Anda di halaman 1dari 6

ISSN 2302-4178 Jurnal Galung Tropika, 3 (3) September 2014, hlmn.

186-191

ANALISIS KANDUNGAN ASAM SIANIDA (HCN) PADA KACANG


KORO PEDANG (CANAVALIA ENSIFORMIS) DENGAN
MENGGUNAKAN LAMA PERENDAMAN NaCL YANG BERBEDA
Analysis of Acid Content of Cyanide (HCN) at Koro Sword Beans (Canavalia ensiformis)
Using Different Old Immersion NaCL

Arianto. A1), Budiman Nohong2) dan Nurhaedah3)


1)
antho_arianto@ymail.com
2)
budimannohong@yahoo.co.id
3)
nurhedajsmn@yahoo.co.id
1,3)
Prodi Ilmu Peternakan Fapetrik UMPAR
2)
Fakultas Peternakan UNHAS

ABSTRAK

Tujuan peneletian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama perendaman NaCl
yang berbeda terhadap kandungan asam sianida HCN pada kacang koro pedang. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ulangan tiga kali dan tiga taraf
perlakuan yaitu. TO= kontrol, TI= perendaman 1 hari, T2= perendaman 3 hari, T3=
perendaman 5 hari. Analisis sidik ragam memperlihatkan, perendaman dengan NaCl yang
berbeda berpengaruh sangat nyata pada taraf 0,05%. Kandungan rata-rata asam sianida
(HCN) tertinggi ke terendah diperoleh dari perlakuan TO (38,27 ppm), T1 (23,32 ppm), T2
(19,99 ppm), T3 (15,46). Kandungan asam sianida (HCN) yang tebaik diperoleh pada
perlakuan perendaman 5 hari dengan rata-rata kandungan HCN 15,46 ppm.
Kata Kunci : Kacang koro pedang, asam sianida, perendaman.

ABSTRACT

The purpose of this intensive search is to determine the effect of different NaCl
soaking time on the content of hydrogen cyanide HCN on lentils sword . This study used a
completely randomized design (CRD) with three replications and three times the level of
treatment that is. TO = control, TI = 1 day of immersion, submersion T2 = 3 days, T3 = 5
days immersion. Analysis of variance showed, immersion with different NaCl was highly
significant at the 0,05% level. The average content of hydrogen cyanide (HCN) was
obtained from the lowest to the highest treatment TO (38,27 ppm), T1 (23,32 ppm), T2
(19,99 ppm), T3 (15,46). The content of cyanide (HCN) are best obtained on soaking
treatment 5 days with an average of 15.46 ppm HCN content.
Keywords : Nuts koro sword , acid cyanide , immersion.

PENDAHULUAN setelah krisis moniter tahun 1997. Hal ini


dapat dilihat dari terjadinya peningkatan
a. Latar Belakang populasi ternak dari tahun 2004 sampai
Usaha peternakan di Indonesia tahun 2008 sebesar 15,40%, dari sekitar
terlihat mulai kembali berkembang
Analisis Kandungan Asam Sianida (HCN) pada Kacang Koro Pedang (Canavalia ensiformis) 187
dengan Menggunakan Lama Perendaman NaCL Yang Berbeda

39.772 juta ekor menjadi 45.777 juta masyarakat, dan kandungan nutrisinya
ekor (Ditjenak, 2009). tidak jauh berbeda dari bungkil kedelai.
Perkembangan usaha peternakan Salah satu jenis kacang-kacangan
unggas khususnya budidaya Ayam yang sangat cocok dijadikan bahan dasar
Broiler di Kota Parepare mengalami pembuatan pakan ternak adalah kacang
peningkatan dalam kurun waktu dua koro. Protein yang terdapat pada kacang
tahun terakhir. Pada tahun 2011 populasi koro yaitu sekitar 27,4%. Namun,
ayam broiler sebanyak 841.81 ekor dan kendala yang dihadapi pada pengolahan
mengalami peningkatan pada tahun 2012 kacang koro yaitu adanya senyawa toksik
sebanyak 903.916 ekor (Dinas PKPK yang terkandung di dalamnya yaitu
Kota Parepare, 2012). Sehubungan kandungan asam sianida (HCN) yang
dengan berkembangnya usaha budidaya cukup tinggi dan sangat berbahaya
ayam broiler, konsumsi pakan juga ikut terhadap kesehatan tubuh jika dikonsumsi
meningkat, disamping pakan konsentrat secara berlebihan. Hal ini menyebabkan
yang harganya relatif mahal seperti masyarakat ragu memanfaatkan kacang
bungkil kacang kedelai, maka diperlukan koro sebagai bahan baku produk
pakan alternatif pengganti bungkil kacang makanan. Namun, proses pengolahan
kedelai. yang tepat dapat menurunkan kadar HCN
Penyediaan pakan ternak unggas pada kacang koro seperti proses
di Indonesia saat ini masih mengalami pencucian, perendaman, serta fermentasi.
kendala, satu diantaranya adalah masih Berdasarkan uraian sebelumnya, maka
tingginya komponen penyusun ransum diharapkan akan diperoleh pengolahan
yang diimpor dari luar. Tentu saja hal ini yang paling efektif menurunkan kadar
secara langsung berimplikasi terhadap HCN sehingga menghasilkan pakan
tingginya harga pakan bagi peternak. alternatif yang aman dikonsumsi bagi
Sampai saat ini sekitar 80% dari seluruh ternak.
komponen penyusun ransum unggas
merupakan produk import seperti bungkil METODE PENELITIAN
kedelai dan tepung ikan. Bungkil kedelai
Pelaksanaan penelitian ini
sampai saat ini masih merupakan
dilaksanakan pada bulan Juli s/d Agustus
komponen utama sumber protein nabati
2013 di Laboratorium Fapetrik UMPAR
pada pakan unggas di Indonesia.
Kota Parepare. Selanjutnya sampel
Upaya untuk mencari pakan
dianalisa kadar asam sianida (HCN) di
sumber protein lain sebagai alternatif
laboratorium kimia dan makanan ternak
bungkil kedelai pada ransum unggas,
Fakultas Peternakan Universitas
sangat diperlukan untuk menurunkan
Hasanuddin, Makassar.
ketergantungan akan bungkil kedelai.
Alat yang digunakan dalam
Bahan pakan tersebut disyaratkan tersedia
penelitian ini adalah baskom, timbangan,
secara kontinyu, produksinya
liter, polpen, kertas label. Bahan yang
terkonsentrasi pada suatu tempat dan
digunakan dalam penelitian ini adalah
secara sosial dapat diterima oleh
Kacang koro pedang, Natrium Klorida
188 Arianto, et al.

(NaCl), air, bahan kimia untuk analisis 1. Kacang koro dibersihkan terlebih
asam sianida. dahulu.
Penelitian ini menggunakan 2. Biji kacang koro diberi perlakuan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan masing-masing, yaitu perlakuan
perlakuan (T0, T1, T2, dan T3). Setiap tanpa perendaman, perendaman 1
perlakuan diulang sebanyak 3 kali. hari, 3 hari, dan 5 hari dengan
T0 = Tanpa Perlakuan / kontrol banyak bahan tiap perlakuan
T1 = Kacang koro 500 gram + NaCl 80 sebanyak 500 gram.
gram + 1 liter air + direndam 3. Biji kacang koro dengan perlakuan
selama 1 hari perendaman selama 1 hari, 3 hari,
T2 = Kacang koro 500 gram + NaCl 80 dan 5 hari dimasukkan ke dalam
gram + 1 liter air + direndam baskom kemudian direndam
selama 3 hari dengan menggunakan air yang
T3 = Kacang koro 500 gram + NaCl 80 steril dan Natrium Klorida (NaCl)
gram + 1 liter air + direndam sebanyak 80 gram.
selama 5 hari 4. Kacang koro yang telah direndam
dengan lama perendaman masing-
Pelaksanaan Penelitian masing, dikupas kulit luar dan kulit
Sterilisasi Alat arinya kemudian dicuci bersih
5. Setelah bersih kemudian dilakukan
Semua alat yang digunakan
analisa kandungan HCN.
terlebih dahulu dibersikan dan dicuci
Selengkapnya secara skematis
dengan detergen, kemudian dibilas
prosedur penelitian dapat dilihat
dengan air bersih dan selanjutnya
pada Gambar 1.
dikeringkan, kemudian disemprot dengan
alkohol 96% sesaat sebelum digunakan.
Proses perendaman

Biji kacang koro

T0 : Tanpa perendaman (kontrol)


Direndam T1 : Perendaman 1 hari
T2 : Perendaman 3 hari
T3 : Perendaman 5 hari

Dikupas kulit luar dan kulit arinya

Dicuci

Dikeringkan

Analisa HCN

Gambar 1. Skematis prosedur penelitian


Analisis Kandungan Asam Sianida (HCN) pada Kacang Koro Pedang (Canavalia ensiformis) 189
dengan Menggunakan Lama Perendaman NaCL Yang Berbeda

Prosedur Analisis Kandungan HCN dengan rumus:


(Sudarmadji dkk, 1997) HCN =
Setiap sampel yang telah
dibersihkan kemudian dianalisis. Analisis HASIL DAN PEMBAHASAN
kandungan kadar Asam Sianida (HCN)
dilakukan dengan menggunakan prosedur Kandungan Asam Sianida (HCN)
sebagai berikut : Berdasarkan hasil analisis ragam
1. Ditimbang sebanyak 20 gr sampel menunjukan bahwa lama perendaman
kacang koro yang telah dihaluskan NaCl berpengaruh sangat nyata ( P<0,01)
kemudian ditambahkan 100 ml terhadap kandungan asam sianida
aquadest dalam erlenmeyer dan (HCN). Hasil penelitian menunjukkan
didiamkan selama 2 jam. rata-rata kandungan HCN kacang koro
2. Ditambahkan lagi 100 ml aquadest dan pedang dengan lama perendaman yang
didestilasi dengan uap. Destilat berbeda mengalami penurunan. Dimana
ditampung dalam erlenmeyer yang pada T0 tanpa perendaman menghasilkan
telah diisi dengan 20 ml NaOH 2,5%. rata-rata kandungan HCN 38,27 ppm.
3. Setelah didestilasi (ditampung dalam Adapun perlakuan pada T1 (perendaman
erlenmeyer) mencapai volume 150 ml 1 hari) dengan rata-rata kandungan HCN
maka proses destilasi dihentikan. 23,32 ppm. Pada perlakuan selanjutnya
Destilasi kemudian ditambahkan 5 ml T2 (perendaman 3 hari) dengan rata-rata
KI 5% dan 8 ml NH4OH. Campuran kandungan HCN 19,99 ppm dan
destilat tersebut dititrasi dengan perlakuan terakhir pada T3 (perendaman
larutan AgNO3 0,02 N sampai terjadi 5 hari) dengan rata-rata kandungan HCN
kekeruhan. 15,46 ppm. Hasil analisis dapat dilihat
4. Kemudian dihitung kadar asam sianida pada Gambar 2.

45,00
Kandungan Asam Sianida

40,00 (38,27a )

35,00
30,00
(23,32b)
(ppm )

25,00
(19,99c)
20,00 (15,46d)
15,00
10,00
5,00
0,00
T0 T1 T2 T3

Perlakuan
Gambar 2. Rata-rata kandungan asam sianida pada perendaman kacang koro dengan
menggunakan lama perendaman NaCl yang berbeda (T0= kontrol, T1=
perendaman 1 hari, T2= perendaman 3 hari, T3= perendaman 5 hari)
190 Arianto, et al.

Berdasarkan hasil penelitian bagi ternak adalah 1,5 – 3,5 ppm per kg
bahwa perlakuan lama perendaman NaCl bobot hidup.
memberikan penurunan terhadap Hasil sidik ragam menunjukkan
kandungan Asam sianida (HCN) kacang bahwa perlakuan dengan lama
koro pedang. Perlakuan tanpa perendaman memberikan pengaruh yang
perendaman NaCl kadar HCN 38,27 ppm sangat nyata (P<0,01) penurunan
sedangkan dengan lama perendaman kandungan HCN. Hal ini menunjukkan
NaCl 1 hari, 3 hari dan 5 hari masing bahwa NaCl yang digunakan perendaman
masing kandungan HCN adalah 1 hari kacang koro pedang bisa mengurangi
23,32 ppm, 3 hari 19,99 ppm dan 5 hari HCN. Hal ini didukung oleh pernyataan
15,46 ppm. Hasil tersebut menunjukkan Saputra (2000) bahwa NaCl memiliki
perendaman dengan NaCl dapat tingkat osmotik yang tinggi sehingga
menurunkan kandungan asam sianida mampu menekan keluar kadar HCN pada
(HCN). Penurunan HCN dengan metode kacang koro. Hal ini juga didukung oleh
perendaman ini sesuai dengan pernyataan Kunarto (2006) bahwa bila perendaman
Suryani dan Wesniati (2000), bahwa pada semakin lama dengan demikian kadar
umumnya asam sianida dapat dihilangkan HCN yang terlarut dalam air akan keluar
dengan perendaman, sebab sianida makin banyak.
mempunyai sifat fisik mudah larut dalam Hasil uji BNT taraf 5%
air. Hal ini juga didukung oleh menunjukkan perlakuan T0 sangat nyata
pernyataan Winarno (2004) bahwa berbeda terhadap perlakuan T1, T2, T3.
perendaman dengan air dapat merombak Perlakuan T2 berpengaruh sangat nyata
atau menguraikan HCN dari ikatan terhadap perlakuan T0, T1 dan T3.
glikosida sianogenik, sehingga HCN Kemudian perlakuan T3 berpengaruh
banyak yang larut dan terbawa oleh air. sangat nyata terhadap perlakuan T0, T1
Pada saat perendaman air juga terjadi dan T2. Begitupun dengan T1
proses difusi dan osmosis. Difusi pada berpengaruh sangat nyata terhadap
saat perendaman terjadi dengan larutnya perlakuan T0, T2 dan T3.
sisa zat yang ada pada buah. Hal ini Hasil tersebut menujukkan
ditandai dengan kondisi air yang berubah semakin lama proses perendaman dengan
warna atau berbuih. Osmosis terjadi NaCl maka akan menurunkan kandungan
dengan air yang kadar larutan rendah HCN. Hal tersebut disebabkan karena
akan berpindah ke dalam buah yang semakin banyak terjadi reaksi netralisasi
kadar larutan tinggi sehingga buah akan asam sianida. Walaupun di peroleh
mengandung kadar air tinggi. penurunan hasil optimum yang berbeda,
Hasil penelitian ini belum dapat tetapi penelitian ini masih membutuhkan
direkomendasikan karena kandungan perlakuan yang lebih terhadap pengaruh
HCN masih tinggi untuk dikomsumsi, penurunan kandungan HCN kacang koro
kandungan HCN yang aman untuk pedang. Sehingga dapat lakukan
dikomsumsi oleh ternak adalah sesuai penelitian lebih lanjut dengan perlakuan
pernyataan Gomez (1991) bahwa batas yang sama tetapi berbeda terhadap waktu
maksimal kandungan HCN yang aman perendaman yang lebih lama.
Analisis Kandungan Asam Sianida (HCN) pada Kacang Koro Pedang (Canavalia ensiformis) 191
dengan Menggunakan Lama Perendaman NaCL Yang Berbeda

KESIMPULAN DAN SARAN Kunarto, B. 2006. Pengaruh kacang koro


yang direndam dalam larutan basa
a. Kesimpulan terhadap karakteristik tempe
Berdasarkan hasil dan kacang koro, Jurnal Tek Pangan
pembahasan tersebut maka dapat ditarik dan Hasil Pertanian, hal 49-55.
kesimpulan sebagai berikut : Universitas Semarang.
- Lama perendaman dengan NaCl Saputra, D. 2000. Kinetika pindahmasa
berpengaruh sangat nyata terhadap dehidrasi osmosis nanas. Dalam
kandungan Asam sianida. prosiding seminar pember dayaan
- Kandungan asam sianida (HCN) yang industri pangan dalam rangka
tebaik diperoleh pada perlakuan peningkatan daya saing
perendaman 5 hari dengan rata-rata menghadapi era perdagangan
kandungan HCN 15,46 ppm. bebas. Perhimpunan Ahli
Teknologi Pangan
b. Saran Indonesia.Surabaya.
Penelitian ini masih perlu Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi.
dilanjutkan dengan menggunakan waktu 1997. Prosedur Analisa Untuk
perendaman lama sehingga di temukan Bahan Makanan dan Pertanian
waktu yang tepat atau optimum yang Edisi Ketiga. Liberty. Yogyakarta.
yang dapat direkomendasikan kepada Suryani dan Wesniati. 2000. Studi
masyarakat. Pembuatan Tepung Kara Benguk.
Prosiding Seminar Teknologi
DAFTAR PUSTAKA Pertanian Spesifik Lokasi dalam
Upaya Peningkatan
Ditjenak, 2009. Populasi Ternak di Kesejahteraan Petani dan
Indonesia. Pelestarian Lingkungan.
http://repository.ipb.ac.id/ Yogyakarta.
bitstream/handle/123456789/4812 Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan
7/D11npr_BAB%20II%20Tinjaua Gizi. PT Gamedia Pustaka Utama.
n%20Pustaka.pdf?sequence=6 Jakarta.
(Diakses pada tanggal 30 April
2013)
Gomez. 1991. Prosedur Statistik Untuk
Penelitian Pertanian. Edisi
Kedua. Universitas Indonesia,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai