Anda di halaman 1dari 5

Kata-Kata Positif

Oleh: Joshua W. Utomo

Setiap pagi Stasiun Kereta


Api Selatan (South
Station) di kota Boston itu
dipenuhi oleh ribuan
manusia yang datang dari
pelbagai wilayah di sekitar
Metropolitan Boston.
www.majalahexcellent.com
Ribuan manusia dengan ribuan kepala dan ribuan ekspresi
diri dan mimik muka tampak mewarnai Stasiun Kereta Api
Selatan yang bila malam hari tampak lengang itu, kecuali
pada saat badai salju dan hawa dingin menyerbu kota
Boston, maka ratusan orang-orang gelandangan pun
mencari perlindungan dan kehangatan di sana.
Kamis pagi ini pun tak jauh berbeda dengan pagi-pagi
lainnya. Ribuan wajah menampilkan ribuan mimik muka
yang menyimpan ribuan cerita dan suka dukanya masing-
masing. Bila kita tidak sibuk memikirkan problem yang kita
miliki, kita bisa melihat berbagai ekspresi wajah-wajah yang
berlalu-lalang atau yang sedang duduk menanti kereta di
Stasiun Selatan itu.
Wajah gembira
dengan senyum
dan tawanya
ada di sana.
Wajah kusut
dalam kelelahan
kerja ada di
sana. Raut
wajah duka
dalam beban
masalah rumah
tangga ada di
sana. Wajah
putus asa dan tergesa ada di sana. Wajah berekspresi
biasa atau bahkan tanpa ekspresi pun ada di sana. Anda
pernah ke restoran dengan menu buffet kan? Nah, Stasiun
Kereta Api Selatan di Boston ini mungkin tak jauh berbeda,
hanya menu buffet-nya dalam skala yang jauh lebih besar--
lha pilihannya ribuan, sih! Tahu maksudku, kan?! Sebab
kalau sampek salah ngerti, bisa-bisa aku ini dianggap
mempromosikan pola perilakunya si Sumanto yang kanibal
itu. Kan bisa berabe nih!?
Temperatur Kamis pagi ini kembali jatuh hingga mencapai
angka minus dalam derajat Celcius. Membuat sebagian
dari ribuan wajah manusia di Stasiun Kereta Api Selatan
Boston itu tak bisa kulihat dengan jelas. Karena sebagian
besar telah menutup wajah-wajah mereka dengan kain-kain
wool atau scarf demi melawan kerasnya angin dingin.
Wajahku sendiri pun tampak tak begitu jelas, terkerudungi
oleh scarf mbulak yang selalu setia menemaniku di saat
hawa dingin datang mendera.
Hawa dingin membuat badanku yang sedikit letih ini
semakin terasa lemah-lunglai saja. Kuayunkan langkah
kakiku sedikit bergegas mencoba menerobos mencari jalan
di antara ribuan manusia lainnya yang juga mulai tak tahan
melawan angin dingin pagi ini. Sedikit sekali orang yang
teribat dalam percakapan pagi ini. Masing-masing sibuk
dengan diri mereka sendiri. Aku pun cukup sibuk dengan
perjuangan melawan hawa dingin dan juga keletihan yang
menyerang tubuhku pagi ini.
Sekitar sepuluh meter dari gerbong kereta api warna ungu,
tiba-tiba aku dan ribuan manusia lainnya dikejutkan oleh
suara merdu seorang laki-laki yang amat familiar
menyapaku (dan tentu saja semua manusia lainnya pada
pagi ini). Suara yang mirip suara penyiar radio terkenal
atau pembaca berita di TV itu tidak hanya merdu sehingga
enak didengar, tapi lebih daripada itu setiap kata dan
ungkapan yang digunakan oleh si pemilik suara itu sangat
menyegarkan dan seringkali terdengar kocak sekali. Setiap
kali mendengar suara tak berwajah itu, aku hanya bisa
tersenyum geli. Bahkan kadang aku tertawa terbahak
(nggak keras-keras banget kok, bisa dianggap linglung
nanti:) sendiri saat pemilik suara itu melemparkan humor-
humor segarnya.
Wajah-wajah membisu dan membeku pun seketika mencair
dan mulai menampakkan senyumnya. Suara merdu dan
kata-kata penyiar radio lokal di Stasiun Kereta Api Selatan
Boston yang positif, ringan dan menggelitik itu
mengingatkanku pada betapa ampuhnya kata-kata itu.
Kata-kata yang bernada positif mampu menguatkan kita
pada saat lemah, dan menyegarkan pikiran kita kala kusut.
Seperti yang dilakukan oleh suara penyiar radio lokal di
stasiun kereta api selatan itu.
Dalam bukunya yang berjudul
"Secrets From the Mountain"
Pat Williams menceritakan
sebuah percobaan yang
dilakukan terhadap sekelompok
pelajar. Percobaan itu adalah
sebagai berikut:
“sekelompok pelajar itu diberitahu bahwa menurut hasil
penelitian para ahli ilmu pengetahuan telah diketemukan
bahwa anak-anak yang bermata coklat itu lebih pandai
daripada anak-anak yang bermata biru.”
Tak seberapa lama kemudian, prestasi belajar anak-anak
bermata coklat pun meningkat dengan drastisnya.
Beberapa Minggu kemudian,
dikatakan lagi pada anak-anak
pelajar itu bahwa ternyata hasil
penelitian para ahli ilmu
pengetahuan tersebut salah.
Yang benar ternyata adalah
bahwa anak-anak yang bermata
birulah yang lebih pandai
daripada anak-anak yang bermata coklat.
Alhasil, dalam waktu singkat berubah sudah prestasi anak-
anak itu. Prestasi anak-anak yang bermata biru pun
melesat dengan cepatnya, meninggalkan anak-anak yang
bermata coklat.
Dari percobaan tersebut
diketemukan bahwa kata-kata
itu memang memiliki kekuatan
yang mampu mempengaruhi
perilaku dan sikap kita--baik
ataupun buruk. Kata-kata itu
tak hanya bisa mempengaruhi
perilaku dan sikap anak-anak
tapi juga perilaku dan sikap
orang dewasa. Tidak percaya silahkan dicoba!
Nasihat untuk saling meneguhkan yang satu dengan yang
lainnya dengan kata-kata jujur
yang positif dan menghibur
merupakan sebuah nasihat yang
tak hanya praktis tapi juga
sungguh mulia dan sangat
mendalam maknanya dalam hidup
kita ini.
Semoga kita dimampukan untuk bisa saling menguatkan
dan meneguhkan sesama kita dengan menggunakan kata-
kata yang positif (booster words) dan sikap yang tulus agar
senyum pun bisa mengembang dimana-mana. Kalaupun
ada air mata yang berlinang, semoga itu adalah air mata
bahagia (bukan air mata duka apalagi air mata buaya!).

Anda mungkin juga menyukai