Anda di halaman 1dari 24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai metodologi penelitian yang


digunakan dalam disertai ini yang meliputi: desain peneltian; partisipan, waktu dan
lokasi penelitian; teknik pengumpulan data; analisis data dan teknik pengujian
vaiditas data hasil penelitian. Penjelasan mengenai aspek-aspek dalam metodologi
penelitian ini penting sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian.

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan metode
Grounded Theory. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, peneliti dapat lebih
leluasa dalam mengkaji dan menganalisis berbagai fenomena yang ditemui di
lapangan yakni proses bagaimana orang-orang menegosiasikan makna dan
bagaimana label-label yang menyertainya muncul dan diterapkan secara induktif
dan mendalam. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan
memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun belum diketahui (Straus dan
Cobin, 2015, hlm. 5). Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan
yang berorientasi pada proses yang memungkinkan penemuan sejumlah data dan
fakta. Fokus penelitian adalah pada perspektif partisiapan yakni dari orang-orang
dengan latar belakang yang berbeda dalam memahami kehidupan mereka, yaitu apa
yang mereka alami dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman mereka, serta
bagaimana mereka menstruktur dunia sosial tempat mereka tinggal. Hasil penelitian
yang deskriptif ini berupa cuplikan data-data dari ungkapan para partisipan tersebut
mengilustrasikan dan sekaligus membuktikan suatu presentasi.
Penelitian ini fokus menggunakan metode Grounded Theory (selanjutnya
dalam penelitian ini disingkat GT, karena penelitian diharapkan dapat menemukan
konsep, pendekatan atau teori baru yang berangkat dari temuan selama penelitian
dilakukan. Untuk lebih memperjelas tentang metode yang digunakan dibawah ini
akan dijabarkan tentang pemilihan Grounded Theory dan Analisis Dimensional.

73

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
74

1. Pemilihan Grounded Theory (GT)

Tujuan dari GT adalah teoretisasi data, yaitu suatu metode penyusunan


teori yang beroreantasi tindakan atau interaksi dari kancah penelitian, sehingga
tepat dipakai pada penelitian terhadap perilaku. Pendekatan ini cocok dengan
subyek yang sedang dikaji oleh peneliti, tentang kehidupan sosial termasuk perilaku
dan karakter mahasiswa di asrama. Penelitian ini berupaya mengembangkan suatu
teori baru tentang pengembangan karakter dan nilai kehidupan di asrama kampus,
dimana mahasiswa Universitas Telkom, dengan jumlah hampir 6.000 orang, berasal
dari berbagai perilaku, suku, budaya dan latar belakang berbeda, tinggal dalam
asrama dalam satu tahun penuh. Tujuan keseluruhan dari penelitian ini untuk
mengeksplorasi faktor-faktor penting yang mempengaruhi pengembangan karakter
di asrama perguruan tinggi, khususnya berkaitan dengan budaya organisasi dan
nilai-nilai (core value) organisasi.
Penelitian GT memberikan peneliti suatu kemampuan untuk menurunkan
teori dalam konteks data yang dikumpulkan dan dinalisis melalui suatu proses
penelitian (Strauss & Corbin, 1990). Kekuatan GT, pada sifat komprehensif dari
perspektif yang dapat diperoleh peneliti yang secara langsung terjun ke dalam
fenomena sosial dan melakukan observasi secara lengkap, sehingga peneliti dapat
mengembangkan pengertian yang mendalam dan lengkap.
Perbedaan antara metoda penelitian GT dengan metode penelitian lain
adalah pada kekhasan pendekatannya, dalam pengembangan GT yang
menyarankan adanya interaksi yang terus menerus antara pengumpulan data dan
analisanya (Egan, 2002). Perbedaan lain bahwa penelitian GT tidak bertolak dari
suatu teori atau untuk menguji teori, seperti paradigma penelitian kuantitatif,
melainkan bertolak dari data menuju suatu teori (Wardhono, 2011, hlm. 24).
Dapat dikatakan bahwa penelitian GT sebagai metodologi penelitian
kualitatif, penekanan pada penemuan teori dari data observasi empirik di lapangan
dengan metoda induktif, generatif, konstruktif, dan subyektif yaitu merekonstruksi
penafsiran dan pemaknaan hasil penelitian berdasarkan konseptualisasi masyarakat
yang dijadikan subyek studi.

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
75

Pendekatan GT awalnya disusun oleh dua orang sosiolog, Barney Glaser


dan Anselm Strauss , yang menulis 4 (empat) buah buku yaitu: The Discovery of
Grounded Theory (1967), Theoretical Sensitivity (1978), Qualitative Analysis for
Social Scientists (1987), dan Basics of Qualitative Research: Grounded Theory
Procedures and Techniques (1990). Menurut Glaser dan Strauss, GT memenuhi
kriteria metode ilmiah, karena prosedur kerjanya dirancang secara cermat. Kriteria
dimaksud adalah signifikansi, kesesuaian teori dan observasi, dapat
digeneralisasikan, diteliti ulang, serta terdapat ketepatan, ketelitian, dan bisa
dibuktikan.

2. Analisis Dimensional
Model peneltian berbasis pada GT melibatkan pengumpulan data dengan
berbagai metode yang disusun melalui suatu sistem pengkodean, seperti
pengamatan awal terhadap partisipan, wawancara dengan partisipan dan
dokumentasi yang akan dibentangkan di bawah. Sejak Glaser dan Strauss
mengajukan GT, berbagai variannya telah muncul selama empat dekade terakhir.
Sesuai dengan tujuan disertasi ini, varian GT yang dianut mengacu pada suatu
adopsi, sekaligus adaptasi dari versi Strauss dan Corbin (1990) dan mengadopsi
perspektif Charmaz (2006).
Langkah (steps) dalam analisis data menurut Strauss dan Corbin (1990)
menekankan tiga aspek utama, yaitu: 1) kategori (category) yaitu unit informasi
yang terdiri dari peristiwa, kejadian dan contoh, 2) sampling teoretis (theoretical
sampling) yaitu sampel yang dipilih dari wawancara dengan partisipan guna
membantu peneliti dalam membentuk teori secara memadai, 3) komparatif konstan
(constant comparative) analisis data yaitu proses pengambilan informasi dari
koleksi data dan mengkomparasikannya guna pemunculan kategori-kategori.
Dalam penelitian GT, analisis atau sering disebut pengkodean, merupakan
proses utama penyusunan teori dari data. Hal ini meliputi penguraian data,
pengkonsepan dan penyusunan kembali konsep dengan cara baru (Strauss dan
Cobin, 2015, hlm. 51). Dalam pengkodean (coding) terdiri dari tiga bagian utama,
yaitu: pengkodean terbuka (open coding), pengkodean aksial (axial coding) dan
pengkodean selektif (selective coding).

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
76

Pengkodean terbuka (open coding) merupakan pendataan awal, dengan


proses menguraikan, memeriksa, membandingkan, mengkonsepkan dan
mengkatagorikan data, yang selanjutnya menghasilkan suatu poros data yang
dinamai pengkodean aksial.Sementara itu, pengkodean aksial (axial coding)
merupakan prosedur penempatan data kembali dengan cara-cara baru, dengan
membuat kaitan antar katagori dan sub-katagori yang akan menghasilkan fenomena
inti (core phenomenon). Pengkodean berporos difokuskan pada spesifikasi katagori
(fenomena) berdasarkan kondisi yang memunculkan yaitu 1) konteks, sejumlah
sifat khusus dari katagori dan causal condition (faktor-faktor yang menyebabkan
fenomena inti; 2) proses merupakan aksi atau tindakan untuk menangani,
mengelola dan melakukan penyusunan katagori; 3) konsekuensi adalah hasil atau
akibat dari tindakan dan interaksi.
Catatan-catatan yang dibuat peneliti bagi dirinya, dilakukan dengan
pememoan (memoing), dalam rangka mengelaborasi ide-ide, menyusun hipotesis
tentang sebuah katagori, kususnya tentang hubungan-hubungan antara kategori-
kategori yang ditemukan. Dapat dikatakan pememoan (memoing) adalah proses
mencatat pemikiran-pemikiran dan gagasan dari peneliti sewaktu hal itu muncul
selama penelitian (Glaser, 1967).
Mengingat tujuan penelitian ini, berbagai aspek, langkah dan pengkodean
yang luas, sehingga perlu disistematisasikan agar arah penelitian lebih jelas. Untuk
itu, seperti akan disinggung ulang sekilas pada bagian Pengantar Bab IV, disertasi
ini meminjam Analisis Dimensional (Dimensional Analysis) yang diajukan seorang
tokoh GT, yang pernah bermentor sekaligus berkolaborasi dengan Anselm Strauss
dalam mengembangkan gagasan-gagasan GT, yakni Schatzman (1991 dalam Kools
et al. 1996). Hal mana dimensi-dimensi mengacu pada kemampuan individu dalam
menangani kompleksitas suatu fenomena. Dimensi mencakup kategori-kategori
yang dibangun berdasarkan hasil pengkategorian atau persandian, yang pada waktu
yang bersamaan membawahi properti-properti yang merupakan komponen-
komponen konseptual. Dimensi-dimensi, kategori-kategori dan properti-properti
dalam analisis dimensional ini mencakup empat beberapa segi, yaitu konteks dan
kondisi, proses (aksi-interaksi) dan konsekuensi. Skema dari kerangka kerja umum
yang tertampilkan adalah sebagai berikut.

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
77

Aspek/Langkah Pengkodean Pememoan


(memoing)
Analisis Dimensional (Dimensional Analysis)
analisis data (Coding)
Konsekuensi
Komparatif
Dimensi Inti
Konstan Selektif
(Core

Kategori-kategori (Categories)
(Constant (selective
dimensions)
Comparative) coding)

Dimensi (Dimensions)
Properti (Properties)
(Memeoing)
Pememoan
Sampling Kategori
Proses
Teoretis Konseptual
Aksial (axial Strategi/
(Theoretical (Conceptual
coding) Interaksi
sampling) categories)

Dimensi
Kategori Terbuka Konteks/ Utama
(Categories) (open coding) Kondisi (Primary
Dimension)

Gambar 3.1 Matriks Analisis Dimensional dalam Grounded Theory


Sumber : diadaptasi dari Schatzman (1991 dalam Kools et al 1996)

Dimensi Utama dan Kategori Konseptual akan ”dipetakan” dalam tabel-


tabel pada Bab IV meliputi perspektif dari pemangku kepentingan (stakeholders),
yaitu: manajemen universitas, pengurus asrama dan mahasiswa asrama Universitas
Telkom. Dari dimensi-dimensi dan kategori-kategori ini selanjutnya dilakukan
proses dan komparasi data sehingga termunculkan kategori-kategori yang
mengarah pada dimensi inti, sebagai bentuk pengembangan proposisi-proposisi
atau hipotesis-hipotesis guna membangun teori.
Dalam disain penelitian dengan metode Grounded Theory ini akan
dijelaskan dan diuraikan tentang implementasi GT disertai dengan penjelasan
tentang karakteristik partisipan, waktu, lokasi penelitian, pengumpulan, analisa dan
validasi data.

B. Partisipan, Waktu dan Lokasi Penelitian


1. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari pihak-pihak yang dinilai dapat
memberikan gambaran secara memadai mengenai masalah yang dikaji. Untuk itu
peneliti perlu menyusun kriteria calon partisipan sebagai pedoman awal untuk
memulai pengumpulan data. Calon partispan dipilih menggunakan pendekatan
theoretical sampling yang lazim digunakan dalam penelitian GT dimana
pengambilan sampel berdasarkan konsep-konsep yang terbukti berhubungan secara
teoritik dengan teori yang sedang disusun.

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
78

Tujuan penyampelan teoritik adalah mengambil sampel peristiwa, insiden


dan sebagianya yang menunjukkan katagori, sifat dan ukurannya, sehingga dapat
disusun dan dihubungkan secara konseptual (Strauss dan Corbin, 2015, hlm. 198).
Pengambilan sampel insiden dan peristiwa dengan mengumpulkan data tentang hal-
hal yang dilakukan atau tidak, kondisi yang mempengaruhi dan tidakan/interaksi
orang-orang atau pelaku yang terlibat dalam peristiwa, dalam hal ini disebut
partisipan.
Adapun kriteria awal calon partisipan dapat mengacu pada tujuan
penelitian dan mengacu pada isu yang relevan dari fenomena yang diteliti. Partispan
yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah: (1) mahasiswa dan mahasiswi yang
menjalani program wajib tinggal diasrama selama satu tahun pertama, (2) pembuat
kebijakanbaik program, pengaturan dan aturan asrama, (3) pengelola asrama baik
asrama putra maupun asrama putri yang sehari-hari berada dan mengawasi kegiatan
asrama, (4) Pengawas asrama yang mendampingi kesaharian dan mentor
mahasiswa di asrama seperti Senior Residence, (5)manajemen puncak yang
mempunyai banyak informasi tentang kebijakan pendirian asrama dan pembangun
konsep nilai-nilai budaya perusahan , (6) pendidik yang terlibat dalam pengajaran
yang terkait dengan mata pelajaran pendidikan dan pengembangan karakter, (7)
pihak lain sebagai nara sumber seperti orang tua mahasiswa yang tinggal di asrama.
Tidak ada ukuran yang baku untuk menetapkan berapa jumlah sampel
atau partispan yang diperlukan dalam penelitian kualitatif utamanya dalam metode
GT. Jumlah sampel dianggap memadai jika telah terjadi saturasi data, yakni sudah
tidak ditemukan lagi katagori, konsep dan pengkodean baru dari informasi yang
diperoleh dari partisipan. Menurut Cresswell (2013) untuk dapat membangun dan
menghasilkan sebuah konsep yang baik dalam penelitian GT diperlukan antara 20
dan 30 partisipan yang terlibat dalam proses pengambilan data. Partispan yang
diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
a. Subjek utama adalah mahasiswa putra dan putri yang tinggal di asrama
mahasiswa dan mahasiswi yang tinggal di asrama.

