Makalah Sosiologis Pendidikan Islam
Makalah Sosiologis Pendidikan Islam
Makalah diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat pada Mata Kuliah
Analisis Sosiologis Pendidikan Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam
Program Pasca Sarjana IAIN Bone Tahun 2021
Oleh
FITRIANI
NIM: 86108202021
PASCA SARJANA
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
1
2
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. yang maha pencipta, menghidupkan dan
mematikan, serta yang telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi.
Alhamdulillah, segala syukur kami panjatkan kepada Allah swt. yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Perkembangan Jiwa Diri Peserta Didik.”
Shalawat senantiasa kita kirimkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai
sosok pembawa perubahan yang luar biasa dari zaman jahiliah ke zaman penuh ilmu
ini. Sosok pemimpin yang mengangkat derajat seorang perempuan dan seorang
pemimpin yang menjadi sosok teladan bagi seluruh umat.
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Analisis
Sosiologis Pendidikan Islam. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami
banyak hambatan. Namun, berkat bimbingan dan dorongan semangat dari berbagai
pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, selain itu penulis
juga menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Makalah
ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga.
FITRIANI
NIM: 86108202021
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
D. Penutup 15
DAFTAR PUSTAKA 17
iii
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERKEMBANGAN JIWA
anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratnya menuju ke arah peradaban
yang manusiawi dan lebih baik. Pendidikan karakter merupakan proses yang
berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never ending proses), sehingga menghasilkan
ditujukan pada terwujudnya manusia masa depan dan berakal pada nilai-nilai budaya
bangsa.
karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi
kehidupan, sehingga anak atau peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman
yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam
kehidupan sehari-hari.1
pendidikan dalam UU No. 19 Tahun 2005 Pasal 4 ialah untuk membentuk karakter
1
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 2.
2
peserta didik. Karakter (akhlak) yang mulia dapat mewujudkan peradaban bangsa
yang bermartabat.2
Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia
berkarakter kuat baik secara individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki
akhlak, moral dan budi pekerti yang baik. Mengingat begitu urgennya karakter maka
pembelajaran.
definisi-definisi tentang yang baik atau yang buruk, melainkan sebagai upaya
mengubah sifat, watak, kepribadian dan keadaan bati manusia sesuai nilai-nilai yang
diaggap luhur dan terpuji. Melalui pendidkan karakter ini diharapkan dapat
dan penuh tanggung jawab, yaitu manusia-manusia yang merdeka, dinamis, kreatif,
mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui atau tidak saat ini
terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat dengan melibatkan
milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak, krisis itu antara lain berupa
3
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-isu Kontenporer tentang Pendidikan
Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 165.
3
obatan sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara
tuntas.4
saling terkait satu sama lain, yaitu: sekolah (kampus), keluarga dan masyarakat.
kegiatan harian yang khas sesuai dengan visi dan misi sekolah. Sedangkan di kelas,
seseorang. Generassi muda sekarang ini, ada indikasi kuat mengenai hilangnya nilai-
nilai luhur yang melekat pada bangsa kita, seperti kejujuran, kesantunan, dan
kebersamaan yang cukup menjadikan keprihatinan kita bersama. Harus ada usaha
untuk menjadikan nilai-nilai itu kembali menjadi karakter yang kita banggakan di
sekolah. Mata pelajaran tesrsebut terutama pada pokok bahasan Akhlak sapat
dijadikan acuan untuk pembinaan karakter setiap peserta didik. Di dalamnya anak
diajarkan berbagai macam karakter yang baik terhadap orang tua, guru dan
lingkungannya.
apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian bersedia membentuk
perilakunya agar sesuai harapan sosial dan masyarakat tanpa terus di bimbing,
tujuan pendidikan karakter sesuai target, sesuai perencanaan, dan tidak menghambur-
hamburkan biaya atau pikiran tanpa hasil. Tanpa adanya manajemen pendidikan
karakter, tujuan pendidikan karakter tidak akan mencapai bahkan tidak menutup
kemungkinan akan gagal di tengah jalan. Dengan begitu harapan pemerintah dan
bangsa Indonesia agar generasi mendatang tampil sebagai generasi dengan ketinggian
budi dan karakter, hanya akan menjadi mimpi belaka. Maka, tidak ada pilihan lain
dalam pendidikan karakter. Oleh karena itu, masalah kenakalan remaja khususnya di
kalangan siswa atau pelajar perlu mendapat perhatian dan penanganan secaraa
profesional serta berkelanjutan antara lain oleh guru, sekolah dan orang tua siswa.6
dan defisinya, namun lebih membekankan pada sikap, dan tanggung jawab. Wilayah
pendidikan karakter adalah wilayah afektif yang tidak cukup diukur dengan angket
dan jawaban soal dalam kertas ujian. Wilayahnya melekat dalam diri setiap individu.7
5
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.
169-171.
6
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter h. 106.
Barnawi dan Arifi, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter (Yogyakarta:
7
pendidikan. Pada masa bayi pendidikan yang dilaksanakan oleh orang dewasa lebih
banyak memberikan bantuan pada perkembangan fisik, seperti bantuan orang tua
kepada anak agar dapat menfungsikan kakinya untuk berjalan. Hal ini terus dilakukan
hanya sekedar melatih organ tubuhnya agar berfungsi lebih sempurna, akan tetapi
ini akan terus berubah sesuai dengan masing-masing periode serta karakteristik
8
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008), h.
255.
6
masyarakat.
peserta didik yaitu seorang pendidik perlu memahami karakter peserta didik yang di
ajarnya dan pendidik harus mengetahui perkembangan peserta didiknya baik yang
B. Rumusan Masalah
peserta didik?
Peserta Didik)
9
Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta DIdik (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2012), h. 5-6.
7
Pendidikan karakter berasal dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter.
pendidikan adalah:
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.10
Pendidikan menurut Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.11
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain. Karakter juga
bisa dipahami sebagai tabiat atau watak. Dalam pandangan Islam karakter diartikan
sebagai akhlak. Karakter atau akhlak dipahami sebagai kebiasaan kehendak. Yang
berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan suatu ucapan maupun perbuatan maka
seseorang sehingga menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku. Sikap
dan perilaku yang berulang-ulang akan menjadi kebiasaan dan dapat disebut karakter.
Hal tersebut membuktikan bahwa pembentukan karakter perlu waktu yang panjang,
dari masa kanak-kanak sampai usia dewasa ketika seseorang mampu mengambil
10
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, AYat (1).
11
Acmadi, Ideologi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 31.
8
karakter kepada peserta didik yang kemudian menjadi terinternalisasi atau tertanam.
Sehingga peserta didik menjadi manusia yang sempurna (insan kamil) yang
mengetahui hal baik, mau berbuat baik, dan dapat berperilaku baik terhadap Tuhan
berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi lebih berorientasi pada pembiasaan
potensi yang ada dalam diri anak, dikembangkan melalui pembiasaan sifat-sifat baik
kreatifitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Selain itu, untuk
manusia dan membangun bangsa yang tangguh, masyarakat yang berakhlak mulia
12
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2013), h. 121.
13
Arif Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), h. 16.
9
dan bagi peserta didik harus ditanamkan nilai-nilai pembentuk karakter yang
Ada beberapa dalam membentuk karakter yang baik agar pendidikan karakter
a. Menggunakan pemahaman
penerima pesan dapat tertarik dan benar-benar telah yakin terhadap materi
b. Menggunakan pembiasaan
telah masuk dalam hati penerima pesan. Proses pembiasaan menekankan pada
pengalaman langsung dan berfungsi sebagai pelekat karakter dan diri seseorang.
c. Menggunakan keteladanan
memberi contoh yang baik kepada peserta didik, orang tua menjadi contoh yang
baik bagi anak-anaknya, kyai menjadi contoh yang baik bagi santri dan umatnya,
Ketiga proses di atas tidak boleh terpisahkan karena proses yang satu akan
pemahaman tanpa pembiasaan dan keteladanan akan bersifat verbalisik dan teoritik.
14
Nasiruddin, Pendidikan Tasawuf (Semarang: RaSAIL Media Group, 2010), h. 41.
