METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan metode
Grounded Theory. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, peneliti dapat lebih
leluasa dalam mengkaji dan menganalisis berbagai fenomena yang ditemui di
lapangan yakni proses bagaimana orang-orang menegosiasikan makna dan
bagaimana label-label yang menyertainya muncul dan diterapkan secara induktif
dan mendalam. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan
memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun belum diketahui (Straus dan
Cobin, 2015, hlm. 5). Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan
yang berorientasi pada proses yang memungkinkan penemuan sejumlah data dan
fakta. Fokus penelitian adalah pada perspektif partisiapan yakni dari orang-orang
dengan latar belakang yang berbeda dalam memahami kehidupan mereka, yaitu apa
yang mereka alami dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman mereka, serta
bagaimana mereka menstruktur dunia sosial tempat mereka tinggal. Hasil penelitian
yang deskriptif ini berupa cuplikan data-data dari ungkapan para partisipan tersebut
mengilustrasikan dan sekaligus membuktikan suatu presentasi.
Penelitian ini fokus menggunakan metode Grounded Theory (selanjutnya
dalam penelitian ini disingkat GT, karena penelitian diharapkan dapat menemukan
konsep, pendekatan atau teori baru yang berangkat dari temuan selama penelitian
dilakukan. Untuk lebih memperjelas tentang metode yang digunakan dibawah ini
akan dijabarkan tentang pemilihan Grounded Theory dan Analisis Dimensional.
73
2. Analisis Dimensional
Model peneltian berbasis pada GT melibatkan pengumpulan data dengan
berbagai metode yang disusun melalui suatu sistem pengkodean, seperti
pengamatan awal terhadap partisipan, wawancara dengan partisipan dan
dokumentasi yang akan dibentangkan di bawah. Sejak Glaser dan Strauss
mengajukan GT, berbagai variannya telah muncul selama empat dekade terakhir.
Sesuai dengan tujuan disertasi ini, varian GT yang dianut mengacu pada suatu
adopsi, sekaligus adaptasi dari versi Strauss dan Corbin (1990) dan mengadopsi
perspektif Charmaz (2006).
Langkah (steps) dalam analisis data menurut Strauss dan Corbin (1990)
menekankan tiga aspek utama, yaitu: 1) kategori (category) yaitu unit informasi
yang terdiri dari peristiwa, kejadian dan contoh, 2) sampling teoretis (theoretical
sampling) yaitu sampel yang dipilih dari wawancara dengan partisipan guna
membantu peneliti dalam membentuk teori secara memadai, 3) komparatif konstan
(constant comparative) analisis data yaitu proses pengambilan informasi dari
koleksi data dan mengkomparasikannya guna pemunculan kategori-kategori.
Dalam penelitian GT, analisis atau sering disebut pengkodean, merupakan
proses utama penyusunan teori dari data. Hal ini meliputi penguraian data,
pengkonsepan dan penyusunan kembali konsep dengan cara baru (Strauss dan
Cobin, 2015, hlm. 51). Dalam pengkodean (coding) terdiri dari tiga bagian utama,
yaitu: pengkodean terbuka (open coding), pengkodean aksial (axial coding) dan
pengkodean selektif (selective coding).
Kategori-kategori (Categories)
(Constant (selective
dimensions)
Comparative) coding)
Dimensi (Dimensions)
Properti (Properties)
(Memeoing)
Pememoan
Sampling Kategori
Proses
Teoretis Konseptual
Aksial (axial Strategi/
(Theoretical (Conceptual
coding) Interaksi
sampling) categories)
Dimensi
Kategori Terbuka Konteks/ Utama
(Categories) (open coding) Kondisi (Primary
Dimension)
C. Pengumpulan Data
Salah satu pendekatan dalam penelitian GT adalah peran peneliti sendiri
sebagai instrumen pengumpul data, juga sebagai perencana, pelaksana pengumpul
data, penganalisis, penafsir data dan pelapor hasil penelitian. Ada 2 (dua) metode
utama yang dapat digunakan secara simultan dalam proses kerja pengumpulan data
itu, yaitu wawancara mendalam (in-depth interview) dan observasi, disamping itu
dikumpulkan juga dokumen yang relevan dan studi literatur berupa teori yang
terkait pada penelitian.
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan kunjungan langsung terhadap suatu
objek untuk mengetahui keberadaan, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya
mengumpulkan data penelitian, sehingga yang sedang berjalan tidak lepas
pengamatan dan dapat dilihat secara nyata (Satori & Komariah, 2014, hlm. 105).
Dalam penelitian kualitatif utamanya metode GT, observasi tidak untuk menguji
kebenaran, namun untuk mengetahui kebenaran yang berhubungan dengan
aspek/katagori sebagai aspek studi yang dikembangkan peneliti.
Observasi mempunyai kriteria antara lain 1) peristiwa dapat diamati
secara langsung; 2) dilakukan sendiri sehingga bisa mengetahui, merasakan
peristiwa dan perilaku objek; 3) dicatat secara sistematik terhadap suatu peristiwa
dan situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan
yang diperoleh dari data. Dalam observasi tidak boleh dilupakan adanya unsur-
unsur atau komponen dalam setiap situasi sosial yang diamati. Menurut J.P
Spradley (Satori & Komariah, 2014, hlm. 111), bahwa tiap situasi sosial terdapat
tiga komponen yang dapat diamati yaitu: 1) ruang atau tempat dalam aspek fisik;
2) pelaku atau aktor yaitu orang yang terlibat dalam situasi; 3) kegiatan (aktivitas)
yang meliputi obyek, perbuatan, kejadian, peristiwa dan waktu. Pada dasarnya
observasi mempunyai kelebihan seperti peneliti mengetahui kejadian sebenarnya,
bisa memahami substansi, mencatat kebenaran, memahami perilaku yang kompleks
dan memungkinkan pengumpulan data yang tidak dilakukan oleh teknik lain.
Sekalipun demikian, masih ada beberapa kekurangan dalam observasi antara lain
memakan waktu lama, sangat tergantung pada kepiawian pengamatnya, data yang
didapat terlalu banyak sehingga menyulitkan dalam analisa.
Dalam konteks ini, peneliti melakukan pengamatan dalam mengumpulkan
data yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan karakter berbasis asrama.
Observasi dan pengamatan dilakukan dengan melihat secara langsung kegiatan
keseharian mahasiswa selama di asrama, bangun tidur, ketepatan waktu masuk
kuliah, keterlibatan mahasiswa terhadap agenda yang telah ditetpkan oleh unit
pengelola, ekspresi dan kegembiraan selama mengikuti program dan ketaatan
terhadap peraturan. Observasi terus menerus dilakukan terhadap kehidupan
keseharian di asrama seperti rutinitas kegiatan di asrama, ketaatan pada peraturan.
2. Wawancara
Teknik wawancara dalam GT biasanya dilakukan tidak hanya satu kali,
namun bisa berulang dalam beberapa kali kunjugan lapangan, sampai data hingga
katagori-katagori mencapai kejenuhan atau saturasi. Pengambilan data dilakukan
dengan menggunakan wawancara atau interview yang pertanyaanya tidak
terstruktur (unstructured interview), dimana pewawancara hanya mempunyai
rencana pertanyaan atau rencana hal-hal atau konteks/topik yang akan
ditanyakannya. Pertanyaan tersebut biasanyamerupakan pertanyaan yang umum
dan bukan merupakan sekumpulan pertanyaan spesifik yang harus ditanyakan
dengan perkataan tertentu dan dengan urutan tertentu (Babbie, dalam Wardhono,
2011, hlm. 26).
Wawancara langsung dilakukan terhadap manajemen Universitas Telkom
antara lain pembuat kebijakan seperti Rektor, Wakil Rektor, unit penyusun
kebijakan corporate culture, Direktur Kemahasiswaan, unit pengelola asrama dan
mahasiswa yang tinggal asrama. Wawancara juga dilakukan kepada partisipan lain
yang terkait dengan kehidupan asrama seperti orang tua mahasiswa, penginisiasi
dan yang mengukur program asrama sebelumnya dan dosen yang bisa merasakan
dampak kehidupan mahasiswa yang tinggal diasrama.
Wawancara secara langsung tersebut dengan tujuan mendapatkan
informasi dengan bentuk dan ciri kekhasan yang ada pada setiap nara sumber.
Dengan wawancara langsung dialog antara peneliti dengan yang diteliti memberi
kesan bahwa sudah terjalin suatu hubungan yang intens dan akrab, sehingga proses
wawancara tidak kaku (Satori & Komariah, 2014, hlm. 131). Dalam wawancara
secara langsung mendalam, ada flexibilitas dan keluwesan, dimana susunan
pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara,
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik
sosial budaya narasumber yang dihadapi.
Untuk memandu jalannya wawancara, peneliti menyusun pedoman
wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan pokok yang diajukan. Semua hasil
wawancara ini ditulis dalam lembar catatan lapangan (field notes) atau jika
wawancara dilakukan dengan perekaman video atau audio maka perlu dituliskan
kembali dalam format teks.
3. Analisis Dokumen
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita
/biografi, peraturan, kebijakan. Sedangkan dokuman yang berbentuk gambar bisa
berpa foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Pada sisi lain yang berbentuk karya
dapat berbentuk karya seni seperti patung, film, puisi (Sugiyono, 2011, hlm. 82).
Dokumen merupakan kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa
catatan anekdotal, surat, buku harian dan dokumen-dokumen (file siswa dan
pegawai, deskripsi program, kurikulum, data statistik (Satori, 2011, hlm. 147)
Dokumen yang ada secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
dokumen resmi dan dokumen tidak resmi. Dokumen resmi mencakup hal-hal
seperti memo-memo, notulen rapat, kumpulan dokumen penting, catatan para
siswa. Sedangkan dokumen tidak resmi misalnya nota, dan surat pribadi yang dapat
memberikan informasi pendukung terhadap suatu peristiwa
Kaitannya dengan penelitian yang sedang dilakukan, peneliti
mengumpulkan dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini menyangkut ide
pembentukan nilai budaya perusahaan, mata kuliah dan metode pengajaran yang
terkait dengan karakter, krurikulum, jadwal, rekaman perkulihaan, feedback
mahasiswa, peraturan bidang akademik, catatan hasil-hasil rapat dinas dan
workshop, foto kegiatan pembelajaran dan asrama.
4. Studi Literatur
Studi literatur diperlukan dalam mengungkap berbagai teori-teori yang
berkaitan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian. Literatur adalah bahan-bahan yang diterbitkan secara
rutin ataupun berkala (Satori & Komariah, 2014, hlm. 152). Menurut Strauss
Cobin (2015, hal 39), GT, baik literatur teknis maupun non-teknis, memainkan
peranan penting dan beragam terkait dengan penelitian.
D. Analisis Data
Dalam riset kualitatif dengan menggunakan metode GT, tahap
pengumpulan dan analysis data merupakan proses yang saling berhubungan dan
harus dilakukan secara bergantian. Analisis data merupakan upaya mencari dan
menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya
sebagai temuan kepada orang lain. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk
pengkodean, yang merupakan proses penguraian data, pembuatan konsep dan
penyusunan kembali dengan cara yang baru.
Prosedur yang dilakukan dalam tahap analisis data yang merupakan dasar
dari proses pengkodean yaitu dengan melakukan perbandingan secara terus
menerus dan melakukan pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Metode riset GT
menekankan pada validitas data melalui verifikasi dan menggunakan coding
sebagai alat utama dari pengolahan data. Proses biasanya dimulai dengan
pengkodean (coding) serta pengkategorian data. Ada beberapa cara untuk
melakukan pengkodean, yaitu: pengkodean terbuka (open coding), pengkodean
terporos (axial coding) dan pengkodean terpilih (selective coding). Selama proses
coding ini diadakan aktivitas penulisan memo teoritik. Memo bukan sekedar
gagasan kaku, namun terus berubah dan berkembang atau direvisi sepanjang proses
riset berlangsung.
a. Pelabelan Fenomena
Pelabelan fenomena suatu pemberian nama terhadap benda, kejadian atau
informasi yang didapat melalui pengamatan ataupun wawancara. Tahap pelabelan
fenomena merupakan kegiatan konseptualisasi data dimana peneliti diharuskan
lebih teliti dalam memberi nama kegiatan/aktivitas narasumber yang dilakukan
selama diamati ataupun diwawancarai.
Kegiatan konseptualisasi dilakukan dengan membandingkan insiden
insiden, diteruskan pemberian nama yang sama untuk fenomena-fenomena yang
sejenis dan memberikan konsep baru pada fenomena. Dalam arti konseptualisasi
data tidak hanya sekedar meringkas hasil pengamatan atau wawancara dengan
kata-kata kunci sebagai ganti dari sebuah deskripsi yang panjang.
c. Penyusunan Katagori
Sebagai dasar dalam penyusunan kategori yaitu sifat yang berupa
karakteristik atau atribut suatu katagori, dan ukuran yang menujukan posisi dari
sifat dalam suatu kontinum. Pada proses pengkodean berbuka tidak hanya
mendorong penemuan katagori, namun juga sifat dan ukurannya, yang selanjutnya
disusun secara sistematis, karena sifat dan ukuran membentuk landasan untuk
membuat kaitan antara katagori dan subkatagori dan juga katagori utama.
Untuk memperjelas kita berikan contoh: lambang-lambang Partai tertentu
dalam suatu kampanye, misalnya kaos, jaket, topi, bendera, spanduk, umbul-umbul,
dll, semua dikategorikan dengan "warna tertentu". Warna tertentu (kategori) dari
lambang-lambang yang tampak itu sesungguhnya tidak persis sama, di sana ada
perbedaan baik dari segi intensitas coraknya, maupun kecerahannya. Intensitas
corak dan kecerahan itulah sifat dari "warna tertentu" tersebut. Masing-masing sifat
itu memiliki dimensi yang dapat diukur. Setiap dimensinya dapat ditempatkan pada
posisi tertentu dalam garis kontinium. Intensitas corak warna itu, misalnya, dapat
diberi ukuran mulai dari yang "tebal" (hitam pekat), sedang (abu-abu), sampai pada
"tipis" (keputih-putihan). Demikian seterusnya, setiap kategori data bisa
ditempatkan di mana sajadi sepanjang kontinum dimensional secara bervariasi.
Akibatnya, setiap kategori memiliki profil dimensional yang terpisah. Beberapa
profil itu dapat dikelompokkan sehingga membentuk suatu pola. Profil dimensional
ini menggambarkan sifat khusus dari suatu fenomena dalam kondisi-kondisi yang
ada (Wardhono, 2011, hlm. 29)
Perlu diperhatikan bahwa penentuan sifat umum suatu fenomena atau kategori
cenderung tidak sama. Sebagai contoh sifat umum dari warna, adalah intensisitas
corak dan kecerahan, sedangkan sifat umum dari perilaku adalah frekuensi,
intensitas, durasi, dst.
Dalam GT, per kategori akan dikelompokkan dalam satu jenis kategori
yaitu: kondisi kausal, konteks, kondisi pengaruh, proses (aksi/interaksi), dan
konsekuensi, disebut dengan model paradigma GT. Pada tahap ini peneliti memberi
kode pada setiap kategori data, dengan mengajukan pertanyaan,"termasuk jenis
kategori apa data ini"? Model paradigma ini menjadi dasar untuk menemukan
hubungan antar kategori atau antar sub-kategori. Dalam pengkodean berporos
dilakukan dengan memanfaatkan paradigma pengkodean yang fokus pada
spesifikasi katagori (fenomena) berdasarkan kondisi yang memunculkannya seperti
konteks (sejumlah sifat khusus); proses (aksi/interaksi) untuk menangani,
mengelola dan melakukan; dan konsekuensi dari strategi tersebut (Strauss dan
Corbin, 2015, hlm. 100). Dalam tahap ini menurut Strauss dan Corbin (1990),
peneliti dapat menanyakan hal-hal sebagai berikut:
a. Apakah konsep yang ada dapat dibagi menjadi sub dimensi atau sub kategori?
b. Apakah beberapa konsep yang ada dan berhubungan dekat dapat dikombinasi-
kan menjadi konsep yang lebih umum?
c. Dapatkah kategori-kategori diorganisasikan menjadi suatu urutan,atau dari
lokasi fisik, atau dari hubungannya dengan topic perhatian utama.
Pada pengkodeaan berporos, sifat pertanyaan yang diajukan
mengarah pada suatu jenis hubungan antara kondisi kausal dengan strategi
aksi/interaksi, hubungan antara konteks dengan strategi aksi/interaksi,
hubungan antara kondisi pengaruh dengan strategi aksi/interaksi, hubungan
antara strategi aksi/interaksi dengan konsekuensi. Pola hubungan yang perlu
ditemukan harus dapat mengungkap hubungan antara semua jenis kategori,
bukan hanya pada hubungan antara dua kategori saja. Hal ini dapat
digambarkan dalam diagram berikut:
Kondisi Pengaruh
Proses Konsekuensi
Kondisi Kausal
(Aksi/Interaksi)
Konteks
4. Pememoan (Memoing)
Dalam penelitian GT, memo merupakan catatan-catatan yang dibuat
peneliti untuk mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan data dan kategori-
kategori yang dikodekan. Dengan kata lain, memo merupakan catatan yang dibuat
peneliti bagi dirinya sendiri dalam rangka menyusun hipotesis tentang sebuah
kategori, tentang hubungan-hubungan antara kategori-kategori yang ditemukan.
Memoing (memo) adalah proses mencatat pemikiran-pemikiran dan gagasan dari
peneliti sewaktu hal itu muncul selama penelitian (Glasser, 1998), Penulisan memo
harus harus diberikan prioritas utama karena ide tentang hubungan-hubungan
antara kategori-kategori bisa muncul kapan saja dan peneliti harus segera
mencatatnya.
Dari penjelasan diatas dapat disarikan bahwa langkah riset dalam GT
melalui tahapan perumusan masalah, penjaringan data, analisis data, penyusunan
dan validasi teori, dan penulisan laporan. Riset kualitatif dengan metode GT
dimulai dengan fokus pada wilayah studi dan mengumpulkan data dari berbagai
sumber, termasuk wawancara dan observasi lapangan. Selanjutnya data dianalisis
menggunakan pengkodean dan prosedur sampling teoritis. Akhirnya, setelah teori
dihasilkan dengan bantuan prosedur penafsiran, riset ditulis dan disajikan. Teknik
pengelolaan data, hubungan, rumusan dan analisa data dalam pengembangan
sebuah grounded theory dapat dilihat dalam skema berikut:
Sub Katagori
Katagori
Constantt
Comparatif Rumusan
Observasi Katagori
masalah &
Theoretical
Dimensi Inti
hipoteses
Sampling
penelitian
Katagori
Dokumentasi
Catagories
Sub Katagori
Katagori
Literatur
Sub Katagori Penelitian Lapangan
Dimensi Inti
Lapangan Katagori
Grounded Theory
E. Validitas Data
Hasil penelitian dapat dianggap sah apabila dapat memenuhi kriteria
valid, reliable, dan obyektif. Pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif
meliputi: uji derajat kepercayaan (credibility atau validitas internal), keteralihan
(transferability atau validitas eksternal), ketergantungan (dependability atau
reliabilitas), dan kepastian (confirmability atau objektivitas) (Satori & Komariah,
2014, hlm. 164)
Pamong Asrama
Mahasiswa di asrama
Wawancara Dokumen
Observasi
Bulan ke 1 Bulan ke 6
Bulan ke 8
5. Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneiliti
kepada informan. Hal ini untuk mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh
pemberi data. Apabila para pemberi data sudah menyepakati data yang diberikan
berarti data tersebut valid dan kredibel, namun jika pemberi data meragukan
datanya dan peneliti tidak melakukan diskusi lebih lanjut dengan informan maka
menjadi tidak valid dan terpercaya (credible). Dengan demikian, perlu dilakukan
diskusi lebih lanjut apabila ditemukan ketidak cocokan antara data yang sudah
dielaborasi oleh peneliti dengan penjelasan lebih lanjut dari informannya.
Member check dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai,
atau setelah mendapatkan suatu temuan atau kesimpulan. Hal tersebut dapat
dilakukan secara individu atau kelompok. Dalam diskusi peneiliti menyampakan
temuan kepada pemberi data, yang dalam pelaksanaanya data yang disampaikan
ada yang dikurangi, ditambah, disepakati atau ditolak.