Anda di halaman 1dari 1

Canine Distemper

Etiologi :
Penyakit distemper pada anjing merupakan penyakit viral yang bersifat multisistemik diantaranya sistem
pernafasan, pencernaan, urinaria, saraf pusat dan sistem lainnya. Penyakit distemper disebabkan oleh
virus dari genus Morbillivirus, famili Paramyxoviridae dan mempunyai hubungan dekat dengan virus
measles dan Rinderpest. Penyakit distemper memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi
terutama pada populasi anjing yang tidak divaksinasi. Anjing yang terserang penyakit distemper biasanya
yang berumur muda, terutama anak anjing yang tidak divaksin secara lengkap. Anjing yang diserang
umumnya berumur kurang dari satu tahun. Penyakit distemper menyerang semua ras anjing, kecuali jenis
anjing pomeranian dilaporkan merupakan jenis yang paling lemah daya tahan tubuhnya terhadap virus
distemper. Tidak ada perbedaan kepekaan antara jenis kelamin jantan dan betina pada anjing terserang
penyakit distemper (Sitepu dkk, 2013)

Transimisi :
Canine distemper virus dapat ditularkan melalui udara/aerosol (air borne disease), dimana droplet yang
mengandung partikel virus distemper tersebut berasal dari saluran pernafasan (mulai rongga hidung,
faring, dan paru-paru) atau sekresi nasal dari hewan penderita distemper. Selain itu, canine distemper
virus juga dapat ditularkan melalui air liur (saliva) dan urin hewan yang menderita distemper (Sitepu dkk,
2013).

Patogenesa :
Penyebaran umumnya dimulai dari virus yang terinhalasi oleh anjing. Pada peradangan akut, virus akan
menginfeksi dan bereplikasi pada sel makrofag dan limfosit pada daerah saluran pernafasan yang
selanjutnya akan menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Virus akan mencapai seluruh jaringan
limfoid 4-6 hari setelah terinfeksi. Virus akan menyebar dan bermultifikasi di makrofag lambung, usus
halus, limpa dan hati. Pada anjing yang telah terinfeksi akan tampak lesu, depresi, anoreksia, eksesif
discharge pada bagian naso-ocular serta tidak jarang diikuti dengan gejala diare. Pada stadium kronis
anjing penderita akan tampak inkoordinasi sampai tidak mampu mengontrol mikturisi. Hal ini disebabkan
adanya kerusakan pada sel-sel otak dan bahkan bisa menimbulkan kematian pada sel-sel tersebut.
Kerusakan sel-sel otak yang terjadi pada infeksi penyakit distemper anjing dikarenakan reaksi
demyelinisasi pada syaraf pusat akibat reaksi radang. Secara histopatologi, otak akan tampak terjadi
peningkatan infiltrasi sel-sel glia yang diikuti dengan peningkatan kadar sitokin karena pengaruh reaksi
radang pada daerah tersebut (Kardena dkk, 2011)

Dapus :
Kardena, I.M; I Bagus, O.W; I Ketut, B. 2011. Gambaran Patologi Paru-Paru Pada Anjing Lokal Bali
Yang Terinfeksi Penyakit Distemper. Buletin Veteriner Udayana Vol. 3 (1)
Sitepu, Y.V; I Made, K; I Ketut, B. 2013. Gambaran Histopatologi Penyakit Distemper pada Anjing
Umur 2 sampai 12 Bulan. Indonesia Medicus Veterinus Vol 2(5)

Anda mungkin juga menyukai