Anda di halaman 1dari 21

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERKEMBANGAN

JIWA DIRI PESERTA DIDIK

Makalah diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat pada Mata Kuliah
Analisis Sosiologis Pendidikan Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam
Program Pasca Sarjana IAIN Bone Tahun 2021

Oleh

FITRIANI
NIM: 86108202021

PASCA SARJANA
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

1
2

2021
KATA PENGANTAR

‫س ِم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْيم‬ْ ِ‫ب‬


ْ ‫سيّ ِدنَ محمد َو َعلَى اَلِ ِه َو‬
‫ص َحبِ ِه‬ َ ‫ف االَ ْنبِيَا ِء َوا ْل ُم ْر‬
َ ‫سلِين‬ ِ ‫ش َر‬ ْ َ‫سالَ ُم َعلَى ا‬ َّ ‫ا ْل َح ْم ُد هلل ّر ِّب ا ْل َعلَ ِم ْين َوال‬
َّ ‫صالَةُ َوال‬
‫أَ ْج َم ِع ْين‬.

Segala puji bagi Allah swt. yang maha pencipta, menghidupkan dan
mematikan, serta yang telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi.
Alhamdulillah, segala syukur kami panjatkan kepada Allah swt. yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Perkembangan Jiwa Diri Peserta Didik.”
Shalawat senantiasa kita kirimkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai
sosok pembawa perubahan yang luar biasa dari zaman jahiliah ke zaman penuh ilmu
ini. Sosok pemimpin yang mengangkat derajat seorang perempuan dan seorang
pemimpin yang menjadi sosok teladan bagi seluruh umat.
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Analisis
Sosiologis Pendidikan Islam. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami
banyak hambatan. Namun, berkat bimbingan dan dorongan semangat dari berbagai
pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, selain itu penulis
juga menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Makalah
ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga.

Watampone, 23 Juli 2021


Penulis

FITRIANI
NIM: 86108202021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Pembahasan implementasi pendidikan karakter dalam perkembangan

jiwa diri peserta didik 7

D. Penutup 15

DAFTAR PUSTAKA 17

iii
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERKEMBANGAN JIWA

DIRI PESERTA DIDIK

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa

anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratnya menuju ke arah peradaban

yang manusiawi dan lebih baik. Pendidikan karakter merupakan proses yang

berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never ending proses), sehingga menghasilkan

perbaikan kualitas yang berkesinambungan (contunious quality improvement), yang

ditujukan pada terwujudnya manusia masa depan dan berakal pada nilai-nilai budaya

bangsa.

Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral,

karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi

bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam

kehidupan, sehingga anak atau peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman

yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam

kehidupan sehari-hari.1

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional dalam UU No. 20 Tahun

2003 Pasal 3, yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Maka tujuan

pendidikan dalam UU No. 19 Tahun 2005 Pasal 4 ialah untuk membentuk karakter

1
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 2.
2

peserta didik. Karakter (akhlak) yang mulia dapat mewujudkan peradaban bangsa

yang bermartabat.2

Membicarakan karakter merupakan hal sangat penting dan mendasar.

Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia

tanpa karakter adalah manusia yang sudah “membinatang”. Orang-orang yang

berkarakter kuat baik secara individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki

akhlak, moral dan budi pekerti yang baik. Mengingat begitu urgennya karakter maka

instuisi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya melalui proses

pembelajaran.

Pendidikan karakter bukan hanya sekedar memberikan pengertian atau

definisi-definisi tentang yang baik atau yang buruk, melainkan sebagai upaya

mengubah sifat, watak, kepribadian dan keadaan bati manusia sesuai nilai-nilai yang

diaggap luhur dan terpuji. Melalui pendidkan karakter ini diharapkan dapat

melahirkan manusia yang memiliki kebebasan menentukan pilihannya, tanpa paksaan

dan penuh tanggung jawab, yaitu manusia-manusia yang merdeka, dinamis, kreatif,

inovatif, dan bertanggung jawab, baik terhadap Tuhan, manusia, masyarakat

maupunn dirinya sendiri.3

Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk

mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui atau tidak saat ini

terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat dengan melibatkan

milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak, krisis itu antara lain berupa

meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya anak-anak dan remaja. Kejahatan

Helmawati, Pendidikan Keluarga (Cet. I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h.156.


