Anda di halaman 1dari 12

Dying and Death

Disusun Oleh:

Mohamad Egi Riyandi

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PELNI


JAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Dying and Death”.

Makalah ini disusun dengan maksud memberikan pengetahuan tentang Penampilan yang
Baik.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan pengaruh yang baik untuk pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan dan
perbaikan makalah ini.

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... 
DAFTAR ISI.................................................................................................... 
BAB I PENDAHULUAN................................................................................  
a.Latar Belakang............................................................................................... 
b.Rumusan Masalah..........................................................................................     
c.Tujuan............................................................................................................ 
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
a.Pengertian Dying and Death.......................................................................... 
b.Tindakan dalam menghadapi kematian......................................................... 
c.Respons berduka............................................................................................ 
d.Asuhan keperawatan pada kondisi kehilangan dan berduka.........................
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 
a.Kesimpulan.....................................................................................................
b.Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

a.    Latar Belakang
Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal, kematian (death) merupakan
kondisi terhentinya perpernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilannya respon otak atau
dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya
kerja otak secara menetap.
Kehilangan (loss) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu
ketika berpisah dengan sebelumnya baik sebagian atau keseluruhan atau terjadi perubahan
dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan. Kehilangan merupakan pengalaman yang
pernah dialami oleh setiap individu selama rentan kehidupannya. Sejak lahir, individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalami kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda. Setiap individu akan bereaksi terhadap kehilangan. Respon terakhir terhadap
kehilangan sangat dipengaruhi oleh respons individu terhadap kehilangan sangat dipengaruhi
oleh respons individu terhadap kehilangan sebelumnya.

b.   Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Dying and Death?
2.      Bagaimana tindakan dalam menghadapi kematian?
3.      Bagaimana respons berduka?
4.      Bagaimana asuhan keperawatan pada kondisi berduka?

c.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Dying and Death
2.      Untuk mengetahui tindakan dalam menghadapi kematian
3.      Untuk mengetahui respons berduka
4.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kondisi kehilangan dan berduka

1
BAB II
PEMBAHASAN

1.    Pengertian Dying and Death


Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian (death) merupakan
kondisi terhentinya pernapasan, nadi dan tekanan darah, serta hilangnya respons terhadap
stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga
dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak
secara menetap. Dying and death memiliki proses atau tahapan yang sama seperti kehilangan
dan berduka sesuai dengan tahapan Kubler Ross, yaitu diawali dengan penolakan,
kemarahan, bergaining, depresi dan penerimaan.
Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya : rigor mortis (kaku)
dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, algor mortis (dingin) suhu tubuh perlahan-
lahan turun, dan post mortem decomposition yaitu terjadi livor mortis pada daerah yang
tertekan serta melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak materi.

2.    Tindakan dalam menghadapi kematian


A.    Perawatan jenazah
1)        Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis
2)        Singkirkan pakaian atau alat tenun
3)        Lepaskan semua alat kesehatan
4)        Bersihkan tubuh dari kotoran noda
5)        Tempatkan kedua tangan jenazah diatas abdomen dan ikat pergelangannya (tergantung dari
keperacayaan atau agama)
6)        Tempatkan satu bantal dibawah kepala
7)        Tutup kelopak mata, jika tidak ada tutup bisa menggunakan kapas basah
8)        Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan handuk dibawah dagu
9)        Letakkan alas dibawah glutea
10)    Tutup sampai sebatas bahu, kepala ditutup dengan kain tipis
11)    Catat semua milik pasien dan berikan kepada keluarga

2
12)    Beri kartu atau tanda pengenal
13)    Bungkus jenazah dengan kain panjang
B.     Perawatan jenazah yang akan diotopsi
1)        Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan
2)        Beri label pada pembungkus jenazah
3)        Beri label pada alat protesa yang digunkan
4)        Tempatkan jenazah pada lemari pendingin

C.     Perawatan terhadap keluarga


1)        Dengarkan ekspresi keluarga
2)        Beri kesempatan bagi keluarga untuk bersama dengan jenazah selama beberapa saat
3)        Siapkan ruangan khusus untuk memulai rasa berduka
4)        Bantu keluarga untuk membuat keputusan serta perencanaan pada jenazah
5)        Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka

3.    Respons Berduka
Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal ini diwujudkan
dalam berbaai cara yang unik pada masing-masing orang dan didasarkan pada pengalaman
pribadi, ekspetasi budaya dan keyakinan spiritual yang dianutnya. Sedangkan istilah
kehilangan (bereavement) mencakup berduka dan berkabung (mourning) yaitu perasaan
didalam dan reaksi keluar orang yang ditinggalkan. Berkabung adalah periode penerimaan
terhadap kehilangan dan berduka. Hal ini terjadi dalam masa kehilangan dan sering
dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan.
Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap berikut :
1.      Tahap Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya,
mengerti atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Sebagai contoh
keluarga dari orang yang menerima diagnosis terminal akan terus berupaya mencari
informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan sering kali individu tidak tahu harus
berbuat apa. Reaksi ini dapat berlangsung dalam beberapa menit hingga beberapa tahun.