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
79

b. Unsur pimpinan, sebagai pembuat kebijakan asrama baik program,


pengaturan dan aturan seperti Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan, Direktur
kemahasiswaan dan Asrama, Manajer pengembangan karakter dan Asrama,
dan Kaur Asrama.
c. Unit pengelola asrama baik asrama putra maupun asrama putri, yang sehari-
hari berada dan mengawasi kegiatan asrama seperti pengelola asrama putra
dari PT Trengginas, asrama putri dari PT. Gedung Sarana Duta (PT.GSD), PT
Citra Sukapura Megah (PT. CSM).
d. Manajemen puncak yang mempunyai banyak informasi tentang kebijakan
pendirian asrama dan pembangun konsep nilai-nilai budaya perusahan seperti
Rektor dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Ketua
Manajemen Transformasi.
e. Pendidik yang terlibat dalam pengajaran yang terkait dengan mata pelajaran
pendidikan dan pengembangan karakter, untuk menggali informasi terhadap
jumlah sks, tanggapan, kecukupan mata kuliah Mata Kuliah Dasar Umum
(MKDU) sepert Agama, PKN, Kewirausahaan selama di kelas.
f. Nara sumber seperti orang tua mahasiswa yang tinggal di asrama dll

Pemilihan subjek penelitian tersebut dimaksudkan untuk memperoleh


gambaran memadai mengenai model pendidikan karakter berbasis pada asrama
dalam membina nilai-nilai budaya organisasi di Universitas Telkom, meliputi: (1)
porsi kecukupan pendidikan karakter yang diberikan pada satuan pendidikan, (2)
area lain sebagai basis dalam pembinaan karakter, (3) pemilihan nilai-nilai karakter
yang akan dikembangkan serta keterkaitannya dengan nilai-nilai budaya organisasi,
(4) kurikulum dan program asrama yang diterapkan di asrama, (5) struktur
organisasi dan tata kelola asrama, (6) aspek dukungan keberhasilan pendidikan di
asrama

2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Telkom yang beralamat di Jalan
Telekomunikasi No. 01 Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung. Lokasi
penelitian difokuskan di asrama Universitas Telkom yang berada dikomplek
Universitas.

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
80

Sebagai gambaran bahwa asrama Universitas Telkom mempunyai 17 tower


bangunan, dimana setiap tower terdiri empat lantai dengan jumlah kamar per tower
sebanyak 94 sehingga total kamar sebanyak 1.598 kamar.
Pada setiap kamar berisi 4 mahasiswa, sehingga keseluruhan kapasitas asrama
dapat menampung 6.000 mahasiswa. Penempatan asrama putra dan putri dilakukan
terpisah untuk asrama putri menepati 7 tower dengan jumlah penghuni putri
sebanyak 2.567 mahasiswi, sedangkan untuk putra menempati 7 tower dengan
jumlah penghuni sebanyak 3.345 mahasiswa
Lokasi ini dipilih karena Universitas Telkom melaksanakan pembinaan
karakter melalui model pendidikan berbasis asrama yang difokuskan pada
mahasiswa baru selama satu tahun. Dalam kehidupan asrama diberlakukan
pembinaan kepribadian guna pembentukan karakter bagi mahasiswa baru yang
didasarkan pada nilai-nilai budaya Universitas Telkom. Pengelolaan pendidikan
berasrama ini dipandang dapat berkontribusi dalam membangun karakter
mahasiswa disamping melalui pembelajaran di kelas. Wawancara dan observasi
secara intens juga dilakukan pada kehidupan keseharian berasrama yang terletak di
dalam kampus Universitas Telkom.
Waktu penelitian dilakukan selama 9 bulan dari bulan Januari 2016
sampai dengan September 2016, namun untuk lebih mempertajam data penelitian
maka wawancara dan observasi tambahan dilakukan pada bulan Januari 2017.
Dalam GT proses pencarian data dan observasi dapat dilakukan berulang sampai
dengan saturasi data diperoleh.

C. Pengumpulan Data
Salah satu pendekatan dalam penelitian GT adalah peran peneliti sendiri
sebagai instrumen pengumpul data, juga sebagai perencana, pelaksana pengumpul
data, penganalisis, penafsir data dan pelapor hasil penelitian. Ada 2 (dua) metode
utama yang dapat digunakan secara simultan dalam proses kerja pengumpulan data
itu, yaitu wawancara mendalam (in-depth interview) dan observasi, disamping itu
dikumpulkan juga dokumen yang relevan dan studi literatur berupa teori yang
terkait pada penelitian.

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
81

1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan kunjungan langsung terhadap suatu
objek untuk mengetahui keberadaan, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya
mengumpulkan data penelitian, sehingga yang sedang berjalan tidak lepas
pengamatan dan dapat dilihat secara nyata (Satori & Komariah, 2014, hlm. 105).
Dalam penelitian kualitatif utamanya metode GT, observasi tidak untuk menguji
kebenaran, namun untuk mengetahui kebenaran yang berhubungan dengan
aspek/katagori sebagai aspek studi yang dikembangkan peneliti.
Observasi mempunyai kriteria antara lain 1) peristiwa dapat diamati
secara langsung; 2) dilakukan sendiri sehingga bisa mengetahui, merasakan
peristiwa dan perilaku objek; 3) dicatat secara sistematik terhadap suatu peristiwa
dan situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan
yang diperoleh dari data. Dalam observasi tidak boleh dilupakan adanya unsur-
unsur atau komponen dalam setiap situasi sosial yang diamati. Menurut J.P
Spradley (Satori & Komariah, 2014, hlm. 111), bahwa tiap situasi sosial terdapat
tiga komponen yang dapat diamati yaitu: 1) ruang atau tempat dalam aspek fisik;
2) pelaku atau aktor yaitu orang yang terlibat dalam situasi; 3) kegiatan (aktivitas)
yang meliputi obyek, perbuatan, kejadian, peristiwa dan waktu. Pada dasarnya
observasi mempunyai kelebihan seperti peneliti mengetahui kejadian sebenarnya,
bisa memahami substansi, mencatat kebenaran, memahami perilaku yang kompleks
dan memungkinkan pengumpulan data yang tidak dilakukan oleh teknik lain.
Sekalipun demikian, masih ada beberapa kekurangan dalam observasi antara lain
memakan waktu lama, sangat tergantung pada kepiawian pengamatnya, data yang
didapat terlalu banyak sehingga menyulitkan dalam analisa.
Dalam konteks ini, peneliti melakukan pengamatan dalam mengumpulkan
data yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan karakter berbasis asrama.
Observasi dan pengamatan dilakukan dengan melihat secara langsung kegiatan
keseharian mahasiswa selama di asrama, bangun tidur, ketepatan waktu masuk
kuliah, keterlibatan mahasiswa terhadap agenda yang telah ditetpkan oleh unit
pengelola, ekspresi dan kegembiraan selama mengikuti program dan ketaatan
terhadap peraturan. Observasi terus menerus dilakukan terhadap kehidupan
keseharian di asrama seperti rutinitas kegiatan di asrama, ketaatan pada peraturan.

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
82

2. Wawancara
Teknik wawancara dalam GT biasanya dilakukan tidak hanya satu kali,
namun bisa berulang dalam beberapa kali kunjugan lapangan, sampai data hingga
katagori-katagori mencapai kejenuhan atau saturasi. Pengambilan data dilakukan
dengan menggunakan wawancara atau interview yang pertanyaanya tidak
terstruktur (unstructured interview), dimana pewawancara hanya mempunyai
rencana pertanyaan atau rencana hal-hal atau konteks/topik yang akan
ditanyakannya. Pertanyaan tersebut biasanyamerupakan pertanyaan yang umum
dan bukan merupakan sekumpulan pertanyaan spesifik yang harus ditanyakan
dengan perkataan tertentu dan dengan urutan tertentu (Babbie, dalam Wardhono,
2011, hlm. 26).
Wawancara langsung dilakukan terhadap manajemen Universitas Telkom
antara lain pembuat kebijakan seperti Rektor, Wakil Rektor, unit penyusun
kebijakan corporate culture, Direktur Kemahasiswaan, unit pengelola asrama dan
mahasiswa yang tinggal asrama. Wawancara juga dilakukan kepada partisipan lain
yang terkait dengan kehidupan asrama seperti orang tua mahasiswa, penginisiasi
dan yang mengukur program asrama sebelumnya dan dosen yang bisa merasakan
dampak kehidupan mahasiswa yang tinggal diasrama.
Wawancara secara langsung tersebut dengan tujuan mendapatkan
informasi dengan bentuk dan ciri kekhasan yang ada pada setiap nara sumber.
Dengan wawancara langsung dialog antara peneliti dengan yang diteliti memberi
kesan bahwa sudah terjalin suatu hubungan yang intens dan akrab, sehingga proses
wawancara tidak kaku (Satori & Komariah, 2014, hlm. 131). Dalam wawancara
secara langsung mendalam, ada flexibilitas dan keluwesan, dimana susunan
pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara,
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik
sosial budaya narasumber yang dihadapi.
Untuk memandu jalannya wawancara, peneliti menyusun pedoman
wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan pokok yang diajukan. Semua hasil
wawancara ini ditulis dalam lembar catatan lapangan (field notes) atau jika
wawancara dilakukan dengan perekaman video atau audio maka perlu dituliskan
kembali dalam format teks.

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
83

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara memiliki beberapa


keuntungan, sebagaimana dikemukakan oleh Creswell (2007, hlm. 226) bahwa
“some advantages are that they provide useful information when you cannot
directly observe participants, and they permit participants to describe detailed
personal information”. Melalui teknik ini peneliti dapat memperoleh informasi
yang berguna bagi penelitian berdasarkan keterangan responden secara terperinci.
Wawancara memberikan keleluasaan kepada peneliti untuk mempertanyakan
berbagai hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti, dimana setiap pertanyaan
tersebut dapat berkembang selama proses percakapan terjadi.
Ada 3 jenis teknik wawancara yaitu: wawancara struktur (structured
interview), wawancara semi terstruktur (semistructured interview), dan wawancara
tidak terstruktur (unstructured interview) (Sugiyono, 2014, hal 73). Dalam
penelitian ini peneliti berupaya menggunakan ketiga jenis wawancara tersebut,
dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi wawancara serta kebutuhan akan
informasi yang dapat berkembang setiap saat.
Wawancara terstruktur dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program pengembangan pendidikan
karakter di perguruan tinggi. Wawancara ini dilakukan terhadap pimpinan
universitas sebagai pembuat kebijakan tentang budaya perusahaan dan nilai-nilai
organisasi. Sedangkan wawancara semi struktur ini sudah masuk dalam kategori in-
depth interview (wawancara mendalam), pelaksanaannya lebih bebas dan terbuka
dibanding wawancara terstruktur. Dalam hal ini peneliti akan melakukan
wawancara kepada direktorat pengelola kebijakan asrama yang merupakan unit
pembuat kebijakan asrama dan pengelola asrama. Wawancara ini dilakukan sebagai
pelengkap data untuk menjawab fokus penelitian tentang bagaimana proses
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program pendidikan karakter.
Sedangkan wawancara tak terstruktur, menerapkan metode interview
secara lebih mendalam, luas, dan terbuka, untuk mengetahui pendapat, pandangan,
perasaan, pengetahuan dan pengalaman seseorang. Wawancara ini melibatkan
mahasiswa dan mahasiswi yang tinggal di asrama serta unit yang sehari-hari berada
dan mengawasi kegiatan asrama seperti pengelola asrama putra dari PT Trengginas,
asrama putri dari PT. GSD dan alumni asrama yang menjadi Senior Resident (SR).

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
84

3. Analisis Dokumen
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita
/biografi, peraturan, kebijakan. Sedangkan dokuman yang berbentuk gambar bisa
berpa foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Pada sisi lain yang berbentuk karya
dapat berbentuk karya seni seperti patung, film, puisi (Sugiyono, 2011, hlm. 82).
Dokumen merupakan kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa
catatan anekdotal, surat, buku harian dan dokumen-dokumen (file siswa dan
pegawai, deskripsi program, kurikulum, data statistik (Satori, 2011, hlm. 147)
Dokumen yang ada secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
dokumen resmi dan dokumen tidak resmi. Dokumen resmi mencakup hal-hal
seperti memo-memo, notulen rapat, kumpulan dokumen penting, catatan para
siswa. Sedangkan dokumen tidak resmi misalnya nota, dan surat pribadi yang dapat
memberikan informasi pendukung terhadap suatu peristiwa
Kaitannya dengan penelitian yang sedang dilakukan, peneliti
mengumpulkan dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini menyangkut ide
pembentukan nilai budaya perusahaan, mata kuliah dan metode pengajaran yang
terkait dengan karakter, krurikulum, jadwal, rekaman perkulihaan, feedback
mahasiswa, peraturan bidang akademik, catatan hasil-hasil rapat dinas dan
workshop, foto kegiatan pembelajaran dan asrama.

4. Studi Literatur
Studi literatur diperlukan dalam mengungkap berbagai teori-teori yang
berkaitan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian. Literatur adalah bahan-bahan yang diterbitkan secara
rutin ataupun berkala (Satori & Komariah, 2014, hlm. 152). Menurut Strauss
Cobin (2015, hal 39), GT, baik literatur teknis maupun non-teknis, memainkan
peranan penting dan beragam terkait dengan penelitian.

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
85

Literatur teknis dapat berupa laporan kajian penelitian, karya tulis


profesional atau disipliner dalam bentuk makalah teoritik atau filosofis, yang dapat
digunakan sebagai bahan latar belakang yang merupakan pembanding bagi data-
data yang dikumpulkan dalam penelitian GT. Dalam penelitian kuantitatif, literatur
membantu peneliti menggambarkan variabel-variabel penting, keterkaitan,
pengelompokan variabel, yang akan digunakan dalam menginterpretasikan temuan
yang diperoleh melalui cara yang baku. Hal ini berbeda dalam penelitan kualitatif
GT, yang lebih menekankan pada penemuan katagori-katagori dan hubungan yang
relevan antar katagori, bukan hubungan antar variabel, yaitu dengan menyusun
katagori dengan cara-cara baru, ketimbang cara-cara baku.
Literatur non-teknis meliputi surat, biografi, catatan harian, laporan, kaset
video, surat kabar, dan sebagainya. Literatur ini dapat digunakan sebagai data
primer, yang dapat melengkapi pewawancaraan dan pengamatan. Hal ini dapat
dilakukan melalui membaca, mempelajari dan mengkaji literatur-literatur yang
berhubungan dengan pendidikan karakter, konsep dan teori nilai, pendidikan
berbasis asrama (boarding school), serta budaya organisasi baik berasal dari buku,
internet, maupun hasil-hasil penelitian yang menggambarkan realitas pendidikan
karakter berbasis asrama dalam membina nilai-nilai budaya organisasi serta dengan
mengkaji berbagai hasil pemikiran subjek penelitian baik dalam bentuk buku teks,
artikel maupun modul.

D. Analisis Data
Dalam riset kualitatif dengan menggunakan metode GT, tahap
pengumpulan dan analysis data merupakan proses yang saling berhubungan dan
harus dilakukan secara bergantian. Analisis data merupakan upaya mencari dan
menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya
sebagai temuan kepada orang lain. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk
pengkodean, yang merupakan proses penguraian data, pembuatan konsep dan
penyusunan kembali dengan cara yang baru.

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
86

Prosedur yang dilakukan dalam tahap analisis data yang merupakan dasar
dari proses pengkodean yaitu dengan melakukan perbandingan secara terus
menerus dan melakukan pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Metode riset GT
menekankan pada validitas data melalui verifikasi dan menggunakan coding
sebagai alat utama dari pengolahan data. Proses biasanya dimulai dengan
pengkodean (coding) serta pengkategorian data. Ada beberapa cara untuk
melakukan pengkodean, yaitu: pengkodean terbuka (open coding), pengkodean
terporos (axial coding) dan pengkodean terpilih (selective coding). Selama proses
coding ini diadakan aktivitas penulisan memo teoritik. Memo bukan sekedar
gagasan kaku, namun terus berubah dan berkembang atau direvisi sepanjang proses
riset berlangsung.

1. Pengkodean Berbuka (Open Coding)


Pengkodean berrbuka (open coding), yaitu bagian dari analisis data,
dimana peneliti menguraikan, memeriksa, membandingkan, mengkonsepkan dan
mengkatagorikan hal-hal yang ditemukan dalam teks hasil dari wawancara,
observasi, dokumentasi dan catatan harian peneliti itu sendiri. Dalam pengkodean
berbuka (open coding) dilakukan melalui: pelabelan fenomena, penemuan dan
penamaan kategori, penyusunan kategori (Strauss dan Corbin, 2015, hlm. 57-68).

a. Pelabelan Fenomena
Pelabelan fenomena suatu pemberian nama terhadap benda, kejadian atau
informasi yang didapat melalui pengamatan ataupun wawancara. Tahap pelabelan
fenomena merupakan kegiatan konseptualisasi data dimana peneliti diharuskan
lebih teliti dalam memberi nama kegiatan/aktivitas narasumber yang dilakukan
selama diamati ataupun diwawancarai.
Kegiatan konseptualisasi dilakukan dengan membandingkan insiden
insiden, diteruskan pemberian nama yang sama untuk fenomena-fenomena yang
sejenis dan memberikan konsep baru pada fenomena. Dalam arti konseptualisasi
data tidak hanya sekedar meringkas hasil pengamatan atau wawancara dengan
kata-kata kunci sebagai ganti dari sebuah deskripsi yang panjang.

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
87

b. Penemuan Katagori dan Penamaan Katagori


Penemuan katagori merupakan kegiatan mengkategorisasikan dan
mengelompokkan konsep-konsep yang sama. Bermacam-macam data yang didapat
dari penelitian sangat banyak dan beragam jenis, sehingga perlu disederhanakan
dan dipisahkan ke dalam beberapa kelompok. Penyederhanaan data dapat dilakukan
mellui reduksi data agar lebih ringkas dan padat, dibagi dalam kelompok-kelompok
tertentu dengan melakukan pengkatagorian sesuai sifat dan substansinya.
Fenomena yang digambarkan oleh suatu katagori diberi nama konseptual. Kategori
mempunyai daya konseptual karena mampu mencakup kelompok konsep atau
subkatagori lainnya.
Penamaan kategori adalah suatu proses abstraksi, berupa pemberian
nama/istilah pada kategori-kategori yang berkaitan dengan data yang didapat dan
menyusun kategori yang ada sesuai sifat masing-masing kategori sebagai
karakteristik yang melekat pada kategori tersebut. Kegiatan ini berkaitan dengan
logika induktif, yaitu pengelompokan dalam satu katagori dan penamaan yang lebih
abstrak terhadap sejumlah unit data yang sama atau memiliki keserupaan.
Dalam konteks kehidupan diasrama Universitas Telkom, adanya Senior
Resident (SR) yang mempuyai tugas pemeberlakuan tradisi, peraturan dan
kebijakan serta kewenangan menegur, menghukum dan pemberian penilaian bisa
dibeikan katagori sebagai “pengemban tradisi”

c. Penyusunan Katagori
Sebagai dasar dalam penyusunan kategori yaitu sifat yang berupa
karakteristik atau atribut suatu katagori, dan ukuran yang menujukan posisi dari
sifat dalam suatu kontinum. Pada proses pengkodean berbuka tidak hanya
mendorong penemuan katagori, namun juga sifat dan ukurannya, yang selanjutnya
disusun secara sistematis, karena sifat dan ukuran membentuk landasan untuk
membuat kaitan antara katagori dan subkatagori dan juga katagori utama.
Untuk memperjelas kita berikan contoh: lambang-lambang Partai tertentu
dalam suatu kampanye, misalnya kaos, jaket, topi, bendera, spanduk, umbul-umbul,
dll, semua dikategorikan dengan "warna tertentu". Warna tertentu (kategori) dari
lambang-lambang yang tampak itu sesungguhnya tidak persis sama, di sana ada
perbedaan baik dari segi intensitas coraknya, maupun kecerahannya. Intensitas

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
88

corak dan kecerahan itulah sifat dari "warna tertentu" tersebut. Masing-masing sifat
itu memiliki dimensi yang dapat diukur. Setiap dimensinya dapat ditempatkan pada
posisi tertentu dalam garis kontinium. Intensitas corak warna itu, misalnya, dapat
diberi ukuran mulai dari yang "tebal" (hitam pekat), sedang (abu-abu), sampai pada
"tipis" (keputih-putihan). Demikian seterusnya, setiap kategori data bisa
ditempatkan di mana sajadi sepanjang kontinum dimensional secara bervariasi.
Akibatnya, setiap kategori memiliki profil dimensional yang terpisah. Beberapa
profil itu dapat dikelompokkan sehingga membentuk suatu pola. Profil dimensional
ini menggambarkan sifat khusus dari suatu fenomena dalam kondisi-kondisi yang
ada (Wardhono, 2011, hlm. 29)
Perlu diperhatikan bahwa penentuan sifat umum suatu fenomena atau kategori
cenderung tidak sama. Sebagai contoh sifat umum dari warna, adalah intensisitas
corak dan kecerahan, sedangkan sifat umum dari perilaku adalah frekuensi,
intensitas, durasi, dst.

2. Pengkodean Berporos (Axial Coding)


Axial coding atau pengkodean berporos adalah seperangkat prosedur
penempatan data kembali dengan cara-cara baru dengan membuat kaitan antar
katagori.Pengodean diawali dengan penentuan jenis katagori kemudian dilanjutkan
dengan penemuan hubungan antar katagori atau antar sub-katagori.
Data yang telah diuraikan dan diidentifikasi pada tahap pengkodean
berbuka (open coding) seperti katagori, sifat dan ukurannya, selanjutnya pada
pengkodean berporos akan ditempatkan kembali secara bersama dengan cara baru
dengan membuat hubungan antara katagori dan subkatagorinya (Strauss and
Corbin, 2015, hal 100). Hal ini diperkuat oleh Creswell (2007, hlm. 67), pada axial
coding peneliti menggabungkan data dengan cara yang baru setelah open coding.
Pada pengkodean ini, peneliti mengidentifikasi suatu fenomena sentral (central
phenomenon), mengeksplorasi kondisi kausal (casual conditions), menspesifikasi
strategi-strategi, mengidentifikasi konteks (context) dan kondisi yang
mempengaruhi (intervening conditions), dan mendeskripsikan konsekuensi-
konsekuensi (consequences) untuk fenomena tersebut

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
89

Dalam GT, per kategori akan dikelompokkan dalam satu jenis kategori
yaitu: kondisi kausal, konteks, kondisi pengaruh, proses (aksi/interaksi), dan
konsekuensi, disebut dengan model paradigma GT. Pada tahap ini peneliti memberi
kode pada setiap kategori data, dengan mengajukan pertanyaan,"termasuk jenis
kategori apa data ini"? Model paradigma ini menjadi dasar untuk menemukan
hubungan antar kategori atau antar sub-kategori. Dalam pengkodean berporos
dilakukan dengan memanfaatkan paradigma pengkodean yang fokus pada
spesifikasi katagori (fenomena) berdasarkan kondisi yang memunculkannya seperti
konteks (sejumlah sifat khusus); proses (aksi/interaksi) untuk menangani,
mengelola dan melakukan; dan konsekuensi dari strategi tersebut (Strauss dan
Corbin, 2015, hlm. 100). Dalam tahap ini menurut Strauss dan Corbin (1990),
peneliti dapat menanyakan hal-hal sebagai berikut:
a. Apakah konsep yang ada dapat dibagi menjadi sub dimensi atau sub kategori?
b. Apakah beberapa konsep yang ada dan berhubungan dekat dapat dikombinasi-
kan menjadi konsep yang lebih umum?
c. Dapatkah kategori-kategori diorganisasikan menjadi suatu urutan,atau dari
lokasi fisik, atau dari hubungannya dengan topic perhatian utama.
Pada pengkodeaan berporos, sifat pertanyaan yang diajukan
mengarah pada suatu jenis hubungan antara kondisi kausal dengan strategi
aksi/interaksi, hubungan antara konteks dengan strategi aksi/interaksi,
hubungan antara kondisi pengaruh dengan strategi aksi/interaksi, hubungan
antara strategi aksi/interaksi dengan konsekuensi. Pola hubungan yang perlu
ditemukan harus dapat mengungkap hubungan antara semua jenis kategori,
bukan hanya pada hubungan antara dua kategori saja. Hal ini dapat
digambarkan dalam diagram berikut:

Kondisi Pengaruh

Proses Konsekuensi
Kondisi Kausal
(Aksi/Interaksi)

Konteks

Gambar 3.2: Hubungan Konteks/Kondisi-Aksi/Interaksi-Konsekuensi

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
90

3. Pengkodean Terpilih (Selective Coding)


Selective coding (pengkodean terpilih) adalah pengkodean tahap akhir
yang meliputi penelusuran (scanning) pada semua data dan kode-kode sebelumnya.
Tahap terakhir ini dilakukan saat peneliti telah siap melakukan pengkodean
terakhir, telah mengidentifikasi tema-tema utama. Pada pengkodean ini, peneliti
melihat secara selektif untuk kasus-kasus yang mengilustrasikan tema-tema hasil
pengkodean sebelumnya dan membuat perbandingan setelah hampir semua data
terkumpul lengkap. Dapat dikatakan bahwa dalam selective coding, peneliti
mengidentifikasi suatu alur cerita (story line) dan menuliskan cerita yang
mengintegrasikan kategori-kategori pada model axial coding (Creswell, 2007, hlm.
67).
Masalah penelitian dalam GT masih bersifat umum, adanya sejumlah
besar data dengan kategori dan hubungan antar kategori/subkategori yang banyak
dan bervariasi dan belum fokus pada titik tertentu. Untuk menyederhanakan perlu
dilakukan proses penggabungan dan atau seleksi secara sistematis.
Langkah untuk menyederhanakan data, dengan menggabungkan semua
kategori, sehingga menghasilkan tema khusus. Konsep-konsep yang digunakan
dalam penggabungan lebih abstrak dari konsep pengkodean terporos. Cara ini
merupakan tugas peneliti yang paling sulit, sehingga kepekaan teoritik dari peneliti
memegang peran. Inti dari proses penggabunga, bagaimana peneliti dapat
menemukan spirit teoritis dari semua kategori, yang mungkin saja tidak tampak s
ecara eksplisit, tetapi tertangkap oleh pikiran peneliti. Tahapan kerja yang
disarankan dalam proses pengkodean terpilih ini;
a. Melakukan reproduksi kembali alur cerita atau susunan data ke kerangka
pemikiran.
b. Identifikasi data dengan menulis beberapa kalimat pendek yang berisi inti cerita
atau data.
c. Menyimpulkan dan pemberian kode pada satu atau dua kalimat sebagai'kategori
inti.
d. Penetuan pilihan kategori inti. Dipilih satu saja katagori inti, yang lain sebagai
kategori tambahan yang tidak menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini.

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
91

Pada tahap penggabungan dan atau pemilihan ini, peneliti sebenarnya


telah sampai pada penemuan tema pokok penelitian. Pada umumnya metode
kualitatif menganggap penelitian telah selesai pada penemuan tema ini. Lain hal
dalam Grounded Theory, tema utama (yang sudah ditemukan) dipandang sebagai
dasar untuk merumuskan masalah utama dan hipotesis penelitian. Karena itu,
peneliti perlu merumuskan masalah pokok dan hipotesis penelitiannya.
Berdasarkan masalah dan hipotesis itu, peneliti harus kembali lagi ke lapangan
untuk mengabsahkan atau membutikannya. Hasil pembuktian itulah yang menjadi
temuan penelitian, yang disebut sebagai teori.

4. Pememoan (Memoing)
Dalam penelitian GT, memo merupakan catatan-catatan yang dibuat
peneliti untuk mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan data dan kategori-
kategori yang dikodekan. Dengan kata lain, memo merupakan catatan yang dibuat
peneliti bagi dirinya sendiri dalam rangka menyusun hipotesis tentang sebuah
kategori, tentang hubungan-hubungan antara kategori-kategori yang ditemukan.
Memoing (memo) adalah proses mencatat pemikiran-pemikiran dan gagasan dari
peneliti sewaktu hal itu muncul selama penelitian (Glasser, 1998), Penulisan memo
harus harus diberikan prioritas utama karena ide tentang hubungan-hubungan
antara kategori-kategori bisa muncul kapan saja dan peneliti harus segera
mencatatnya.
Dari penjelasan diatas dapat disarikan bahwa langkah riset dalam GT
melalui tahapan perumusan masalah, penjaringan data, analisis data, penyusunan
dan validasi teori, dan penulisan laporan. Riset kualitatif dengan metode GT
dimulai dengan fokus pada wilayah studi dan mengumpulkan data dari berbagai
sumber, termasuk wawancara dan observasi lapangan. Selanjutnya data dianalisis
menggunakan pengkodean dan prosedur sampling teoritis. Akhirnya, setelah teori
dihasilkan dengan bantuan prosedur penafsiran, riset ditulis dan disajikan. Teknik
pengelolaan data, hubungan, rumusan dan analisa data dalam pengembangan
sebuah grounded theory dapat dilihat dalam skema berikut:

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
92

PRIMARY OPEN CODING AXIAL CODING SELECTIVE CODING


SUMBER DATA DIMENSION CONSEPTUAL CATAGORIES CORE DIMENSIONS

Sub Katagori
Katagori

Sub Katagori Dimensi Inti


Wawancara Katagori

Constantt
Comparatif Rumusan
Observasi Katagori
masalah &
Theoretical
Dimensi Inti
hipoteses
Sampling
penelitian
Katagori
Dokumentasi
Catagories

Sub Katagori
Katagori
Literatur
Sub Katagori Penelitian Lapangan
Dimensi Inti

Lapangan Katagori

Grounded Theory

Gambar 3.3 Konsep Grounded Theory


Sumber : dikembangkan oleh Murdowoi (2016)

E. Validitas Data
Hasil penelitian dapat dianggap sah apabila dapat memenuhi kriteria
valid, reliable, dan obyektif. Pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif
meliputi: uji derajat kepercayaan (credibility atau validitas internal), keteralihan
(transferability atau validitas eksternal), ketergantungan (dependability atau
reliabilitas), dan kepastian (confirmability atau objektivitas) (Satori & Komariah,
2014, hlm. 164)

1. Pengujian Keterpercayaan (Credibility atau Validitas Internal)


Penelitian berangkat dari data sebagai sumber utama, untuk itu data
penelitian harus valid yang perlu dilakukan pengujian. Uji keterpecayaan
(credibility) merupakan derajat kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Untuk
menguji kredibilitas dari data penelitian dapat digunakan beberapa cara pengujian
kredibilitas data dalam penelitian kualitatif yaitu: (1) perpanjangan pengamatan, (2)
peningkatan ketekunan/kegigihan, (3) triangulasi, dan (4) member cek.
Kesatu, memperpanjang masa observasi. Dalam penelitian kualitatif agak
sulit mempercayai hasil penelitian apabila hanya datang sekali saja kelapangan.
Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul mengenal suatu

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
93

lingkungan, sebab itu peneliti berusaha memperpanjang waktu penelitian dengan


cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang disana, dengan cara
mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran informasi.
Kedua, peningkatan ketekunan, dilakukan peneliti agar dapat
mengumpulkan data yang benar, akurat, actual dan lengkap. Dengan meningkatkan
ketekunan/kegigihan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan, sehingga dapat diperoleh kepastian data dan urutan peristiwa
secara pasti dan sistematis.
Ketiga Triangulasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada (Sugiyono, 2013, hlm. 83). Ada tiga macam teknik triangulasi, yakni triangulasi
berdasarkan sumber data, berdasarkan teknik pengumpulan data serta triangulasi
berdasarkan waktu pengumpulan data (Sugiyono, 2013, hlm. 372).
Berikut ini adalah bagan dan penjelasan dari triangulasi sumber,
triangulasi teknik , dan triangulasi pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini.
Triangulasi Sumber adalah eksplorasi dan mengecek kebenaran data dari
berbagai sumber dan berkaitan. Dalam penelitian menguji nilai-nilai karakter dan
nilai budaya organisasi yang telah ditetapkan oleh top leader apakah sudah
dimengerti, dipahami dan diterapkan di asrama. Pengumulan data dan pengujianya
dilakukan ke beberapa sumber seperti pembuat kebijakan asrama, pengelola,
penghuni asrama. Jika hasil wawancara dari para narasumber tersebut mempunyai
kesamaan maka itulah yang dianggap sebagai hasil temuan.

Pamong Asrama

Pimpinan Universitas Pembuat kebijakan asrama

Mahasiswa di asrama

Gambar 3.4 Triangulasi dengan Tiga Sumber Data


Sumber : dikembangkan oleh Peneliti (2016)

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
94

Selanjutnya, triangulasi teknik adalah melakukan pengecekan data pada


sumber yang sama dengan teknik berbeda. Dalam penelitian ini digali tentang
aktifitas mahasiswa di asrama dengan teknik wawancara, lalu dicek dengan
observasi dilapangan, kemudian dengan dokumentasi. Bila ternyata diperoleh
situasi yang berbeda maka perlu dilakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data
atau yang lain untuk memastikan data yang dianggap benar.Triangulasi berdasarkan
tiga teknik pengumpulan data untuk mengetahui derajat kesesuaian antara hasil
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

Wawancara Dokumen

Observasi

Gambar 3.5 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan data


Sumber : dikembangkan oleh Peneliti (2016)

Triangulasi berdasarkan waktu pengumpulan data, untuk mengetahui


derajat kesesuaian/konsistensi antara hasil penelitian dengan cara mengumpulkan
data pada waktu yang berbeda. Untuk mengetahui aktiftas mahasiswa diasrama
dapat diamati dan dikumpulkan data dengan melakukan wawancara pada pagi hari,
diulangi padi sore hari dan mengeceknya kembali pada malam hari. Hal yang sama
dapat dilakukan wawancara pada bulan pertama masuk, dilakukan pengecekan
kembali pada bulan ke 6, dan bisa dilakukan kembali pada bulan ke 8 dimana
mahasiswa yang tinggal diasrama telah pulang kembali dari libur semester.

Bulan ke 1 Bulan ke 6

Bulan ke 8

Gambar 3.6 Triangulasi dengan Tiga Waktu Pengumpulan Data


Sumber : dikembangkan oleh Peneliti (2016)

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
95

Keempat, mengadakan member cek, dilakukan pada akhir wawancara


dengan menyebutkan garis besarnya, bertujuan agar narasumber memperbaiki bila
ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih kurang. Tujuannya agar
informasi yang diperoleh sesuai dengan apa yang dimaksud oleh narasumber.

2. Pengujian Keteralihan (Transferability atau Validitas Eksternal)


Uji terhadap ketepatan suatu penelitian kualitatif selain dilakukan pada
internal penelitian juga pada keterpakaiannya oleh pihak eksternal. Validitas
eksternal berkenaan dengan derajat akurasi hasil penelitian dapat digeneralisasikan
atau diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
Suatu penelitian yang nilai transferabilitasnya tinggi senantiasa dicari orang lain
untuk dirujuk, dicontoh, dipelajari lebih lanjut untuk diterapkan ditempat lain.
Karena itu, agar hasil penelitian ini dapat diterapkan pada konteks dan situasi lain,
perlu dibuatnya laporan yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya.

3. Pengujian Kebergantungan (Dependability atau Reliabilitas)


Dalam penelitian memiliki sifat ketaatan dengan menunjukkan
konsistensi dan stabilitas data atau temuan yang dapat direflikasi.Suatu penelitian
yang reliabel adalah ketika orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses
penelitian tersebut. Pengujian dependabilitas ini untuk membuktikan bahwa hasil
penelitian dapat ditemukan dengan hasil yang sama kembali oleh peneliti lainnya.

4. Pengujian Kepastian (Confirmability atau Obyektivitas)


Uji kepastian yaitu menguji bahwa data yang diperoleh dapat dilacak
kebenarannya dan sumber informannya jelas. Hasil penelitian dikatakan memiliki
derajat objektivitas yang tinggi apabila keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti
dan hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji
konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat
dilakukan secara bersamaan. Hal tersebut berkaitan dengan pelaksanaan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti di lapangan. Keberlangsungan proses penelitian sebisa
mungkin harus dapat dibuktikan oleh peneliti. Menguji konfirmability berarti
menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan, ketika hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian
tersebut memenuhi standar konfirmability.

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
96

5. Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneiliti
kepada informan. Hal ini untuk mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh
pemberi data. Apabila para pemberi data sudah menyepakati data yang diberikan
berarti data tersebut valid dan kredibel, namun jika pemberi data meragukan
datanya dan peneliti tidak melakukan diskusi lebih lanjut dengan informan maka
menjadi tidak valid dan terpercaya (credible). Dengan demikian, perlu dilakukan
diskusi lebih lanjut apabila ditemukan ketidak cocokan antara data yang sudah
dielaborasi oleh peneliti dengan penjelasan lebih lanjut dari informannya.
Member check dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai,
atau setelah mendapatkan suatu temuan atau kesimpulan. Hal tersebut dapat
dilakukan secara individu atau kelompok. Dalam diskusi peneiliti menyampakan
temuan kepada pemberi data, yang dalam pelaksanaanya data yang disampaikan
ada yang dikurangi, ditambah, disepakati atau ditolak.

Djoko Murdowo, 2017


PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai