Berhasilnya bangsa Indonesia membentuk dirinya kembali sebagai bangsa
yang satu dengan mendiami sebuah negara yang disebut bangsa Indonesia, adalah melalui bentuk-bentuk perjuangan yang berliku-liku. Untuk mewujudkan sebuah negara yang merdeka itu telah ditempuh bentuk perjuangan politik melalui pergerakan nasional yang kemudian disusul oleh suatu perjuangan fisik. Di dalam kedua periode itu telah muncul sekian banyak pemimpin Bangka berkaliber nasional yang patut mendapat penghargaan tinggi atas jasa-jasanya. Langkah koperasi merupakan salah satu langkah perjuangan para pemimpin pergerakan nasional. Langkah koperasi merupakan langkah yang diambil oleh para pemimpin perjuangan dengan cara menjalin “kerjasama” dengan pihak penjajah. Diantara para pemimpin ini ialah Muhammad Husni Thamrin. Muhammad Husni Thamrin lahir di Weltevreden, Batavia (sekarang Jakarta), pada 16 Februari 1894. Ayahnya merupakan seorang Belanda dengan ibu orang Betawi. Ayahnya, Tabri Thamrin, merupakan seorang wedana di bawah Gubernur Jenderal Johan Cornelis van der Wijck. Munculnya Muhammad Husni Thamrin sebagai tokoh pergerakan yang berkaliber nasional tidaklah mudah. Untuk mencapai titik tingkat tersebut ia memulai dari bawah, dari tingkat lokal. Dia memulai geraknya sebagai seorang tokoh Betawi. Sebagai anak wedana, dia tidaklah terpisah dari rakyat “jelata”. Sejak muda, Muhammad Husni Thamrin telah memikirkan nasib masyarakat Betawi yang sehari-hari dilihatnya. Sejak pengangkatannya sebagai anggota Gemeenteraad, Muhammad Husni Thamrin makin giat untuk memperjuangkan ide-idenya untuk memperbaiki keadaan masyarakat kaum Betawi. Posisinya pun makn lama makin kuat dan baik. Dia akhirnya secara berangsur-angsur dipercayai untuk menduduki jabatan-jabatan kemasyarakatan yang penting. Di dalam Gemeenteraad Muhammad Husni Thamrin makin terkemuka. Di dalam lembaga ini dia giat untuk menciptakan kekuatan-kekuatan nasionalis di dalam satu wadah, dank arena itu akhirnya dia berhasil membentuk satu fraksi khusus, yaitu fraksi nasional. Sebagai anggota yang mewakili penduduk Batavia, sekarang Jakarta, Muhammad Husni Thamrin mengetahui baik permasalahan masyarakat Betawi. Sebelum secara resmi masuk ke dalam Geementeraad, secara kebetulan Muhammad Husni Thamrin memiliki teman akrab seorang Belanda yang juga Sekretaris Geementeraad, Van der Zee. Bersama, mereka sering berdiskusi mengenai permasalahan yang dihadapi penduduk Batavia. Di antara buah pikiran Muhammad Husni Thamrin yang diadopsi Zee untuk dibahas dalam parlemen adalah mengenai pembendungan Sungai Ciliwung untuk menghindari banjir. Tahun 1927, berdasarkan pemilihan oleh Panitia Dr. Sarjito, Muhammad Husni Thamrin ditunjuk sebagai anggota Volkstraad untuk mengisi lowongan yang dinyatakan kosong oleh Gubernur Jenderal. Hal ini didasarkan atas pengalamannya sebagai anggota Gemeenteraad. Sebagai pemimpin yang tadinya bersifat lokal, maka dengan pengangkatannya sebagai anggota Volkstraad tentulah horizon penglihatannya harus lebih luas, lebih menjangkau ke depan. Sejalan dengan sifat dan kedudukan Volkstraad itu sendiri, tentulah akan menghadapi permasalahan yang lebih beragam. Pada tahun 1939, Muhammad Husni Thamrin mengajukan mosi tentang penggunaan kata-kata “Indonesia”, “Indonesisch dan “Indonesier” sebagai pengganti kata-kata “Indie”, “Nederland Indisch” dan “Inlander” dalam Undang-Undang Ordonansi dan sebainya. Akan tetapi, mosi itu ditolak oleh Pemerintah Belanda walaupun mendapat dukungan besar sebagian besar anggota Volkstraad. Sejak itu, Nilai-Nilai Keteladanan Muhammad Husni Thamrin 1. Cinta Tanah Air a. memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa dan Negara : tercermin melalui salah satu buah pikirannya dalam mengatasi banjir dengan membendung aliran Sungai Ciliwung; b. jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia : tercermin melalui sikap Muhammad Husni Thamrin yang tidak menjadi “kaki- tangan” kolonial walaupun menduduki jabatan strategis sebagai wakil rakyat di Geementaraad maupun Volkstraad; 2. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa dan negara; b. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara;