Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays)


dengan Pemberian Jarak Tanam yang Berbeda

Disusun oleh :
Nama : Febrizany Sanjung M.F.
NPM : E1J017005
Prodi : Agroekoteknologi
Shift : Kamis, Pukul 08.00–10.00 WIB/ 15.00-17.00 WIB
Ko-Ass : Indra Bakti Wijaya (E1J015137)
Astina Anggraini Tarigan (E1J016070)

LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays)


dengan Pemberian Jarak Tanam yang Berbeda

Oleh

FEBRIZANY SANJUNG MIFTAHUL FIRDAUSY

E1J017005

Dengan ini yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa “LAPORAN AKHIR
PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA” telah disetujui dengan pemeriksaan lebih
lanjut oleh dosen pembimibing/co.ass mata kuliah praktikum tersebut.

Bengkulu, Desember 2019

Dosen Pembimbing Praktikum Coass Coass

Umi Salamah, SP., M.Si. Indra Bakti Wijaya Astina Anggraini Tarigan
NIP.19900428 201903 2020 NPM.E1J015137 NPM.E1J016070

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah ‫بحانه‬II‫الى و س‬II‫ تع‬yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Teknologi
Produksi Tanaman Hortikultura “Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays) dengan
Pemberian Jarak Tanam yang Berbeda” ini dengan lancar. Salah satu tujuan penulis dalam
menulis laporan praktikum ini adalah sebagai syarat menyelesaikan praktikum pada mata
kuliah Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura. Dalam penulisan laporan praktikum ini
penulis telah banyak melibatkan dan memperoleh bantuan dari berbagai pihak, baik langsung
maupun tidak langsung. Karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Umi Salamah, SP., M.Si. selaku dosen pengampu praktikum Teknologi
Produksi tanaman Hortikultura Shift A1.
2. Kak Indra Bakti Wijaya dan Kak Astina Tarigan selaku CoAss yang telah
membimbing selama praktikum.
3. Pihak laboratorium Agronomi yang telah memberikan sarana dan prasarana
4. Serta teman-teman seperjuangan di praktikum Teknologi Produksi Tanaman
Hortikultura.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Pada akhirnya penulis berharap laporan
praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bengkulu, Desember 2019

(Penulis)

iii
DAFTAR ISI
Halaman

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iv
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Pendahuluan.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................2
2.1 Botani...............................................................................................................................2
2.2 Bududaya Jagung.............................................................................................................3
2.3 Jarak Tanam.....................................................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................7
METODELOGI..........................................................................................................................7
3.1 Waktu Dan Tempat..........................................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................................................7
3.3 Rancangan Percobaan......................................................................................................7
3.4 Metode Percobaan............................................................................................................7
3.5 Variabel Yang Diamati....................................................................................................9
3.6 Analisis Data..................................................................................................................10
BAB IV.....................................................................................................................................11
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................................11
BAB V......................................................................................................................................14
PENUTUP.................................................................................................................................14
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................14
5.2 Saran...............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15
LAMPIRAN..............................................................................................................................16

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kondisi lahan saat pengolahan dan pembersihan seresah .................................11


Gambar 2. Kondisi lahan yang kering setelah penanaman..................................................12
Gambar 3. Kondisi lahan setelah satu minggu penyulaman................................................13

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah dan di dataran tinggi. Secara umum
tanaman ini toleran dan mampu beradaptasi dengan iklim di Indonesia. Jagung manis
merupakan salah satu jenis jagung yang mulai dikembangkan dalam sekala luas. Jagung
manis memiliki banyak manfaat sebagai makanan tambahan, sayuran, bahan pembuat sirup,
gula, pakan ternak hingga industri bio etanol. Jagung manis memiliki kandungan gula tinggi
dalam endospermnya sehingga rasanya lebih manis dibanding jagung biasa (Surtinah, 2017).
Salah satu penyebab rendahnya tingkat produktivitas komoditas pertanian, khususnya
jagung manis ialah kondisi kesuburan tanah yang menurun dan bahan organik tanah yang
rendah. Jagung manis memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek serta hijauannya masih
mengandung nutrisi yang dapat digunakan untuk pakan. Jagung manis perlu dikelola secara
intensif, mengingat tanaman ini peka terhadap kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan seperti kekeringan dan rendahnya ketersediaan unsur hara.
Masa panen jagung manis lebih singkat dibanding jagung biasa yakni 60-70 hari,
namun di dataran tinggi dapat mencapai 80 hari. Kebutuhan jagung manis nasional untuk
pangan rata - rata 7 - 8 ton/ha per tahun, sedangkan produksi jagung manis dalam negeri rata -
rata 5 - 6 ton/ha per tahun. Kebutuhan jagung manis bertambah seiring bertambahnya
penduduk dan berkembangnya makanan olahan berbahan dasar jagung manis. Di Indonesia
hasil jagung manis masih tergolong rendah yaitu 3,5 ton/ha, padahal potensi produksi jagung
manis saat ini dapat mencapai 8,31 ton/ha. (Surtinah, 2017).
Dengan masa panen yang singkat dan nilai yang ekonomis jagung manis diharapkan
dapat menjadi penunjang ekonomi masyarakat. Karena itu perlunya dilakukan penelitian
mengenai jarak tanam yang paling efisien untuk menghasilkan produksi jagung yang tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh tingkat populasi atau jarak tanam terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung manis.
1.3 Tujuan
Membandingkan pertumbuhan dan hasil jagung manis dengan pada beberapa tingkat
populasi (jarak tanam).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.4 Botani
Jagung merupakan tanaman semusim. Dalam satu siklus hidupnya terjadi selama 80-
150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua
untuk tahap pertumbuhan generatif. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman
pangan bijibijian (serelia) dari keluargarumput-rumputan .
Kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut Rukmana (2010) :
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Sub Divisio :Angiospermae
Kelas :Monocotyledonae
Ordo :Graminae
Famili :Graminaeae
Genus :Zea
Spesies :Zea Mays L
Akar tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah
yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Pada kondisi tanah yang subur
dangembur, jumlah akar tanaman jagung sangat banyak.Sementara pada tanah yang kurang
baik akar yang tumbuh jumlahnya terbatas. Batang tanaman jagung bulatsilindris, tidak ber
lubang, dan beruas–ruas (berbuku–buku) sebanyak 8–20ruas. Jumlah ruas tersebut bergantung
pada varietas yang ditanam dan umurtanaman.Dan rata-rata tinggi tanaman jagung antara satu
sampai tigameter dia atas permukaan tanah. Sedangkan daun tanaman jagung berbentuk pita
atau garis dan jumlah daunnya sekitar 8 –48 helai tiap batangnya, tergantung pada jenis atau
varietas yang ditanam. Panjang daun 30 cm –45 cm dan lebarnya antara 5 cm –15 cm
Jagung manis merupakan tanaman monokotil berumah satu yang artinya benang sari
dan putik terletak pada bunga yang berbeda namun masih dalam satu tanaman yang sama.
Bunga jantan tumbuh pada ujung batang utama dan bunga betina tumbuh pada ketiak daun.
Jagung manis mengalami penyerbukan silang. Bunga jantan memiliki tepung sari yang sangat
banyak untuk menyerbuki setiap calon biji dalam tongkol (Syuku rdan rifianto, 2013).
Rambut tongkol biasanya muncul 1–3 hari setelah tepung sari mulai tersebar dan
reseptif ketika muncul dari klobot. Penyebaran tepung sari tersebut dibantu oleh media alami
yaitu angin dan gaya gravitasi dan akan berakhir pada 3–10 hari (Syukur dan rifianto, 2013).

2
Daun jagung manis berbentuk memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun
terdiri dari 8-48 helai. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu kelopak daun,lidah daun, dan
helaian daun. Antara kelopak dan helaian daun terdapat ligula atau lidah daun. Ligula ini
berbulu dan berlemak yang berfungsi mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang
Jagung merupakan tanaman berakar serabut yang memiliki tiga tipe akar yaitu akar
seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Akar
adventif tumbuh dari buku paling bawah yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan tanah.
Sedangkan akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat
permukaan tanah (Wulandari ,2011).
Buah tanaman jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung
mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada
jenisnya. Pada umumnya jagung memiliki barisan biji yang melitit secara lurus atau berkelok-
kelok pada tongkol dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian
utama yaitu kulit biji, endosperm dan embrio.
1.5 Bududaya Jagung
Tanaman jagung membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu
optimum antara 230-300 C. Tanaman akan tumbuh normal pada curah hujan yang berkisar
250-500 mm pertahun. Curah hujan kurang atau lebih dari angka yang diatas akan
menurunkan produksi. Air banyak dibutuhkan pada waktu perkecambahan dan setelah
berbunga. Tanaman membutuhkan air lebih sedikit pada pertumbuhan vegetatif disbanding
dengan pertumbuhan generative. Setelah tongkol mulai kuning, air tidak diperlukan lagi.
Idealnya tanaman jagung membutuhkan curah hujan 100-125 mm perbulan dengan distribusi
merata. Jagung merupakan tanaman C4 yang memiliki daya adaptasi pada faktor-
faktorpembatas pertumbuhan seperti intensitas radiasi surya tinggi, suhu siang danmalam
yang tinggi, curah hujan rendah serta kesuburan tanah yang rendah (Azis dan Arman, 2013).
Pemupukan dilakukan agar tanaman tumbuh dengan subur dan berproduksi optimal.
Pemupukan didasarkan atas kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Keuntungan
penggunaan pupuk cair antara lain, respon tanaman terhadap pupuk cepat karena langsung
dimanfaatkan oleh tanaman dan tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman, dengan catatan
aplikasinya dilakukan dengan benar (Syukur, 2013).
Pemberian pupuk Nitrogen merupakan, kunci utama dalam usaha meningkatkan
produksi. Pemberian pupuk phosphat dan kalium bersama-sama dengan nitrogen memberikari

3
hasil yang lebih baik. Tanaman yang kekurangan unsur nitrogen, akan nampak kerdil, warna
daun hijau muda kekuning-kuningan, buah terbentuk sebelum waktunya dan tidak sempurna:
Gejala kekurangan unsur, phosphat. jelas terlihat terutama pada waktu tanaman masih muda
di mana daun-daunnya berwarna ungu dan akan berubah hijau kembali seperti biasa bilamana
kemudian tanaman-mendapatkan cukup, phosphat. Tanaman yang kekurangan kalium
memberikan gambaran seolah-olah layu, bagian tepi dari daun mula-mula menjadi kuning
(chlorosis), kemudian berubah menjadi kecoklat-coklatan dan bagian daun yang sudah mati
akan gugur (Surtinah, 2017).
Pupuk yang umum digunakan adalah pupuk tunggal yaitu Urea sebagai pupuk N, SP-
36 sebagai pupuk P dan KCl sebagai pupuk K. Pemupukan dilakukan dua kali yaitu umur
tanaman 10 dan 35 hari setelah tanam (hst) pada jenis tanah yang didominasi liat dan tiga kali
yaitu umur 7-10 hst, 28-30 hst dan 40-45 hst pada tanah yang didominasi pasir. Pemupukan
ketiga menggunakan BWD untuk menentukan kebutuhan N tanaman. Takaran pupuk tunggal
per hektar yang umum digunakan adalah 300 kg Urea + 150 kg SP-36 + 100 kg KCl.
Kebutuhan pupuk jagung hibrida lebih besar dibading jagung komposit. Berapa banyak hara
N yang dibutuhkan untuk memcu pertumbuhan tanaman ditentukan melalui pembacaan BWD
(Bagan Warna Daun) pada umur tanaman 42 –45 hst. Pupuk diberikan secara ditugal sedalam
10 cm, pada kedua sisi tanaman dengan jarak 7 cm, Pada jarak tanam yang rapat pupuk dapat
diberikan di dalam larikan yang dibuat di kiri kanan barisan tanaman: Pupuk N sebaiknya
diberikan dua kali yaitu:1/3 bagian pada waktu tanam bersama-sama dengan seluruh pupuk P
dan K, kemudian 2/3 bagian pupuk N diberikan pada waktu tanaman berumur 1 bulan, di
dalam lubang atau larikan sedalam 10 cm pada jarak 15 cm dari barisan tanaman (Ikhwani,
2013).
Pengolahan tanah di tingkat petani umumnya dilakukan dengan mengolah tanah secara
intensif sampai gembur pada seluruh permukaan tanah setiap akan menanam dan biasanya
dilakukan 2-3 kali pembajakan baik dengan bajak mesin maupun ternak. Cara pengolahan
tanah tersebut disebut pengolahan konvensional (conventional tillage). Cara pengolahan tanah
secara konvensional seperti demikian dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan
tanaman secara optimal, tetapi dampak positif tersebut hanya sementara, karena untuk jangka
panjang akan berdampak negatif terhadap produktivitas lahan dan tanaman (Rahmah, 2014).
Persiapan lahan untuk tanaman jagung tidaklah begitu rumit karena jagung tidak
memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar dapat tumbuh optimal tanah harus gembur,
subur dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain ialah andosol

4
(berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, dan tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan
tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan
pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol)
berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Tanah dengan kemiringan kurang dari
8% pun dapat ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat
kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan
pembentukan teras dahulu (Abdurrazak et al.,2013).
Syarat tumbuh untuk pertumbuhan tanaman jagung yaitu daerah yang beriklim

o
sedang hingga subtropik atau tropis yang basah dan didaerah yang terletak antara 0-50 lu
hingga 0-400ls. Penyinaran tanaman yang bagus adalah penyiran matahari yang penuh.

o
Suhu optimum yang dikehendaki adalah 21-34 c. Tanaman jagung juga menginginkan
curah hujan yang ideal, curah hujan untuk tanaman jagung adalah 85-200 mm/bulan dan
merata. Pertumbuhan tanaman jagung sangat bergantung dengan sinar matahari, karena
tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan hasilnya kurang baik
bahkan tidak dapat membentuk tongkol (Arif, 2014)
1.6 Jarak Tanam
Peningkatan produksi jagung dapat juga dilakukan dengan pengaturan tingkat
kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman akan mempengaruhi penampilan dan produksi
tanaman terutama dalam efisiensi penggunaan intensitas cahaya. Umumnya produksi yang
tinggi dapat tercapai dengan populasi tanaman yang tinggi dalam tiap satuan luas, karena
tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Namun pada
akhirnya pertumbuhan tanaman akan menurun, karena terjadi persaingan dalam
memperoleh cahaya dan efeknya mengurangi ukuran pada seluruh bagian tanaman (Larosa
et al.,2014).
Penggunaaan jarak tanam pada dasarnya adalah memberikan kemungkinan tanaman
untuk tumbuh denganbaik tanpa mengalami banyak persaingan dalam menyerap air, unsur
hara, dan cahaya matahari. Jarak tanam yang tepat penting dalam pemanfaatan cahaya
matahari secara optimal untuk prosesfotosintesis. Dalam jarak tanam yang tepat, tanaman
akan memperoleh ruang tumbuh yang seimbang (Warjido et al.,1990 dalam Ikhwani, 2013).
Pengaturan jarak tanam memiliki kegunaan untuk menghindari terjadinya tumpang
tindih antara tajuk tanaman, memberikan ruang bagi perkembangan akardan tajuk tanaman,
serta meningkatkan efisiensi penggunaan benih. Pada tanah yang subur,penerapan jarak

5
tanam cenderung lebih lebar, sedangkan tanah yang kurang subur,jarak tanam cenderung
lebih rapat (Sumarno,1986 dalam Muyassir, 2012). Jarak tanam memegang peranan penting
dalam peningkatan produksi. Umumnya petani menggunakan jarak tanam yang tidak teratur
sehingga kemungkinan terjadi kompetisi baik terhadap air, unsur hara,maupun cahaya antar
individu tanaman. Jarak tanam menentukan populasi tanaman dalam suatu luasan tertentu
sehingga pengaturan yang baik dapat mengurangi terjadinya kompetisi terhadap faktor-
faktor tumbuh tersebut (Azis dan Arman, 2013).
Penggunaan jarak tanam harus dilakukan dengan ukuran yang tepat. Jarak tanam
yang terlalu lebar dapat berakibat kurang baik bagi pertumbuhan dan hasil tanaman, karena
dapat menyebabkan terjadinya penguapan dan tingkat perkembangan gulma yang tinggi.
Sebaliknya jarak tanam yang terlalu rapat mengakibatkan terjadinya kompetisi antar
tanaman dalam mendapatkan cahaya matahari, unsur hara,dan air (Abdurrazak et al.,2013).

6
BAB III
METODELOGI
1.7 Waktu Dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum dilaksanakan setiap hari kamis, pukul 08:00 sampai
10:00 dan pukul 15:00 sampai dengan 17:00 WIB, yang berlokasi di kebun percobaan
fakultas pertanian universitas bengkulu, Medan Baru. Pada bulan September sampai
November 2019.
1.8 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung manis, pupuk
kandang kotoran sapi , pupuk dasar, ajir bambu, tali rafia.
Alat-alat yang digunakan adalah meteran, cangkul, sabit, timbangan, spidol, tali rafia
dan alat tulis.
1.9 Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu rancangan acak kelompok lengkap
(RAKL) dengan satu perlakuan dengan tiga taraf, yakni diulang sebanyak 3 kali,
sehingga diperoleh 9 satuan percobaan.
1.10 Metode Percobaan
1. Persiapan lahan
Praktikum teknologi produksi tanaman hortikultura dimulai pada tanggal 12
September 2019, sebelum melakukaan atau mulai praktikum teknologi produksi
tanaman hortikultura mahasiswa mempersiapkan lahan terlebih dahulu, pada saat
persiapan lahan mahasiswa terlebih dahulu menyiapkan segala perlengkapan untuk
penyiapan lahan mulai dari cangkul dan parang. Kemudian melakukan pengukuran
pada lahan yang akan dioalah, dua mahasiswa mendapat satu petakan dengan luas
lahan perpetak yaitu 4m x 6m dan setiap mahasiswa mendapat perlakuan yang
berbeda-beda, saya mendapat perlakuan jarak tanam 75cm x 25cm dengan pukan
kotoran sapi 48kg /ha. Setelah melakukan pengukuran, selanjutnya mahasiswa mulai
melakukan pembersihan lahan. Pembersihan lahan dilakukan secara bersamaan
dengan mahasiswa yang satu shift serta lahan yang sudah bersih diolah dengan cara
mencangkul dan membuat petakkan – petakkan.
Kemudian setelah lahan selesai dibuat dan dioalah selanjutnya lahan
didiamkan selama 1 minggu. Setelah itu, pemberian pupuk kandang pada petakan

7
yang telah dibersihkan dan mencampurkan tanah dengan pupuk kandang secara merata
sesuai dosis.
2. Penanaman
Penanaman dilakukan setelah lahan sudah siap untuk ditanami jagung manis,
dan benihnya sudah disiapkan oleh pihak laboratoium. Sebelum penanaman, membuat
alat bantu penanaman yang berupa caplak terbuat dari tali plastik (rafia) dengan jarak
75cm x 25 cm yang digunakan untuk mempermudah proses penanaman untuk jarak
tanam. Kemudian menugal tempat yang sudah dikasih tanda oleh caplak, benih di
masukkan ke dalam lubang tanam yang telah ditugal. Setiap lubang tanam dimasukkan
1 benih jagung manis, kemudian lubang tersebut langsung ditutup secara perlahan.
Setelah itu, pemberian pupuk sp36 dan kcl yang sudah dicampur dan menyebarkan
pupuk tersebut secara larikan disamping tanaman dengan jarak 5 cm kemudian
ditutupi dengan tanah agar benih tidak mengalami dormansi yang lama dan agar pupuk
tidak terjadi penguapan.
3. Penentuan Sampel
Penentuan sampel dilakukan untuk memilih tanaman yang akan diamati
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 2 kali dalam musim tanam, untuk pupuk pertama yaitu
pupuk organik (pukan kotoran sapi) sebelum tanam dan anorganik yang dilakukan
bersamaan dengan penanaman dan untuk pupuk kedua yaitu an-organik setelah
tanaman berumur 1 minggu setelah tanam.
5. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan ketika batang jagung sudah besar dan akar tanaman
ada yang tidak tertutupi oleh tanah dan tujuan pembumbunan untuk mengkokohkan
tanaman agar tidak mudah roboh.
6. Perawatan tanaman (penyiangan, penyiraman, pengelolaanopt)
Penyiangan dilakukan ketika lahan terdapat gulma dengan cara menggunakan
tangan jika gulma nya tidak terlalu banyak. Dan jika gulma sangat banyak, maka
dilakukan penyiangan menggunakan cangkul atau sabit.
Penyiraman dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore hari jika pada hari
itu tidak terdapat hujan. Setelah jagung sudah mulai memasuki fase generative
penyiraman dikurangi, karena jagung sudah tidak membutuhkan air terlalu banyak,
jika terdapat hama maka dilakukan pengendalian opt.

8
Pada praktikum ini, pengendalian opt tidak dilakukan karena kebanyakkan opt
yang menyerang tanaman jagung adalah semut, lalat dan yang paling banyak adalah
belalang yang merobek daun.
7. Panen
Dalam pemanenan memperhatikan: jumlah tongkol, panjang tongkol, diameter
tongkol, berat berangkasan.
1.11 Variabel Yang Diamati
1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga batas leher bunga jantan.
Pengukuran menggunakan mistar ukur pada saat memasuki fase generatif.
2. Jumlah daun.
Jumlah daun dihitung pada saat bunga jantan mulai keluar.
3. Luas daun
Pengukuran luas daun dengan menggunakan metode panjang kali lebar dengan rumus
L= 75 % x P x L.
4. Kehijauan Daun
Pengamatan tingkat kehijauan daun dilakukan dengan menggunakan alat yang
dinamakan Klorofilmeter/SPAD. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengamati
tiga titik daun yaitu pada bagian pangkal, tengah dan ujung daun jagung.
5. Panjang tongkol
Panjang tongkol diukur pada akhir penelitian dengan membuka kelobot dan diukur
dari pangkal hingga ujung tongkol dengan menggunakan penggaris atau meteran.
6. Diameter tongkol tanpa kelobot
Diameter tongkol tanpa kelobot dilakukan pengukuran di tiga bagian tongkol yaitu
pada pangkal tongkol, tengah tongkol, ujung tongkol.
7. Jumlah Biji Per Tongkol
Jumlah biji per tongkol dihitung dari satu tongkol pada akhir penelitian.
8. Jumlah baris biji per tongkol.
Jumlah baris biji per tongkol dihitung dengan banyaknya baris biji pada tongkol pada
akhir penelitian.
9. Bobot biji kering per petak
Bobot biji kering pertanaman diamati dengan cara menimbang biji tanaman sampel
menggunakan timbangan analitik.

9
10. Bobot Brangkasan
Pengambilan sampel bobot brangkasan basah dan kering dilakukan setelah pemanenan
yaitu sekitar 120 hari setelah tanam (HST). Tanaman jagung dipotong tepat pada
permukaan tanah kemudian ditimbang bobot brangkasan basah. Sedangkan bobot
brangkasan kering diperoleh dari brangksan basah tanaman jagung yang dioven
dengan suhu 70℃selama 72 jam kemudian ditimbang bobot kering brangkasan.
11. Bobot Segar Akar
Pengamatan ini dilakukan dengan cara mencabut akar pada tanaman dengan perlahan
supaya tidak putus dan akar dicuci sampai bersih. Setelah bersih akar dipisahkan dari
bagian tubuh tanaman dengan cara dipotong. Selanjutnya akar ditimbang.
12. Bobot Kering Akar
Pengamatan ini dilakaukan dengan cara mebersihkan akar dari kotoran. Setelah bersih
akar di jemur di bawah sinar matahari lalu dibungkus dengan kertas.
1.12 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F pada taraf 5% . Jika terdapat beda nyata
pada data maka dilakukan uji lanjut DMRT. Data yang bersifat deskriptif akan
dipresentasikan dalam bentuk foto, grafik, table dan lain-lain.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum ini dimulai dengan pengolah lahan, kondisi lahan saat diolah kering dan
keras, kondisi tanah saat pengolahan ini masih berbentuk bongkahan besar, dan yang
dilakukan saat pengolahan tanah ke-dua ini adalah mencangkul lahan supaya lebih gembur
kendala saat pengolahan ini adalah kurang tersedianya alat seperti cangkul, kemudian kondisi
tanah yang sangat kering dan keras mengakibatkan praktikan kesulitan mengolah lahan.
Tanah tidak hanya diolah sebatas dicangkul, setelahnya dibuat siringan, namun kendala dari
pembuatan siringan di pinggir petakan ini juga karena tanah kering maka sulit digali dan
tanah mudah erosi.

Gambar 1. Kondisi lahan saat pengolahan dan pembersihan seresah

Setelah diolah dengan cangkul dua kali dilakukan penanaman, saat itu tanah masih
belum terlalu gembur juga disertai dengan kondisi kering. Bibit ditanam sesuai jarak tanam
yang telah ditentukan kemudian disiram, dengan air yang ada di lahan percobaan, kondisi air
saat itu sedikit dan dibagi untuk setiap petakan di Shift A1. Dua hari setelah tanam bibit
jagung juga belum disiram dan kondisi lingkungan belum juga hujan. Satu minggu setelah
tanam lahan baru dapat disiram satu kali. Padahal dalam fase perkecambahan tanaman sangat
membutuhkan air sebagaimana disebutkan oleh Priyonugroho (2014) mengenai fungsi air
dalam perkecambahan, selain menentukan turgor sel sebelum sebelum membelah atau
membesar, air juga akan menentukan kecepatan reaksi biokimia dalam sel. Berubahnya kadar
air akan mempengaruhi kadar hormon di dalam tubuh tumbuhan. Fungsi dari air dalam
perkecambahan adalah sebagai berikut:
1. Melunakkan kulit biji, embrio dan endosperm mengembang sehingga kulit biji robek.

11
2. Memfasilitasi masuknya O2 ke dalam biji,  air imbibisi pada dinding sel sehingga
dinding sel menjadi permeabel terhadap gas. Gas masuk dengan cara berdifusi
sehingga kebutuhan O2 pada sel hidup terjadi peningkatan pernafasan aktif.
3. Mengencerkan protoplasma untuk aktivasi berbagai macam fungsi sel.
4. Alat transportasi larutan zat makanan dari endosperm/kotiledon ke titik tumbuh di
embryonic axis : untuk membentuk protoplasma baru.
Proses perkecambahan dimulai dengan imbibisi biji. Imbibisi adalah pengambilan air yang
terjadi pada saat biji dalam keadaan kering yang tidak mempunyai kulit biji yang kedap
diletakkan dalam kontak dengan air sebagaimana biji tanah. Imbibisi merupakan suatu
prasyarat dalam prubahan-perubahan metabolik di dalam biji dan pertumbuhan sel di dalam
embrio. Pada saat air masuk, maka bahan-bahan yang berupa koloid, terutama protein
cenderung untuk menggembung dan penggembungan ini sering kali bertanggung jawab dalam
pemecahan kulit biji.

Gambar 2. Kondisi lahan yang kering setelah penanaman

Setelah 3 minggu pasca tanam, tanaman nampak tidak ada yang tumbuh, dikarenakan
lahan yang kering dan tidak disiram hampir selama satu minggu penuh. Dari Sembilan
petakan percobaan hanya satu yang nampak tumbuh tanaman jagung, petakan ini merupakan
petakan yang terletak di paling pinggir lahan percobaan dekat dengan sumber air.
Dimungkinkan karena ketersediaan air pada petakan ini lebih baik maka jagung di petakan
ini dapat tumbuh lebih baik disbanding petakan lainnya. Setelah melihat kondisi petakan
percobaan tanaman jagung tidak memenuhi kuantitas untuk dilakukannya pengamatan maka
dilakukan penyulaman, dengan kondisi lahan yang sudah dibasahi dan disiram dengan air.
Dua hari setelah penyulaman dilakukan, kondisi lahan kembali tidak tersirami air, di hari
keempat setelah tanam tanaman juga belum bisa disiram karena kondisi air yang sedikit. Dan

12
dari segi cuaca pun tidak turun hujan. Tanaman jagung yang ditanam maupun disulam tidak
ada yang tumbuh.

Gambar 3. Kondisi lahan setelah satu minggu penyulaman

Lahan jagung setelah penyulaman tidak juga tumbuh jagung, karena itu tidak dilakukan
pemberian label dan penentuan sampel. Setelahnya tanah yang kering dan tanaman yang tidak
tumbuh tidak lagi dirawat, namunhanya diamati dan diambil gambar agar dapat dilaporkan
pada laporan praktikum kondisi lahan dan kendala yang dialami.
Kekurangan air akan menyebabkan perkembangan tanaman menjadi abnormal.
Kekurangan yang terjadi terus menerus selama periode pertumbuhan akan menyebabkan
tanaman tersebut menderita dan kemudian mati. Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat
ialah layunya daun-daun. Peristiwa kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak dapat
mengimbangi kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika proses tranpirasi ini cukup besar
dan penyerapan air tidak dapat mengimbanginya, maka tanaman tersebut akan mengalmi
kelayuan sementara (transcient wilting), sedang tanaman akan mengalami kelayuan tetap,
apabila keadaan air dalam tanah telah mencapai permanent wilting percentage. Tanaman
dalam keadaan ini sudah sulit untuk disembuhkan karena sebagaian besar sel-selnya telah
mengalami plasmolisia (Sahirudin, 2014)

1.13

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa percobaan yang dilakukan tidak
berhasil dikarenakan kebutuhan air dari tanaman tidak terpenuhi sebab lahan tidak dapat
dilakukannya penyiraman juga tidak turun hujan untuk membantu pengairan.

5.2 Saran
Untuk praktikum teknologi produksi tanaman hortikultura selanjutnya bisa lebih baik
lagi daripada praktikum kali ini, lebih bisa memaksimalkan waktu praktikum yang dan
sebaiknya ketersediaan air dilahan dimaksimalkan agar praktikan dapat menyiram tanaman.

14
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrazak, M. Hatta, dan A.Marliah. 2013. Pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun
(Cucumis sativus L.) akibat perbedaan jarak tanam dan jumlah benih per lubang
tanam. Jurnal Agrista. 17 (2): 55–59.

Arif, A., A. N. Sugiharto dan E. Widaryanto. 2014. Pengaruh Umur Transplanting Benih dan
PemberianBerbagai Macam Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Jagung Manis (Zea mays L.saccharata Sturt). Jurnal Produksi
Tanaman2(1): 2-8.
Azis,A. H.dan Arman. 2013. Respons jarak tanam dan dosis pupuk organik granul yang
berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis. Jurnal
Agrisistem. 9(1): 16–23.
Ikhwani, G.R. Pratiwi, E. Paturrohman, dan A.K. Makarim. 2013. Peningkatan produktivitas
padi melalui penerapan jarak tanam jajar legowo. Iptek Tanaman Pangan. 8(2): 72–
79.
Larosa,O., Lindungan, T.Simanungkalit, dan S. Damanik. 2014. Pertumbuhan dan produksi
jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) Pada beberapa persiapan tanah dan jarak
tanam. Jurnal Online Agroekoteknologi.3(1): 01–07.
Muyassir. 2013. efek jarak tanam, umur dan jumlah bibit terhadap hasil padi sawah(Oryza
sativa L.). Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. 1(2): 207–212.
Priyonugroho, A., 2014. Analisis Kebutuhan Air Irigasi (Studi Kasus pada Daerah Irigasi
Sungai Air Keban Daerah Kabupaten Empat Lawang). Jurnal Jurusan Teknik Sipil
dan Lingkungan Universitas Sriwijaya. Vol.2, No. 3, Page: 457-470
Rahmah, A., M. Izzati dan S. Parman. 2014. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea
maysL. SaccharataSturt.). Jurnal Anatomi dan FisiologiXXII(1): 69-70.
Sahirudin, Permana, S., & Farida, I. (2014). Analisis kebutuhan air irigasi untuk Daerah
Irigasi Cimanuk Kabupaten Garut. Jurnal Konstruksi, 13(1).
Surtinah. 2017. Potensi Hasil Jagung Manis (zea mays saccharata,sturt) dengan pemberian
paket teknologi pupuk dan zat pengatur tumbuh. J.Ilmiah Pertanian, 37: 44.
Syukur, dan A. Rifianto. 2013.Jagung Manis.Penebar Swadaya. Jakarta.
Wulandari, V. 2011. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk KandangAyam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Rosella (HibiscussabdariffaL) di Tanah
Ultisol.Fakultas Pertanian.Universitas Andalas.Padang.1-9 hal.

15
LAMPIRAN
DENAH PERCOBAAN

100 cm x 25 cm 100 cm x 25 cm

50 cm x 25 cm
75 cm x 25 cm 50 cm x 25 cm

50 cm x 25 cm 75 cm x 25 cm

75 cm x 25 cm

100 cm x 25 cm

16

Anda mungkin juga menyukai