data kelengkapan
pasien dan jenis pemeriksaan. Sementara untuk pencatatan hasil telah terekam
dikomputer karena menggunakan system online. Setiap alat di lab dilengkapi
dengan vans lab yang memungkinkan data langsung masuk ke komputer
sesuai dengan nomor registrasi laboratorium. Hasil pemeriksaan dilaporkan
kepada Koordinator Teknis Laboratorium Klinik untuk diverifikasi.
1. BBLK Surabaya
Bidang yang diikuti meliputi malaria, telur cacing, BTA, Urine, Hematologi,
Kimia klinik
2. BBLK Jakarta
Bidang yang diikuti meliputi malaria, telur cacing, BTA, Urine, Hematologi,
Kimia klinik, immunoserologi
3. Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Bidang yang diikuti meliputi telur cacing, BTA, Urine, Hematologi, Kimia
klinik
4. Balai Uji Standar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil
Perikanan (BUSKIPM) Jakarta
Bidang yang diikuti salmonela, total bakteri, dan E.coli
2.7.2 Peralatan
a. Sarung tangan harus dilepaskan jika menerima telepon
b. Penggunaan pipet dengan mulut tidak diperbolehkan
c. Penyimpanan jas Laboratorium tidak boleh dalam satu lemari
dengan pakaian lain yang dipakai di luar Laboratorium
d. Diwajibkan memakai sarung tangan plastik karet tipis selama
bekerja, dengan ketentuan pada saat pengambilan sampel, satu
sarung tangan untuk satu pasien
e. Setelah dipakai sarung tangan harus dibuang bersama limbah
Laboratorium lainnya, kemudian petugas mencuci tangan sampai
bersih
f. Penyimpanan harus sesuai prosedur kerja.
2.7.3 Prosedur/Sistem
a. Penggunaan bahan-bahan harus sesuai dengan ukuran
b. Semua prosedur tetap yang tersedia harus dilaksanakan dan
diperhatikan untuk mencegah atau meminimalisir terbentuknya
aerosol atau tetesan
c. Semua prosedur tetap harus dilakukan untuk mencegah atau
meminimalisir bahaya atau kecelakaan akibat kerja
d. Semua limbah atau bahan yang terkontaminasi, spesimen harus
dilakukan dekontaminasi sebelum dibuang atau akan digunakan
kembali
e. Limbah infeksius hendaknya dimasukkan ke dalam kantong plastik
sesuai dengan kode dan warnanya untuk dikelola
f. Seluruh petugas Laboratorium harus selalu mencuci tangan setelah
menangani bahan infeksius, setelah bersentuhan dengan lingkungan
pasien, setelah menyentuh pasien, sebelum mengambil darah pasien
dan sebelum meninggalkan Laboratorium. Mencuci tangan dapat
dilakukan dengan memakai sabun jika tangan terlihat kotor dan
memakai handsrub jika tangan terlihat bersih
g. Jas Laboratorium hanya boleh dipakai diruangan Laboratorium dan
pada saat pengambilan sampel pasien
h. Penyimpanan pakaian pelindung diri tidak boleh dalam satu lemari
dengan pakaian yang dipakai diluar ruang kerja Laboratorium.
2.7.4 Petugas
1) Dilarang makan, minum, merokok, menyimpan makanan serta
menggunakan kosmetik di dalam ruangan Laboratorium
2) Cincin, gelang tidak boleh digunakan selama bekerja
3) Rambut panjang harus diikat selama bekerja
4) Tidak diperbolehkan menggunakan pipet isap mulut
5) Seluruh petugas Laboratorium harus selalu mencuci tangan setelah
menangani bahan infeksius dan sebelum meninggalkan
Laboratorium
6) Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label
7) Pakailah kaca mata pelindung, kaca pelindung wajah (visors) atau
alat pelindung diri lainnya jika menangani objek yang mudah
menyemprot atau memantul ke tubuh kita, atau jika diperlukan
8) Seluruh petugas menangani bahan infeksius harus memakai sarung
tangan untuk menghindari kontak langsung dengan spesimen
9) Jangan memakai sandal di Laboratorium
10) Petugas harus melapor semua kejadian baik berupa tumpahan,
kecelakaan kerja, ataupun terpapar dengan bahan potensial
berbahaya atau infeksius lainnya kepada kepala ruangan secara
tertulis.
b. Biologi
Upaya pencegahan bahaya didasarkan klasifikasi tingkat keamanan biologi
Laboratorium yang bersangkutan. Hal-hal umum yang penting diperhatikan
adalah:
1. Lakukan pekerjaan Laboratorium dengan menerapkan praktek
Laboratorium yang benar (good laboratory practice)
2. Penggunaan desinfektan yang sesuai dengan cara penggunaan yang
benar
3. Lakukan sterilisasi dan desinfektan terhadap sisa bahan infeksius dan
spesimen secara benar
4. Pengelolaan limbah infeksius diterapkan dengan benar
5. Gunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai
c. Fisika
Pencegahan terhadap panas dilakukan dengan pemasangan AC, pengaturan
ventilasi
1. Psikososial/ stres
a) Menjaga keseragaman jasmani petugas
b) Mengenali stres melalui buku bacaan, seminar
c) Mengadakan kegiatan yang menimbulkan rasa betah dalam
bekerja misalnya makan siang bersama, musik, mengadakan
kegiatan piknik bersama
d) Membudayakan budaya safety, berani menegur atau
meningkatkan untuk memakai alat pelindung diri.
2. Ergonomi
Pemakaian komputer harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Jangan terus menerus bekerja dengan komputer
2) Pencegahan kelelahan mata
3) Menghindari hal-hal yang menimbulkan kecelakaan seperti:
- Jangan makan minum di dekat komputer dan jagalah
komputer tetap bersih
- Dilarang merokok disetiap unit kerja
2.7.6 Tindakan jika terjadi bahaya di Laboratorium:
a. Segera
1. Umum
a) Jika terjadi kebakaran, beritahu kepada seluruh petugas, lakukan
dengan tenang
b) Bunyikan alarm
c) Informasikan kepada tim/ petugas K3RS. Kalau perlu kepada
petugas pemadam kebakaran, polisi, kelurahan, RS
d) Ikuti prosedur yang berlaku, hubungi organisasi tim
penanggulangan bencana
1) Dokter UGD : Pusat komando bencana (bersama direktur,
manajer umum, ketua K3)
2) Dokter bangsal : Tim medis (bersama MOD)
3) Tim lain : Pemadam kebakaran ruangan, petugas keamanan,
maitenance, komunikasi
4) Tim komando penanganan bencana saat kebakaran
diruangan:
Merah : Pemadam kebakaran
Kuning : Komando jalannya evakuasi pasien atau orang
Biru : Informasi, pencatatan, penandaan ruangan kosong
Putih : Evakuasi dokumen
Gambar 2.15 Petunjuk Penggunaan APAR
2. Khusus
Tumpahan dan kebocoran bahan kimia
a) Cucilah mata atau kulit di pancuran air (shower) terdekat bila
terkena zat kimia
b) Ikuti semua petunjuk material safety data sheet (MSDS), tentang
proses netralisasi bahan kimia yang bocor atau tumpahan sebaik-
baiknya
c) Bila tumpahan diperkirakan dapat menimbulkan kebakaran dan
peledakan, tinggalkan segera ruangan
d) Semua petugas Laboratorium wajib mengetahui bahan B3 yang
ada di Laboratorium
e) Staf harus mengetahui buku B3/ MSDS
f) Spill kit harus ada diletakkan ditempat yang mudah dijangkau
oleh siapa pun.
5. Bila tertumpah
Gambar Prosedur Penanganan Tumpahan B3