DAN EKSTRAVASKULAR
OLEH
NAMA : NUGRAYANTI
NIM : O1A120100
KELAS : B
DOSEN PENGAMPU : Apt. SUNANDAR IHSAN, S.Farm., M.Sc.
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2022
MODEL 1 KOMPARTEMEN PEMBERIAN INTRAVASKULAR DAN
EKSTRAVASKULAR
A. Pendahuluan
Kompartemen adalah ruang atau tempat di dalam tubuh di mana agen kimia atau
obat menetap setelah diserap. Kompartemen adalah konstruksi matematis dan tidak perlu
sesuai dengan volume cairan tubuh yang didefinisikan secara fisiologis dan anatomis,
yaitu volume intravaskular ekstraseluler dan intraseluler. Dalam hal ini, kompartemen
dikonstruksikan sebagai kurva konsentrasi obat di tisu dan plasma terhadap waktu
setelah pemberikan (intake).
Model kompartemen merupakan model matematika yang mengestimasi jumlah
obat dalam berbagi kompartemen setelah obat dimasukkan ke dalam suatu kompartemen
tertentu. Model satu kompartemen merupakan suatu model yang sangat sederhana dan
manusia dipandang sebagai suatu ruangan yang berisi cairan homogen. Model satu
kompartemen mengansumsikan tubuh berada dalam keadaan homogen dan obat
terdistribusi cepat secara merata (Stafa Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI,
2004; Handari, dkk., 2006).
Parameter farmakokinetik ditentukan dengan perhitungan matematika dari data
kinetika obat di dalam plasma atau di dalam urin yang diperoleh setelah pemberian obat
melalui berbagai rute pemberian, baik secara intravascular atau ekstravaskular
(Sukmadjaja dkk., 2006).
Pemberian intravaskular artinya obat langsung dimasukkan ke dalam pembuluh
darah vena atau arteri. Dalam hal ini tidak ada proses absorbsi obat, maka semua obat
(dosis yang diberikan) yang ada dalam sediaan masuk ke dalam tubuh. Sedangkan,
pemberian secara ekstravaskular meliputi rute oral, sublingual, buccal intramuskular,
subcutan, transdermal, dan rectal. Sebelum memasuki sirkulasi sistemik, obat harus
terlebih dahulu diabsorbsi oleh tubuh. Pada pemberian ekstravaskular, biasanya obat
yang masuk ke dalam tubuh tidak mencapai 100%. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya bentuk sediaan, ionisasi obat, pKa obat, pH obat, pH cairan tubuh,
luas permukaan zat berkhasiat terlarut yang berkontak dengan dinding organ tubuh
seperti dinding saluran pencernaan, koefisien partisi, dan waktu pengosongan lambung
(Nasution, 2015).
SOAL 1
MODEL 1 KOMPARTEMEN PEMBERIAN INTRAVASKULAR.
Obat dosis 1 mg/kg intravena pada subjek BB 50 kg. Hasil cuplikan dalam darah
adalah sebagai berikut:
Waktu (jam) Kadar Obat (µg/mL)
1 125
2 110
3 96
4 85
6 66
9 45
12 31
15 21,5
Ditanyakan:
a. Parameter?
b. Jumlah obat 10 jam kemudian?
c. Lama waktu agar obat menjadi 5 µg/mL?
Penyelesaian:
CARA I
a. Parameter
Waktu Kadar Obat (C) Log C
(jam) (µg/mL)
1 125 2,096
2 110 2,041
3 96 1,982
4 85 1,929
6 66 1,819
9 45 1,653
12 31 1,491
15 21,5 1,332
0.5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (jam)
Jumlah obat yang berada dalam tubuh (10 jam setelah penyuntikan IV)
Dt=Ct × Vd
Dt=C 10 × Vd
Dt=40,73 ×355,61
Dt=14483,99 µg
Dt=14,483 mg
Vd= ¿
Co
50000 µg
Vd=
141,57 µg /mL
Vd=353,18 mL
Jumlah obat yang berada dalam tubuh (10 jam setelah penyuntikan IV)
Dt=Ct × Vd
Dt=C 10 × Vd
Dt=39,44 ×353,18
Dt=13931,44 µg
Dt=13,93 mg
Ditanyakan:
a. Berapa tetapan kecepatan absorbsi dan eliminasi?
b. Bagaimana persamaannya?
c. Hitung t ½ eliminasi dan absorbsi, Cmax, Tmax, AUC, Vd, Cl jika ketersediaan
hayati 0,80!
d. Berapa jumlah obat 50 jam kemudian?
Penyelesaian:
a. Tetapan kecepatan eliminasi (ke)
Nilai (A, B, r) kecepatan eliminasi, ditentukan dari nilai ln Cp eliminasi pada kolom 3 ke
bawah adalah sebagai berikut:
A = 4,253 → dari nilai A, dapat ditentukan anti-ln sebagai nilai I (intersept) untuk mencari
nilai dari kadar ekstrapolasi (Cp’):
Anti-ln 4,253 = 70,316 I (intersept)
B = -0,068
r = -0,099
b. Bagaimana persamaannya?
Persamaan 1 kompartemen ekstravaskular
Ket :
Cp = kadar dalam plasma
Cp 0 = kadar obat awal dalam plasma
e = eksponensial
k = konstanta
ke = kecepatan eliminasi
ka = kecepatan absorbsi
t = waktu
c. Hitung t½ eliminasi dan absorbsi, Cmax, Tmax, AUC, Vd, Cl jika ketersediaan
hayati 0,80.
Jawab :
0,693 0,693
t 1/ 2 eliminasi= = =10,191/ jam
ke 0,068
0,693 0,693
t 1/ 2 absorbsi= = =2,987/ jam
ka 0,232
ln Ka−ln Ke
t max=
Ka−Ke
ln 0,232−ln0,068
¿
0,232−0,068
1,227
¿
0,164
¿ 7,481 jam
I I
AUC= −
K Ka
70,316 70,316
¿ −
0,068 0,232
¿ 1034,058−303,086
¿ 730,972 µ g . jam/mL
¿ 0,730 mg . jam/mL
F . Dev
Vd=
K . AUC
0,80 .50 mg
¿
0,068 .0,730
40
¿
0,049
¿ 816,326 mL
F . Dev −k .tmax
Cmax= ×e
Vd
0,80 .50 mg −0,068. 7,153
¿ ×e
816,326
40
¿ × 0,614
816,326
¿ 0,030 mg/mL
F . Dev
Cl=
AUC
0,80 .50 mg
¿
0,73 mg. jam /mL
¿ 54,794 mL / jam
Samsu, N. 2018. Patogenesis Penyakit Ginjal Diabetik Peran Disfungsi Podosit pada
Perkembangan dan Progresivitas Glomerulosklerosis. UB Press: Malang.
Soegijanto, S. 2016. Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 8. Airlangga University
Press: Surabaya.