3
2.      Tahap Marah
Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering
diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami kehilangan juga
tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak
pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak kompeten. Respons fisik yang sering
terjadi, antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan
seterusnya.

3.      Tahap Tawar-menawar
Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat
mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah-olah
kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar-
menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.

4.      Tahap Depresi
Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap
sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, rasa tidak tidak berharga,
bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang ditunjukkan, antara lain menolak
makan, susah tidur, letih, turunnya dorongan libido, dan lain-lain.

5.      Tahap Penerimaan
Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat
pada objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kenyataan
kehilangan yang dialaminya dan mulai memandang ke depan. Gambaran tentang objek atau
orang yang hilang akan mulai dilepaskan secara bertahap.

4.      Asuhan Keperawatan pada Kondisi Kehilangan dan Berduka


a.       Pengkajian keperawatan
Pengkajian masalah ini antara lain adanya tanda klinis saat menghadapi kematian
(sekarat), seperti perlu dikaji adanya hilangnya tonus otot, relaksasi otot wajah, kesulitan
untuk berbicara, kesulitan untuk menelan, penurunan aktivitas gastrointestinal, melemahnya
tanda sirkulasi, melemahnya sensasi, terjadi sianosis pada ekstremitas, kulit teraba dingin,
terdapat perubahan tanda vital seperti nadi melambat dan melemah, penurunan tekanan darah,
pernapasan tidak teratur melalui mulut, adanya kegagalan sensori seperti pandangan kabur

4
dan menurunnya tingkat kesadaran. Pasien yang mendekati kematian ditandai dengan dilatasi
pupil, tidak mampu bergerak, refleks hilang, nadi naik kemudian turun, respirasi cheyne
stokes (napas terdengar kasar), dan tekanan darah menurun. Kematian ditandai dengan
terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, hilangnya respons terhadap stimulus
eksternal, hilangnya pergerakan otot, dan terhentinya aktivitas otak.

b.      Diagnosis keperawatan
1.      Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian (proses sekarat)
2.      Keputusasaan berhubungan dengan penyakit terminal

c.       Perencanaan dan tindakan keperawatan


Hal yang dapat dilakukan dalam perencanaan tujuan keperawatan adalah membantu
mengurangi depresi dan ketakutan pasien, mempertahankan harapan, membantu pasien
menerima kenyataan, serta memberikan rasa nyaman. Rencana yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut, antara lain :
1.      Memberi dukungan dan mengembalikan kontrol diri pasien dengan cara mengatur tempat
perawatan, mengatur kunjungan, jadwal aktivitas, dan penggunaan sumber pelayanan
kesehatan.
2.      Membantu pasien mengatasi kesepian, depresi, dan rasa takut.
3.      Membantu pasien mempertahankan rasa aman, percaya diri, dan harga diri.
4.      Membantu pasien mempertahankan harapan yang dimiliki
5.      Membantu pasien menerima kenyataan.
6.      Memenuhi kebutuhan fisiologis.
7.      Memberi dukungan spiritual dengan mamfasilitasi kegiatan spiritual pasien.

5
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian (death) merupakan
kondisi terhentinya pernapasan, nadi dan tekanan darah, serta hilangnya respons terhadap
stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga
dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak
secara menetap. Dying and death memiliki proses atau tahapan yang sama seperti kehilangan
dan berduka sesuai dengan tahapan Kubler Ross, yaitu diawali dengan penolakan,
kemarahan, bergaining, depresi dan penerimaan.
Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya : rigor mortis (kaku)
dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, algor mortis (dingin) suhu tubuh perlahan-
lahan turun, dan post mortem decomposition yaitu terjadi livor mortis pada daerah yang
tertekan serta melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak materi.

B.       Saran
1.      Bagi Pembaca
Agar lebih memahami tentang dying and death dan semua yang berkaitan.
2.      Bagi Penulis
Agar lebih mengetahui tentang dying and death dan bisa menyampaikan informasi yang
benar.

6
7
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.


Hidayat, A. A. (2006). Sekarat dan Kematian. Dalam Kebutuhan dasar manusia (hal. 243-
252). Jakarta: selemba medika.

Anda mungkin juga menyukai