186-191
ABSTRAK
Tujuan peneletian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama perendaman NaCl
yang berbeda terhadap kandungan asam sianida HCN pada kacang koro pedang. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ulangan tiga kali dan tiga taraf
perlakuan yaitu. TO= kontrol, TI= perendaman 1 hari, T2= perendaman 3 hari, T3=
perendaman 5 hari. Analisis sidik ragam memperlihatkan, perendaman dengan NaCl yang
berbeda berpengaruh sangat nyata pada taraf 0,05%. Kandungan rata-rata asam sianida
(HCN) tertinggi ke terendah diperoleh dari perlakuan TO (38,27 ppm), T1 (23,32 ppm), T2
(19,99 ppm), T3 (15,46). Kandungan asam sianida (HCN) yang tebaik diperoleh pada
perlakuan perendaman 5 hari dengan rata-rata kandungan HCN 15,46 ppm.
Kata Kunci : Kacang koro pedang, asam sianida, perendaman.
ABSTRACT
The purpose of this intensive search is to determine the effect of different NaCl
soaking time on the content of hydrogen cyanide HCN on lentils sword . This study used a
completely randomized design (CRD) with three replications and three times the level of
treatment that is. TO = control, TI = 1 day of immersion, submersion T2 = 3 days, T3 = 5
days immersion. Analysis of variance showed, immersion with different NaCl was highly
significant at the 0,05% level. The average content of hydrogen cyanide (HCN) was
obtained from the lowest to the highest treatment TO (38,27 ppm), T1 (23,32 ppm), T2
(19,99 ppm), T3 (15,46). The content of cyanide (HCN) are best obtained on soaking
treatment 5 days with an average of 15.46 ppm HCN content.
Keywords : Nuts koro sword , acid cyanide , immersion.
39.772 juta ekor menjadi 45.777 juta masyarakat, dan kandungan nutrisinya
ekor (Ditjenak, 2009). tidak jauh berbeda dari bungkil kedelai.
Perkembangan usaha peternakan Salah satu jenis kacang-kacangan
unggas khususnya budidaya Ayam yang sangat cocok dijadikan bahan dasar
Broiler di Kota Parepare mengalami pembuatan pakan ternak adalah kacang
peningkatan dalam kurun waktu dua koro. Protein yang terdapat pada kacang
tahun terakhir. Pada tahun 2011 populasi koro yaitu sekitar 27,4%. Namun,
ayam broiler sebanyak 841.81 ekor dan kendala yang dihadapi pada pengolahan
mengalami peningkatan pada tahun 2012 kacang koro yaitu adanya senyawa toksik
sebanyak 903.916 ekor (Dinas PKPK yang terkandung di dalamnya yaitu
Kota Parepare, 2012). Sehubungan kandungan asam sianida (HCN) yang
dengan berkembangnya usaha budidaya cukup tinggi dan sangat berbahaya
ayam broiler, konsumsi pakan juga ikut terhadap kesehatan tubuh jika dikonsumsi
meningkat, disamping pakan konsentrat secara berlebihan. Hal ini menyebabkan
yang harganya relatif mahal seperti masyarakat ragu memanfaatkan kacang
bungkil kacang kedelai, maka diperlukan koro sebagai bahan baku produk
pakan alternatif pengganti bungkil kacang makanan. Namun, proses pengolahan
kedelai. yang tepat dapat menurunkan kadar HCN
Penyediaan pakan ternak unggas pada kacang koro seperti proses
di Indonesia saat ini masih mengalami pencucian, perendaman, serta fermentasi.
kendala, satu diantaranya adalah masih Berdasarkan uraian sebelumnya, maka
tingginya komponen penyusun ransum diharapkan akan diperoleh pengolahan
yang diimpor dari luar. Tentu saja hal ini yang paling efektif menurunkan kadar
secara langsung berimplikasi terhadap HCN sehingga menghasilkan pakan
tingginya harga pakan bagi peternak. alternatif yang aman dikonsumsi bagi
Sampai saat ini sekitar 80% dari seluruh ternak.
komponen penyusun ransum unggas
merupakan produk import seperti bungkil METODE PENELITIAN
kedelai dan tepung ikan. Bungkil kedelai
Pelaksanaan penelitian ini
sampai saat ini masih merupakan
dilaksanakan pada bulan Juli s/d Agustus
komponen utama sumber protein nabati
2013 di Laboratorium Fapetrik UMPAR
pada pakan unggas di Indonesia.
