Anda di halaman 1dari 15

PSIKOLOGI KEPERAWATAN

STRESS DAN PERILAKU ABNORMAL

DOSEN PEMBIMBING :

SRI RAHMADHANI, M.PSI., PSIKOLOG

 OLEH :

Fitria : 18010014

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


2020/2021

KATA PENGANTAR

 Assalamu’alaikum .wr.wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Psikologi Keperawatan Stres Dan
Perilaku Abnormal“ tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut
beliau hingga akhir zaman. Aamiin…
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya. Aamiin...

Pekanbaru, Rabu 14 Juli 202

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stress merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin ”singere” yang

berarti ” keras” (stricus), Seperti yang dikatakan Don Colbert, MD

(2011), tentang stress sebagai reaksi fisik, mental dan kimia dari tubuh

terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan,

membahayakan dan merisaukan seseorang. Stress dalam psikologi

merupakan munculnya reaksi psikologis yang membuat seseorang merasa

tegang atau cemas yang disebabkan ketidakmampuan mengatasi atau

meraih tuntutan atau keinginannya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana stress (yang meliputi stressor dan dampak) serta coping

stress pada mahasiswa tingkat lanjut yang belum menempuh tugas akhir ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui stress (yang meliputi stressor dan dampak) serta

coping stress pada mahasiswa tingkat lanjut yang belum menempuh tugas

akhir.
BAB II

ISI

Kami sebagai Mahasiswa adalah kelompok orang yang sedang

menekuni bidang ilmu tertentu dalam lembaga pendidikan formal.

Kelompok ini sering juga disebut sebagai kelompok intelektual muda

yang penuh bakat dan berlimpah berbagai potensi. Posisi dan status yang

demikian itu adalah berlaku untuk sementara waktu saja, karena kelak

para mahasiswa menjadi pemimpin masa depan. Melihat besarnya potensi

yang dimiliki oleh mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan, maka

sudah sepatutnyalah bila segala komponen bangsa dan masyarakat

mengupayakan pengembangan potensi-potensi yang dimiliki kepada hal-

hal yang positif dan penuh manfaat, baik bagi mahasiswa sendiri maupun

bagi masyarakat dan negara ini pada umumnya. Dalam perspektif sosial,

mahasiswa telah menunjukkan dinamika tersendiri sebagai kelompok

masyarakat yang ada pada posisi netral serta tidak memiliki kepentingan

tertentu. Hal ini telah menempatkan mahasiswa pada posisi yang sangat

disegani dan dihormati dalam setiap proses perubahan sosial masyarakat.

Fenomena-fenomena yang secara nyata terjadi dapat kita lihat dalam

kehidupan sehari-hari seperti pengalaman mahasiswa tingkat lanjut yang

sedang mengalami banyak tekanan karena adanya tuntutan mata kuliah


yang tidak lulus dan mata kuliah yang belum di tempuh, sehingga

membuat tugas akhir menjadi tertunda untuk ditempuh, yang dimana

tugas akhir merupakan salah satu tugas akademik yang wajib dikerjakan

sebagai syarat kelulusan perkuliahan mahasiswa. Hal tersebut yang

memungkinkan pula terjadinya masalah-masalah yang mengakibatkan

stress. Semakin kompleks aktivitas mahasiswa yakni aktivitas kampus

lainnya seperti mengikuti kegiatan organisasi di kampus, kondisi

keuangan yang tidak sehat misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari

pengeluaran yang dimana mahasiswa banyak pengeluarannya seperti

membayar uang kos, uang untuk makan dan belum lagi untuk tugas tugas

kuliah itu sangat berpengaruh pada kesehatan jiwa seseorang, kondisi

lingkungan hidup yang tidak nyaman di lingkungan yang bisa membuat

seseorang merasa tertekan, tuntutan serta tekanan orang tua bagi

mahasiswa untuk berhasil lulus kuliah dengan batas waktu yang telah di

tentukan universitas.

Tingkat kesulitan yang tinggi membuat mahasiswa akan mempersepsi

tugas akhir sebagai beban atau sumber masalah dalam menyelesaikan

studi, ada 2 faktor yang menyebabkan mahasiswa lama dalam

menyelesaikan mata kuliah yang tidak lulus untuk menempuh tugas akhir

yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang

berasal dari dalam diri mahasiswa yang menjadi hambatan, seperti

kecemasan, persepsi terhadap dosen, dan ketidakmampuan untuk


mengatur waktu, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor

yang berasal dari luar diri mahasiswa, seperti kurangnya dukungan,

kesulitan memperoleh bahan-bahan untuk tugas kuliah, kurangnya sarana

dan prasarana. Hambatan-hambatan tersebut dapat menimbulkan beban

pada diri mahasiswa, sehingga apabila beban itu dirasakan terlalu berat

maka dapat menimbulkan stress. Stress yang timbul tersebut yang

seringkali menyebabkan individu melakukan penundaan (Feldman,

1999).

Kegiatan yang padat pada mahasiswa tingkat lanjut mengakibatkan

tertundanya penyelesaian mata kuliah yang tidak lulus dan pada akhirnya

tidak bisa menjangkau ujian tahap akhir sehingga melebihi batas waktu

yang di tentukan universitas. Hal tersebut memungkinkan pula terjadinya

masalah- masalah yang mengakibatkan stress dan dapat berimplikasi pada

munculnya macam-macam reaksi mahasiswa seperti cemas, bahkan

meningkatkan permasalahan psikologis misalnya frustasi dan menunda

mengerjakan tugas yang dapat menimbulkan stress dan pada akhirnya

mereka tidak mampu mengelola stress yang dideritanya

Dari berbagai macam permasalahan yang dialami mahasiswa tingkat

lanjut, dapat menyelesaikan pula permasalahannya dengan cara coping.

Karena dengan banyaknya stress yang sudah teridentifikasi maka jalan

keluar untuk menyelesaikan permasalahan yang tepat adalah dengan

adanya perilaku coping yang tepat. Coping disini dapat membantu


mahasiswa tingkat lanjut dalam suatu proses yang mencoba untuk

mengelola jarak yang ada antara tuntutan- tuntutan (baik itu tuntutan yang

berasal dari orangtua itu sendiri maupun tuntutan yang berasal dari

lingkungan) dengan sumber-sumber data yang di gunakan dalam

menghadapi stressfull sehingga mahasiswa tingkat lanjut bertindak dan

dapat mengatur stressnya agar tidak menimbulkan stress yang berlebihan

hingga depresi.

1. Mengatasi stres yaitu dengan Mengambil napas dalam-dalam yang

dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan. Untuk memulainya,

duduk dengan tenang, cari tempat yang sepi tidak banyak orang dan

nyaman.

2. Ibadah agama untuk menghadapi beratnya stres dengan beribadah dan

bercerita berdoa panjang lebar kepada Allah tentang yang di hadapi,

selain itu perbanyak mengaji dan bersholawat. Karna ini sangat

berpengaruh dan membuat hati lebih tenang dan nyaman.

3. Tidur dan istirahat yang cukup

4. Konsumsi makanan dan minuman yang sehat.

5. Bersenda gurau dengan teman sambil ngemil dan bercerita


6. Sering menghubungi orang tua dan orang-orang yang kita sayang

dengan cara menelpon jika sedang berada berjauhan.

BAB III
PENUTUP

 
Kesimpulan 
Sumber stress disebut dengan stressor, sedangkan ketegangan yang di akibatkan
karena stres disebut strain. Stres adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi
maupun mental akibat relasi antara manusia dengan lingkungannya. Jadi ada dua
penyebab utama stres, yakni faktor internal, atau pihak manusianya sendiri dan kedua
faktor eksternal atau faktor lingkungan. Pada dasarnya, seperti yang dialami semua
subjek, penyebab stres adalah sebuah bentuk ketegangan, baik karena faktor fisik
maupun mental karena permasalahan sosial.

Macam – macam Perilaku yang Abnormal

1. Psikopat
Secara harfiah, psikopat artinya sakit jiwa. Asal katanya dari bahasa
Yunani Psyche yaitu jiwa dan Pathos, yang artinya penyakit. Seseorang
yang menderita kelainan ini sangat pandai berpura – pura dan membuat
kamuflase yang rumit demi keuntungan dirinya sendiri.

Contohnya, menyebar fitnah, mengadu domba, memutar balik fakta, dan


berbohong demi mendapatkan tujuannya. Disebut juga sebagai sosiopat,
psikopat sulit disembuhkan dan dideteksi karena banyak dari penderitanya
yang berada di tengah masyarakat daripada yang mendapatkan pengobatan.

Menurut penelitian, sekitar 15-20 persen psikopat merupakan


seorang pembunuh, pemerkosa dan perampok. Selebihnya adalah seseorang
yang penampilannya sempurna, menyenangkan, dan mempunyai daya tarik
yang luar biasa serta pandai bertutur kata.

2. Penyimpangan Seksual

Penyimpangan seksual dapat diartikan sebagai dorongan seksual yang


ditujukan kepada objek yang tidak lazim, atau pemenuhan kebutuhan
seksual dengan cara yang tidak lazim pula dan tidak wajar. Ada dua macam
kelainan dari tingkah laku ini yaitu:

a. Kelainan pada Obyek

Ini terjadi apabila cara seseorang untuk memuaskan dorongan seksualnya


masih termasuk normal, akan tetapi obyek yang digunakan tidak wajar atau
lain dari biasanya:

 Homoseksual – Yaitu kelainan untuk melakukan hubungan seks


dengan sesama jenis kelamin pria.
 Lesbian – Ketertarikan untuk melakukan hubungan seks kepada
sesama jenis kelamin wanita.
 Biseksual – Ketertarikan untuk melakukan hubungan seks terhadap
dua jenis kelamin.
 Pedofilia – Orang yang menjadikan anak – anak yang belum akil
baligh sebagai obyek seksualnya.
 Fetisisme – Apabila objek pemuasan seksualnya adalah benda mati,
seperti pakaian dalam, rambut, sepatu, dan benda – benda tertentu lainnya.
 Nekrofilia – Menggunakan mayat sebagai obyek pemuasan
seksualnya.
 Bestiality – Tertarik pada binatang sebagai objek untuk memuaskan
kebutuhan seksualnya, disebut juga zoophilia.
 Geronto seksualitas – Tertarik pada orang berusia lanjut sebagai
objek pemenuhan kebutuhan seksualnya.
 Incest – Berpusat pada saudara kandung atau keluarga yang tidak
diperbolehkan melakukan pernikahan sebagai objek pemuasan seksualnya.

Baca juga : Cabang – cabang psikologi – Kode Etik Psikologi

b. Kelainan Pada Cara

Pada kriteria ini, yang menjadi objek pemuasan seksual adalah lawan jenis
namun dengan cara yang tidak lazim.

 Eksibisionisme – Kelainan seksual yang mendapat kepuasan dari


memperlihatkan organ kelamin kepada orang lain yang berlawanan jenis
yang tidak ingin melihatnya, biasanya dilakukan di tempat umum atau
memuaskan diri sendiri (masturbasi) sambil disaksikan orang lain.
 Voyeurism – Perilaku seksual yang mendapatkan kepuasan dari
menyaksikan secara diam – diam lawan jenis lain yang telanjang, atau
mengintip orang sedang berganti baju, atau melakukan hubungan seksual,
objeknya adalah orang asing. Orang yang mengidap voyeurisme biasanya
membayangkan melakukan hubungan seksual dengan objeknya, namun
jarang sekali melakukan kontak fisik.
 Masokisme – Masokisme adalah perbuatan yang menyakiti diri
sendiri untuk mencapai kepuasan seksual tersebut, baik dilakukan oleh diri
sendiri atau orang lain. Ini adalah satu – satunya kelainan seksual yang
diderita oleh wanita.
 Sadisme   – Ini merupakan pemuasan seksual yang dicapai dengan
menyakiti orang lain atau pasangan seksualnya secara fisik atau psikologis.
Pada prakteknya ada orang yang menggabungkan keduanya, menjadi
sadomasokisme.
 Transvetic Fetisisme – Kelainan berupa seseorang laki – laki yang
heteroseksual yang harus menggunakan pakaian wanita untuk mencapai
respons seksual. Biasanya gangguan ini dimulai saat remaja dan sebagian
kecil pria yang mengalami gangguan ini juga memiliki dysphoria atau
ketidak bahagiaan dengan jenis kelaminnya.
 Frotteurisme – Kelainan seksual dimana penderitanya mendapatkan
kepuasan dengan menyentuh orang lain yang tidak menginginkannya
dengan menggosokkan kelaminnya, atau meraba orang lain tanpa diketahui
oleh korban.

3. Psikoneurosis

Juga dikenal dengan nama neurosis, ini adalah suatu kondisi gangguan


mental yang hanya mempengaruhi sebagian kepribadian sehingga
penderitanya masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Biasanya
diekspresikan secara tidak sadar dalam bentuk mekanisme pertahanan diri
atau self defense mechanism. Bentuk – bentuk neurosis adalah:

a. Fugue 

Asal katanya dari bahasa Latin Fugere yang berarti melarikan diri. Individu
yang mengalami fugue bisa saja secara mendadak meninggalkan rumah dan
semua yang dikenalnya lalu mengambil identitas baru. Hal ini biasanya
terjadi karena seseorang berusaha lari dari kenyataan setelah mengalami
tekanan berat. Fugue berbeda dengan amnesia, dan bukan merupakan
gangguan kepribadian ganda karena identitas baru tersebut tidak selengkap
identitas dalam kepribadian ganda. (Baca juga: Hakikat Manusia dalam
Prespektif Psikologi)

b. Somnabulisme 
Berasal dari kata somnus yang berarti tidur dan ambulare yang berarti
berjalan, definisi dari somnabulisme adalah tidur berjalan. Seperti dalam
keadaan trance, penderita tidur sambil berjalan dan melakukan sesuatu hal.
Walaupun sekilas hal ini tidak terlihat serius, nyatanya berjalan dalam tidur
kerap mendatangkan bahaya bagi penderitanya.

c. Multiple Personality 

Sekarang disebut gangguan identitas disosiatif , merupakan kasus psikologi


yang lebih rumit dimana penderitanya bisa memiliki dua atau lebih
kepribadian di dalam dirinya. Gangguan ini biasanya muncul jika di

masa kecil telah mengalami suatu trauma atau tekanan hebat. (Baca
juga: Teori Psikologi Kepribadian)

d. Fobia

Rasa takut yang berlebihan terhadap objek atau terhadap sesuatu tanpa bisa
dijelaskan, dan tidak jarang menyebabkan stres atau depresi, cemas dan
panik yang ekstrem. (Baca juga: Kepribadian Ambivert)

e. Obsesi 

Yang dimaksud obsesi adalah ketika seseorang mengalami kecemasan


berlebihan terhadap sesuatu dan menunjukkan usaha berlebihan untuk
menghilangkan kecemasan tersebut. (Baca juga:

f. Histeria

Suatu bentuk gangguan mental yang timbul dari kecemasan yang intens.
Histeria ditandai dengankejadian dimana ada kurangnya kontrol atas
kesadaran dan emosi seseorang, lalu tiba – tiba mengalami ledakan
emosional.

g. Hipokondria

Hipokondria adalah gangguan psikologi dimana penderitanya merasa


mengalami penyakit tertentu walaupun secara medis tidak ada gejala
penyakit sama sekali. Penderita hipokondria selalu merasa takut akan
terkena penyakit tertentu.

4. Psikosis

Psikosis disebut dengan kelainan kepribadian besar karena


mempengaruhi seluruh kepribadian seseorang sehingga tidak lagi bisa
menjalani kehidupan sehari – hari dengan normal, mengarah kepada
keadaan mental yang terganggu oleh delusi atau mengalami halusinasi.
Delusi yaitu kesalah pahaman terhadap suatu hal, sedangkan halusinasi
adalah melihat atau mendengar suatu peristiwa yang sebenarnya tidak ada.
Jenis – jenis psikosis berdasarkan faktor penyebab yaitu:

Psikosis Fungsional

Artinya  yaitu yang ditandai dengan disitegrasi kepribadian serta tidak


mampu melakukan kegiatan sosial. Beberapa jenis psikosis fungsional yaitu:

 Skizophrenia – Gangguan psikologi berupa kepribadian yang


terbelah (split personality) yaitu terjadi ketidak harmonisan antara pikiran,
perasaan dan perbuatan.
 Paranoid – Mengalami banyak delusi dan ide – ide yang salah
tentang berbagai hal dan bersifat menetap.
 Manic Depresif – Gangguan emosi yang ekstrim, ditandai dengan
berubahnya kegembiraan yang berlebihan (mania) menjadi kesedihan
mendalam (depresi) dalam waktu sangat singkat dan juga sebaliknya.

Psikosis Organik

Yaitu penyakit kejiwaan yang penyebabnya merupakan faktor fisik atau


organik. Jenis psikosis organik yaitu:

 Psikosis alkoholik – psikosis yang terjadi karena terlalu  banyak


minum minuman keras.
 Psikosis obat – obatan – terjadi karena akibat dari kebiasaan
mengonsumsi barang terlarang.
 Psikosis Traumatik – Terjadi karena luka pada kepala seperti kena
pukul, tembakan, dan lainnya.
Dementia Paralytica – Psikosis yang terjadi karena kerusakan otak yang
disebabkan oleh usia tua, penyakit sifilis, dan lain – lain.

Mencegah Perilaku Abnormal :

Perilaku abnormal dapat dicegah dengan cara yang tepat, misalnya:

 Menghindari konflik batin dari diri sendiri atau juga dari lingkungan.

 Selalu berusaha memelihara kebersihan jiwa dengan selalu berpikir


positif.
 Usahakan untuk selalu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat.
 Latihan untuk menerapkan disiplin dalam segala hal.

 Melatih diri sendiri untuk tidak selalu berfikir negatif dan


menggunakan pertahanan diri dalam menghadapi masalah.
Mencoba mengatasi setiap kesulitan yang dihadapi dengan usaha yang
konkrit dan rasional.

Anda mungkin juga menyukai