2

3
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-isu Kontenporer tentang Pendidikan
Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 165.
3

terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, dan penyalahgunaan obat-

obatan sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara

tuntas.4

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter melibatkan tiga komponen yang

saling terkait satu sama lain, yaitu: sekolah (kampus), keluarga dan masyarakat.

Pendidikan karakter di sekolah dapat diupayakan dalam bentuk pembudayaan

kegiatan harian yang khas sesuai dengan visi dan misi sekolah. Sedangkan di kelas,

pendidikan karakter dapat diintegrasikan (dipadukan atau disatukan) dalam

pembelajaran setiap mata pelajarn.

Pendidikan karakter juga erat hubungannya dengan akhlak atau perilaku

seseorang. Generassi muda sekarang ini, ada indikasi kuat mengenai hilangnya nilai-

nilai luhur yang melekat pada bangsa kita, seperti kejujuran, kesantunan, dan

kebersamaan yang cukup menjadikan keprihatinan kita bersama. Harus ada usaha

untuk menjadikan nilai-nilai itu kembali menjadi karakter yang kita banggakan di

hadapan bangsa lain.

Upaya yang dilakukan untuk pembinaan karakter pesera didik di sekolah

diantaranya adalah dengan memaksimalkan fungsi mata pelajaran Akidah Akhlak di

sekolah. Mata pelajaran tesrsebut terutama pada pokok bahasan Akhlak sapat

dijadikan acuan untuk pembinaan karakter setiap peserta didik. Di dalamnya anak

diajarkan berbagai macam karakter yang baik terhadap orang tua, guru dan

lingkungannya.

Salah tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari

apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian bersedia membentuk

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga


4

Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2011), h. 1-2.


4

perilakunya agar sesuai harapan sosial dan masyarakat tanpa terus di bimbing,

diawasi, didorong dan diancam hukuman seperti anak-anak. Remaja diharapkan

mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam

kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.5

Manajemen pendidikan karakter, memungkinkan pihak sekolah mencapai

tujuan pendidikan karakter sesuai target, sesuai perencanaan, dan tidak menghambur-

hamburkan biaya atau pikiran tanpa hasil. Tanpa adanya manajemen pendidikan

karakter, tujuan pendidikan karakter tidak akan mencapai bahkan tidak menutup

kemungkinan akan gagal di tengah jalan. Dengan begitu harapan pemerintah dan

bangsa Indonesia agar generasi mendatang tampil sebagai generasi dengan ketinggian

budi dan karakter, hanya akan menjadi mimpi belaka. Maka, tidak ada pilihan lain

bagi sekolah, selain meng aplikasikan manajemen dalam pendidikan, lebih-lebih

dalam pendidikan karakter. Oleh karena itu, masalah kenakalan remaja khususnya di

kalangan siswa atau pelajar perlu mendapat perhatian dan penanganan secaraa

profesional serta berkelanjutan antara lain oleh guru, sekolah dan orang tua siswa.6

Model pendidikan karakter tidak hanya sekedar mengenalkan berbagai aturan

dan defisinya, namun lebih membekankan pada sikap, dan tanggung jawab. Wilayah

pendidikan karakter adalah wilayah afektif yang tidak cukup diukur dengan angket

dan jawaban soal dalam kertas ujian. Wilayahnya melekat dalam diri setiap individu.7

Peserta didik adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Mereka

merupakan individu dinamis yang memiliki karakteristik tertentu pada setiap

5
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.
169-171.
6
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter h. 106.
Barnawi dan Arifi, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter (Yogyakarta:
7

Ar-Ruzz Media, 2013), h. 28.


5

perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan ini merupakan proses alami yang

terjadi dalam kehidupan manusia.

Perkembangan peserta didik memiliki konsekuensi kepada perlakuan

pendidikan. Pada masa bayi pendidikan yang dilaksanakan oleh orang dewasa lebih

banyak memberikan bantuan pada perkembangan fisik, seperti bantuan orang tua

kepada anak agar dapat menfungsikan kakinya untuk berjalan. Hal ini terus dilakukan

sampai anak memiliki kemampuan mengendalikan dan menfungsikan organ

tubuhnya. Menginjak usia sekolah taman kanak-kanak proses pendidikan bukan

hanya sekedar melatih organ tubuhnya agar berfungsi lebih sempurna, akan tetapi

juga mengembangkan kemampuan psikologis yang mulai berkembang, misalnya

mengembangkan keberanian melalui permainan-permainan. Perlakuan pendidikan

ini akan terus berubah sesuai dengan masing-masing periode serta karakteristik

perkembangan peserta didik.8

Pada konteks kajian ilmu psikologi, perkembangan bertahap yang dialami

oleh setiap individu dikaji secara khusus dalam psikologi perkembangan

(developmental psychologi). Kajian ini meliputi beberapa hal, diantaranya periodesasi

perkembangan, karakteristik dan tugas masing-masing fase perkembangan serta

faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan.

Mempelajari perkembangan peserta didik merupakan suatu keharusan bagi

setiap pendidik. Ada beberapa alasan mengapa perlu memahami perkembangan

peserta didik, yaitu:

1. Mempelajari dan memahami karakteristik perkembangan peserta didik adalah

salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik.

8
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008), h.
255.
6

2. Melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

peserta didik, dapat diantisipasi tentang berbagai upaya untuk memfasilitasi

perkembangan tersebut, baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun

masyarakat.

3. Peserta didik memiliki potensi yang multidimensi yang meliputi

biopsikososiospiritual (fisik/biologis, psikologis, sosial dan moral-moral

spiritual). Pemahaman terhadap keragaman dimensi potensi ini memberikan

implikasi terhadap kebijakan pendidikan, baik menyangkut penentuan arah dan

tujuan, kompetensi guru, model kurikulum, maupun penyiapan fasilitas (sarana

dan prasarana pendidikan).9

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam memahami perkembangan

peserta didik yaitu seorang pendidik perlu memahami karakter peserta didik yang di

ajarnya dan pendidik harus mengetahui perkembangan peserta didiknya baik yang

terjadi di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan

makalah ini yaitu:

Bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam perkembangan jiwa

peserta didik?

C. Pembahasan (Implementasi Pendidikan Karakter dalam Perkembangan Jiwa

Peserta Didik)

9
Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta DIdik (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2012), h. 5-6.
7

Pendidikan karakter berasal dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sikdisnas),

pendidikan adalah:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.10
Pendidikan menurut Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan

mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya

menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.11

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan,

akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain. Karakter juga

bisa dipahami sebagai tabiat atau watak. Dalam pandangan Islam karakter diartikan

sebagai akhlak. Karakter atau akhlak dipahami sebagai kebiasaan kehendak. Yang

berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan suatu ucapan maupun perbuatan maka

kebiasaannya itu disebut akhlak.

Proses terbentuknya karakter melalui pendidikan, pengalaman, cobaan hidup,

pengorbanan dan pengaruh lingkungan kemudian terinternalisasi nilai-nilai dalam diri

seseorang sehingga menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku. Sikap

dan perilaku yang berulang-ulang akan menjadi kebiasaan dan dapat disebut karakter.

Hal tersebut membuktikan bahwa pembentukan karakter perlu waktu yang panjang,

dari masa kanak-kanak sampai usia dewasa ketika seseorang mampu mengambil

keputusam dan mempertanggungjawabkan keputusannya.

10
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, AYat (1).
11
Acmadi, Ideologi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 31.
8

Jadi pendidikan karakter adalah suatu wadah untuk menanamkan nilai-nilai

karakter kepada peserta didik yang kemudian menjadi terinternalisasi atau tertanam.

Sehingga peserta didik menjadi manusia yang sempurna (insan kamil) yang

mengetahui hal baik, mau berbuat baik, dan dapat berperilaku baik terhadap Tuhan

yang maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan dan bangsanya.12

Dari sini dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter tidak hanya

berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi lebih berorientasi pada pembiasaan

potensi yang ada dalam diri anak, dikembangkan melalui pembiasaan sifat-sifat baik

yaitu berupa pengajaran nilai-nilai karakter yang baik.

Adapun fungsi pendidikan karakter yaitu:

1. Untuk mengembangkan potensi dasar dalam diri manusia sehingga menjadi

individu yang berpikiran baik, berhati baik dan berperilaku baik.

2. Untuk membangun dan memperkuat perilaku masyarakat yang multikultur.

3. Untuk membangun dan meningkatkan peradaban bangsa yang kompetetif

dalam hubungan internasional.

Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh

(holistic) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial,

kreatifitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Selain itu, untuk

membentuk terciptanya manusia sempurna setelah proses pendidikan berakhir.13

Jadi fungsi dan tujuan pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi

manusia dan membangun bangsa yang tangguh, masyarakat yang berakhlak mulia

12
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2013), h. 121.
13
Arif Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), h. 16.
9

dan bagi peserta didik harus ditanamkan nilai-nilai pembentuk karakter yang

bersumber dari agama, budaya, dan pancasila.

Ada beberapa dalam membentuk karakter yang baik agar pendidikan karakter

yang diberikan dapat berjalan sesuai dengan sasaran, yaitu:

a. Menggunakan pemahaman

Pemahaman yang diberikan, dapat dilakukan dengan cara

menginformasikan tentang hakikat dan nilai-nilai kebaikan dari materi yang

disampaikan. Proses pemahaman harus berjalan secara terus-menerus agar

penerima pesan dapat tertarik dan benar-benar telah yakin terhadap materi

pendidikan karakter yang diberikan.

b. Menggunakan pembiasaan

Pembiasaan berfungsi sebagai penguat terhadap obyek atau materi yang

telah masuk dalam hati penerima pesan. Proses pembiasaan menekankan pada

pengalaman langsung dan berfungsi sebagai pelekat karakter dan diri seseorang.

c. Menggunakan keteladanan

Keteladanan merupakan pendukung terbentuknya karakter baik.

Keteladanan dapat diterima apabila dicontohkan orang yang terdekat. Guru

memberi contoh yang baik kepada peserta didik, orang tua menjadi contoh yang

baik bagi anak-anaknya, kyai menjadi contoh yang baik bagi santri dan umatnya,

atasan menjadi contoh yang baik bagi bawahannya.14

Ketiga proses di atas tidak boleh terpisahkan karena proses yang satu akan

memperkuat proses yang lain. Pembentukan karakter hanya menggunakan

pemahaman tanpa pembiasaan dan keteladanan akan bersifat verbalisik dan teoritik.

14
Nasiruddin, Pendidikan Tasawuf (Semarang: RaSAIL Media Group, 2010), h. 41.
10

Sedangkan pembiasaan tanpa pemahaman hanya akan menjadikan manusia berbuat

tanpa memahami makna.

Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua istilah yang selalu digunakan

dalam psikologi. Sebagian psikolog memandang kedua istilah berbeda, namun

sebagian yang lain memandang di dalam istilah perkembangan tercakup makna

pertumbuhan. Secara umum kedua istilah ini memiliki persamaan dan perbedaan.

Persamaannya kedua berkaitan dengan perubahan pada diri individu. Perbedaannya

pada jenis yang terjadi.

Pertumbuhan merupakan perubahan yang terjadi secara kualitatif yang

meliputi peningkatan ukuran dan struktur. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan

masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ

maupun individu yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, dan keseimbangan

metabolik.

Pertumbuhan adalah suatu proses bertambahnya jumlah sel tubuh suatu

organisme yang disertai dengan pertambahan ukuran, berat, serta tinggi yang bersifat

irreversible (tidak dapat kembali pada keadaan semula). Pertumbuhan lebih bersifat

kuantitatif, di mana suatu organisme yang kecil menjadi lebih besar seiring dengan

pertambahan individu.15

Perkembangan adalah bertambah kemampuan atau skill dalam struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diamalkan sebagai

hasil proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses pematangan sel-

sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang dengan

menurut caranya, sehingga dapat memenuhi fungsinya.

15
Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik (Medan: Perdana Publishing, 2012), h. 1.
11

Manusia tidak pernah dalam keadaan statis. Sejak terjadi proses pembuahan

hingga ajal tiba, manusia selalu berubah dan mengalami perubahan. Perubahan

tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami

kemunduran.16

Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan yang

mencolok, yaitu:

1. Perubahan fisik

a. Perubahan tinggi badan, berat badan, dan organ dalam tubuh lainnya

misalnya otak, jantung, dan lain sebagainya.

b. Perubahan proporsi, misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan

tubuh pada seorang anak.

2. Perubahan mental

a. Perubahan yang meliputi : memori, penalaran, persepsi, emosi, sosial dan

imajinasi.

b. Hilangnya ciri-ciri sikap sosial yang lama dan berganti dengan ciri-ciri sikap

sosial yang lama dan berganti dengan ciri-ciri sosial misalnya egosentris

yang hilang berganti dengan sikap proposial.17

Dari beberapa ciri perubahan yang mencolok pada anak maka, perubahan fisik

dan perubahan mental mesti berbarengan pada anak diharapkan perubahan yang

terjadi pada fisik anak mesti di dukung oleh perubahan menal seperti anak yang

pertumbuhannya dengan tubuh yang proporsional dan mental anak juga berkembang

yang ditandai dengan pemikiran yang baik dan terarah.

16
Ibid, h. 2.
17
Ibid, h. 3.
12

Hurlock menyatakan prinsip perkembangan ada lima, yaitu:

1. Dasar-dasar permulaan adalah sikap kritis

Prinsip pertama dalam perkembangan adalah sikap kritis. Banyak ahli

psikologi menyatakan bahwa tahun-tahun prasekolah merupakan tahapan penting.

Pada usia ini diletakkan struktur perilaku yang kompleks yang berpengaruh bagi

perkembangan sikap anak pada masa selanjutnya. Misalnya penggunaan tangan

kanan atau kiri, dengan latihan yang diberikan orangtua atau guru anak dapat

menggunakan tangan kanan lebih baik daripada tangan kirinya.

Kedua, perubahan cenderung terjadi apabila orang-orang di sekitar anak

memperlakukan anak dengan baik dan mendorong anak lebih bebas

mengekspresikan dirinya. Sikap ini akan mendorong anak tumbuh dan

berkembang.

Ketiga, ada motivasi yang kuat dari individu yang ingin mengalami

perubahan, misalnya anak yang malas berbicara tidak akan menjadi anak yang

terbuka di masa yang akan datang.

2. Peran kematangan dan belajar

Perkembangan dapat dipengaruhi oleh kematangan dan belajar.

Kematangan adalah terbukanya karakteristik yang secara potensial sudah ada pada

individu yang berasal dari warisan genetik individu, misalnya dalam fungsi yang

telah diwariskan yang disebut phylogenetic (merangkak, duduk, dan berjaalan).

Belajar adalah perkembangan yang berasal dari dan usaha. Melalui belajar ini

anak-anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan.

Hubungan antara kematangan dan hasil belajar dapat dilihat dalam fungsi hasil
13

usaha seperti menulis, mengemudi atau bentuk keterampilan lainnya yang

merupakan hasil pelatihan.18

3. Mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan

Perkembangan mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan. Misalnya

perkembangan motorik akan mengikuti hukum arah perkembangan yaitu

perkembangan yang menyebar ke seluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti

bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala

kemudian badan dan terakhir kaki. Hukum yang kedua perkembangan menyebar

keluar dari titik poros sentral ke anggota-anggota tubuh. Contohnya kemampuan

jari-jemari seorang anak akan didahului oleh keterampilan lengan terlebih dahulu.

4. Semua individu berbeda

Tiap individu berbeda perkembangannya meskipun pada anak kembar.

Anak-anak penakut tidak sama reaksinya dengan anak-anak agresif terhadap satu

tahap perkembangan. Oleh sebab itu perkembangan pada tiap manusia berbeda-

beda sehingga terbentuk individualitas.19

5. Setiap perkembangan mempunyai perilaku karakteristik

Karakteristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini

berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti

pola perkembangan yang sama dari satu tahap menuju tahap berikutnya. Bayi

berdiri sebelum berjalan. Menggambar lingkaran sebelum dapat menggambar segi

empat. Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi

individu dalam kecepatan perkembangan.

18
Ibid, h. 4.
19
Ibid, h. 5.
14

Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan mengikuti urutan

perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Namun

ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam perkembangannya

dibandingkan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata, sedangkan anak yang

bodoh akan berkembang lebih lambat.20

Disamping itu, beberpa faktor yang dapat mempengaruhi perkembagan

emosi anak adalah sebagai berikut.

a. Keadaan anak

Keadaan individual pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun

kekurangan pada diri anak akan sangat mempengaruhi perkembangan

emosional, bahkan akan berdampak lebih jauh pada kepribadian anak.

Misalnya, rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari lingkungan.

b. Faktor belajar

Pengalaman belajar anak menentukan reaksi potensi mana yang mereka

gunakan untuk marah. Pengalaman belajar yang menunjang perkembangan

emosi antara lain: belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya

dalam bentuk perilaku yang memberi penguasaan sedikit atau sama sekali tidak

memberikan kepuasaan.

c. Belajar dengan cara meniru

Dengan belajar meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan

emosi orang lain, anak bereaksi dengan emosi dan metode yang sama dengan

orang-orang diamati. Belajar dengan mempersamakan diri anak meniru reaksi

emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangannya yang sama dengan

20
Ibid, h. 6.
15

rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Di sini anak

yang meniru emosi orang yang dikagumi.

d. Belajar dengan cara membimbing dan mengawas

Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi

terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dimotivasi untuk bereaksi terhadap

rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan

dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang

membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.

e. Belajar dengan pengondisian

Dengan metode atau cara objek, situasi yang mulanya gagal memancing

reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian terjadi

dengan mudah dan cepat pada awal kehidupan karena anak kecil kurang

menalar, mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.21

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, yang perlu

dikenali pada anak agar emosi dapat dikendalikan dengan mencari lebih dulu faktor

apa yang mempengaruhinya agar emosi anak dapat diatasi dengan cepat dan

diarahkaan pada pengendalian emosi yang baik.

D. PENUTUP

Pendidikan karakter adalah suatu wadah untuk menanamkan nilai-nilai

karakter kepada peserta didik yang kemudian menjadi terinternalisasi atau tertanam.

Sehingga peserta didik menjadi manusia yang sempurna (insan kamil) yang

mengetahui hal baik, mau berbuat baik, dan dapat berperilaku baik terhadap Tuhan

yang maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan dan bangsanya.

21
Nurmalitasari, Perkembangan Sosial Pada Anak Usia Prasekolah (Cet. I; Jakarta: PT
Pusaka Setia, 2015), h. 103.
16

Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh

(holistic) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial,

kreatifitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Selain itu, untuk

membentuk terciptanya manusia sempurna setelah proses pendidikan berakhir

Perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak masa konsepsi dan

berlanjut sepanjang kehidupan. Di mana perkembangan tersebut berorientasi pada

proses mental, sedangkan pertumbuhan lebih berorientasi pada peningkatan ukuran

dan struktur. Perkembangan berlangsung seumur hidup, sedangkan pertumbuhan

mengalami batas waktu tertentu. Perkembangan berkaitan dengan hal-hal yang

bersifat fungsional, sedangkan pertumbuhan bersifat biologis.

DAFTAR PUSTAKA
17

Acmadi. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Armai, Arif. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres,
2002.
Barnawi dan Arifi. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Helmawati. Pendidikan Keluarga. Cet. I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.

Mulyasa, E. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.


Nata, Abuddin. Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-isu Kontenporer tentang Pendidikan
Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013.
Nurmalitasari. Perkembangan Sosial Pada Anak Usia Prasekolah. Cet. I; Jakarta: PT
Pusaka Setia, 2015.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana,
2008.
Sit, Masganti. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing, 2012.

Sunarto dan Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, AYat (1).

Wibowo, Agus. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka


Belajar, 2013.

Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:


RajaGrafindo Persada, 2012.
Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2011.

Anda mungkin juga menyukai