Anda di halaman 1dari 6

KEPERAWATAN GERONTIK

KEBUTUHAN SAFETY LANSIA RISIKO JATUH

DOSEN PENGAMPU:
Shintha Silaswati., SKp M.Sc

NAMA KELOMPOK 2:

1. Mia Ani Mahara (04329503180


2. Mutia Alfiah (0432950318035)
3. Reka Anggraeni (0432950318041)
4. Reni Febriana (0432950318042)
5. Shella Safaria (04329503180

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S-1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH

Jl. RA. Kartini No.66, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113

2020-2021
Pengertian

Keamanan adalah keadaan yang aman dan tentram (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Keamanan tidak hanya untuk mencegah rasa sakit ataupun cedera tapi keamanan juga dapat
membuat individu dalam aktivitasnya mengurangi stress dan bisa meningkatkan kesehatan
umum. Keamanan fisik (biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman dan terbebas
dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis, thermis, dan elektris
maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik ini merupakan kebutuhan untuk melindungi
diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik.

Kebutuhan akan keamanan ini merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari
bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikaan sebagai
ancaman mekanis, kimiawi, ternal dan bakteriologis. Kebutuhan akan keamanan terkait
dengan konteks fisiologis dan hubungan intrapersonal.

Konsep dasar keamanan yang terkait dengan kemampuan seseorang dalam


menghindari bahaya, yang ditentukan oleh pengetahuan dan kesadaran serta motivasi orang
tersebut untuk melakukan tindakan penjegahan. Ada tiga faktor penting yang terkait dengan
keamanan yaitu: tingat pengetahuan dan kesadaran individu, kemampuan fisik dan mental
untuk melakukan upaya pecegahan serta lingkungan fisik yang akan membahayakan atau
berpotensi menimbulkan bahaya (Roper, 2012).

Sedangkan Risiko Jatuh adalah Risiko Jatuh (risk for fall) yang merupakan diagnosa
keperawatan berdasarkan North American Nursing Diagnosa Association (NANDA), yang
didefinisikan sebagai peningkatan kemungkinan terjadi jatuh yang dapat menyebabkan cedera
fisik (Wilkinson, 2005).

Jatuh merupakan kondisi dimana seseorang tidak sengaja tergeletak di lantai, tanah
atau tempat yang lebih rendah yang mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk dilantai
dengan kehilangan kesadaran atau luka, hal ini tidak termasuk orang yang sengaja berpindah
posisi ketika tidur (WHO, 2007)
FAKTOR RESIKO PENYEBAB JATUH PADA LANSIA

PENCAHAYAAN

• Gelap / menyilaukan

• Lokasi tombol lampu

POTENSI KECELAKAAN

• Lantai licin akan menyebabkan jatuh pada lansia

• Kesetan

PERABOTAN

• Tingginya tempat duduk (kursi) /meja

• Tidak ada pegangan pada kursi

• Kekokohan kusi / meja

• Letak perabotan yang menghalangi

TANGGA

• Pencahayaan kurang pada area tangga

• Tombol lampu dekat tangga

• Kedudukan anak tangga yang seragam

TOILET

• Tidak ada pegangan tangan didalam toilet

• Ketinggian kloset tak sesuai

KAMAR TIDUR

• Ketinggian tempat tidur


• Letak kasur yang tidak sesuai atau tidak kokoh

• Tempat tidur beroda dan tidak terkunci bisa menyebabkan lansia jatuh

DAPUR

• Peralatan ditempatkan serampangan

• Kompor atau alat lain berisiko kecelakaan

Beberapa cara mencegah jatuh pada lansia :

1. Pemberian Latihan

Latihan pada lansia dapat menurunkan resiko terjadinya jatuh pada lansia. Latihan yang
dilakukan dapat memperbaiki kelemahan pada otot, gangguan pada keseimbangan dan
gangguan berjalan pada lansia. Latihan ini dirancang untuk mencegah lansia jatuh. Latihan ini
dilakukan dua hingga tiga kali perminggu dan dilakukan selama satu jam. Dan harus
dilakukan pengawasan.

2. Lingkungan

Modifikasi Lingkungan dilakukan yang bertujuan untuk meningkatkan metabolisme tubuh


dan keamanan pada lansia. Fungsi kongnitif bagi lansia yang utuh mampu melakukan
modifikasi ini secara mandiri. Modifikasi Lingkungan pada umumnya mengatur pencahayaan
yang adekuat, pegangan tangan di Sepanjangan koridor dan dikamar. Dan dipastikan tidak ada
percikan air, lantai bersih dan tidak licin.

3. Intervensi multivaktoral

Intervensi multivaktoral yaitu intervensi yang menggabungkan beberapa strategi pencegahan


jatuh dalam suatu program terkoorganisasi. Umumnya intervensi multivaktoral terdiri dari
beberapa level pengkajian resiko jatuh, diikuti dengan beberapa strategi pencegahan yang
dimodifikasi kan seperti olahraga, edukasi atau modifikasi lingkungan

4. Intervensi institual

Institusi perawatan lansia di gunakan beberapa alat pengkajian resiko jatuh, pengkajian yang
mengkaji resiko jatuh pada lansia tersebut dalam kategori “rendah” , “moderat” , dan “tinggi”.
Berdasarkan ada atau tidaknya faktor resiko jatuh seperti gangguan kognitif, disfungsi
mobilitas, inkontinensia, penyakit akut/kronik, defisit sensorik,befek pengobatan dan riwayat
jatuh. Ketika seorang lansia teridentifikasibmemiliki riwayat jatuh maka intervensi yang di
berikan di fokuskan pada pencegahan cidera.
Langkah-Langkah dapat dilakukanya untuk mengurangi kemungkinan jatuh

1. Memeriksa permukaan lantai dan ketinggian pinggir jalan

2. Mengidentifikasi masalah cuaca sebelum pergi ke luar

3. Mengenakan alat pendukung seperti sepatu hak rendah

4. Memastikan bahwa ruangan dinyalakan dengan baik dan memastikan peralatan


keselamatan dipasang di kamar mandi dan tangga.

Faktor lansia yang harus di pertimbangkan yaitu memiliki telepon seluler dengan mereka
setiap saat untuk meminta secara berlangsung. Sehingga memungkinkan lansia untuk
dipantau, jika layanan tersebut tidak menjawab atau menerima telpon itu patut di curigai dan
tindakan bantuan perlu segera di kirim.
DAFTAR PUSTAKA

Sofia Rhosma Dewi,S.Kep.2014.Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta.Deepublish

Mary A. Nies. 2019.Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga.Elsiver Singapore

Dr.S. Tambehr,M.Ph. 2009.Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan.Jakarta. Salemba Merdeka.

Anda mungkin juga menyukai