Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

Kerusakan Tanaman Oleh Pengganggu

Nama : Tri Purwaningsih


NPM : E1J016092
Shift : Kamis (10:00-12:00)
Kelompok : 3
Dosen : Ir. Tri Sunardi, M.P
Co-ass : Andreas Suryanto

LABORATORITUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan merupakan suatu proses interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhi. Hasil proses interaksi tersebut dapat dilihat dengan adanya
kerusakan pada tanaman, karena tanaman yang terganggu oleh pengganggu
tertentu sering menunjukkan kerusakan tertentu pula. Beberapa jenis hama
tidak hanya memakan bagian tubuh tanaman tetapi juga mengeluarkan
substansi tertentu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Beberapa
jenis hama yang lain akan meninggalkan bekas aktivitas yang khas (Purnomo,
2011).
Penyakit tanaman merupakan suatu perubahan dan penyimpangan dalam
satu atau lebih bagian dari rangkaian proses fisiologis penggunaan enregi yang
mengakibatkan hilangnya koordinasi dalam tubuh inang. Termasuk didalamnya
gangguan dan kemunduran aktivitas seluler yang biasanya ditunjukan oleh
perubahan morfologi tanaman inang (Sumardi, 2004).
Hama tanaman adalah semua binatang yang dapat menimbulkan kerusakan
pada tegakan dan hsail hutan. Dalam kenyataannya sebagian besar hama
perusak hutan dan hasil hutan adalah binatang-binatang yang termasuk ke
dalam golongan serangga karena hampir 90% jumlahnya dibandingkan dengan
hama yang lain (Wudianto, R., 2007).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk dapat mengenal ciri-ciri
perubahan morfologi bagian tanaman yang terserang organisme pengganggu
tanaman dan menentukan penyebab perubahan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan merupakan suatu proses interaksi antara berbagai faktor yang


mempengaruhi. Hasil proses interaksi tersebut dapat dilihat dengan adanya
kerusakan pada tanaman, karena tanaman yang terganggu oleh pengganggu
tertentu sering menunjukkan kerusakan tertentu pula. Beberapa jenis hama tidak
hanya memakan bagian tubuh tanaman tetapi juga mengeluarkan substansi
tertentu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Beberapa jenis hama
yang lain akan meninggalkan bekas aktivitas yang khas (Purnomo, 2011).
Penyakit tanaman merupakan suatu perubahan dan penyimpangan dalam
satu atau lebih bagian dari rangkaian proses fisiologis penggunaan enregi yang
mengakibatkan hilangnya koordinasi dalam tubuh inang. Termasuk didalamnya
gangguan dan kemunduran aktivitas seluler yang biasanya ditunjukan oleh
perubahan morfologi tanaman inang (Sumardi, 2004).
Hama tanaman adalah semua binatang yang dapat menimbulkan kerusakan
pada tegakan dan hsail hutan. Dalam kenyataannya sebagian besar hama perusak
hutan dan hasil hutan adalah binatang-binatang yang termasuk ke dalam golongan
serangga karena hampir 90% jumlahnya dibandingkan dengan hama yang lain
(Wudianto, R., 2007).
Adanya patogen, salah satu kelompok pengganggu yang menyebabkan
sakitnya tanaman, di dalam tubuh tanaman menyebabkan suatu reaksi. Sebagai
akibat dari reaksi tersebut, maka suatu abnormalitas tertentu akan tampak pada
tanaman. Abnormalitas atau perubahan – perubahan yang ditunjukkan oleh
tanaman sakit sebagai akibat adanya serangan agensia penyebab penyakit
(patogen) tersebut disebut gejala, sedangkan pengenal yang ditunjukkan oleh
selain reaksi tanaman inang disebut tanda. Contoh tanda penyakit misalnya :
miselium jamur, spora, atau konidi jamur, badan buah jamur, mildew, sklerosium,
koloni bakteri yang berupa lendir dan sejenisnya. Oleh karena itu harus
diperhatikan pula adanya tanda dari patogen itu sendiri. Abnormalitas yang
ditunjukkan suatu penyakit dapat hanya setempat atau menyeluruh. Abnormalitas
yang timbul hanya setempat atau hanya terbatas pada daerah tertentu saja di
bagian tubuh tanaman disebut abnormalitas lesional atau lokal, sedangkan
abnormalitas yang timbul pada seluruh tanaman disebut abnormalitas sistemik
(Purnomo, 2011).
Abnormalitas yang tampak sebenarnya disebabkan oleh adanya perubahan
di dalam sel –sel bagian tanamn yang bersangkutan. Oleh karena itu abnormalitas
yang ditunjukkan oleh tanaman yang terganggu juga dapat dibedakan berdasarkan
perubahan – perubahan yang terjadi dalam sel atau pada sekumpulan sel yang
bersangkutan, yaitu sebagai berikut : (Purnomo, 2011)
 Tipe nekrotik, yaitu tipe kerusakan yang disebakan karena adanya kerusakan pada
sel atau kerusakan bagian sel atau matinya sel. Contoh kerusakan yang
termamsuk tipe nekrotik yaitu : bercak (nekrose), hawar (blight), busuk (rot),
mati ujung (die back), klorosis karena rusaknya korofil (Purnomo, 2011).
 Nekrosis . kematian sel setempat denagn cepat disebut nekrosis dan biasanya
disertai dengan penghitaman atau pencoklatan. Gejala ini sering dicirikan luka
setempat pada daun –daun tumbuhan uji yang diinokulasi. Dapat juga Sebago
akibat adanya floem dalam berkas pembuluh pengangkutan yang mengalami
degenerasi, kadang –kadang juga berkembang menjadi coreng nekrotik pada
tangkai daun dan batang. Pucuk batang atau kuncup mengadakan reaksi yang
cepat denagn nekrosis (nekrosis pucuk, nekrosis kuncup). Nekrosius demikian
dapat terus berlangsung dan seluruh tumbuhan akan mati dengan cepat. Seperti
halnya dengan luka setempat nekrotik, nekrosis internal dalam bentuk lengkung
dan cincin pada potongan melintang kentang yang diserang tobacco rattle virus
dan potato mop top virus menggambarkan batas –batas penyebaran virus dalam
umbi dari tempat –tempat masuk melalui liang (hilum) atau kulit sesudah
kemasukan nematode (Triharso, 2010).
 Tipe hipoplastik, yaitu tipe kerusakan yang dusebabkan karena adanya hambatan
atau terhentinya pertumbuhan (undevelopment) sel atau sebagian sel. Contoh
kerusakan yang termasuk tipr hipoplastik yaitu : kerdil , roset, atropi, klorosis
karena terhambatnya pembentukan klorofil.
Kemunduran pertumbuhan dapat menyebabkan terjadinya kerdil (stunt), akan
tetapi juga ada pengaruh lain terhadap bentuk. Perkembangan yang tidak
seimbang menyebabkan terjadinya malformasi (cacat). Pertumbuhan setempat
mungkin terganggu oleh klorosis pada daun yang mengalami perubahan warna
atau pada buah , atau sama sekali dihentikan oleh jaringan nekrotik. Gulung daun,
daun keriting, distorsi daun sering pula merupakan pengaruh sekunder infeksi
visru. Penyempitan daun (ekspansi terbatas jaringan helaian daun), kerut-merut
(pertumbuhan terhamabt jaringan tulang –tulang daun) dan pembentukan roset
(gangguan ekspansi ruas –ruas pada pucuk batang) member kesan adanya
gangguan hormonal (Triharso, 2010).
 Tipe hiperplastik, yaitu tipe kerusakan yang disebbakan karena adanya
pertumbuhan sel atau bagian sel yang melebihi (overdevelopment) dari pada
pertumbuhan yang biasa. Contoh kerusakan yang termasuk tipe hiperplastik
yaitu : sapu (withes broom), tunas air (proplepis), tumor (gall, cecidia), erinose,
antholisis, keriting (curling), fasiasi, kudis (scab), klorosis karena pigmen
maupun klorofil yang berlebihan.
Pertumbuhan kecil –kecil pada daun terutama pada tulang daun atau
batang atau akar disebut enasi. Pembengkakan yang lebih besar pada batang atau
akar disebut tumor. Kebanyakan penyakit mikoplasma yang ditularkan oleh
perkembangan vegetatif yang luar biasa, terutama sebagai akibat dari gangguan
hormon. Hal ini menyebabkan terganggunya keberkalaan (mematahkan dormansi
biji, perkembangan tumbuhan secara bersinambungan), pertumbuhan sapu
(poliferasi uncup, percabangan berlebihan) (Triharso,2010).
 Tipe injury, yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karean adanya aktivitas hama
tertentu.
  Dalam pertanian, organisme pengganggu tanaman adalah semua
organisme yang dapatmenyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung
karena menimbulkan kerusakanfisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau
kompetisi hara terhadap tanaman budidaya.OPT juga bisa diartikan sebagai faktor
biotik (mahluk hidup) yang menyebabkan gangguan padatanaman. Dalam
pengertian sehari-hari OPT dibagi menjadi 3 kelompok : 1) Hama, (serangga,
tungau,hewan menyusui, burung, dan moluska). 2) Penyakit,(jamur, bakteri, virus,
dan nematoda) 3) Gulma atau Tumbuhan Pengganggu (Djojosumarto 2008).
BAB III
BAHAN DAN METODE

A. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pena, buku
penuntun praktikum, kertas hvs, pensil, penghapus dan loup.

2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu daun jambu
biji (injury), daun cabe (hipoplastik), daun jambu bol (hiperplastik) dan
daun kedondong (nekrotik).

B. Cara Kerja

1. Materi tentang tipe kerusakan pada tanaman dijelaskan oleh dosen dan
diperhatikan oleh praktikan.

2. Bagian tanaman yang telah dibawa dengan berbagai macam tipe kerusakan
diamati dengan teliti.

3. Setelah diamati, masing-masing spesimen dengan tipe kerusakan yang


berbeda digambar terutama pada bagian yang mengalami kerusakan.

4. Setelah digambar data dilengkapi dengan keterangan diantaranya nama


inang, penyebab kerusakan dan mekanisme terjadinya kerusakan.

3.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1 Tipe Kerusakan Injury  Nama Inang: Jambu Biji
 Keterangan : Bagian daun ada
yang hilang
 Penyebab kerusakan : hama
memakan bagian daun
 Mekanisme terjadi kerusakan :
daun dimakan hama
2 Tipe Kerusakan Nekrotik  Nama Inang: kedondong
 Keterangan : terdapat bercak-
bercak hitam pada permukaan
daun.
 Penyebab kerusakan : rusaknya
sel pada daun akibat aktifitas
patogen
 Mekanisme terjadi kerusakan : di
beberapa bagian daun terdapat
bercak.
3 Tipe Kerusakan Hipoplastik  Nama Inang: cabe
 Keterangan : terdapat perbedaan
ukuran antara daun normal dan
daun terserang patogen.
 Penyebab kerusakan : tumbuhan
atau tanaman tidak tumbuh
dengan sempurna
 terjadi kerusakan : karena adanya
hambatan atau terhentinya
pertumbuhan.
4 Tipe Kerusakan Hiperplastik  Nama Inang: jambu bol
 Keterangan : terdapat benjolan
atau tonjolan diatas dan dibawah
permukaan daun.
 Penyebab kerusakan : tumbuh
bintil dipermukaan daun akibat
berlebih nya pertumbuhan sel.
 terjadi kerusakan : tanaman
menjadi tumbuh tidak normal.

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui tipe kerusakan pada bagian
tanaman oleh pengganggu baik hama maupun patogen. Pada paraktikum ini
yaitu terdapat 4 tipe kerusakan akibat hama maupun patogen yaitu tipe
kerusakan injury, tipe kerusakan nekrotik, tipe kerusakan hipoplastik dan tipe
kerusakan hiperplastik.

pathogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat mikro dan


mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan.
Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda mikoplasma,
spiroplasma dan riketsia. Suatu organisme disebut patogen apabila dapat
memenuhi postulat koch yaitu: patogen ditemukan pada pohon yang terserang
pathogen, patogen dapat diisolasi dan diidentifikasi,  patogen dapat diinokulasikan
pada spesies inang yang sama dan menunjukkan gejala yang sama dan dapat
diisolasi kembali; c) faktor lingkungan, merupakan faktor yang dapat memberikan
pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas
dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air
tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organik, angin, api dan pencemaran air
(Adinugroho, 2008).
Gejala merupakan kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal
tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit, dan gejala dapat dilihat
dengan mata telanjang (secara morfologi). Gejala pada tumbuhan terbagi atas 2
macam yaitu gejala berdasarkan sifat dan bentuknya. a). gejala berdasarkan
sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu gejala lokal (gejala yang dicirikan oleh
perubahan struktur yang jelas dan terbatas biasanya dalam bentuk bercak  atau
kanker, gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman) dan gejala
sistemik (Kondisi serangan penyakit yang lebih luas, bisanya tidak jelas batas
batasnya.. gejala berdasarkan bentuknya dibagi menjadi dua, yaitu gejala
morfologi (gejala luar yang dapat dilihat dan dapat diketahui melalui bau, rasa dan
raba serta ditunjukkan oleh seluruh tumbuhan atau tiap organ dari  dari tumbuhan)
dan gejala histologi (gejala yang hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan
mikroskopis dari jaringan yang sakit jaringan yang sakit. Pada gejala histology
terdapa tiga tipe gejala yaitu: Nekrotik, hipoplastik dan Hiperplastik.
Nekrotik merupakan gejala yang terjadi akibat adanya kerusakan pada sel
atau bagian sel bahkan kematian sel. Nekrotik terbagi atas: a). nekrosis,
merupakan gejala nekrotik berupa bercak warna dan bentuk tergantung jenis
penyakit, nekrosis terbagi atas tiga bagian yaitu blight, spot dan target board spot;
b). klorosis, merupakan gejala berupa menguningnya bagian-bagian tanaman dari
warna hijau karena rusaknya klorofil; c). hidrosis, merupakan gejala pada bagian
tanaman tampak kebasah-basahan; d). layu, merupakan gejala yang timbul akibat
hilangnya turgor pada daun atau tunas karena gangguan pada jaringan
pengankutan atau akar, sehingga proses penguapan terjadi lebih besar dari pada
pengangkutan air; e). gosong atau terbakar, merupakan gejala nekrotis yang
disebabkan oleh mati atau mengeringnya bagian tumbuhan, biasanya pada daun
yang disebabkan oleh faktor abiotik; f). mati ujung, merupakan matinya ranting
atau cabang dari ujung meluas sampai kepangkal; g). busuk, merupakan gejalan
nekrosis namun umumnya terjadi pada jaringan yang tebal seperti akar, daun yang
tebal, buah dan umbi.
Hipoplastik merupakan gejala yang disebabkan karena terhambat atau
terhentinya pertumbuhan sel. Hipoplastik terbagi atas; a).  kerdil, merupakan
gejala yang ditandai dengan ukuran tanaman menjadi lebih kecil dari pada
pertumbuhan biasanya karena terjadi hambatan pertumbuhan; b). klorosis,
merupakan gejala terhambatnya pembentukan klorofil dari warna hijau menjadi
kuning atau pucat; c). etiolasi, merupakan gejala dengan ditandai tanaman kurang
mendapatkan cahaya, sehingga menjadi pucat, pertumbuhannya memanjang dan
berdaun sempit; d). roset, merupakan gejala yang mendesak dengan
penghambatan pertumbuhan ruas batang tetapi daun tidak terhambat.
Hiperplastik merupakan gejala yang disebabkan karena adanya
pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Hiperplastik terbagi
atas: a). Menggulung atau mengeriting, merupakan gejala yang ditandai dengan
pertumbuhan tidak seimbang dari bagian daun; b). sesidium, merupakan
pembengkakan pada bagian setempat pada jaringan tumbuhan sehingga
membentuk bintil; c). kudis, merupakan kenampakan sebagai bercak kasar,
terbatas agak menonjol, terkadang pecah-pecah; d). erinos, merupakan gejala
dengan pembentukan banyak trikomata (Fahmi, 2012).
Daun keriting pada tanaman cabe adalah masalah utama yang sering
menghantui petani cabe. Dapat di pastikan jika tanaman cabe terserang hama jenis
ini tidak dapat menuai panen alias gagal total. Tanaman cabe kerdil, tidak dapat
tumbuh dengan baik, tidak dapat berbuah, jika di biarkan akan mati.