10
pertumbuhan. Secara umum kedua istilah ini memiliki persamaan dan perbedaan.
masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ
maupun individu yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, dan keseimbangan
metabolik.
organisme yang disertai dengan pertambahan ukuran, berat, serta tinggi yang bersifat
irreversible (tidak dapat kembali pada keadaan semula). Pertumbuhan lebih bersifat
kuantitatif, di mana suatu organisme yang kecil menjadi lebih besar seiring dengan
pertambahan individu.15
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diamalkan sebagai
sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang dengan
15
Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik (Medan: Perdana Publishing, 2012), h. 1.
11
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis. Sejak terjadi proses pembuahan
hingga ajal tiba, manusia selalu berubah dan mengalami perubahan. Perubahan
kemunduran.16
Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan yang
mencolok, yaitu:
1. Perubahan fisik
a. Perubahan tinggi badan, berat badan, dan organ dalam tubuh lainnya
2. Perubahan mental
imajinasi.
b. Hilangnya ciri-ciri sikap sosial yang lama dan berganti dengan ciri-ciri sikap
sosial yang lama dan berganti dengan ciri-ciri sosial misalnya egosentris
Dari beberapa ciri perubahan yang mencolok pada anak maka, perubahan fisik
dan perubahan mental mesti berbarengan pada anak diharapkan perubahan yang
terjadi pada fisik anak mesti di dukung oleh perubahan menal seperti anak yang
pertumbuhannya dengan tubuh yang proporsional dan mental anak juga berkembang
16
Ibid, h. 2.
17
Ibid, h. 3.
12
Pada usia ini diletakkan struktur perilaku yang kompleks yang berpengaruh bagi
kanan atau kiri, dengan latihan yang diberikan orangtua atau guru anak dapat
berkembang.
Ketiga, ada motivasi yang kuat dari individu yang ingin mengalami
perubahan, misalnya anak yang malas berbicara tidak akan menjadi anak yang
Kematangan adalah terbukanya karakteristik yang secara potensial sudah ada pada
individu yang berasal dari warisan genetik individu, misalnya dalam fungsi yang
Belajar adalah perkembangan yang berasal dari dan usaha. Melalui belajar ini
Hubungan antara kematangan dan hasil belajar dapat dilihat dalam fungsi hasil
13
perkembangan yang menyebar ke seluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti
bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala
kemudian badan dan terakhir kaki. Hukum yang kedua perkembangan menyebar
jari-jemari seorang anak akan didahului oleh keterampilan lengan terlebih dahulu.
Anak-anak penakut tidak sama reaksinya dengan anak-anak agresif terhadap satu
tahap perkembangan. Oleh sebab itu perkembangan pada tiap manusia berbeda-
berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti
pola perkembangan yang sama dari satu tahap menuju tahap berikutnya. Bayi
empat. Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi
18
Ibid, h. 4.
19
Ibid, h. 5.
14
Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan mengikuti urutan
perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Namun
ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam perkembangannya
a. Keadaan anak
Misalnya, rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari lingkungan.
b. Faktor belajar
dalam bentuk perilaku yang memberi penguasaan sedikit atau sama sekali tidak
memberikan kepuasaan.
emosi orang lain, anak bereaksi dengan emosi dan metode yang sama dengan
emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangannya yang sama dengan
20
Ibid, h. 6.
15
rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Di sini anak
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi
Dengan metode atau cara objek, situasi yang mulanya gagal memancing
dengan mudah dan cepat pada awal kehidupan karena anak kecil kurang
dikenali pada anak agar emosi dapat dikendalikan dengan mencari lebih dulu faktor
apa yang mempengaruhinya agar emosi anak dapat diatasi dengan cepat dan
D. PENUTUP
karakter kepada peserta didik yang kemudian menjadi terinternalisasi atau tertanam.
Sehingga peserta didik menjadi manusia yang sempurna (insan kamil) yang
mengetahui hal baik, mau berbuat baik, dan dapat berperilaku baik terhadap Tuhan
21
Nurmalitasari, Perkembangan Sosial Pada Anak Usia Prasekolah (Cet. I; Jakarta: PT
Pusaka Setia, 2015), h. 103.
16
kreatifitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Selain itu, untuk
Perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak masa konsepsi dan
DAFTAR PUSTAKA
17
Armai, Arif. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres,
2002.
Barnawi dan Arifi. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Helmawati. Pendidikan Keluarga. Cet. I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.
Sunarto dan Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, AYat (1).