Anda di halaman 1dari 24

TIKET MASUK

ILMU BEDAH UMUM

ANESTESI GAWAT DARURAT 1

Nama : Remila Duari Annisaa


NIM : 185130100111049
Kelas : 2018 D
Kelompok : D3
Asisten : Archangela Grethania

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
1. Pengertian dan jenis-jenis anestesi
Anestesi adalah keadaan tanpa rasa tetapi bersifat sementara dan dapat kembali sadar
seperti semula. Penggunaan anestesi bertujuan untuk pasien tidak merasakan rasa sakit
pada saat proses pembedahan. Penggolongan anestesi dibagi menjadi tiga, anestesi local
adalah substansi yang dpaat menghilangkan rasa sakit secara local dengan cara
penghambatan impuls syaraf perifer secara reversible tanpa disertai kehilangan kesadaran.
Anestesi regional yaitu menghilagkan rasa sakit pada suatu regio tertentu secara reversible
tanpa hilang kesadaran. Anestesi umum adalah substansu yang dapat mendepres susunan
syaraf pusat secaea reversible sehingga hewan kehilangan rasa sakit di seluruh
tubuhnya(Sudisma,2016).
Jenis-jenis anestesi berdasarkan Sudisma (2016)
-Anestesi inhalasi diberikan dengan cara memasukkan uap ke dalam paru-paru hewan.
Anestesi yang dihirup masuk dari alveoli mendifusi membrane alveoli dan melarut ke
dalam darah paru-paru yang selanjutnya dari paru-paru mendifusi masuk ke jaringan
tubuh terutama otak.
-Anestesi injeksi adalah anestesi yang diberikan dengan cara memasukkan bahan kimia
anestesi ke dalam tubuh pasien dengan cara injeksi. Anestesi injeksi sering digunakan
golongan barbuturat yang dibagi menjadi 4 golongan yaitu: short acting,ultra short acting,
intermediate acting, long acting.
2. Stadium anestesi
Menurut Sudisma (2016) stadium anestesi dibagi menjadi
Stadium I: hewan sadar, dapat melawan pemberian anestesi, pernafasan masih
dipengaruhi kemauan, frekuensi nafas dan pulsus meningkat, pupil membesar biasanay
terjadi urinasi dan defekasi.
Stadium II: nafas singkat tidak teratir, gerakan kaki belakang masih keras, reflek menealn
dan muntah, dan reflek batuk masih ada.
Stadium III: ditandai dengan pernafasan bebas dari kemauan, gerakan kaki belakang
berhenti, bola mata bergerak lemah. Masuk ke plane II reflek palpabrae, congjungtiva dan
cornea hilang. Respirasi mengalami perubahan dimana frekuensi nafas meningkat
sedangkan amplitudonya menurun, reflek laring maish ada hingga pertengahan plane
kemudian terjadi relaksasi otot. Pada plane III ditandai dengan respirasi ootnom,
frekuensinya meningkat tetapi amplitudonya menurun. Pernafasan seakan-akan berhenti
sebentar.
Stadium IV: dintadi dengan paralise otot torak sempurna, diafragma masih aktif selama
inspirasi, dinding toraks mengempes ke dalam sehingga hewan terlihat tersengal-sengal,
pulsus meningkat dan pupil melebar kemudian nafas melemah akhirnya hewan mati
dengan warna mukosa mulut, mata dan lidah menjadi abu-abu.
3. Macam-macam antidota anestesi dan prinsip kerjanya
 Atipamezole merupakan antidote yang digunakan untuk xylazine, medetomidine,
detomidine dan dexmedetomidine. Prinsip kerjanya yaitu antagonis reseptor
adrenergic dimana penggunaan xylazine yang dapat menyebbakan gejala
bradikardi, peningkatan tekanan system saraf pusat, depresi respirasi serta
hiperetnsi yang diikiuti dengan hipotensi. Xylazine menghambat efek stimulasi
saraf postganglionic maka efek tersebut dibatalkan dengan menggunakan antidote
atipamezole (Pirade,2016).
 Naloxone merupaka antidotum yang digunakan untuk opioid dengan prinsip
kerjanya yaitu naloxone digunakan untuk mengatasi efek dari pemberian anestesi
dengan opioid yang berperan sebagai anestesi yang menyebabkan hipertermia
maka diberikan naloxone (Plumb,2011).
 Yohimbine adalah alpha-2 antagonis adregenik sebagai antidota xylazine. Oabt
ini bekerja dengan cara meningkatkan detak jantung, tekanan darah,
menyebabkan stimulasi system saraf pusat, antidiuresis dan memiliki efek
hiperinsulinemik dengan memblokir pusat alpha-2 reseptor, yohimbine
menyebablan aliran simpatis meningkat (Plumb,2011).
4. Macam-macam agen surgical haemostatic (fisik,kimia,panas) dan prinsip kerjanya
 Mechanical methods memiliki prinsip kerja penggunaan tekanan atau kompresi
dengan satu satu atau lebih jari pada saat terjadi perdarahan. Pertahankan selama
15-20 detik agar gumpalan kecil terbentuk di ujung pembuluh darah. Tekanan
langsung hanya boleh digunalan sampai ujung proksimal dan distal pembuluh
darah telah tercapai (Moss, 2013).
 Thermal/ energy-based metodes memiliki prinsip kerja cara yaitu bedah listrik
monopolar bipolar perangkat penyegel bejana bipolar argon meningkatkan
koagulasi, perangkat ultrasonic dan laser. Pemberian bedah dengan metode ini
berpotensi meningkatkan resiko cidera pasien, cidera pengguna, kebakaran dan
elektromag interferensi netic dengan peralatan medis lain dan perangkat elektronik
internal (Fossum, 2013).
 Chemical Methode salah satu contoh age haemostatic chemical yaitu topical
haemostatic agent, mislanya yaitu lilin tulang yang ditekan kedalam saluran
oerdarahan tulang dengan tujuan control perdarahan dengan efek tamponade, lilin
tulang tidak dapat diserap sehingga dapat bertindak sebagai benda asing
(Fossum,2013).
5. Pengertian dan macam-macam terapi cairan
Terapi cairan adalah terapi yang digunakan pasien kritis, terapi cairan bertujuan untuk
mempertahankan sirkulasi atau mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit pada
pasien yang tidak mampu mengendalikan keseimbangan cairan dalam tubuhnya, sehingga
mampu menciptakan hasil yang menguntungkan bagi kondisi pasien (Sukarata dan
Kurniyanta,2017).
Macam-macam terapi cairan menurut Sukarata dan Kurniyanta (2017)
 Cairan kristaloid: elektrolit merupakan komponen dari kristaloid. Karakteristik
kristaloid ditandai dengan pengaruhnya terhadap status asam basa. Kristaloid
digunakan untuk menggantikan kehilangan sodium. Kristaloid digunakan sebagai
cairan resusitasi awal pada pasien dengan hemoragik dan syok spetik, luka bakar,
cedera kepala (untuk mempertahanlan tekanan perfusi serebral) dan pasien yang
menjalani plasmaferesus dan reseksi hati.
 Cairan koloid membantu mempertahankan tekanan okotik koloid plasma sehingga
sebagian besar tetap berada di ruang intravascular. Cairan koloid bertahan lebih
lama di dalam ruang intravascular disebabkan oleh aktivitas osmotic yang
memiliki zat-zat yang berat molekulnya tinggi.
 Terapi cairan prabedah adalah mengganti cairan dan kalori yang dialami pasien
prabedah akibat puasa. Cairan ini untuk mengganti puasa diberikan cairan
pemeliharaan untuk koreksi deficit puasa atau dehidrasi diberikan cairan
kristaloid, perdarahan akut diberikan cairan kristaloid dan koloid atau transfuse
darah.
 Terapi cairan selama operasi dilakukan dengan tujuan mengoreki hilangnya cairan
akibat luka operasi, mengganti perdarahan dan mengganti cairan yang hilang
mellaui kesresi organ.
 Terapi cairan pasca bedah adalah pemberian cairan pasca bedah digunakan
tergantung dengan masalah yang dijumpai. Terapi cairan yang digunakan bisa
bertujuan untuk cairan pemeliharaan, cairan pengganti atau cairan nutrisi
6. Membuat diagram alir langkah pemasangan infus pada kucing atau anjing
Menurut Shafford (2013).
1. Dicukur bulu pada area yang akan dipasang IV cath
2. Didesifeksi kulit dengan alcohol 70%
3. Dipasang tourniquet di atas area pemasangan IV cath
4. Dipasangkan IV cath pada pembuluh vena dengan sudut 30 derajat dari kulit dengan
posisi lubang jarum menghadap ke atas
5. Dipastikan jarum telah masuk secara intravena dengan melihat aliran darah pada
kateter
6. Didorong IV cath dan lepas jarumnya
7. Disambungkan selang infus dengan plastic sheet
8. Dilakukan fiksasi kateter dengan hypafix
7. Membuat diagram alir langkah pemasangan tom catheter pada kucing atau anjing
Menurut Shafford (2013).
1. Diberikan obat penenang pada pasien dan diposisikan rebah lateral atau dorsal
recumbency
2. Dibersihkan rambut area lubang urethra untuk mengurangi kontaminasi
3. Dikeluarkan penis atau vulva
4. Dioleskan lubrikan pada selang kateter
5. Dimasukkan selang kateter secara perlahan pada urethra sampai urin terlihat pada
selang kateter
6. Dilepaskan stylet kateter
7. Dilakukan fiksasi selang kateter dengan menjahit kateter pada kulit di sekitar lubang
urethra
8. Dilakukan aspirasi urin dengan spuit
DAFTAR PUSTAKA

Fossum ,Theresa. W. 2013. Small Animal Surgery Forth Edition. China : Elsavier.

Moss, R. et. al. 2013. Management of Surgical Hemostasis: an independent study guide.
California: AORN Foundation
Pirade, Priskha. F. 2016. Perbandingan Pengaruh Anestesi Ketamin Xylazin dan Ketamin zoletil
Terhadap Fisiologis Kucing Lokal (Felis domestica).[SKRIPSI]. Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanudin Makasar.

Plumb, Donal. C. 2011. Plumb’s Veterinary Drug Handbook 7th Edition. Stockholm: PharmaVet
Inc

Shafford, Join Heidi. 2013. Implementation Toolkit. USA. AAHA Standards of Accreditation

Sukarata, I.P.R.D dan I Putu Kurnianta. 2017. Terapi Cairan. Bali : Universitar Udayana.

Sudisma, I Gusti Ngurah. 2016. Ilmu Bedah Veteriner Dan Teknik Operasi. Bali: Penerbit Palawa
Sari Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai