Anda di halaman 1dari 52

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat Laboratorium Kesehatan Kota Bogor


UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Bogor ( UPTD Labkesda Kota
Bogor ) merupakan pelaksana teknis Dinas Kesehatan Pemerintah kota Bogor
yang mempunyai tugas untuk menyelenggarakan jasa pemeriksaan laboratorium
klinik, mikrobiologi, toksikologi, dan kimia lingkungan ( Peraturan Daerah Kota
Bogor No. 3 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Kesehatan ).
Pada awalnya UPTD Labkesda Kota Bogor merupakan bagian dari Subdin
Pelayanan Medik Dinas Kesehatan Kota Bogor dari mulai Tahun 1997, Kemudian
berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bogor No. 27 Tahun 2004 pada tanggal 11
Januari 2005 diubah statusnya menjadi Unit Pelaksana Teknis Daerah ( UPTD ).
UPTD Labkesda Kota Bogor beralamat di Jl. Kesehatan No. 3 Tanah Sareal Kota
Bogor. Telp/Fax : ( 0251 ) 8385082.
Dalam pelaksanaan pelayanannya UPTD Labkesda Kota Bogor terbagi
menjadi dua unit laboratorium yaitu Laboratorium Klinik dan Laboratorium
Kesehatan Masyarakat. Laboratorium Klinik mempunyai tugas untuk
menyelenggarakan jasa pemeriksaan laboratorium dari spesimen yang berasal dari
manusia ( darah, urin, feses, sputum, sekret, dsb ) sedangkan Laboratorium
Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas untuk menyelenggarakan jasa
pemeriksaan laboratorium dari spesimen yang berasal bukan dari manusia ( air
minum/air bersih/air kolam renang/ limbah cair, makanan/minuman, bahan
tambahan makanan, usap alat, usap dubur, dsb ).
Pada tanggal 1 desember 2007 Laboratorium Kesehatan Masyarakat dan
Laboratorium Klinik mulai menerapkan sistem manajemen mutu SNI ISO/IEC
17025:2008 dan mendapatkan sertifikat akreditasi sebagai Laboratorium Penguji
berdasarkan SNI ISO/IEC 17025:2008 dari Komite Akreditasi Nasional ( KAN )
per tanggal 19 Februari 2010 dengan nomor registrasi LP-443-IDN.
Seiring dengan berkembangnya standar sistem manajemen mutu laboratorium,
Laboratorium Klinik UPTD Labkesda Kota Bogor menerapkan sistem manajemen
mutu SNI ISO/IEC 15189:2009 per 1 Agustus 2013 dan mendapatkan akreditasi
sebagai laboratorium medik berdasarkan SNI ISO/IEC 15189:2009 dari Komite
Akreditasi Nasonal ( KAN ) per tanggal 21 Oktober 2014 dengan nomor registrasi
akreditasi LM-040-IDN.
Dengan adanya revisi SNI ISO/IEC 15189:2012, Laboratorium Klinik UPTD
Labkesda Kota Bogor per Oktober 2015 menyesuaikan sistem manajemen mutu
yang diterapkannya. Sekaligus juga berkomitmen untuk menerapkan sistem
manajemen mutu mengacu pada Standard Akreditasi Laboratorium Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI dengan diperolehnya akreditasi sebagai laboratorium
kesehatan dari Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan (KALK ) Kementerian
Kesehatan RI per tanggal 13 Februari 2017.
Seiring dengan berkembangnya sistem manajemen mutu ISO/IEC dengan
terbitnya ISO/IEC 17025:2017, per Oktober 2018 Laboratorium Kesehatan
Masyarakat UPTD Labkesda Kota Bogor menerapkan standar tersebut untuk
kegiatan laboratoriumnya di luar pengambilan sampel dan mendapatkan sertifikat
akreditasi sebagai laboratorium penguji berdasarkan SNI ISO/IEC 17025:2017
dari Komite Akreditasi Nasional (KAN ) per tanggal 18 Desember 2019 dengan
nomor registrasi LP-1362-IDN.

2.2 Visi dan Misi Labkesda Kota Bogor


2.2.1 Visi
“Menjadi laboratorium kesehatan yang berkualitas dan terjangkau di wilayah
Kota Bogor”

2.2.2 Misi
1. Menambah jenis akreditasi laboratorium dan meningkatkan jumlah
parameter pemeriksaan yang terakreditasi.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana laboratorium dan sumber daya


manusia.

3. Melakukan kerjasama dengan faskes primer jaminan kesehatan


nasional.
4. Melakukan advokasi untuk mendapatkan penambahan alokasi dana
anggaran dari pemerintah.

2.2.3 Motto
“Ramah, Akurat, Profesional, dan Inovatif (RAPI)”.

2.3 Standar Ketenagaan


2.3.1 Organisasi
Unit Pelaksana Teknis Daerah Laboratorium Kesehatan Daerah ( UPTD.
Labkesda ) Kota Bogor adalah laboratorium permanen yang berada di bawah
Dinas Kesehatan Kota Bogor berdasarkan Perwali No. 135 Tahun 2020 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Perangkat
Daerah, dengan dipimpin oleh seorang Kepala UPTD.
Untuk memenuhi kepuasan dan kebutuhan konsumen, UPTD Labkesda
Kota Bogor berkomitmen melakukan kegiatan pengujian sesuai dengan
persyaratan sistem manajemen mutu ISO/IEC 17025:2017, ISO/IEC 15189:2012,
dan KALK.
Yang direalisasikan sebagai berikut :
1. Mempunyai personel manajerial dan personel teknis yang di samping
tanggung jawabnya juga memiliki kewenangan dan sumber daya yang
cukup untuk melaksanakan tugasnya, termasuk implementasi,
pemeliharaan dan peningkatan sistem manajemen. Untuk mengidentifikasi
kejadian menyimpang dari sistem manajemen atau prosedur untuk
melaksanakan pengujian dan kalibrasi sesuai Prosedur Pengujian ( PR7T3-
1/11/07 ) dan dimulai tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
penyimpangan tersebut. Personel tersebut adalah Kepala UPTD yang
berfungsi sebagai manajer puncak, Koordinator Mutu yang berfungsi
sebagai manajer mutu dan Koordinator Laboratorium Klinik/Koordinator
Laboratorium Masyarakat yang berfungsi sebagai manajer teknis.
2. Memiliki pengaturan agar personel bekerja secara independen, profesional
dan bebas dari setiap pengaruh dan tekanan komersial, keuangan dan
tekanan intern/ekstern yang tidak diinginkan serta tekanan lainnya yang
dapat berpengaruh terhadap mutu kinerja laboratorium mengikuti prosedur
Pengaturan Personel Laboratorium ( PR/M1-1/11/07 ) dan Pengelolaan
Keuangan ( PR/MI-2/11/07)
3. Memiliki kebijakan dan prosedur untuk memastikan adanya perlindungan
terhadap customer baik kerahasiaan informasi maupun hak
kepemilikannya yang diatur dalam Prosedur Pengaturan Personel
Laboratorium ( PR/MI-1/11/07 ).
4. Memiliki kebijakan dan prosedur untuk menghindari keterlibatan dalam
setiap kegiatan yang akan mengurangi kepercayaan pada kompetensinya,
ketidak berpihakan, integritas pertimbangan dan operasional.
5. Menetapkan struktur organisasi dan manajemen laboratorium serta
hubungan antara manajemen mutu, kegiatan teknis dan jasa penunjang.
6. Menetapkan tanggung jawab, wewenang dan hubungan semua personel
yang mengelola, melaksanakan atau memverifikasi pekerjaan yang
mempengaruhi mutu pengujian.
7. Melakukan penyeliaan yang memadai pada staf pengujian termasuk
personel yang dilatih oleh personel yang memahami metode dan prosedur,
maksud dari tiap pengujian dan penilaian terhadap hasil pengujian.
8. Memiliki manajemen teknis yang sepenuhnya bertanggung jawab atas
pelaksanaan dan ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk
menjamin mutu yang dipersyaratkan dalam kegiatan laboratorium.
9. Menunjuk koordinator mutu yang disamping tugas dan tanggung jawabnya
yang lain, mempunyai tanggung jawab dan kewenangan tertentu untuk
memastikan sistem manajemen terkait dengan mutu diterapkan dan diikuti
setiap waktu. Manajer mutu memiliki akses langsung dengan kepala
UPTD yang membuat keputusan terhadap kebijakan atau sumber daya
laboratorium.
10. Menjamin bahwa personel menyadari relevansi dan pentingnya kegiatan
dan bagaimana dapat berkontribusi dalam pencapaian tujuan sistem
manajemen.
Adapun struktur organisasi dari UPTD Labkesda Kota Bogor disajikan pada
gambar dibawah ini.

Gambar 2.1 : Struktur Organisasi UPTD Labkesda Kota Bogor


a. Kepala Laboratorium
Kepala UPTD memiliki tanggung jawab sebagai kepala
laboratorium. Fungsi bagian ini adalah merencanakan,
mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan pelayanan di UPTD Labkesda Kota Bogor. Ruang lingkup
pekerjaan Kepala Laboratorium adalah sebagai berikut :
 Memimpin pelaksanaan tugas lingkup UPTD Labkesda Kota Bogor
 Menyusun rencana dan program kerja UPTD Labkesda Kota Bogor
 Menugaskan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas
kepada staf.
 Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan
dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.
 Menyusun konsep kebijakan pada UPTD Labkesda Kota Bogor.
 Melaksanakan hubungan kemitraan dengan semua instansi pemerintah
maupun swasta sesuai dengan bidang tugasnya.
 Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi terhadap
pelayanan UPTD Labkesda Kota Bogor
 Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pelayanan-pelayanan
yang dilakukan oleh UPTD Labkesda Kota Bogor.
 Melaksanakan pengawasan pengelolaan sarana dan prasarana UPTD
Labkesda Kota Bogor
 Merencanakan dan melaksanakan kaji ulang manajemen
 Menyusun RKA dan melaksanakan DPA
 Melaksanakan koordinasi pejabat terkait
 Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan
UPTD Labkesda Kota Bogor
 Menerima dan menandatangani laporan semua kegiatan yang
dilaksanakan di UPTD Labkesda Kota Bogor
 Memberikan pendelegasian wewenang kepada staf yang berkompeten.
 Menjalankan kepemimpinan yang efektif atas pelayanan laboratorium
medik, termasuk perencanaan anggaran dan manajemen keuangan
 Menjamin penerapan kebijakan mutu
 Menjamin tersedianya konsultasi klinis sehubungan dengan pemilihan
pemeriksaan, penggunaan layanan dan interpretasi hasil pemeriksaan
 Menyediakan program pengembangan profesi bagi staf laboratorium
dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah dan
kegiatan lainnya pada organisasi profesi laboratorium.
 Memantau semua pekerjaan yang dilakukan dalam laboratorium untuk
menetapkan bahwa informasi yang dihasilkan secara klinis relevan.
 Mengesahkan surat perjanjian kerjasama pengadaan barang dan bahan
reagen laboratorium.

b. Tata Usaha
Penanggung jawab bagian ini adalah Kasubag Tata Usaha. Adapun
tugas pokok dan fungsi dari Kasubag Tata Usaha yaitu :
 Memimpin pelaksanaan tugas Sub Bagian Tata Usaha UPTD
Labkesda Kota Bogor
 Menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian Tata Usaha UPTD
Labkesda Kota Bogor
 Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan bawahan.
 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk tugas kepada
bawahan.
 Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan
dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.
 Mengkoordinasikan pelaksanaan pengawasan pelayanan umum.
 Menyelenggarakan ketatausahaan yang meliputi administrasi umum,
administrasi keuangan, administrasi kepegawaian, perlengkapan,
perencanaan, dan pengolahan data.
 Menyelenggarakan urusan rumah tangga lingkup UPTD Labkesda
Kota Bogor.
 Melaksanakan pengelolaan administrasi naskah dinas masuk/keluar
dan menata serta memelihara semua arsip/naskah dinas.
 Memfasilitasi berbagai macam pengaduan masyarakat baik melalui
kotak sran, media cetak/elektronik maupun yang datang secara
langsung sesuai dengan bidang kewenangannya.
 Menyiapkan data, informasi, dan dokumentasi sebagai bahan
penyusunan laporan UPTD Labkesda Kota Bogor.
 Memberikan saran pertimbangan kepada atasan.
 Melaksanakan tugas kedinasan lain
 Bila diperlukan dapat berhubungan dan berperan secara efektif dengan
pejabat pemerintah terkait, komunitas pelayanan kesehatan, populasi
pasien yang dilayani, dan penyedia perjanjian formal.
 Menjamin kecukupan jumlah staf dengan pelatihan, pendidikan dan
kompetensi yang dipersyaratkan untuk memberikan pelayanan
laboratorium medik yang memenuhi kebutuhan dan persyaratan
pengguna jasa laboratorium.
 Memilih dan memantau pemasok laboratorium
 Mengkaji setiap keluhan, permintaan atau saran dari pengguna jasa
laboratorium.
 Merancang dan menerapkan rencana darurat untuk memastikan
bahwa layanan utama tersedia selama situasi darurat atau kondisi lain
ketika layanan laboratorium terbatas atau tidak tersedia.
Bagian Tata Usaha terdiri atas beberapa staf diantaranya : Staf Kebersihan,
Staf Administrasi, Staf Keuangan dan Staf Pengurus Barang.
1. Staf Administrasi
o Melakukan administrasi permohonan pemeriksaan
o Menerima dan bertanggung jawab terhadap sampel
o Melakukan transkrip hasil pemeriksaan
o Melakukan penyerahan hasil pemeriksaan
o Mencatat setiap kegiatan layanan konsultasi pada
pasien/konsumen
o Bertanggung jawab terhadap Kepala Sub Bagian Tata
Usaha
2. Staf Keuangan
o Menerima dan mencatat keadministrasian keuangan
o Melakukan penyetoran retribusi
o Membuat laporan bulanan setoran retribusi
o Bertanggung jawab terhadap Kepala Sub Bagian Tata
Usaha
3. Staf Kebersihan
o Bertanggung jawab terhadap kebersihan dan keindahan di
dalam an diluar laboratorium
o Memegang kunci laboratorium
o Mengatur pemakaian dan penggunaan sarana dan fasilitas
kebersihan
o Bertanggung jawab terhadap Kepala Sub Bagian Tata
Usaha

4. Staf Pengurus Barang


 Mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran barang
 Membuat daftar induk peralatan laboratorium
 Membuat kartu inventaris barang
 Menjaga keamanan dan keutuhan barang
 Melakukan stock opname bulanan
 Melakukan tindakan perbaikan terhadap barang yang rusak
 Bertanggung jawab terhadap Kepala Sub Bagian Tata
Usaha

c. Tim K3
 Mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di laboratorium dan
melakukan langkah pencegahannya.
 Membuat perencanaan kebutuhan K3 ( bahan kimia untuk
operasional IPAL, isi ulang APAR, rambu keselamatan, dan lain-
lain )
 Melakukan pengecekan kelaikan fungsi eye wash dan emergency
shower
 Melakukan pengecekan kelaikan fungsi alat pemadam kebakaran
(APAR) serta melakukan isi ulang cairan kimia yang digunakan.
 Mengoperasionalkan IPAL
 Memonitor kualitas limbah cair
 Melakukan pengelolaan limbah padat infeksius
 Membuat dan memelihara tanda/rambu keselamatan
 Bertanggung jawab atas kerapihan ruangan pemeriksaan dan
instalasi listrikBertanggung jawab terhadap Kepala Sub Bagian
Tata Usaha

d. Tim Mutu
 Mengelola dokumen sistem manajemen mutu ( penerbitan
dokumen baru, perubahan, penarikan, pendistribusian,
penyimpanan, proteksi dokumen )
 Memastikan implementasi, pemeliharaan dan peningkatan sistem
manajemen mutu
 Mengidentifikasi penyimpangan dari sistem manajemen mutu
 Menginisiasi tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
penyimpangan
 Merencanakan dan melakukan tindakan perbaikan dari sisi
manajemen/prosedur terhadap ketidaksesuaian yang terjadi
 Melaporkan kepada Kepala UPTD mengenai kebijakan
laboratorium, sasaran, sumber daya, dan kinerja sistem manajemen
mutu serta kebutuhan untuk perbaikan.
 Memastikan seluruh personel laboratorium memahami kebutuhan
dan persyartaan dari pengguna jasa laboratorium
 Merencanakan dan melakasanakan audit internal dan audit
eksternal ( surveilen, reasesmen )
 Menjadi personel penghubung dengan badan akreditasi dan badan
regulasi
 Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan bagi personel
laboratorium
 Merencanakan dan melkasanakan program kalibrasi eksternal
peralatan laboratorium
 Mengelola umpan balik dari customer ( melaksanakan survey
kepuasan pelanggan, kotak saran, dan lain-lain)
 Menetapkan, menerapkan dan memantau standar kinerja dan
peningkatan mutu pelayanan laboratorium

e. Pengendali dokumen dan rekaman


 Mengumpulkan semua rekaman dari setiap bagian
 Memindai dokumen dan rekaman
 Mengarsipkan dokumen dan rekaman baik hardcopy maupun
softcopy
 Memusnahkan dokumen dan rekaman yang sudah kadaluwarsa
f. Koordinator Teknis Laboratorium Klinik
 Menyeleksi dan mengaproval metode uji
 Mengevaluasi dan menilai kompetensi staf
 Mengendalikan peralatan dan fasilitas laboratorium
 Melakukan desain dan implementasi program QC
 Merencanakan kalibrasi internal peralatan laboratorium
 Menjaga validitas hasil uji
 Merencanakan dan melakukan tindakan perbaikan dan tindakan
pencegahan dari sisi teknis terhadap ketidaksesuaian yang terjadi.
 Melakukan pendistribusian pemeriksaan sampel kepada analis
 Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan pengujian
 Memberikan instruksi teknis pengambilan dan pengujian sampel
 Melakukan penyeliaan terhadap data hasil pemeriksaan
 Menandatangani laporan hasil pengujian
 Merencanakan pengadaan kebutuhan bahan penunjang, bahan
habis pakai, bahna acuan dan reagen
 Menerapkan lingkungan laboratorium yang aman sesuai dengan
praktek yang baik dan persyaratan yang berlaku
 Bertanggung jawab terhadap Kepala UPTD
g. Flebotomis
 Melaksanakan pengambilan sampel darah vena, darah kapiler dan
swab
 Memberikan pengarahan pada pasien dalam melakukan
pengambilan sampel urin, sputum, feses dan swab
 Melakukan pengkodean pada sampel
 Melakukan kaji ulang terhadap sampel yang diterima
 Melaksanakan kegiatan administrasi pengambilan sampel
( formulir, pengkodean sampel dan lain-lain )
 Melakukan pemeliharaan peralatan pengambilan sampel
 Mengisi dan melengkapi form buku register pengiriman sampel ke
laboratorium rujukan
 Memberikan saran perbaikan kepada Koordinator Teknis
/Koordinator Mutu
 Bertanggung jawab terhadap Koordinator Teknis Laboratorium
Klinik
h. Dokter Konsulen
 Memberikan konsultasi pemilihan parameter pemeriksaan pasien
tanpa rujukan peminta pemeriksaan
 Memberikan konsultasi hasil pemeriksaan pasien tanpa rujukan
peminta pemeriksaan
 Memberikan tindakan terhadap pasien yangmengalami shock,
perdarahan atau indikasi lainnya pada saat pengambilan sampel.
 Memberikan tindakan medis apabila terjadi kecelakaan di
laboratorium
 Merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan
vaksinasi personel laboratorium
 Melakukan pelayanan medical check up
 Melakukan validasi terhadap hasil pemeriksaan kimia klinik,
hematologi, serologi, mikrobiologi, parasitologi, toksikologi dan
molekuler.
i. Analis Laboratorium Klinik
 Melakukan pengolahan sampel
 Melaksanakan pemeriksaan kimia klinik, hematologi, serologi,
mikrobiologi, parasitologi, toksikologi dan molekuler.
 Melaksanakan kegiatan pemantapan mutu internal dan
mengevaluasinya apabila Koordinator Teknis berhalangan
 Melaksanakan kegiatan administrasi laboratorium ( buku kerja
analis, log book alat, kartu stock bahan kimia/reagen, kartu
pemakaian bahan kimia/reagen, dan lain-lain)
 Melakukan pemeliharaan peralatan laboratorium yang digunakan
untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi, serologi,
mikrobiologi, parasitologi, toksikologi dan molekuler.
 Memberikan saran perbaikan kepada Koordinator Teknis dan
Koordinator Mutu
 Bertanggung jawab dalam penggunaan reagen, solvent, bahan
acuan dan peralatan laboratorium
 Bertanggung jawab terhadap Koordinator Teknis Laboratorium
Klinik
j. Rujukan Intermediate
 Melakukan pemeriksaan uji silang mikroskopis TB
 Membuat absensi partisipasi uji silang mikroskopis TB tiap
triwulan dan melaporkan cakupan uji silang ke penanggung jawab
 Memastikan hasil pemeriksaan sesuai standar, akurat dan tepat
waktu
 Menuliskan hasil pemeriksaan uji silang mikroskopis TB ke dalam
format e-TB12
 Mengkoordinasikan jadwal pemeriksaan uji silang mikroskopis TB
bersama pengelola program TB Kota Bogor
 Melaksanakan supervisi kepada petugas laboratorium fasilitas
layanan kesehatan.

k. Laboran Lab. Klinik


 Memasukkan data pemeriksaan bahan kontrol kimia klinik,
hematologi, urin analisis, widal, ASTO dan RF
 Mencetak laporan pemeriksaan bahan kontrol kimia klinik dan
hematologi
 Melakukan pengecekan suhu dan kelembaban harian pada R.
Sampling, R. Kimia Klinik dan R. Hematologi dan mencatatnya
pada formulir yang tersedia.
 Melakukan pengecekan suhu harian pada freezer Thermo dan
freezer/refrigerator DOMETIC serta mencatatnya pada formulir
yang tersdia.
 Melakukan kalibrasi internal bulanan peralatan sentrifuse dan urin
analyser
 Melakukan pemusnahan retain sampel
 Melakukan pengecekan pH limbah cair dan bioindikator IPAL
 Meminta data suhu dan PMI sampel rujukan
 Melakukan perawatan alat sentrifuse, m ikroskop, dan urin analyser
 Membuat laporan bulanan pemeriksaan laboratorium klinik
 Membuat register pemeriksaan kimia klinik, hematologi, urin dan
feses analisa, serta imun-serologi-virologi
 Merapikan berkas laporan laboratorium klinik
l. Koordinator Laboratorium Kesehatan Masyarakat
 Menyeleksi dan mengaproval metode uji
 Mengevaluasi dan menilai kompetensi staf
 Mengendalikan peralatan dan fasilitas laboratorium
 Melakukan desain dan implementasi program QC
 Merencanakan kalibrasi internal peralatan laboratorium
 Menjaga validitas hasil uji
 Merencanakan dan melakukan tindakan perbaikan dan tindakan
pencegahan dari sisi teknis terhadap ketidaksesuaian yang terjadi.
 Melakukan pendistribusian pemeriksaan sampel kepada analis
 Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan pengujian
 Memberikan instruksi teknis pengambilan dan pengujian sampel
 Melakukan penyeliaan terhadap data hasil pemeriksaan
 Menandatangani laporan hasil pengujian
 Merencanakan pengadaan kebutuhan bahan penunjang, bahan habis
pakai, bahan acuan dan reagen
 Menerapkan lingkungan laboratorium yang aman sesuai dengan
praktek yang baik dan persyaratan yang berlaku
 Bertanggung jawab terhadap Kepala UPTD
m. Petugas Pengambil Sampel
 Melaksanakan pengambilan sampel lingkup pemeriksaan yang ada
di Laboratorium Kesehatan Masyrakat ( air permukaan, air kolam
renang, dan lain-lain )
 Melakukan pengkodean pada sampel
 Melakukan kaji ulang terhadap sampel yang
diterima
 Melaksanakan kegiatan administrasi pengambilan sampel
( formulir, pengkodean sampel dan lain-lain )
 Melakukan pemeliharaan peralatan pengambilan
sampel
 Memberikan saran perbaikan kepada Koordinator Teknis
/Koordinator Mutu
 Bertanggung jawab terhadap Koordinator Teknis Laboratorium
Kesehatn Masyarakat
n. Staf Analis Kimia Kesehatan
 Melakukan pengujian kimia dan fisika
 Melaksanakan kegiatan administrasi laboratorium ( buku kerja
analis, log book alat, pemakaian bahan kimia/reagen, dan lain-lain)
 Melakukan pemeliharaan peralatan laboratorium
 Bertanggung jawab dalm penggunaan regensia, solvent, media ,
bahan acuan dan peralatan laboratorium
 Melakukan verifikasi terhadap transkrip data hasil pengujian dari
formulir serah terima pengujian menjadi laporan hasil pengujian
 Melakukan validasi dan verifikasi metode
 Memberikan saran perbaikan kepada Koordinator Teknis dan
Koordinator Mutu
 Bertanggung jawab terhadap Koordinator Teknis
o. Staf Analis Mikrobiologi
 Melakukan pengujian mikrobiologi
 Melaksanakan kegiatan administrasi laboratorium ( buku kerja
analis, log book alat, pemakaian bahan kimia/reagen, dan lain-
lain)
 Melakukan pemeliharaan peralatan laboratorium
 Bertanggung jawab dalm penggunaan regensia, solvent, media ,
bahan acuan dan peralatan laboratorium
 Melakukan verifikasi terhadap transkrip data hasil pengujian dari
formulir serah terima pengujian menjadi laporan hasil pengujian
 Melakukan validasi dan verifikasi metode
 Memberikan saran perbaikan kepada Koordinator Teknis dan
Koordinator Mutu
 Bertanggung jawab terhadap Koordinator Teknis
p. Laboran Laboratorium Kesehatan Masyarakat
 Melakukan pencatatan dan pemantauan kondisi suhu dan
kelembaban ruang dan alat
 Melakukan perawatan alat laboratorium sesuai instruksi kerja yang
berlaku
 Membuat dan menyimpan pereaksi dan media
 Melakukan sterilisasi dan desinfeksi alat dan ruangan
laboratorium
 Menjaga kebersihan ruangan laboratorium
 Melakukan pemusnahan sampel dan media
 Melakukan pengelolaan limbah laboratorium

2.4 Standar Fasilitas


2.4.1 Tata Letak Ruang
Gedung Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Bogor memiliki Luas
Tanah m2 dan Luas Bangunan m2.
LAYOUT RUANGAN
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang
dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan
spesimen/pasien untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua ruangan
harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh
sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup. Secara umum, tersedia ruang
terpisah untuk :

1. Ruang penerimaan terdiri: dari ruang tunggu pasien dan ruang pengambilan
spesimen. Masing-masing sekurang- kurang nya mempunyai luas 6 m²
2. Ruang pemeriksaan/teknis: luas ruangan tergantung jumlah dan jenis
pemeriksaan yang dilakukan (beban kerja), jumlah, jenis dan ukuran peralatan,
jumlah karyawan, faktor keselamatan dan keamanan kerja serta kelancaran
lalu lintas spesimen, pasien, pengunjung dan karyawan, sekurang-kurangnya
mempunyai luas 15 m²
3. Ruang administrasi/pengolahan hasil : sekurang-kurangnya mempunyai luas 6
m2.
Persyaratan umum, konstruksi ruang laboratorium sebagai berikut:

1. Dinding terbuat dari tembok permanen warna terang, menggunakan cat yang
tidak luntur. Permukaan dinding harus rata agar mudah dibersihkan, tidak
tembus cairan serta tahan terhadap desinfektan.
2. Langit-langit tingginya antara 2,70-3,30 m dari lantai, terbuat dari bahan yang
kuat, warna terang dan mudah dibersihkan.
3. Pintu harus kuat rapat dapat mencegah masuknya serangga dan binatang
lainnya, lebar minima11,20 m dan tinggi minimal 2,10 m.
4. Jendela tinggi minimal 1,00 m dari lantai.
5. Semua stop kontakdan saklardipasang minimal 1,40 m dari lantai.
6. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan; berwarna terang dan
tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia, kedap air, permukaan rata dan
tidak licin. Bagian yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup kearah saluran pembuanga air limbah. Antara lantai
dengan dinding harus berbentuk lengkung agar mudah dibersihkan.
7. Meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan mudah
dibersihkan dengan tinggi 0,80-1,00 m. Meja untuk instrumen elektronik harus
tahan getaran.

Standar Fasilitas
Laboratorium Kesehatan Daerah merupakan laboratorium pratama yang
memiliki peralatan sebagai berikut:
1. Alat Umum
a. Komputer yang tersambung dengan
SIL (Sistem Informasi Laboratorium : 6 Unit
b. Printer : 11 Unit
2. Alat Penunjang Pemeriksaan
a. Kulkas reagen/sampel :7
b. Mikropipet :5
c. Rotator :1
d. Mikroskop binokuler :2
e. Sentrifuge :3
f. Eye washer :4
g. Shower :2

3. Alat gelas
a. Beaker glass :3
b. Gelas ukur :3
c. Kamar hitung Improved New Bauer :1
4. Alat analitik
a. Hematologi Analyzer (Sysmex) :1
b. Kimia Analyzer (Selectra) :1
c. UrineAnalyzer (Urometer) :2
d. HbA1c :1
e. POCT Glukosa (Prodigy) :1
Fasilitas pelayanan pemeriksaan laboratorium:

1. Hematologi Lengkap
2. Hapusan Darah Tepi
3. Klinik rutin ( Urine Lengkap)
4. Kimia Klinik (Cholesterol Lengkap, SGOT, SGPT, Glukosa Darah,
Ureum, Creatinine, Asam Urat, Protein Total, Albumin, Bilirubin).
5. Hba1c
6. PCR untuk Covid 19
7. Swab Antigen

Fasilitas penunjang secara umum meliputi:

1. Tersedia WC pasien dan petugas yang terpisah, jumlah sesuai dengan


kebutuhan
2. Penampungan/pengolahan limbah laboratorium
3. Keselamatan dan keamanan kerja
4. Ventilasi: 1/3 x luas lantai atau AC 1 PK/20m² yang disertai dengan sistem
pertukaran udara yang cukup.
5. Penerangan harus cukup (1000 lux diruang kerja, 1000-1500 lux untuk
pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan sinar harus berasal dari kanan
belakang petugas).
6. Air bersih, mengalir, jernih, dapat menggunakan air PDAM atau air bersih
yang memenuhi syarat. Sekurang-kurang nya 20 liter/karyawan/hari.
7. Listrik harus mempunyai aliran tersendiri dengan tegangan stabil, kapasitas
harus cukup. Kualitas arus, tegangan dan frekuensi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Keamanan dan pengamanan jaringan instalasi listrik terjamin,
harus tersedia grounding/arde. Harus tersedia cadangan listrik (Genset, UPS)
untuk mengantisipasi listrik mati.
8. Tersedia ruang makan yang terpisah dari ruang pemeriksaan laboratorium.

2.5 Tata Laksana Pelayanan


Prosedur pendaftaran pasien yang melakukan pemeriksaan di
Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Bogor dapat dikategorikan atas 3 bagian:
1) Pendaftaran dari pasien umum (Rujukan Dokter)
Pasien umum dapat langsung membawa formulir permintaan pemeriksaan
ke Laboratorium. Petugas administrasi Laboratorium akan memverifikasi
data pasien dan memasukkan jenis pemeriksaan yang diminta ke dalam
Sistem Informasi Laboratorium (SIL). Pasien selanjutnya membayar di
bagian administrasi dan bagian administrasi menyerahkan bukti lunas
kepada pasien. Kemudian petugas sampling dapat melakukan sampling
sesuai jenis pemeriksaan yang diminta dokter.
2) Pasien sampel rujukan dari Rumah Sakit atau Klinik
Pelanggan membawa sampel dan formulir permintaan ke bagian
administrasi, petugas laboratorium menilai kelayakan sampel (verifikasi
sampel), apabila sampel layak untuk di periksa, maka petugas administrasi
akan memverifikasi data pasien dan memasukkan jenis pemeriksaan yang
diminta ke dalam Sistem Informasi Laboratorium (SIL). Petugas sampel
akan melakukan penangan dan pengelolaan sampel sesuai dengan jenis
pemeriksaan yang diminta.
3) Pasien datang atas permintaan Sendiri
Untuk pasien yang datang atas permintaan sendiri,pasien konsultasi
terlebih dahulu dengan dokter konsultan yang ada di labkesda untuk
mendapatkan pemeriksaan laboratorium yang tepat,setelah itu baru
melakukan administrasi ke bagian administrasi. Petugas administrasi
Laboratorium akan memverifikasi data pasien dan memasukkan jenis
pemeriksaan yang diminta ke dalam Sistem Informasi Laboratorium (SIL).
Pasien selanjutnya membayar di bagian administrasi dan bagian
administrasi menyerahkan bukti lunas kepada pasien.

2.5.1 Persyaratan Pelayanan


1. Persyaratan umum :
a. Pasien mendaftar dengan membawa surat rujukan permintaan
pemeriksaan yang telah diisi dengan lengkap dari rumah sakit dan
dokter.
b. Untuk pengiriman sampel; Sampel pemeriksaan dikirim ke
laboratorium oleh petugas rumah sakit atau pribadi disertai dengan
formulir permintaan yang telah diisi lengkap.
2. Persyaratan khusus :sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan,
seperti puasa, tidak minum obat- obatan, tidak pada saat haid untuk
pemeriksaan.persiapan untuk pengambilan spesimen pada keadaan basal :
untuk pemeriksaan tertentu, pasien harus puasa selama 8 – 12 jam sebelum
pengambilan darah (tabel 3.1), pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari
antara jam. 07.00 – 09.00 WIB.
Tabel 3.1 Pemeriksaan Yang Perlu Puasa

Pemeriksaan Lama Puasa

Glukosa Puasa 10-12 jam


Trigliserida Puasa 12 jam
Asam Urat Puasa 10-12 jam

2.5.2 Alur Pelayanan Laboratorium

2.5.2.1 Alur Pasien Umum

PASIEN

PENDAFTARAN

IDENTIFIKASI PASIEN VALIDASI HASIL


PEMBAYARAN ANALISIS SAMPEL

PENGAMBILAN SAMPEL PENANGANAN SAMPEL

2.5.2.2 Alur Sampel Pasien Rujukan

PELANGGAN

PENDAFTARAN

VALIDASI HASIL

Tidak VERIFIKASI
SAMPEL
ANALISIS SAMPEL

Ya

IDENTIFIKASI PASIEN PENANGANAN SAMPEL

2.5.3 Kriteria Pemeriksaan Laboratorium


Waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium tergantung dari jenis dan
jumlah pemeriksaan yang dilakukan dan permintaan pemeriksaan seperti
permintaan cito dan permintaan biasa. Adapun kriteria pemeriksaan laboratorium
berdasarkan permintaan, jenis pemeriksaan dan waktu tunggu hasil laboratorium
sebagai berikut:
Jenis Pemeriksaan Waktu tunggu Hasil
Darah Rutin (tanpa LED) 30 menit setelah sampel diterima
(tanpa crosscheck manual, tanpa LED
dan pemeriksaan lain). Dapat diminta
CITO (hasil keluar dalam waktu <30
menit)
LED 150 menit setelah sampel diterima
Golongan darah ABO Rhesus 30 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Morfologi darah tepi 1 hari setelah sampel diterima
Malaria mikroskopis 1 hari setelah sampel diterima
Urine rutin 45 menit setelah sampel diterima
Tes kehamilan 45 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Faeces rutin 45 menit setelah sampel diterima
Glukosa darah sewaktu 90 menit setelah sampel diterima.
Glukosa darah puasa Dapat diminta CITO
Glukosa darah 2 jam PP
SGOT, SGPT, Albumin 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Ureum , Creatinin, Asam Urat 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Kolesterol, Trigliserida, LDL Cholesterol 90 menit setelah sampel diterima
HDl Kolesterol
HBsAg rapid, Widal 90 menit setelah sampel diterima.
Anti Dengue IgG/IgM, Dengue NS1 Dapat diminta CITO
Pewarnaan gram 2 jam setelah sampel diterima
Pewarnaan BTA 2 jam setelah sampel diterima
Analisa cairan pleura 3 jam setelah sampel diterima

2.5.4 Pengelolaan Spesimen


Tata laksana pelayanan teknik pengambilan dan penanganan spesimen,

1. Persiapan Pasien :
a. Pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam post prondial.
1) Sebelum pemeriksaan pasien harus berpuasa selama 10 - 12 jam.
Pagi hari pasien diambil darah untuk pemeriksaan glukosa
puasa, kemudian pasien makan dan minum seperti biasa, selesai
makan pasien puasa lagi selama 2 jam.
2) Pasien diambil darah yang kedua untuk pemeriksaan glukosa 2
jam pp.
b. Pemeriksaan Profil Lipid.

Pasien diharuskan puasa selama 10 - 12 jam.

2. Persiapan Alat :
a. Needle vacutainer, Tube vacutainer.
b. Spuit, Lancet, Wing needle, Tourniquet.
c. Pot urine
d. Objek glass, cover glass.
3. Persiapan Bahan :
a. Kapas alcohol
b. Anti koagulant
4. Teknik Pengambilan Spesimen :
a. Darah Vena
1) Gunakan sarung tangan sebelum pengambilan darah.

2) Petugas menyiapkan alat dan bahan.


3) Petugas memberi tahu maksud tindakan kepada pasien
4) Petugas mengatur posisi pasien.
5) Petugas memilih area penusukan yang bebas dari lesi dan bebas
peradangan.
6) Petugas memasang ikatan pembendungan (Torniquet) pada
lengan atas dan pasen diminta untuk mengepal dan membuka
telapak tangan berulang kali agar vena jelas terlihat.
7) Petugas membersihkan area penusukan menggunakan kapas
alkohol 70%
8) Petugas menusukan jarum ke vena mediana cubiti dengan
posisi sudut 45 derajat dengan jarum menghadap keatas.
9) Petugas mengobservasi ada tidak darah dalam Jarum
Vacutainer.
10) Jika tidak ada darah tarik kembali jarum dari kulit,
11) Petugas menekan tempat penusukan dengan kapas kering.
12) Petugas mengganti penusukan ke tempat lain
13) Jika dalam jarum vacutainer ada darah, masukkan tabung dan
darah dibiarkan mengalir. Agar aliran bebas pasen diminta
untuk membuka kepalan tangannya.
14) Untuk hematologi menggunakan tabung vacutainer dengan
tutup warna ungu
15) Untuk kimia menggunakan tabung vacutainer dengan tutup
warna merah
16) Torniquet dilepas, kemudian tabung vacutainer ditarik dari
jarum lalu dikocok dan jarum ditarik dengan tetap menekan
lubang penusukan dengan kapas kering (agar tidak sakit).
17) Tempat bekas penusukan ditekan dengan kapas kering sampai
tidak keluar darah lagi.
18) Setelah itu bekas tusukan ditutup dengan plester.
19) Tempelkan Barcode Identitas Pasien di tabung vacutainer
b. Darah Kapiler
1) Lokasi pengambilan 2/3 ujung jari pada orang dewasa, daun
telinga pada anak, tumit kaki pada bayi.
2) Desinfeksi bagian yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
3) Tusuk dengan lancet secepat mungkin.
4) Buang tetes darah pertama dengan kapas kering, tetes darah
selanjutnya diambil.
5) Rekatkan lokasi tusukan dengan plester.
c. Urine
1) Urine sewaktu : Untuk urine lengkap, tes kehamilan.
a) Tempat urine ditempelkan barcode identitas pasien
b) Urine yang dikeluarkan pada saat akan diperiksa, urine
pancar tengah (urine keluar pertama dibuang yang tengah
tengah ditampung dan yang terakhir dibuang )
c) Urine ditampung ke dalam pot urine bersih dan tertutup.
2) Urine pagi : Untuk urine lengkap
a) Tempat urine di beri label identitas pasien
b) Urine yang pertama dikeluarkan pada pagi hari setelah
bangun tidur. urine pancar tengah (urine keluar pertama
dibuang yang tengah tengah ditampung dan yang terakhir
dibuang).
c) Urine ditampung ke dalam pot urine bersih dan tertutup
d. Faeces
1) Ambil sedikit faeces ke dalam wadah bersih dan bertutup,
jangan bercampur dengan urine.
2) Ambil bagian yang ada darah dan lendirnya.
e. Sputum
1) Ambil sputum dengan metode SPS ( sewaktu, pagi baru bangun
tidur, sewaktu)
2) Tampung pada wadah bersih, kering dan bermulut besar dan
tertutup.
f. Pleura dan cairan tubuh lain
Tampung semua sampel/bahan pada wadah bersih, kering, dan
bermulut lebar.
g. Sekret / swab
Bahan diambil dari swab vagina dan mata sesuai dengan
permintaan dokter.
2.5.5 Pengolahan Spesimen
Semua spesimen pemeriksaan yang terdiri dari bahan klinis di
Laboratorium dikategorikan sebagai spesimen infeksius dan diperlakukan dengan
cara yang benar sehingga tidak menularkan agen infeksius kepada petugas
Laboratorium. Jenis spesimen klinis yang dapat diperiksa di Laboratorium
Kesehatan Daerah Kota Bogor adalah:
1) Serum
2) Plasma (EDTA, heparin, sitrat)
3) Darah utuh (whole blood)
4) Urine
5) Faeces
6) Dahak/ sputum
7) Sekret ( vagina, mata)
8) Cairan tubuh (cairan pleura)

Oleh karena semua spesimen Laboratorium dianggap sebagai bahan


infeksius, maka harus dilakukan pengelolaan spesimen dengan baik dan benar.
Ikuti langkah-langkah berikut:
1. Cek spesimen yang akan diperiksa apakah sudah memenuhi syarat
2. Sesuaikan data pasien pada wadah spesimen dengan formulir permintaan
3. Tangani spesimen dengan hati-hati
4. Tempatkan spesimen dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah
tertumpahnya spesimen
5. Gunakan sarung tangan (Handschoen) dan jas lab atau APD yang lengkap
sewaktu memeriksakan spesimen tergantung tingkat bahaya spesimen dari
jenis pemeriksaan yang dilakukan
6. Meja kerja atau tempat spesimen diterima dibersihkan dengan desinfektan
(alkohol 70%) setiap hari
7. Cuci tangan dengan sabun dan beri desinfektan setiap selesai bekerja
dengan spesimen
8. Spesimen yang harus disimpan, dapat disimpan dalam refrigerator atau
freezer dalam wadah tertutup dan diberi label yang jelas.
9. Spesimen yang selesai diperiksa dan tidak diperlukan lagi dibuang ke
saluran limbah Rumah Sakit (lihat penanganan limbah Laboratorium).
Spesimen untuk pemeriksaan hematologi, langsung diperiksa pada alat
hematologi, sementara untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi yang
memerlukan serum atau pemeriksaan hemostasis yang memerlukan plasma
dilakukan centrifuge terlebih dahulu dengan kecepatan dan lama centrifuge yang
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Apabila telah diperoleh serum/ plasma, segera lakukan pemeriksaan pada
serum/ plasma tersebut. Jika perlu pisahkan dan masukkan sampel ke dalam cup
sampel dalam jumlah yang cukup menggunakan pipet transfer, jangan terjadi
gelembung, tempelkan stiker/ label yang berisi nomor sampel darah pada masing-
masing cup sampel kemudian lakukan pemeriksaan pada alat sesuai dengan
prosedur pemeriksaan masing-masing alat. Hasil pemeriksaan dipastikan benar
atau tidak bermasalah lalu dilakukan verifikasi dan validasi, diprint dan diberi
paraf sebagai tanda verifikasi dan validasi sudah dilakukan kemudian tanda
tangan dokter Penanggung jawab. Sisa spesimen dengan kasus tertentu disimpan
sesuai dengan kriteria penyimpanan untuk masing-masing spesimen ( serum pada
freezer suhu -350C selama 7 hari), Sisa sampel dapat dibuang apabila waktu
simpan yang disepakati telah terlewati, pembuangan dapat dilakukan ke tempat
sampah infeksius.
Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan hal-hal berikut telah dilakukan
dengan baik, yaitu:
1. Alat-alat pemeriksaan dalam kondisi baik
2. Reagensia dalam kondisi baik, jumlah cukup, belum kadaluarsa
3. Lakukan kontrol kualitas setiap pagi sebelum memulai pemeriksaan
4. Lakukan pemeriksaan sesuai Standar Prosedur Operasional
5. Lakukan verifikasi dan validasi terhadap semua hasil pemeriksaan dan
waspada terhadap hasil Laboratorium yang ekstrim.
2.5.6 Tata Laksana Penyimpanan Spesimen
Simpan semua specimen sesuai dengan nomor urut, tanggal, dan hari serta
bulan penyimpanan. Serum disimpan di freezer selama 7 hari pada suhu -350C,
setelah disimpan selama 7 hari, sisa serum dibuang
2.5.7 Pengolahan Limbah
Limbah adalah sisa proses/produksi bahan yang tidak mempunyai nilai
atau tidak berharga. Pengelolaan limbah laboratorium adalah bagian dari kegiatan
penyehatan lingkungan yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah laboratorium.
Limbah padat laboratorium adalah semua limbah laboratorium yang
berbentuk padat sebagai akibat kegiatan laboratorium sakit yang terdiri dari
limbah medis padat dan non-medis. Limbah cair adalah semua air buangan yang
berasal dari kegiatan di laboratorium yang mengandung mikroorganisme, bahan
kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Bogor bekerja sama dengan
ADIPRAYA sebagai pihak ketiga dalam mengelola limbah cair, padat dan limbah
tajam.
Pengolahan limbah dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pengolahan Limbah Padat
Teknis pengolahan limbah tersebut mengacu kepada pedoman Menteri
Kesehatan tentang Pengolahan Limbah Klinis, antara lain: tentang standarisasi
kantong dan kontainer pembuangan limbah. Keseragaman standar warna kantong
plastik dan kontainer yang digunakan untuk menampung limbah mempunyai
keuntungan tertentu, yaitu:
- Mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf
- Meningkatkan keamanan secara umum
Untuk limbah plastik padat sebelum diangkut oleh pihak ketiga diperlukan
wadah berupa kantong plastik khusus. Kantong plastik yang digunakan memiliki
warna dan arti yang berbeda sesuai dengan kategori limbah tersebut.
- Limbah padat non-medis, harus dipisahkan dari limbah medis padat dan
ditampung pada kantong plastik berwarna hitam. Kantong ini lebih
digunakan sebagai tempat/ limbah untuk bungkus spuit, bungkus plester,
kertas, tissue, dll.
- Untuk limbah medis ditampung pada kantong plastik yang berwarna
kuning. Kantong ini digunakan untuk menampung semua limbah dari
laboratorium yang berbahaya bagi kesehatan, misalnya sarung tangan,
masker, rapid test, dll.
- Untuk limbah spuit/ jarum, ditampung kedalam container khusus yang
selanjutnya akan dilakukan pengangkutan oleh pihak ketiga.
Limbah padat yang telah terbungkus dalam kantong plastik selanjutnya
akan dilakkan pengangkutan oleh pihak ketiga

2. Pengolahan Limbah Cair


Limbah cair yang berasal dari laboratorium biasanya mengandung banyak
senyawa logam berat yang mana bila air limbah tersebut dialirkan kedalam IPAL
dapat mengganggu pengolahan air secara biologis, oleh karena itu pengolahan air
limbah yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan ditampung terlebih dahulu
kemudian diangkut oleh pihak ketiga

2.3.1 Pengolahan Limbah Padat dan Cair di UPTD Laboratorium


Kesehatan Daerah Kota Bogor
Pengolahan limbah di Labkesda Kota Bogor dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Limbah Cair
Limbah cair di UPTD Labkesda Kota Bogor dilakukan oleh ADIPRAYA
sebagai pihak ketiga. Limbah VTM bekas dan limbah lainnya dari pemeriksaan
PCR dilakukan autoclave terlebih dulu sebelum dikumpulkan untuk kemudian
dikelola oleh pihak ketiga.

2. Limbah Padat
Limbah padat di UPTD Labkesda Kota Bogor dilakukan oleh pihak ketiga.
Semua limbah padat laboratorium dikumpulkan terlebih dahulu di tempat
penampungan limbah lalu akan dibawa oleh pihak ketiga.
2.5.8
2.5.9 Laporan Hasil dan Arsip
2.5.9.1 Tahap pencatatan dan pelaporan hasil
Kegiatan pencatatan dan pelaporan harus dilaksanakan dengan cermat dan
teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat mengakibatkan
kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan. Pemakaian Sistem Informasi
Laboratorium (SIL) untuk pemeriksaan yang dilakukan pada alat otomatis sangat
dianjurkan karena dapat mengurangi kesalahan pelaporan hasil karena kesalahan
identifikasi sampel atau kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:
1) Kesesuaian aturan pencatatan dan pelaporan hasil dengan pasien/ spesimen
yang sesuai
2) Penulisan angka dan satuan yang digunakan
Umumnya hasil pemeriksaan berupa kalimat-kalimat singkat. Khusus
mengenai angka, pada pelaporannya perlu disesuaikan mengenai desimal angka
dan satuan yang digunakan terhadap keperluan pasien maupun terhadap nilai
normal. Bila diperlukan suatu angka bulat, cukup dilaporkan dalam angka bulat,
tanpa desimal di belakang koma. Satuan yang digunakan sebaiknya adalah satuan
Internasional.
2.5.9.2 Pencantuman nilai normal
Pada pelaporan juga perlu dicantumkan nilai normal, yaitu rentang nilai
yang dianggap merupakan hasil pemeriksaan orang-orang normal. Pada
pencantuman hasil normal perlu dicantumkan metode pemeriksaan serta kondisi-
kondisi lain yang harus diinformasikan seperti batas usia dan jenis kelamin.
Satuan pelaporan juga harus sama antara hasil pemeriksaan dengan hasil normal.
Pencantuman keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksaan
dilakukan dua kali, keadaan sampel seperti lisis, ikterik atau lipemik atau kondisi
lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi hasil dan sebagainya.
2.5.9.3 Penyampaian hasil
Hasil yang boleh dikeluarkan oleh Laboratorium adalah hasil yang telah
diverifikasi dan divalidasi oleh penanggung jawab atau koordinator Laboratorium
atau penanggung jawab Laboratorium, ditandai dengan adanya paraf pada bagian
bawah lembaran hasil.
Waktu pemeriksaan sangat menentukan manfaat laporan tersebut untuk
kepentingan diagnosis penyakit dan pengobatan pasien, oleh karena itu hasil
pemeriksaan perlu disampaikan secepat mungkin segera setelah pemeriksaan
selesai dilaksanakan.
Petugas Laboratorium harus memberitahukan segera kepada dokter atau
Laboratorium petunjuk untuk hasil yang berada dalam nilai kritis sesuai standar
prosedur yang berlaku. Setiap pemberitahuan yang dilakukan harus
didokumentasikan. Untuk hasil yang dikirim sebagai suatu laporan sementara
akhir harus selalu disampaikan kepada peminta pemeriksaan. Petugas
Laboratorium harus menghubungi dokter yang meminta pemeriksaan apabila
terjadi penundaan penyerahan hasil terutama jika penundaan berdampak kepada
perawatan pasien. Hasil dapat diberitahukan melalui telepon atau sarana
elektronik lain, diterima oleh yang berwenang dan hasil lisan diikuti dengan hasil
tertulis.
2.5.9.4 Pelaporan Nilai Kritis
Petugas Laboratorium harus memberitahukan segera kepada dokter atau
Laboratorium petunjuk untuk hasil yang berada dalam nilai kritis sesuai standar
prosedur yang berlaku. Setiap pemberitahuan yang dilakukan harus
didokumentasikan. Untuk hasil yang dikirim sebagai suatu laporan sementara
akhir harus selalu disampaikan kepada peminta pemeriksaan. Petugas
Laboratorium harus menghubungi dokter yang meminta pemeriksaan apabila
terjadi penundaan penyerahan hasil terutama jika penundaan berdampak kepada
pasien. Hasil dapat diberitahukan melalui telepon atau sarana elektronik lain,
diterima oleh yang berwenang dan hasil lisan diikuti dengan hasil tertulis.
Petugas yang melaporkan adalah analis Laboratorium yang jaga pada
dinas tersebut dengan berkoordinasi dengan penanggung jawab . Apabila nilai
kritis dilaporkan ke dokter umum yang bertugas pada saat itu, maka dokter
tersebut harus mendokumentasikan hasil pelaporan tersebut dalam buku laporan
nilai kritis pasien. Petugas Laboratorium harus mencatat pelaporan hasil kritis
pemeriksaan, mencakup nama petugas Laboratorium yang melaporkan, jam dan
tanggal pelaporan, nama dokter yang meminta pemeriksaan. Petugas
Laboratorium yang akan melaporkan nilai kritis kepada dokter yang meminta
pemeriksaan terlebih dahulu harus melakukan verifikasi dan validasi
terhadap hasil pemeriksaan tersebut antara lain dengan mengecek kelayakan/
kondisi sampel, melihat keterangan klinis pasien, hasil pemeriksaan sebelumnya,
pengerjaan in duplo, konfirmasi manual atau konsultasi dengan dokter
penanggung jawab Laboratorium (SpPK). Setelah proses verifikasi selesai
dilakukan, maka petugas Laboratorium yang melakukan pemeriksaan wajib
melaporkan nilai kritis tersebut kepada dokter yang meminta atau kepada dokter
jaga dalam waktu segera mungkin (as soon as possible/ ASAP) dengan
menggunakan prinsip “SBAR” situation, background, assesment and
recommendation. Pelaporan nilai kritis oleh petugas Laboratorium diawali dengan
menyebutkan salam dan menyebutkan identitas diri petugas (nama, jabatan, dari
bagian Laboratorium) dan menyebutkan nama tes Laboratorium yang akan
dilaporkan. Petugas Laboratorium menyebutkan nama pasien, umur, keterangan
klinis pasien yang signifikan secara singkat dan jelas dan dilanjutkan dengan
pembacaan hasil tes, lengkap dengan satuan dan nilai rujukan. Petugas
Laboratorium dan dokter atau perawat yang menerima laporan melaksanakan
prosedur read back. Read back yaitu membacakan kembali hasil kritis
Laboratorium yang mempengaruhi suatu pengobatan. Lakukan stempel read back
yang diisi lengkap dan telah diparaf oleh yang melakukan read back pada formulir
permintaan Laboratorium. Petugas Laboratorium wajib mencatat saran atau
rekomendasi yang diberikan oleh dokter yang menerima laporan di formulir
permintaan seperti permintaan pengulangan pemeriksaan dengan sampel baru,
pemeriksaan tambahan sebagai lanjutan hasil pemeriksaan atau permintaan
konfirmasi ke Laboratorium rujukan.
Daftar Nilai Kritis Pemeriksaan Hematologi
No Nilai Kritis
Pemeriksaan Satuan
. Kurang dari Lebih dari
1. Hemoglobin g/dL 7 18
Hemoglobin (neonatus) g/dL 8,5 23
2. Hematokrit % 20 60
Hematokrit (neonatus) % 40 65
3. Jumlah leukosit / mm³ 2.000 50.000
Jumlah netrofil absolut /mm³ 1500 Tidak ada
(ANC)
5. Trombosit / mm³ 50.000 1.000.000
Trombosit (pasien / mm³ 10.000 Tidak ada
keganasan)

Tabel Daftar Nilai Kritis Pemeriksaan Kimia Klinik


Nilai Kritis
No Pemeriksaan Satuan Sampel
Kurang dari Lebih dari
1 Glukosa mg/dL 503 5002 Serum/plasma
2 Glukosa (neonatus) mg/dL 302 3252 Serum/plasma
3 Ureum mg/dL Tidak ada 2141 Serum/plasma
4 Kreatinin mg/dL Tidak ada 45 Serum/plasma

2.5.8.5 Dokumentasi/ arsip


Setiap Laboratorium harus mempunyai sistem dokumentasi yang lengkap.
Hasil suatu kegiatan pencatatan dan pelaporan haruslah berupa dokumen yang
sifatnya lengkap, jelas dan mudah dimengerti serta tidak melupakan efisiensi
waktu penyimpanan dokumen tersebut kepada peminta pemeriksaan. Perlu pula
disediakan buku ekspedisi di dalam dan di luar Laboratorium. Kasus tertukar dan
hilangnya spesimen dapat terjadi baik dalam transportasi di dalam maupun di luar
Laboratorium sehingga hal ini harus dihindari.
Tata laksana pengarsipan, berkas yang harus diarsipkan
1. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
a. Setiap hari formulir permintaan pemeriksaan laboratorium, dan
kwitansi pembayaran yang telah diisi dikumpulkan.
b. Masukan dokumen dalam map
c. Simpan selama satu bulan di laci penyimpanan ruang kerja.
d. Setelah satu bulan, dapat di simpan di gudang, berkas di simpan
selama 5 tahun.
e. Berkas yang telah melewati masa simpan di musnahkan dan di buat
berita acara pemusnahan berkas.
2. Kwitansi pembayaran
3. Kertas kerja yang terdiri dari :
a. Kertas kerja Hematologi.
b. Kertas kerja Kimia Klinik dan Imunoserologi
c. Kertas kerja Urine/Faeces/Bakteriologi
4. Buku kerja QC yang terdiri dari :
a. Buku kerja QC Hematologi
b. Buku kerja QC Kimia Klinik
c. Buku kerja QC Urine.
5. Buku arsip hasil laboratorium
a. Buku arsip hasil laboratorium adalah laporan hasil
laboratorium,buku registerasi laboratorium pasien rawat jalan
(umum).
b. Tulis pada buku periode pencatatan hasil pemeriksaan.
c. Pisahkan dari masing-masing jenis buku, kumpulkan sesuai dengan
urutan bulan dan tahun.
d. Berkas yang telah melewati masa simpan,di musnahkan dan di buat
berita acara pemusnahan berkas.
6. Laporan bulanan dan tahunan
a. Laporan bulanan dan tahunan di kumpulkan sesuai dengan bulan
dan tahun secara berurutan.
b. Simpan dalam box file.
c. Laporan bulanan dan tahunan di simpan oleh ADM laboratorium
selama 5 tahun.
d. Berkas yang telah melewati masa simpan,di musnahkan dan di buat
berita acara pemusnahan berkas.
7. Print out hasil dari alat
a. Rekatkan print out hasil laboratorium di masing-masing kertas
kerja sesuai dengan hari dan tanggal pemeriksaan.
b. Simpan print out bersama dengan buku kerja.
2.5.10 Pemeliharaan dan Kalibrasi Alat
Masing masing alat sudah dilengkapi dengan formulir perawatan ( Log
Maintenance ) alat

1. Perawatan alat dilakukan sesuai dengan formulir yang sudah disediakan


2. Setiap selesai melakukan perawatan alat harus dicatat pada formulir
perawatan alat ( Form Log Maintenance )
3. Perawatan harian dan mingguan dilakukan oleh analis
4. Untuk perawatan bulanan dan perawatan tertentu dilakukan oleh teknisi dari
alat yang bersangkutan
Untuk Kalibrasi alat dilakukan minimal satu tahun sekali

2.6 Pemantapan Mutu Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Bogor


Kendali mutu merupakan keseluruhan rangkaian yang terpadu dan efektif
guna melakukan pengembangan kualitas, menjaga dan meningkatkan mutu
ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium, tujuannya adalah sebagai
pedoman atau prosedur pelaksanaan pengendalian mutu dalam pemeriksaan rutin
di UPTD Labkesda Kota Bogor. Kegiatannya meliputi tahap pre-analitik, analitik
dan pasca analitik. Kendali mutu dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

2.6.1 Kendali Mutu Internal


1) Pre Analitik
Pre analitik adalah kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan sebelum proses
analitik berjalan. Tujuan dilaksanakannya pre analitik sebagai berikut:
a. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
b. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang
salah tidak terjadi dan perbaikan kesalahan dapat dilakukan segera.
c. Memastikan bahwa semua proses dimulai dari persiapan pasien,
pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen
sampai dengan pencatatan dan pelaporan talah dilakukan dengan
benar.
d. Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya.
e. Membantu perbaikan pelayanan penderita melalui peningkatan mutu
pemeriksaan laboratorium.

Persiapan-persiapan dalam kendali mutu adalah persiapan yang harus


dilakukan guna menunjang proses analitik. Persiapan itu mencakup persiapan alat-
alat untuk pengumpulan bahan pemeriksaan, persiapan instrumen, dan persiapan
pasien, Tahapan-tahapan pre analitik meliputi:
 Persiapan alat-alat untuk pengumpulan bahan pemeriksaan
Alat-alat yang harus dipersiapkan adalah kelengkapan penunjang dalam
proses pengumpulan bahan pemeriksaan seperti kapas, alkohol 70%,
plester, jarum suntik, tabung-tabung khusus dengan tutup tabung dan
kegunaan yang berbeda dan wadah-wadah yang sesuai untuk setiap jenis
pemeriksaan yang diminta. (untuk urin, faeces, cairan tubuh dan darah).
 Persiapan instrumen
Persiapan instrumen adalah persiapan yang bermanfaat untuk menilai
kelayakan alat yang digunakan. Penilaian kelayakan dilakukan
menggunakan bahan kontrol yang diperoleh melalui vendor
(pabrik).Bahan kontrol adalah bahan yang homogen dengan sifat tertentu,
seperti identitas, kemurnian, dan potensial yang sudah diukurdan
disertifikasi oleh organisasi yang memenuhi kualifikasi dan diakui. Bahan
kontrol digunakan untuk memverifikasi kinerja instrument atau system
pengukuran untuk menjamin kehandalan dan integritas jangka panjang dan
proses pengukuran.
Tahap pra analitik di UPTD Labkesda Kota Bogor sudah meliputi
persiapan alat dan bahan serta persiapan intrumen dengan baik sebelum
dilakukan quality control terhadap bahan kontrol yang diperoleh melalui
vendor (pabrik) sehingga menunjang ketepatan hasil pada proses analitik.

2) Analitik
Proses analitik adalah proses pengolahan bahan sampel setelah melalui
proses pre analitik sesuai dengan jenis pemeriksaan.
Melakukan analisis atau pemeriksaan laboratorium kesehatan:
a. Persiapan Reagen
- Mengecek reagen
- Mengecek tanggal kadaluarsa reagen
- Mengecek bahan kontrol apakah masih memenuhi syarat
- Mengecek tanggal kadaluarsa bahan kontrol
b. Persiapan alat/instrument
- Mengecek cara kerja alat
- Menjaga kebersihan alat
- Melakukan kalibrasi berkala (dilakukan oleh teknisi alat)
- Melakukan perawatan harian alat
c. Pemeriksaan QC
- Melaksanakan QC harian, dengan kontrol normal dan patologis
- Menghitung QC untuk mengetahui apakah alat layak digunakan atau tidak
mengikuti aturan westgard
- Mempersiapkan, memelihara, dan menangani kerusakan sederhana alat-
alat laboratorium. Setiap peralatan dilengkapi dengan petunjuk
penggunaan yang disediakan oleh pabrikan yang memproduksi alat
tersebut
- Setiap proses analitik dilakukan berdasarkan urutan SOP yang dipasang
didekat alat dari tiap-tiap jenis pemeriksaan
Quality Control UPTD Labkesda Kota Bogor dilakukan setiap hari
sebelum pemeriksaan sampel dan dengan memenuhi kontrol kualitas parameter
yang memenuhi syarat.
3) Post Analitik
Kegiatan post analitik adalah kegiatan yang meliputi verifikasi hasil,
validasi hasil, pelaporan, dan pendokumentasian hasil. Verifikasi hasil adalah
tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dalam melakukan pemeriksaan
laboratorium mulai tahap pra analitik sampai dengan melakukan kegiatan
pencegahan ulang setiap proses pemeriksaan. Validasi hasil adalah proses
pengeluaran hasil yang sudah dapat dipercaya karena sudah diverifikasi.
Tahapan kegiatan post analitik:
1. Melaksanakan kegiatan administrasi dan pelaporan hasil pemeriksaan. Proses
pencatatan dimulai dari penerimaan spesimen yang berisi data kelengkapan
pasien dan jenis pemeriksaan. Sementara untuk pencatatan hasil telah terekam
dikomputer karena menggunakan system online. Setiap alat di lab dilengkapi
dengan vans lab yang memungkinkan data langsung masuk ke komputer
sesuai dengan nomor registrasi laboratorium. Hasil pemeriksaan dilaporkan
kepada Koordinator Teknis Laboratorium Klinik untuk diverifikasi.

2. Validasi hasil pemeriksaan laboratorium


Validasi hasil pemeriksaan merupakan upaya untuk memantapkan kualitas
hasil pemeriksaan yang telah diperoleh melalui pemeriksaan ulang oleh
laboratorium rujukan atau dengan alat/metode yang berbeda.Bila hasil
pemeriksaan tidak normal (tinggi atau rendah), yang pertama diperhatikan
adalah mengecek kesesuaian bahan pemeriksaan, dan yang kedua adalah
melihat diagnosa pasien, bila terdapat kesesuaian maka hasil dapat
dilaporkan. Tetapi bila tidak sesuai maka pemeriksaan harus diulang dengan
metode yang berbeda untuk kimia klinik, serologi, atau verifikasi dengan
manual untuk sampel hematologi, blia sesuai hasil maka dapat dilaporkan,
bila masih tidak sesuai dengan keadaan klinis maka harus dilakukan
pengambilan bahan sampel baru dengan memberikan informasi kepada pasien
atau dokter perujuk. Analis laboratorium bertanggung jawab terhadap
pemeriksaan dan dokumentasi hasil tertulis. Sedangkan koordinator teknis
bertanggung jawab melakukan tinjauan, verifikasi, dan persetujuan
hasilnya.Validasi hasil pemeriksaan merupakan tanggung jawab dari dokter
konsulen.

Gambar 2. 1 Alur Validasi Hasil

Alur pemeriksaan sampel dimulai dari pengumpulan sampel, pengiriman


sampel, pemisahan sampel, pemeriksaan sampel, dan out put hasil. Out put hasil
sebelum diserahkan kepada pasien, divalidasi dan diperiksa terlebih dahulu oleh
analis yang memeriksa kemudian oleh koordinator teknis, setelah itu hasilnya
dikonsultasikan kepada dokter penanggung jawab laboratorium dan hasilnya baru
dapat diserahkan kepada pasien.
2.6.2 Pengendalian Mutu External
UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Bogor mengikuti beberapa
kegiatan pengendalian proses/pemantapan mutu eksternal, diantaranya:

1. BBLK Surabaya
Bidang yang diikuti meliputi malaria, telur cacing, BTA, Urine, Hematologi,
Kimia klinik
2. BBLK Jakarta
Bidang yang diikuti meliputi malaria, telur cacing, BTA, Urine, Hematologi,
Kimia klinik, immunoserologi
3. Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Bidang yang diikuti meliputi telur cacing, BTA, Urine, Hematologi, Kimia
klinik
4. Balai Uji Standar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil
Perikanan (BUSKIPM) Jakarta
Bidang yang diikuti salmonela, total bakteri, dan E.coli

2.7 Keselamatan Kerja di Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Bogor


Keselamatan kerja adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi
kecelakaan, kebakaran, bahaya peledakan, penyakit akibat kerja, pencemaran
lingkungan yang pada umumnya menimbulkan kerugian nyawa, waktu, dan harta
benda bagi pekerja dan masyarakat yang berbeda di lingkungannya (UU no 1
tahun 1970, tentang keselamatan kerja).
Mengingat besarnya resiko kecelakaan dan gangguan kesehatan yang
dapat terjadi akibat kegiatan Laboratorium maka seluruh petugas di Laboratorium
harus mengenal berbagai bahaya dan resiko kesehatan di Laboratorium sehingga
petugas dapat melakukan tindakan pencegahan dan dapat menangani secara benar
jika terjadi kecelakaan kerja di Laboratorium.
2.7.1 Pencegahan umum
Pencegahan bahaya di Laboratorium secara umum yaitu ruangan:
a. Kebersihan ruangan Laboratorium harus selalu terjaga
b. Permukaan meja kerja harus selalu dibersihkan setelah selesai
bekerja dan jika terjadi bahan yang potensial berbahaya
c. Lantai harus bersih, kering, tidak licin dan ada saluran pembuangan
d. Suhu ruangan antara 15-25OC dengan kelembaban 35-60%
e. Udara dalam ruangan harus dibuat mengalir searah (dari ruang bersih
ke ruang kotor)
f. Dinding hendaknya dicat dengan bahan epoksi, permukaannya harus
rata, mudah dibersihkan, tidak tembus cairan dan tahan terhadap
desinfektan.
g. Label internasional untuk BIOHAZARD/ LABEL BAHAYA harus
terpasang di pintu masuk Laboratorium yang menangani kelompok
mikroorganisme resiko 2,3 dan 4
h. Pintu Laboratorium harus selalu tertutup jika petugas sedang bekerja,
mereka yang tidak berkepentingan dilarang masuk.

2.7.2 Peralatan
a. Sarung tangan harus dilepaskan jika menerima telepon
b. Penggunaan pipet dengan mulut tidak diperbolehkan
c. Penyimpanan jas Laboratorium tidak boleh dalam satu lemari
dengan pakaian lain yang dipakai di luar Laboratorium
d. Diwajibkan memakai sarung tangan plastik karet tipis selama
bekerja, dengan ketentuan pada saat pengambilan sampel, satu
sarung tangan untuk satu pasien
e. Setelah dipakai sarung tangan harus dibuang bersama limbah
Laboratorium lainnya, kemudian petugas mencuci tangan sampai
bersih
f. Penyimpanan harus sesuai prosedur kerja.

2.7.3 Prosedur/Sistem
a. Penggunaan bahan-bahan harus sesuai dengan ukuran
b. Semua prosedur tetap yang tersedia harus dilaksanakan dan
diperhatikan untuk mencegah atau meminimalisir terbentuknya
aerosol atau tetesan
c. Semua prosedur tetap harus dilakukan untuk mencegah atau
meminimalisir bahaya atau kecelakaan akibat kerja
d. Semua limbah atau bahan yang terkontaminasi, spesimen harus
dilakukan dekontaminasi sebelum dibuang atau akan digunakan
kembali
e. Limbah infeksius hendaknya dimasukkan ke dalam kantong plastik
sesuai dengan kode dan warnanya untuk dikelola
f. Seluruh petugas Laboratorium harus selalu mencuci tangan setelah
menangani bahan infeksius, setelah bersentuhan dengan lingkungan
pasien, setelah menyentuh pasien, sebelum mengambil darah pasien
dan sebelum meninggalkan Laboratorium. Mencuci tangan dapat
dilakukan dengan memakai sabun jika tangan terlihat kotor dan
memakai handsrub jika tangan terlihat bersih
g. Jas Laboratorium hanya boleh dipakai diruangan Laboratorium dan
pada saat pengambilan sampel pasien
h. Penyimpanan pakaian pelindung diri tidak boleh dalam satu lemari
dengan pakaian yang dipakai diluar ruang kerja Laboratorium.

2.7.4 Petugas
1) Dilarang makan, minum, merokok, menyimpan makanan serta
menggunakan kosmetik di dalam ruangan Laboratorium
2) Cincin, gelang tidak boleh digunakan selama bekerja
3) Rambut panjang harus diikat selama bekerja
4) Tidak diperbolehkan menggunakan pipet isap mulut
5) Seluruh petugas Laboratorium harus selalu mencuci tangan setelah
menangani bahan infeksius dan sebelum meninggalkan
Laboratorium
6) Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label
7) Pakailah kaca mata pelindung, kaca pelindung wajah (visors) atau
alat pelindung diri lainnya jika menangani objek yang mudah
menyemprot atau memantul ke tubuh kita, atau jika diperlukan
8) Seluruh petugas menangani bahan infeksius harus memakai sarung
tangan untuk menghindari kontak langsung dengan spesimen
9) Jangan memakai sandal di Laboratorium
10) Petugas harus melapor semua kejadian baik berupa tumpahan,
kecelakaan kerja, ataupun terpapar dengan bahan potensial
berbahaya atau infeksius lainnya kepada kepala ruangan secara
tertulis.

2.7.5 Pencegahan Khusus


a. Kimia
1. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang
terdapat di Laboratorium harus tersedia ditempat kerja dan diketahui
seluruh petugas Laboratorium.
2. Bahan kimia tidak diisap melalui pipet dengan mulut tetapi dengan
menggunakan karet isap (rubber bulb), atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan berbahaya dan terhirupnya aerosol.
3. Gunakan peralatan pelindung seperti pelindung mata dan muka,
sarung tangan karet, celemek (apron), jas laboratorium yang tepat
pada saat menangani bahan kimia terutama pelarut organik.
4. Gunakan pelindung mata yang tepat jika bekerja dengan bahan atau
alat yang dapat menimbulkan bahaya pecahan, percikan atau radiasi
gelombang perusak mata. Pelindung mata harus dapat menutup rapat
daerah sekitar mata dan tahan terhadap percikan zat kimia.
5. Hindari pemakaian lensa kontak pada waktu menangani bahan kimia
karena dapat melekat antara mata dan lensa

b. Biologi
Upaya pencegahan bahaya didasarkan klasifikasi tingkat keamanan biologi
Laboratorium yang bersangkutan. Hal-hal umum yang penting diperhatikan
adalah:
1. Lakukan pekerjaan Laboratorium dengan menerapkan praktek
Laboratorium yang benar (good laboratory practice)
2. Penggunaan desinfektan yang sesuai dengan cara penggunaan yang
benar
3. Lakukan sterilisasi dan desinfektan terhadap sisa bahan infeksius dan
spesimen secara benar
4. Pengelolaan limbah infeksius diterapkan dengan benar
5. Gunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai

c. Fisika
Pencegahan terhadap panas dilakukan dengan pemasangan AC, pengaturan
ventilasi
1. Psikososial/ stres
a) Menjaga keseragaman jasmani petugas
b) Mengenali stres melalui buku bacaan, seminar
c) Mengadakan kegiatan yang menimbulkan rasa betah dalam
bekerja misalnya makan siang bersama, musik, mengadakan
kegiatan piknik bersama
d) Membudayakan budaya safety, berani menegur atau
meningkatkan untuk memakai alat pelindung diri.
2. Ergonomi
Pemakaian komputer harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Jangan terus menerus bekerja dengan komputer
2) Pencegahan kelelahan mata
3) Menghindari hal-hal yang menimbulkan kecelakaan seperti:
- Jangan makan minum di dekat komputer dan jagalah
komputer tetap bersih
- Dilarang merokok disetiap unit kerja
2.7.6 Tindakan jika terjadi bahaya di Laboratorium:
a. Segera
1. Umum
a) Jika terjadi kebakaran, beritahu kepada seluruh petugas, lakukan
dengan tenang
b) Bunyikan alarm
c) Informasikan kepada tim/ petugas K3RS. Kalau perlu kepada
petugas pemadam kebakaran, polisi, kelurahan, RS
d) Ikuti prosedur yang berlaku, hubungi organisasi tim
penanggulangan bencana
1) Dokter UGD : Pusat komando bencana (bersama direktur,
manajer umum, ketua K3)
2) Dokter bangsal : Tim medis (bersama MOD)
3) Tim lain : Pemadam kebakaran ruangan, petugas keamanan,
maitenance, komunikasi
4) Tim komando penanganan bencana saat kebakaran
diruangan:
 Merah : Pemadam kebakaran
 Kuning : Komando jalannya evakuasi pasien atau orang
 Biru : Informasi, pencatatan, penandaan ruangan kosong
 Putih : Evakuasi dokumen
Gambar 2.15 Petunjuk Penggunaan APAR

2. Khusus
Tumpahan dan kebocoran bahan kimia
a) Cucilah mata atau kulit di pancuran air (shower) terdekat bila
terkena zat kimia
b) Ikuti semua petunjuk material safety data sheet (MSDS), tentang
proses netralisasi bahan kimia yang bocor atau tumpahan sebaik-
baiknya
c) Bila tumpahan diperkirakan dapat menimbulkan kebakaran dan
peledakan, tinggalkan segera ruangan
d) Semua petugas Laboratorium wajib mengetahui bahan B3 yang
ada di Laboratorium
e) Staf harus mengetahui buku B3/ MSDS
f) Spill kit harus ada diletakkan ditempat yang mudah dijangkau
oleh siapa pun.

b. Keracunan bahan kimia melalui kontak langsung


1. Bila kena mata
1) Keluarkan lensa kontak jika memakai
2) Cucilah mata yang terkena dengan semprotan air selama 15 menit
3) Jangan menggunakan salep mata atau bahan netralisasi
2. Bila kena kulit
1) Cuci tangan hingga bersih jika bahan kimia mengenai kulit, siram
air mengalir selama 15 menit
2) Mandikan korban di pancuran dan pakailah apron dan sarung
tangan
3) Bersihkan dengan teliti lipatan atau rongga tubuh korban. Posisi
kepala harus lebih tinggi dari tubuh untuk menghindari cipratan
ke mata korban
4) Semprot air ke tubuh dan cuci mata ini bisa dilakukan dengan
posisi korban duduk dengan kepala menengadah
3. Bila terminum
Bila terminum segera berkumur-kumur, selanjutnya bawa ke UGD
4. Bila terhirup
Bila terhirup longgarkan pakaian, bawa ketempat yang segar, beri
nafas bantuan (bila perlu)

5. Bila tertumpah
Gambar Prosedur Penanganan Tumpahan B3

Prosedur penanganan cairan tubuh yang tumpah di lantai


1) Petugas memasang Pambatas di sekitar area tumpahan
2) Petugas membuka Spill Kit
3) Petugas menaburkan pasir kering di area luar tumpahan sampai
tumpahan tertutup pasir sehingga cairan terserap oleh pasir,
4) Petugas cuci tangan
5) Petugas memakai Alat Pelindung Diri (Masker, Apron, Sarung tangan
bedah dan sarung tangan rumah tangga)
6) Petugas membuka 2 buah plastik kuning di kiri dan kanan
7) Petugas menuangkan Hipoklorheksidin ke tumpahan yang telah
tertutup pasir
8) Setelah 2-3 menit, petugas membersihkan/ menyapu tumpahan dengan
skop dan sikat sapu
9) Petugas membuang tumpahan ke dalam kantung plastik kuning kiri
(Bila terdapat benda tajam dimasukan ke dalam safety box) dan
memasukan skop serta sikat sapu ke plastik kuning sebelah kanan
10) Petugas mengikat kantung plastik kuning sebelah kiri
11) Petugas membersihkan area sisa tumpah dengan lap
12) Petugas memasukan lap ke plastik kuning sebelah kanan
13) Petugas membuka APD (Sarung tangan Rumah tangga, Apron,
Masker) dan memasukannya ke dalam kantung plastic kuning sebelah
kanan
14) Petugas mengikat kantung plastic kuning sebelah kanan
15) Petugas menutup Spill Kit
16) Petugas Membersihkan area sisa tumpahan dengan lap pel
17) Petugas Membuka sarung tangan bedah dan membuang ke tempat
sampah medis
18) Petugas mencuci tangan

Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu


bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan perusahaan, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan kerja (KK) di kalangan
petugas kesehatan dan non kesehatan, kesehatan di Indonesia belum terekam
dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukkan kecenderungan
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya
kesadaran pekerjaan dan kualitas serta keterampilan pekerjaan yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan resiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

Anda mungkin juga menyukai