Berbagai konflik yang terjadi di Indonesia, bertolak pada isu suku, ras,
agama, dan antar golongan (SARA) sebagai pemantik intoleransi, dapat memecah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Penyerangan rumah ibadah,
pelanggaran HAM, konflik agama di Ambon, konflik antaretnis di Kabupaten
Sambas dan Sampit, deskriminasi terhadap etnis minoritas, kerusuhan di Poso,
merupakan beberapa contoh kasus intoleransi yang pernah terjadi di Indonesia.
Berbagai konflik yang mengarah pada intoleransi di Indonesia, tentu saja merusak
esensi atas moto atau semboyan Bhinka Tunggal Ika yang menghargai
kemajemukan, heterogenitas dalam kehidupan berbangsa.
Beberapa konflik yang mengarah pada isu SARA di atas, tidak saya
temukan selama menetap di Perumahan Tower Hills tersebut. Kehidupan
bertetangga dengan agama, keyakinan berbeda-beda memperlihatkan aktivitas
kehidupan yang saling menjaga satu sama lain, dan saling berdampingan.
Menghargai perbedaan, secara tidak langsung tercipta dengan sendirinya di
perumahan tersebut. Menjadi potret yang biasa disaat Natal, masing-masing warga
mengucapkan selamat Natal kepada penganut Kristiani, termasuk juga di saat Hari
Raya Imlek, Nyepi, Waisak, Idul Fitri, dan Idul Adha, juga memberikan ucapan
selamat antara agama satu dengan agama yang lain. Tidak ada yang alergi di
dalam menyampaikan ucapan selamat terhadap hari besar di Perumahan Tower
Hills.
Akhir Desember tahun 2015, merupakan momen bersejarah bagi saya dan
istri pertama kali datang kota Solo-Surakarta setelah menikah. Menetap sementara
untuk menjalani Studi S3 di Pascasarjana ISI Surakarta, sementara istri
melanjutkan studi S2 di Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Perjalanan kami, tentu saja dihadapkan pada situasi yang unik. Berangkat dari
Bandara Internasional Minang Kabau (BIM), transit di Batam. Mengingat ada
persoalan teknis, akhirnya terjadi penundaan keberangkatan pesawat Lion Air
menuju Solo. Akhirnya, kami diinapkan di salah satu Hotel di Kota Batam. Besok
paginya, kami di jemput ke Hotel melanjutkan penerbangan dari Bandara Hang
Nadim Batam ke Bandara Adi Soemarmo Boyolali Jawa Tengah.
3
Kerja Bakti
Kerja bakti merupakan program wajib yang dilakukan warga perumahan
setiap bulannya. Tentu saja, kesepakatan jadwal kerja bakti ini ditentukan disaat
pertemuan warga. Manfaat dilaksanakan kerja bakti ini adalah terciptanya
4
akan digulirkan di dalam pertemuan tersebut. Terdapat tiga program inti sebagai
bentuk respons atas peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu (1)
Malam Tirakatan, (2) Layar Tancap film bertema sejarah, dan (3) Rangkaian
Lomba.
1. Malam Tirakatan
Malam Tirakatan merupakan program inti dalam peringatan Hari
Kemerdekaan Republik Indonesia, dimaknai sebagai bentuk rasa syukur atas
kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa Indonesia terhadap kolonialisme
Belanda. Bentuk rasa syukur ini, tentu saja diimplementasikan dengan bentuk
yang berbeda di beberapa wilayah di Indonesia. Kebetulan, istilah Malam
Tirakatan ini baru saya ketahui saat menghadiri pertemuan pertama kali, bersama
warga perumahan Tower Hills.
Wujud rasa syukur ini diwujudkan keterlibatan warga untuk berkumpul di
lapangan terbuka, sembari membawa makanan dari rumah masing-masing untuk
dimakan secara bersama. Hal lain yang menarik adalah disediakannya tumpeng,
dihiasi bendera merah putih berukuran kecil di atasnya. Warga, terdiri dari anak-
anak, remaja, bapak-bapak, ibu-ibu, termasuk mengundang pejabat desa, dan
masyarakat berkumpul di lapangan terbuka taman Tower Hills. Rangkaian acara
dalam Malam Tirakatan ini terdiri atas sambutan dari Ketua Paguyuban
Perumahan Tower Hills, sambutan sekaligus refleksi kemerdekaan oleh Ketua RT,
pembacaan doa, pemotongan tumpeng, penyerahan hadiah lomba 17 Agustusan,
dan terakhir adalah makan bersama.
dan masyarakat RT III Desa Plesungan, untuk berbaur satu sama lain,
menyaksikan penayangan film bertema sejarah tersebut. Beberapa judul film yang
ditayangkan adalah Janur Kuning, Jenderal Soedirman, dan Soekarno: Indonesia
Merdeka.
Tower Hills. Semangat kebersamaan warga Perumahan Tower Hills disaat Hari
Raya Idul Adha. Seperti biasa, beberapa bapak-bapak berkumpul di taman
perumahan melaksanakan aktivitas ronda, sekaligus melakukan bakar sate hewan
qurban. Kegiatan ini, selalu dilakukan setiap tahunnya. Saya juga ikut bergabung
dengan mereka, menikmati sate daging qurban, mengobrol, menghisap beberapa
batang rokok, sampai akhirnya larut malam menyapa kami untuk kembali ke
rumah masing-masing.