Kota Parepare. Selanjutnya sampel
Upaya untuk mencari pakan
dianalisa kadar asam sianida (HCN) di
sumber protein lain sebagai alternatif
laboratorium kimia dan makanan ternak
bungkil kedelai pada ransum unggas,
Fakultas Peternakan Universitas
sangat diperlukan untuk menurunkan
Hasanuddin, Makassar.
ketergantungan akan bungkil kedelai.
Alat yang digunakan dalam
Bahan pakan tersebut disyaratkan tersedia
penelitian ini adalah baskom, timbangan,
secara kontinyu, produksinya
liter, polpen, kertas label. Bahan yang
terkonsentrasi pada suatu tempat dan
digunakan dalam penelitian ini adalah
secara sosial dapat diterima oleh
Kacang koro pedang, Natrium Klorida
188 Arianto, et al.
(NaCl), air, bahan kimia untuk analisis 1. Kacang koro dibersihkan terlebih
asam sianida. dahulu.
Penelitian ini menggunakan 2. Biji kacang koro diberi perlakuan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan masing-masing, yaitu perlakuan
perlakuan (T0, T1, T2, dan T3). Setiap tanpa perendaman, perendaman 1
perlakuan diulang sebanyak 3 kali. hari, 3 hari, dan 5 hari dengan
T0 = Tanpa Perlakuan / kontrol banyak bahan tiap perlakuan
T1 = Kacang koro 500 gram + NaCl 80 sebanyak 500 gram.
gram + 1 liter air + direndam 3. Biji kacang koro dengan perlakuan
selama 1 hari perendaman selama 1 hari, 3 hari,
T2 = Kacang koro 500 gram + NaCl 80 dan 5 hari dimasukkan ke dalam
gram + 1 liter air + direndam baskom kemudian direndam
selama 3 hari dengan menggunakan air yang
T3 = Kacang koro 500 gram + NaCl 80 steril dan Natrium Klorida (NaCl)
gram + 1 liter air + direndam sebanyak 80 gram.
selama 5 hari 4. Kacang koro yang telah direndam
dengan lama perendaman masing-
Pelaksanaan Penelitian masing, dikupas kulit luar dan kulit
Sterilisasi Alat arinya kemudian dicuci bersih
5. Setelah bersih kemudian dilakukan
Semua alat yang digunakan
analisa kandungan HCN.
terlebih dahulu dibersikan dan dicuci
Selengkapnya secara skematis
dengan detergen, kemudian dibilas
prosedur penelitian dapat dilihat
dengan air bersih dan selanjutnya
pada Gambar 1.
dikeringkan, kemudian disemprot dengan
alkohol 96% sesaat sebelum digunakan.
Proses perendaman
Dicuci
Dikeringkan
Analisa HCN
45,00
Kandungan Asam Sianida
40,00 (38,27a )
35,00
30,00
(23,32b)
(ppm )
25,00
(19,99c)
20,00 (15,46d)
15,00
10,00
5,00
0,00
T0 T1 T2 T3
Perlakuan
Gambar 2. Rata-rata kandungan asam sianida pada perendaman kacang koro dengan
menggunakan lama perendaman NaCl yang berbeda (T0= kontrol, T1=
perendaman 1 hari, T2= perendaman 3 hari, T3= perendaman 5 hari)
190 Arianto, et al.
Berdasarkan hasil penelitian bagi ternak adalah 1,5 – 3,5 ppm per kg
bahwa perlakuan lama perendaman NaCl bobot hidup.
memberikan penurunan terhadap Hasil sidik ragam menunjukkan
kandungan Asam sianida (HCN) kacang bahwa perlakuan dengan lama
koro pedang. Perlakuan tanpa perendaman memberikan pengaruh yang
perendaman NaCl kadar HCN 38,27 ppm sangat nyata (P<0,01) penurunan
sedangkan dengan lama perendaman kandungan HCN. Hal ini menunjukkan
NaCl 1 hari, 3 hari dan 5 hari masing bahwa NaCl yang digunakan perendaman
masing kandungan HCN adalah 1 hari kacang koro pedang bisa mengurangi
23,32 ppm, 3 hari 19,99 ppm dan 5 hari HCN. Hal ini didukung oleh pernyataan
15,46 ppm. Hasil tersebut menunjukkan Saputra (2000) bahwa NaCl memiliki
perendaman dengan NaCl dapat tingkat osmotik yang tinggi sehingga
menurunkan kandungan asam sianida mampu menekan keluar kadar HCN pada
(HCN). Penurunan HCN dengan metode kacang koro. Hal ini juga didukung oleh
perendaman ini sesuai dengan pernyataan Kunarto (2006) bahwa bila perendaman
Suryani dan Wesniati (2000), bahwa pada semakin lama dengan demikian kadar
umumnya asam sianida dapat dihilangkan HCN yang terlarut dalam air akan keluar
dengan perendaman, sebab sianida makin banyak.
mempunyai sifat fisik mudah larut dalam Hasil uji BNT taraf 5%
air. Hal ini juga didukung oleh menunjukkan perlakuan T0 sangat nyata
pernyataan Winarno (2004) bahwa berbeda terhadap perlakuan T1, T2, T3.
perendaman dengan air dapat merombak Perlakuan T2 berpengaruh sangat nyata
atau menguraikan HCN dari ikatan terhadap perlakuan T0, T1 dan T3.
glikosida sianogenik, sehingga HCN Kemudian perlakuan T3 berpengaruh
banyak yang larut dan terbawa oleh air. sangat nyata terhadap perlakuan T0, T1
Pada saat perendaman air juga terjadi dan T2. Begitupun dengan T1
proses difusi dan osmosis. Difusi pada berpengaruh sangat nyata terhadap
saat perendaman terjadi dengan larutnya perlakuan T0, T2 dan T3.
sisa zat yang ada pada buah. Hal ini Hasil tersebut menujukkan
ditandai dengan kondisi air yang berubah semakin lama proses perendaman dengan
warna atau berbuih. Osmosis terjadi NaCl maka akan menurunkan kandungan
dengan air yang kadar larutan rendah HCN. Hal tersebut disebabkan karena
akan berpindah ke dalam buah yang semakin banyak terjadi reaksi netralisasi
kadar larutan tinggi sehingga buah akan asam sianida. Walaupun di peroleh
mengandung kadar air tinggi. penurunan hasil optimum yang berbeda,
Hasil penelitian ini belum dapat tetapi penelitian ini masih membutuhkan
direkomendasikan karena kandungan perlakuan yang lebih terhadap pengaruh
HCN masih tinggi untuk dikomsumsi, penurunan kandungan HCN kacang koro
kandungan HCN yang aman untuk pedang. Sehingga dapat lakukan
dikomsumsi oleh ternak adalah sesuai penelitian lebih lanjut dengan perlakuan
pernyataan Gomez (1991) bahwa batas yang sama tetapi berbeda terhadap waktu
maksimal kandungan HCN yang aman perendaman yang lebih lama.
Analisis Kandungan Asam Sianida (HCN) pada Kacang Koro Pedang (Canavalia ensiformis) 191
dengan Menggunakan Lama Perendaman NaCL Yang Berbeda