Pengdalian :

 Pengendalian terbaik adalah dengan melakukan pencegahan. Pencegahan


terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan memilih benih yang sehat
bebas patogen.
 Merenggangkan jarak tanam juga berguna meminimalkan serangan agar
lingkungan tidak terlalu lembab.
 Pengendalian teknis bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang
terinfeksi dengan cara dibakar. Bila serangan menghebat bisa dilakukan
penyemprotan fungisida PHEFOC.
 Sebaiknya tidak mencampur (tumpang sari) tanaman cabe atau berdekatan
dengan tanaman lain yang rawan terkena serangan trips maupun tungau
seperti singkong. Tanaman singkong dapat menularkan hama tungau,
karena singkong seringkali mendapat serangan hama tungau.

Bercak daun pada tanaman disebabkan oleh jamur. Penyakit ini menyebar
dibawa oleh angin, air hujan, hama vekor dan alat pertanian saat jamur masih
berupa spora. Spora ini juga bisa menyerang benih atau biji kedondong bahkan
sebelum ditanam. Tanaman atau daun pada kedondong dapat ditandai dengan
adanya bercak-bercak bundar pada permukaan daun. Kondisi parahnya daun akan
menguning dan mulai berguguran diusia dini, biasanya penyakit ini timbul pada
musim hujan atau kelembaban tinggi.

Cara mengatasi bercak ini yaitu dengan cara memusnahkan tanaman yang
terinfeksi agar tidak menyebar pada tanaman kedondong lainnya. Tanaman yang
terinfeksi dibakar. Jika penyakit semakin parah dapat diberikan fungisida sesuai
dosis.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu
perubahan morfologi tanaman akibat terserang OPT yaitu hilangnya bagian
tanaman akibat serangan hama dengan penyebab kerusakanya hama memakan
bagian tanaman. Kemudian terdapat kerusakan bercak daun yang bertanda
munculnya bercak-bercak hitam pada permukaan daun dengan penyebab
kerusakanya yaitu akibat jamur dan jamur ini mudah menyebar dengan bantuan
air, angin dan lainnya.

B. Saran
Saran yang ingin saya sampaikan pada praktikum acara ini yaitu sebaiknya
sebelum terlaksananya praktikum diharapkan praktikan membaca materi
terlebih dahulu. Sehingga, ketika praktikum praktikan sudah memahami materi
yang dipraktikumkan. Dan juga diharapkan apabila praktikan disuruh
membawa preparat diharapkan praktikan dapat membawanya karna akan
membantu pada proses praktikum dan dapat mengetahui tipe-tipe kerusakan.
DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho. 2008. Konsep Timbulnya Penyakit . Jakarta : Bumi Aksara.


Anindityaningtyas, Putri. 2012. Kontribusi Usahatani Teh terhadap Ekonomi
Rumah Tangga Petani Plasma Unit Produksi Kaliboja Pekalongan. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Cronquist, A. (1981). An Intergrated System of Clasification of Flowering Plants.
New York: Columbia University Press.
Djojosumarto, P., 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Fahmi. 2012. Gejala dan Tanda Penyakit Pada Tanaman . Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Masrul, Wati. 2007. Tesis. Perancangan Kawasan Waterfront Sebagai
Pengembangan Kawasan Perdagangan Dan Wisata(Studi Kasus Kawasan
Pelindo-Jalan Datuk)Laksamana, Dumai-Riau). Bandung: ITB.
Purnomo, Bambang. 2009. Penuntun Praktikum Dasar –Dasar Perlindungan
Tanaman. Universitas Bengkulu : Bengkulu.
Simpson, Michael G. 2006. Plant Systematics. USA: Elsevier Academic Press.
Sumardi, S.M, Widiaastuti. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada
University.
Triharso, 2010. Dasar –Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Pres.
Wudianto, R., 2007. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penerbit PT Penebar
Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai